KESEHATAN
KELUARGA
BERENCANA
01 02
SEJARAH PENGERTIAN
03 04
TUJUAN REGULASI
Sejarah
Sejarah KB dunia
● Awal abad 19 di Inggris tahun 1880-1950
Maria stopes menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh
● Amerika Serikat (1883-1966)
Margareth Sanger menggagaskan program Birth Control karena keprihatinannya terhadap peristiwa ibu yang
putus asa untuk memiliki anak banyak akibat alasan ekonomi, kesehatan, dan social yang berujung dengan
tindakan aborsi
Sejarah KB di Indonesia
● Zaman Soekarno
Pada tahun 1950 pembatasan kelahiran adalah hal melanggar pasal 534 KUHP, dengan hukuman kurungan
2 bulan denda Rp200. Para dokter hanya bisa bicara soal pembatasan kelahiran dengan sesama dokter.
● Di era Orde Baru
Pada waktu itu, program KB sangat didukung langsung oleh Presiden Soeharto dan seluruh jajaran
Departemen/Kementerian hingga Gubernur, Bupati/Walikota, Camat dan Lurah, serta TNI yang sangat
berkomitmen dalam melaksanakan program KB.
• KB modern di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1953.
• Pada 23 Desember 1957 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
diresmikan. Namun, aktivitasnya banyak mendapat hambatan, terutama dengan
adanya KUHP No.283 yang melarang penyebar luasan gagasan mengenai KB.
• Pada tahun 1967, akhirnya PKBI diakui sebagai badan hukum oleh departemen
kehakiman.
• Pada tanggal 17 Oktober 1968 atas instruksi presiden No.26 Tahun 1968 dibentuk
Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan status sebagai Lembaga
Semi Pemerintah.
Pasal 21
• Membantu calon atau pasutri dlm mengambil keputusan dan
mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab
usia ideal perkawinan
usia ideal untuk melahirkan
jumlah ideal anak
jarak ideal kelahiran anak
penyuluhan kesehatan reproduksi.
• Bertujuan untuk :
- mengatur kehamilan yang diinginkan
- menjaga kesehatan dan menurunkan AKB, AKA, AKI
- meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling
dan pelayanan KB dan Kespro
- meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam KB
- mempromosikan ASI untuk menjarangkan jarak kelahiran.
Pasal 24
• Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dgn tata cara yg berdaya guna dan
berhasil guna serta diterima dan dilaksanakan scr bertanggung jawab oleh
pasutri sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan kondisi kesehatan suami
atau istri.
• Pelayanan kontrasepsi scr paksa kepada siapapun dan dalam bentuk
apapun bertentangan dengan HAM dan pelakunya dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dgn cara yg dapat
dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi
kesehatan.
Pasal 25
• Suami dan/atau istri mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yg sama
dalam melaksanakan KB.
• Dalam menentukan cara KB; pemerintah wajib menyediakan bantuan
pelayanan kontrasepsi bagi pasutri.
Pasal 26
• Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yg menimbulkan resiko terhadap
kesehatan dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan informasi
dari tenaga kesehatan yg memiliki keahlian dan kewenangan.
• Tata cara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi, dilakukan menurut standar
profesi kesehatan sesuai dgn ketentuan peraturan perundang-undangan.
• diatur dgn Permenkes.
Pasal 27
• Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan alat, obat, dan cara
kontrasepsi di luar tujuan dan prosedur yg ditetapkan.
Pasal 28
• Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yg terlatih serta dilaksanakan
di tempat dan dengan cara yg layak.
Pasal 29
• Pemerintah dan Pemda mengatur pengadaan dan penyebaran alat dan obat
kontrasepsi berdasarkan keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan, dan
pemerataan pelayanan sesuai dgn ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemerintah dan Pemda wajib menyediakan alat dan obat kontrasepsi bagi
penduduk miskin.
• Litbang teknologi alat, obat , dan cara kontrasepsi dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemda dan/atau masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Peraturan Pemerintah RI No. 87 tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Keluargaa
Pasal 18
1) Kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk : mengatur kehamilan,menurunkan
angka kematian ibu,bayi dan anak, meningkatkan akses dan kualitas informasi,
meningkatkan partisipasi serta mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya
untuk menjarangkan jarak kehamilan
2) Kebijakan Keluarga Berencana dilakukan melalui upaya: peran serta masyarakat,
pembinaan keluarga, dan pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama,
kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam
masyarakat.
3) Upaya kebijakan Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai
dengan KIE.
Pasal 19
• Upaya Keluarga Berencana sebagaimana dalam Pasal 18 ayat (2)
dilakukan melalui: promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
produksi
• Upaya Keluarga Berencana sebagaimana pada ayat (1) dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan dan/ atau tenaga lain yang terlatih.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya Keluarga Berencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Badan.
TERIMA
KASIH