Anda di halaman 1dari 21

79

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian,

hasil uji instrumen yang terdiri dari uji validitas dan uji realibilitas dan hasil

analisa data yang terdiri dari hasil univariat dan bivariat. Dalam bab ini juga

akan dibahas mengenai pembahasan dari hasil analisa data dan

keterbatasan penelitian.

A. Gambaran Umum Di RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda

Otonomi Daerah merupakan Hak, Wewenang & Kewajiban Daerah

Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Dengan dikeluarkan PERDA Kota Samarinda

No 02 Tahun 2004 tentang kewenangan Kota samarinda dalam

pelaksanaan Otonomi Daerah (LD Tahun 2004 Nomor 02 seri D Nomor

02). Sejak berlakunya Otonomi Daerah pada awal tahun 2001 di Negara

Kesatuan Republik Indonesia, memberikan dampak yang sangat besar

terhadap keuangan daerah dan pembangunan daerah serta

pertumbuhan ekonomi.

Wujud dari pelaksanaan Otonomi Daerah, dalam rangka

meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan

kesehatan di tingkat kota samarinda, maka pemerintah kota samarinda


80

membangun Rsud Inche Abdul Moeis. Berdasarkan PERDA No 8

Tahun 2007. RSUD merupakan bagian dari Perangkat Daerah berupa

Lembaga Teknis Daerah sebagai unsur pendukung tugas Kepala

Daerah yang diberikan wewenang otonomi meyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan masyarakat yang diberikan kewenangan

memberikan pelayanan pada semua jenis penyakit dan sesuai dengan

bidang manajemen rumaha Sakit Kelas C sesuai surat keputussan

menteri kesehatan No.1216/Menkes/SK.XI/2007, tanggal 28 November

dengan memiliki fasilitas fisik 2 lantai yang memadai dengan kapasitas

112 tempat tidur disertai sarana Billing system dan SMS bagi pasien

yang ingin informasi apa saja tentang RSUD.I.A.Moeis.

B. Hasil Analisa Data

1. Hasil Analisa Berdasarkan Karakteristik Responden

a. Karakteristik Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan


Umur Di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda 2013
Umur Frekuensi Presentase (%)
< 31 tahun 39 47.6
31 tahun 43 52.4
Total 82 100.0
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 diatas didapatkan data bahwa

responden berdasarkan kelompok umur dari segi tingkat

kematangan biologis, sebagian besar adalah kelompok umur


81

dewasa akhir ( 31 tahun) yang merupakan usia produktif

sebanyak 43 orang (52,4%) dan sebagian kecil adalah umur

dewasa awal yang berusia dibawah (< 31 tahun) sebanyak 39

orang (47,6%). Pembagian umur tersebut berdasarkan Depkes

RI (2009) yang mengelompokkan umur berdasarkan tingkat

kematangan seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa

sebagian besarresponden usia dewasa akhir.

b. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin Di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda 2013
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 16 19.5
Perempuan 66 80.5
Total 82 100.0
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 diatas didapatkan data bahwa

perawat di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda sebagian besar

berjenis kelamin perempuan sebanyak 66 orang (80,5%) dan

sebagian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (19,5%).


82

c. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan


Pendidikan Di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda 2013
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
D3 KEP 80 97.6
D4 KEP 1 1.2
S1 KEP/Ns 1 1.2
Total 82 100.0
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan data bahwa

sebagian besar berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak 80

orang (97,6%) dan sebagian kecil berpendidikan D4

Keperawatan sebanyak 1 orang (1,2%) dan S1 Keperawatan

sebanyak 1 orang (1,2%). Latar belakang pendidikan

merupakan salah satu status yang dibutuhkan oleh tenaga

kesehatan karena lulusan diploma adalah jenjang yang sangat

diperlukan oleh sebuah rumah sakit yang telah memiliki ilmu

dan keterampilan dalam menangani pasien yang sedang

dirawat.

d. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan


Masa Kerja Di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda 2013
Masa Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 Tahun 15 18.3
2 Tahun 12 14.6
> 3 Tahun 55 67.1
83

Total 82 100.0
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan data bahwa

sebagian besar memiliki masa kerja lebih dari 3 tahun sebanyak

55 orang (67,1%) dan sebagian kecil sebagian besarmasa kerja

2 tahun sebanyak 12 orang (14,6%) dan masa kerja 1 tahun

sebanyak 15 orang (18,3%). Masa kerja adalah masa

seseorang untuk mendapatkan pengalaman selama bekerja di

sebuah rumah sakit sehingga dalam kinerja perawat yang

senior yang mempunyai masa kerja lebih dari 3 tahun.

2. Hasil Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti

yaitu variabel independen adalah kemampuan manajerial kepala

ruangan dan variabel dependen adalah kinerja perawat.

a. Variabel Independent Kemampuan Manajerial Kepala Ruangan

Tabel 4.5 Distribusi Kemampuan Manajerial


Kepala Ruangan Di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda 2013
Kemampuan Manajerial Frekuensi Presentase %
Kurang Mampu 34 41.5
Mampu 48 58.5
Total 82 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas kemampuan manajerial

dikatagorikkan menjadi 2 yaitu mampu dan kurang mampu


84

seseorang dalam berkerja yang. Dari hasil yang didapatkan

kepala ruangan yang mampu sebanyak 48 responden (58,5 %)

dan kurang mampu sebanyak 34 responden (41,5 %).

b. Variabel Dependent Kinerja Perawat

Tabel 4.6 Distribusi Kinerja Perawat Di Rsud Inche


Abdul Moeis Samarinda 2013
Kinerja Perawat Frekuensi Presentase %
Kinerja Kurang Baik 37 45.1
Kinerja Baik 45 54.9
Total 82 100.0

Berdasarkan tabel 4.6 diatas kinerja seseorang dinilai dari 2

aspek apakah seseorang itu bekerja baik atau kurang baik dari

hasil yang didapatkan kinerja perawat yang baik sebanyak 45

responden (54,9 %) dan kinerja kurang baik sebanyak 37

responden (45,1 %)..

3. Hasil Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan antara kemampuan manajerial kepala ruangan

dengan kinerja perawat di Di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda

2013
85

Tabel 4.7 Hasil Analisa Bivariat Responden


Hubungan Antara Kemampuan Manajerial Kepala Ruangan
Dengan Kinerja Perawat Di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda 2013
Kemampuan Kinerja Perawat Total OR P
Manajerial Kinerja Kinerja 95% CI Value
Baik Kurang Baik
N % N % N %
Mampu 34 70,8 14 29,2 48 100 5,078 0,001
Kurang Mampu 11 32,4 23 67,6 34 100 (1,963-13,138)
Total 45 54,9 37 45,1 82 100

Berdasarkan hasil tabel 4.7 dapat di lihat hasil analisa bivariat

tabel silang antara kemampuan manajerial kepala ruangan dengan

kinerja perawat di Rsud Inche Abdul Moeis Samarinda 2013.

Dari 48 responden kemampuan manajerial yang mampu dan

kinerja perawat yang baik sebanyak 34 responden (70,8%).

Kemampuan kepala ruangan dianggap mampu oleh perawat

sehingga perawat pelaksana menampilkan kinerja yang baik juga.

Sedangkan kemampuan manajerial yang mampu tetapi kinerja

perawat kurang baik sebanyak 14 responden (29,2%), mestinya

kepala ruangan yang mampu berdampak terhadap kinerja perawat

yang baik, tetapi kinerja masih ada perawat yang memiliki kenerja

yang kurang baik, hal ini dimungkinkan kepala ruangan kurang

mensosialisasikan tugas-tugas yang diterapkan di ruangan. Adapun

dari 34 responden kemampuan manajerial yang kurang mampu

tetapi kinerja baik sebanyak 11 responden (32,4%), hal ini


86

memungkinkan perawat yang kinerjanya baik memilki motivasi

dalam berkerja meskipun kepala ruangan kurang mampu

menerapkan manajemen yang ada di ruangan sedangkan

kemampuan manajerial yang kurang mampu dan kinerja kurang

baik sebanyak 23 responden (67,6%), hal ini dimungkinkan

terjadinya kurangnya sosialisasi dalam menerapkan manajemen

yang dipengaruhi oleh faktor misalnya kepala ruangan kurang

memberikan informasi yang teraktual atau kepala ruangan yang

sering mengikuti pelatihan sehingga tidak ada waktu dalam

mensosialisasikan tugas-tugas perawat.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001, maka dapat

disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian kemampuan

manajerial kepala ruangan dengan kinerja perawat yang baik

dimana ada hubungan signifikan antara kemampuan dan kinerja.

Analisis keeratan hubungan antara dua variabel didapatkan OR

= 5,078 artinya kemampuan manajerial kepala ruangan yang

dianggap tidak mampu berpeluang 5 kali untuk menyebabkan

kinerja perawat yang tidak baik dibandingkan kemampuan

manajerial kepala ruangan yang dianggap mampu.

Nilai confidence Interval dari tabel diatas (95% CI :1,963-

13,138), memilki jarak yang cukup jauh ini berarti semakin jauh

interval maka hubunganya pun semakin lemah dikarenakan masih


87

ada beberapa faktor lain yang mungkin berpengaruh dalam

meningkatkan kinerja perawat.

C. Pembahasan

Pembahasan merupakan uraian dari hasil penelitian dimana akan

dipaparkan dari segi hasil kemampuan manajerial kepala ruangan dan

kinerja perwat berdasarkan hasil yang didapatkan. Pembahasan

merupakan pemikiran yang original peneliti

yang dilakukan dengan mengkaitkan antara temuan penelitian dengan

teori-teori (hasil penelitian terdahulu) yang digunakan.

1. Interprestasi Berdasarkan Karakteristik Responden

a. Karakteristik Berdasarkan Umur

Berdasarkan data bahwa sebagian besar responden

berumur lebih dari 31 tahun sebanyak 43 orang (52,4%) dan

sebagian kecil berusia dibawah 31 tahun sebanyak 39 orang

(47,6%). Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih banyak

merupakan usia produktif.

Hal ini sesuai dengan Dessler (2004), yang menyatakan

bahwa umur produktif terbagi beberapa tahap yaitu umur 31

tahun yang merupakan awal individu berkarir, umur 31 tahun

merupakan tahap penentu bagi seseorang untuk memilih

bidang pekerjaan yang sesuai dengan karir.


88

Menurut analisis umur produktif merupakan suatu

pemikiran seseorang memilih bidang karir, dimana bekerja

memerlukan kerjasama, pengendalian emosi, berpikir rasional

dan toleran terhadap perbedaan pandangan dan perilaku,

pengakuan serta berkomitmen tinggi terhadap pemberian

pelayanan keperawatan yang bermutu. Pembagian kelompok

umur didasarkan atas tingkat kematanganyang dimana lebih

banyak responden berada di masa dewasa akhir. Dilihat dari

masa kerja pun responden lebih banyak bekerja lebih dari 3

tahun.

Oleh sebab itu peneliti menyarankan untuk bisa

mempertimbangkan setiap masukan yang diberikan oleh

perawat pelaksanan terhadap kepala ruangan.

b. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 66 orang (80,5%) dan

sebagian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang

(19,5%).

Menurut teori yang dikemukakan oleh Siagian (1999),

bahwa tidak ada bukti ilmiah yang konklusif yang menunjukkan

ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai

segi kehidupan organisasi seperti kemampuan dalam


89

memecahakan masalah, kemampuan analitik, dorongan,

kepemimpinan atau kemampuan bertumbuh dan berkembang

secara intelektual.

Menurut analisis bahwa tidak ada perbedaan antara jenis

kelamin laki-laki dan perempuan terhadap pekerjaan, tetapi

pada kenyataan pekerjaan yang profesi sebagai keperawatan

didominasi oleh perempuan. Pada kenyataannya di RSUD

Inche Abdul Moeis sekitar 70 % perawat berjenis kelamin

perempuan dan sisanya 30 % berjenis kelamin laki-laki.

Oleh sebab itu peneliti menyarankan untuk selalu

meningkatkan kemampuan dalam menerapkan manajemen

dalam ruangan itu sendiri.

c. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan didapatkan data bahwa sebagian besar

responden berpendidikan D3 Keperawatan sebanyak 80 orang

(97,6%) dan sebagian kecil berpendidikan D4 Keperawatan

sebanyak 1 orang (1,2%) dan S1 Keperawatan sebanyak 1

orang (1,2%).

Pendidikan merupakan suatu indikator yang

mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat

menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan latar belakang


90

pendidikan seseorang dianggap mampu menduduki jabatan

tertentu (Hasibuan, 2005).

Menurut analisis dalam menumbuhkan persepsi dan

melakukan pendekatan yang holistik membutuhkan

pengetahuan luas, pemahaman berbagai displin ilmu yang ada

berhubungan dengan tujuan, strategi, rencana dan kegiatan

organisasi. Untuk memperoleh keterampilan yang baik tidak

hanya diperoleh melalui pendidikan formal saja tetapi

pendidikan non formal seperti pelatihan.

Oleh sebab itu peneliti menyarankan kepada kepala

ruangan untuk bisa lebih memfasilitasi SDM dengan

meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, sehingga perawat

pelaksana bisa mendapatkan ilmu terbaru dari jenjang

pendidikan yang lebih tinggi lagi. Dan perawat yang memiliki

pendidikan yang lebih tinggi diharapkan agar dapat

menelesaikan suatu pekerjaan dengan mempertimbangkan

segala aspek yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut,

sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan standar yang

ada.

d. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan data bahwa sebagian besar responden

sebagian besar memiliki masa kerja lebih dari 3 tahun


91

sebanyak 55 orang (67,1%) dan sebagian kecil sebagian

besarmasa kerja 2 tahun sebanyak 12 orang (14,6%) dan

masa kerja 1 tahun sebanyak 15 orang (18,3%).

Menurut Siagian (1999), bahwa seseorang yang sudah

lama berkerja pada satu organisasi tidak indenti dengan

produktivitas yang tinggi. Orang yang masa kerjanya lama

tidak berarti bahwa yang bersangkutan memiliki tingkat

kemangkiran yang rendah. Daya tarik untuk pindah pekerjaan

pun biasanya juga rendah.

Menurut analisis bahwa lama kerja seseorang tidak

mempengaruhi akan kinerja. Karena lama kerja pada suatu

pekerjaan tidak indentik dengan produktifitas perawat

pelaksana, dimana perawat pelaksana cenderung rutinitas

pekerjaan lama dijalani.

Oleh sebab itu peneliti menyarankan kepada perawat

pelaksana yang berkerja dibawah 3 tahun dapat menggali ilmu

dan pengalaman kepada perawat senior yang kerjanya sudah

lebih dari 3 tahun, sehingga dapat meningkatkan kinerja yang

lebih baik lagi.


92

2. Interprestasi Berdasarkan Hasil Univariat

a. Kemampuan Manajerial Kepala Ruangan

Berdasarkan hasil kemampuan manajerial kepala ruangan

yang mampu sebanyak 48 responden (58,5 %) dan kurang

mampu sebanyak 34 responden (41,5 %). Dari hasil yang

didapat dapat dilihat sebagian besar kepala ruangan mampu

melakukan tugasnya dalam melaksanakan manajemen yang

ada diruangan.

Menurut Rachman (2006), kepala ruangan sebagai

manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh

perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman

dan mementingkan kenyamanan pasien. Kemampuan

manajerial yang harus dimiliki oleh kepala ruangan antara lain

perencanaan, (planning), pengorganisasian (organizing),

penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi), pengawasan serta

pengendalian (controlling), dan evaluasi. Dari beberapa fungsi

manajerial kepala ruangan tersebut terlihat bahwa salah satu

yang harus dijalankan oleh kepala ruangan adalah bagaimana

menilai kinerja perawat untuk meningkatkan kualitas dan mutu

pelayanan keperawatan.

Menurut analisis bahwa tugas dari kepala ruangan dalam

hal manajemen adalah mengevaluasi hasil terhapat kinerja


93

perawat, sehinga apabila seorang kepala ruangan memberikan

penilaian yang obyektif terhadapprestasi kerja yang dihasilkan

maka perawat akan meningkatkan kinerja untuk

menyelesaikan tugasnya dengan baik juga.

Oleh sebab itu peneliti menyarankan kepada kepala

ruangan untuk melakukan evaluasi minimal 6 bulan sekali,

sehingga kepala ruangan dapat menilai apakah kemampuan

manajemen yang telah diterapkan sudah meningkatkan kinerja

dari perawat pelaksana.

b. Kinerja Perawat

Berdasarkan hasil kinerja perawat yang baik sebanyak 45

responden (54,9 %) dan kinerja kurang baik sebanyak 37

responden (45,1 %).

Menurut Rachman (2006), kinerja perawat dinilai melalui

standar asuhan keperawatan yaitu memberikan pedoman

arahan bagi suatu ruangan menetapkan indikator-indikator

spesifik yang digunakan untuk mengukur dan memantau hasil

kerja atau kinerja perawat. Komponen kinerja tersebut dapat

dilakukan dengan cara observasi sesuai tahapan proses

keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Penilaian kinerja perawat


94

dilakukan sebagai pengawasan untuk melihat apakah tindakan

keperawatan itu dilakukan atau tidak.

Menurut analisis bahwa kinerja dipengaruhi oleh usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja. Hal ini terjadi

karena sebagian besar perawat pelaksana adalah perempuan.

Oleh sebab itu perawat menyarankan untuk tetap

meningkatkan kinerja dalam menerapkan manajemen yang

telah diberkan oleh kepala ruangan masing-masing.

3. Interprestasi Hasil Bivariat

Berdasarkan hasil didapatkan dari 48 responden kemampuan

manajerial yang mampu dan kinerja perawat yang baik sebanyak

34 responden (70,8%). Sedangkan kemampuan manajerial yang

mampu tetapi kinerja perawat kurang baik sebanyak 14 responden

(29,2%), Adapun dari 34 responden kemampuan manajerial yang

kurang mampu tetapi kinerja baik sebanyak 11 responden (32,4%),

kemampuan manajerial yang kurang mampu dan kinerja kurang

baik sebanyak 23 responden (67,6%),

Menurut Pierc (1993) indikator kemampuan adalah pendidikan

pengetahuan yang luas, kemampuan berkembang secara mental,

kemampuan merespon tantangan, kapabilitas integratif,

keterampilan berkomunikasi dan keterampilan memotivasi.

Kemampuan selalu terkait dengan bagaimana kegiatan-kegiatan


95

yang berlangsung didalam kependidikan yang menghasilkan

kinerja yang benar-benar profesional dan mampu

mengembangkan misi pendidikan. Dalam kaitan ini dapat

dinyatakan bahwa masalah penting saat ini bukanlah terlalu

banyak atau terlalu sedikit jumlah orang yang mampu menjalankan

profesinya, tetapi yang dibutuhkan adalah penguasaan yang lebih

baik terhadap keterampilannya. Penguasaan adalah kemampuan

manajemen proses-proses kependidikan sebagai hasil atau

prestasi belajar sehingga mampu mencapai jenjang pendidikan

yang lebih tinggi atau lebih baik.

Menurut analisis kepala ruangan yang memilki kemampuan

dalam manajeria membantu kinerja perawat. Hal ini ditunjukkan di

ruang IRNA RSUD Inche Abdul Moeis kepala ruangan membantu

perawat pelaksana dalam menangani pasien serta keluhan yang di

dapatkan pada saat pasien atau perawat mengalami masalah.

Sedangkan kemampuan kepala ruangan dan kinerja perawat yang

kurang baik dikarenakan hal kepala ruangan terkadang

meninggalkan ruangan pada jam sibuk hal ini ini dikarenakan

kepala ruangan harus menghadiri rapat yang berada di rumah

sakit serta kurangnya info yang diberikan kepada perawat,

sehingga perawat di RSUD Inche Abdul Moeis lambat

mendapatkan informasi yang akurat.


96

Adapun kemampuan manajerial yang kurang mampu tetapi

kinerja baik, hal ini memungkinkan perawat yang kinerjanya baik

memilki motivasi dalam berkerja meskipun kepala ruangan kurang

mampu menerapkan manajemen yang ada di ruangan sedangkan

kemampuan manajerial yang kurang mampu dan kinerja kurang

baik, hal ini dimungkinkan terjadinya kurangnya sosialisasi dalam

menerapkan manajemen yang dipengaruhi oleh faktor misalnya

kepala ruangan kurang memberikan informasi yang teraktual atau

kepala ruangan yang sering mengikuti pelatihan sehingga tidak

ada waktu dalam mensosialisasikan tugas-tugas perawat.

Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja

merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh

karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan

menurut Hakim (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja

yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau

tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu

periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran

nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu

tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang

dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan

(Masrukhin dan Waridin, 2004).


97

Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu

kemampuan atau minat seorang pekerja, kemampuan dan

penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan

tingkat motivasi seorang pekerja, semakin tinggi nilai ketiga faktor

tersebut semakin baik pula prestasi kerja pegawai yang

bersangkutan. Pengamatan dan analisis manajer tentang perilaku

dan prestasi individu memerlukan pertimbangan ketiga perangkat

variabel yang secara langsung mempengaruhi perilaku individu

dan hal-hal yang dikerjakan oleh pegawai yang bersangkutan,

ketiga perangkat variabel tersebut dapat dikelompokan dalam

variabel individu, psikologis dan keorganisasian.

Dalam memotivasi para bawahan dalam meningkatkan kinerja,

hendaknya menyediakan peralatan, menciptakan suasana kerja

yang baik dan memberikan kesempatan untuk promosi. Dengan

demikian memungkinkan perawat pelaksana dapat meningkatkan

kinerja yang lebih baik sesuai penerapan manajemen di rumah

sakit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu motivasi salah satu

faktor yang mempengaruhi kinerja perawat menjadi baik dengan

kemampuan manajerial kepala ruangan hal ini dibuktikan dari hasil

penelitian Parmin (2009), indikator manajemen yang memiliki

hubungan dengan kinerja perawat sehingga perawat lebih


98

bermotivasi dalam bekerja adalah perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengarahan yang memiliki nilai

signifikan yang kurang dari 0,05.

Dari analisa statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa pada

kepala ruangan yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan

manajemen dapat meningkatkan kinerja perawat secara baik dan

sebaliknya pada kepala ruangan yang tidak mampu melaksanakan

manajerial ruangan akan mempengaruhi kinerja perawat yang

tidak baik juga.

Analisis keeratan hubungan antara dua variabel didapatkan

OR = 5,078 artinya kemampuan manajerial kepala ruangan yang

dianggap tidak mampu berpeluang 5 kali untuk menyebabkan

kinerja perawat yang tidak baik dibandingkan kemampuan

manajerial kepala ruangan yang dianggap mampu.

Nilai confidence Interval dari tabel diatas (95% CI :1,963-

13,138), memilki jarak yang cukup jauh ini berarti semakin jauh

interval maka hubunganya pun semakin lemah dikarenakan masih

ada beberapa faktor lain yang mungkin berpengaruh dalam

meningkatkan kinerja perawat. Faktor yang mempengaruhi kinerja

perawat di Ruang IRNA RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda yaitu

kurangnya tenaga perawat dibandingakn jumlah pasien yang


99

semakin meningkat sehingga menurunkan kinerja perawat.

Disamping itu alat-alat kesehatan yang kurang memadai.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian telah dilakukan dengan menggunakan prosedur dan

metode penelitian yang baku sehingga hal-hal yang terkait dengan

aspek metodologisnya sudah terpenuhi. Dalam penelitian ini peneliti

mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yaitu

1. Pemilihan variabel penelitian, meskipun sudah dilandasi dengan

aspek teoritis, tetap saja tidak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai

apriori sehingga dapat melemahkan temuan ini.

2. Dalam melakukan analisa data yang telah di kumpulkan melalui

kuesioner, ada saatnya penelitian mendapatkan jawaban yang

ganda atau tidak diisi pada salah satu item pertanyaan, sehingga

terdapat celah ketidakakuratan interpertasi data dalam proses

pengaalisaan tersebut.

3. Metodologi atau diseain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskritif korelasion secara cross sectional yang tentunya akan lebih

cepat dalam mendapatkan data namun kurang memperhatikan

kualitas jawaban dari responden.

Anda mungkin juga menyukai