Anda di halaman 1dari 17

ETIKA DAN HUKUM

KESEHATAN
KELUARGA
BERENCANA

M. HADYAN YUNHAS PURBA,S.H.M.H


NIP. 199404272019031011
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11 KELAS A

SILVY ARMANDA SYAHPUTRI191000009


SAFIRA AULIA SIREGAR 191000016
CYNDI WANTI SIREGAR 191000038
AHYA ZAYYANI AKMAL 191000051
DESSI KRISTINA 191000061
Table of Contents

01 02
SEJARAH PENGERTIAN

03 04
TUJUAN REGULASI
Sejarah
Sejarah KB dunia
● Awal abad 19 di Inggris tahun 1880-1950
Maria stopes menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh
● Amerika Serikat (1883-1966)
Margareth Sanger menggagaskan program Birth Control karena keprihatinannya terhadap peristiwa ibu yang
putus asa untuk memiliki anak banyak akibat alasan ekonomi, kesehatan, dan social yang berujung dengan
tindakan aborsi

Sejarah KB di Indonesia
● Zaman Soekarno
Pada tahun 1950 pembatasan kelahiran adalah hal melanggar pasal 534 KUHP, dengan hukuman kurungan
2 bulan denda Rp200. Para dokter hanya bisa bicara soal pembatasan kelahiran dengan sesama dokter.
● Di era Orde Baru
Pada waktu itu, program KB sangat didukung langsung oleh Presiden Soeharto dan seluruh jajaran
Departemen/Kementerian hingga Gubernur, Bupati/Walikota, Camat dan Lurah, serta TNI yang sangat
berkomitmen dalam melaksanakan program KB.
• KB modern di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1953.
• Pada 23 Desember 1957 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
diresmikan. Namun, aktivitasnya banyak mendapat hambatan, terutama dengan
adanya KUHP No.283 yang melarang penyebar luasan gagasan mengenai KB.
• Pada tahun 1967, akhirnya PKBI diakui sebagai badan hukum oleh departemen
kehakiman.
• Pada tanggal 17 Oktober 1968 atas instruksi presiden No.26 Tahun 1968 dibentuk
Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan status sebagai Lembaga
Semi Pemerintah.

• Keppres No.8 Tahun 1970 diberi nama Badan Koordinasi Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN) dengan dr. Suwardjo Suryaningrat sebagai
kepalanya
• Pada tahun 1972, lembaga ini resmi menjadi Lembaga Pemerintah Non-
departemen yang berkedudukan langsung di bawah presiden
• Keppres No.38 Tahun 1978 disempurnakan kembali fungsi BKKBN tidak
hanya membahas masalah KB tetapi juga kegiatan-kegiatan lainnya yaitu
kependudukan yang mendukung KB
PENGERTIAN
Keluarga Berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Artinya perencanaan jumlah
keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan
sebagainya. Gerakan keluarga berencana diartikan sebagai upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui upaya pendewasaan usia
perkawinan, pengendalian kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan
peningkatan kesejahteraan keluarga dalam rangka melembagakan dan
membudidayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahteraan.
TUJUAN
Seperti yang dituliskan Sulistyawati (2013), tujuan dilaksanakan program KB untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Adapun tujuan dari Keluarga Berencana (KB) itu adalah :


Tujuan umum, untuk mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun
kembali dan melestarikan fondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB utuk
mencapai keluarga berkualitas.
Tujuan khusus, untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga
dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan
bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas
termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak;
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
REGULASI
UU RI NO 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 78

• Layanan kesehatan dalam keluarga berencana bermaksud untuk mengatur


kehamilan bagi pasangan usia subur agar tercipta generasi penerus yang
sehat dan cerdas
• Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan alat dan obat dalam memberikan pelayanan
keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat
• Peraturan terkait pelayanan pada keluarga berencana dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Pasal 21
• Membantu calon atau pasutri dlm mengambil keputusan dan
mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab
 usia ideal perkawinan
 usia ideal untuk melahirkan
 jumlah ideal anak
 jarak ideal kelahiran anak
 penyuluhan kesehatan reproduksi.
• Bertujuan untuk :
- mengatur kehamilan yang diinginkan
- menjaga kesehatan dan menurunkan AKB, AKA, AKI
- meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling
dan pelayanan KB dan Kespro
- meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam KB
- mempromosikan ASI untuk menjarangkan jarak kelahiran.

• Kebijakan KB melarang promosi aborsi sbg pengaturan kehamilan .


Pasal 22
• Kebijakan KB dilakukan melalui upaya :
 peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat;
 pembinaan keluarga; dan
 pengaturan kehamilan (agama, sosial ekonomi dan budaya serta tata nilai
masyarakat).

• KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)


• Kebijakan keluarga berencana diatur dengan Peraturan Pemerintah

Pasal 24
• Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dgn tata cara yg berdaya guna dan
berhasil guna serta diterima dan dilaksanakan scr bertanggung jawab oleh
pasutri sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan kondisi kesehatan suami
atau istri.
• Pelayanan kontrasepsi scr paksa kepada siapapun dan dalam bentuk
apapun bertentangan dengan HAM dan pelakunya dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dgn cara yg dapat
dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi
kesehatan.
 
Pasal 25
• Suami dan/atau istri mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yg sama
dalam melaksanakan KB.
• Dalam menentukan cara KB; pemerintah wajib menyediakan bantuan
pelayanan kontrasepsi bagi pasutri.
Pasal 26
• Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yg menimbulkan resiko terhadap
kesehatan dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan informasi
dari tenaga kesehatan yg memiliki keahlian dan kewenangan.
• Tata cara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi, dilakukan menurut standar
profesi kesehatan sesuai dgn ketentuan peraturan perundang-undangan.
• diatur dgn Permenkes.
 
Pasal 27
• Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan alat, obat, dan cara
kontrasepsi di luar tujuan dan prosedur yg ditetapkan.

Pasal 28
• Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yg terlatih serta dilaksanakan
di tempat dan dengan cara yg layak.
Pasal 29
• Pemerintah dan Pemda mengatur pengadaan dan penyebaran alat dan obat
kontrasepsi berdasarkan keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan, dan
pemerataan pelayanan sesuai dgn ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemerintah dan Pemda wajib menyediakan alat dan obat kontrasepsi bagi
penduduk miskin.
• Litbang teknologi alat, obat , dan cara kontrasepsi dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemda dan/atau masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Peraturan Pemerintah RI No. 87 tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Keluargaa

Pasal 18
1) Kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk : mengatur kehamilan,menurunkan
angka kematian ibu,bayi dan anak, meningkatkan akses dan kualitas informasi,
meningkatkan partisipasi serta mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya
untuk menjarangkan jarak kehamilan
2) Kebijakan Keluarga Berencana dilakukan melalui upaya: peran serta masyarakat,
pembinaan keluarga, dan pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama,
kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam
masyarakat.
3) Upaya kebijakan Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai
dengan KIE.
Pasal 19
• Upaya Keluarga Berencana sebagaimana dalam Pasal 18 ayat (2)
dilakukan melalui: promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
produksi
• Upaya Keluarga Berencana sebagaimana pada ayat (1) dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan dan/ atau tenaga lain yang terlatih.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya Keluarga Berencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Badan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai