Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia,

pergaulan antara pendidik dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yanag

terlibat dalam interaksi pendidikan dipengaruhi karakteristik pribadi dan corak

pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak

serta didik (siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Tiap orang

memiliki karakteristik pribadi masing-masing, sebagai individu maupun sebagai

anggota kelompok (Mazakty 2015).

Pada dasarnya menyimpang atau kenakalan remaja adalah hal-hal yang

dilakukan oleh pelajar sebagai individu dan tidak sesuai dengan norma-norma

hidup yang berlaku di masyarakatnya. Pelajar yang nakal tersebut juga sebagai

anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh

sosial yang ada di tengah masyarakat sehingga perilaku mereka dinilai oleh

masyarakat sebagai suatu kelainan dan dianggap terjadi hal yang menyimpang

atau kenaalan. Keinginan melanggar aturan pada dasarnya merupakan pesan yang

ingin disampaikan oleh peserta didik kepada lingkungan atau dengan kata lain

setiap perilaku aneh yang mereka lakukan adalah dalam rangka merespon

lingkungannya bahwa pada diri mereka ada kesenjangan dalam kebutuhannya.

Seiring dengan itu banyak siswa yang melakukan tindakan yang merugikan orang

lain. Perilaku ini disebut dengan perilaku maladaptif (Sarwono, 2015).

1
Perilaku maladaptif artinya yang bersangkutan tidak lagi mampu

menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan keadaan sekeliling secara wajar.

Beberapa penyimpangan perilaku yang biasa muncul pada siswa disekolah antara

lain : pelanggaran tata tertib, sering datang terlambat, tidak masuk kelas tanpa

alasan, meninggalkan jam pelajaran tanpa izin (bolos), tidak mengerjakan PR,

sulit bekerja sama, mengganggu teman, merusak fasilitas sekolah, mencuri,

melakukan pemerasan dan kekerasan (bullyng), dan berkelahi dengan teman

sendiri (Rusdiani, 2019). Menurut WHO (2015) angka terendah remaja merokok

(sekitar 1,7%) berada pada negara Sri Lanka. Sedangkan angka tertinggi berada di

Timor Leste sebanyak 35%. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, di

Indonesia tercatat perokok usia pelajar mencapai 43,3% pada tahun 2013. Data

tawuran pelajar di Indonesia terdapat 128 kasus di tahun 2012. Pada tahun 2012,

(Kuwado 2015).

Beberapa data pelanggaran tata tertib sekolah di Indonesia cukup tinggi.

Berdasarkan data dari kementerian kesehatan, di Indonesia tercatat perokok usia

pelajar mencapai 43,3% pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2014) data

tawuran pelajar di indonesia terdapat 128 kasus ditahun 2012. Pada tahun 2012,

penyalahgunaan narkoba 50 sampai 60% oknumnya adalah pelajar (Kuwado,

2015).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo angka

kenakalan remaja di Telaga Biru berjumlah 18.645, dimana 8.990 oknumnnya

adalah remaja laki-laki dan 9.652 adalah perempuan, Di daerah telaga jumlah

2
kenakalan remaja mencapai 8.510 dimana 4.145 pelakunya adalah remaja laki-laki

dan 4.365 pelakunya adalah perempuan.

Secara umum penyebab dari perilaku maladaptif terbagi menjadi dua,

diantaranya faktor internal dengan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari

kondisi emosi yang kurang normal, keimanan religiusitas yang kurang kuat, dan

kondisi fisik yang kurang normal. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari

keluarga, sekolah, dan masyarakat ( Widiyaningsih 2009) dalam (Prima

Khairunisa 2015). Alasan faktor keluarga menjadi yang paling berpengaruh bagi

perilaku maladaptif adalah keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab

timbulnya perilaku maladaptif seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga

SSyang disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi

konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang. Keluarga merupakan satu hal

terpenting dalam pengasuhan anak karena anak di besarkan dan dididik oleh

keluarga, orang tua merupakan cerminan yang bisa di lihat dan di tiru anak-

anaknya dalam keluarga. Oleh karena itu, pengasuhan anak merupakan

serangkaian kewajiban yang harus di lakukan oleh orang tua itu. Jika pengasuhan

anak belum bisa di penuhi secara baik dan benar, kerap kali akan memunculkan

masalah dan konflik, baik di dalam diri anaka itu sendiri, antara anak dan orang

tuanya maupun terhadap lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku maladaptif

(Rakhmawaty 2015).

Keluarga merupakan sosial terkecil yang pertama kali dan paling sering

ditemui remaja, keluarga juga memiliki peran pembentukan perilaku remaja.

3
Peran keluarga merupakan dasar pertama dan utama. Yang merupakan fondasi

yang akan sangat berpengaruh bagi pembinaan selanjutnya. Jika pembinaan

tersebut dapat terlaksanakan dengan baik, maka dapat diasumsikan bahwa

pembinaan tersebut telah dapat meletakan dasar-dasar yang kuat bagi jenjang

pendidikan berikutnya, yaitu pembinaan dilingkungan sekolah masyarakat. Jika

melihat peran keluarga pada saat ini berbeda dengan peranan keluarga terdahulu.

Misalkan dalam hal mengasuh dan mendidik anak mulai bergeser pemahaman jika

memukul seorang anak merupakan bagian dari pendidikan, karena kedua hal

tersebut sering di samakan. Dengan kondisi seperti ini, lingkungan keluarga di

rumah yang biasanya menjadi tempat yang damai dan nyaman bagi anak-anak kini

berubah menjadi tempat yang menakutkan. Dukungan dari keluarga merupakan

unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan

tersebut berupa saran, nasehat, bimbingan, sebagai bentuk dari faktor bujukan

sosial yang berpengaruh terhadap remaja (Thoits 2015).

Dukungan keluarga merupakan salah satu di antara fungsi pertalian atau

ikatan sosial yang mencakup dukungan emosional, adanya ungkapan perasaan,

pemberian infoemasi, nasehat dan bantuan material. Ikatan-ikatan sosial

menggambarkan ringkat dan kwalitas umum dari hubungan interpersonal. Selain

itu, dukungan sosial keluarga harus di anggap sebagai konsep yang berbeda,

dukungan sosial hanya menunjuk pada hubungan internasional yang melindungi

orang-orang terhadap konsekwensi dari stres. (Sartika 2017).

Fenomena permasalahan perilaku remaja tidak terlepas dari permasalahan

keluarga, seperti sosial ekonomi, broken home dan pola asuh yang keras, Remaja

4
yang berasal dari keluarga yang berkonflik memiliki resiko untuk melakukan

perilaku yang merusak dirinya ataupun orang lain, karena kurangnya perhatian

dan didikan yang diberikan oleh keluarga (Hana, 2017).

Penelitian yang di lakukan oleh Prima Khairunisa dan Elis Hartati dengan

judul Hubungan dukugan keluarga dengan perilaku maladaptif siswa di SMP

Negeri 3 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. didapatkan hasil dukungan

keluarga berada pada kategori cukup (64%) dan memilki perilaku maladaptif

kategori sedang (62,2%). Terdapat hubungan antara dukungan keluaraga dengan

perilaku maladaptif dengan korelasi cukup kuat.

Berdasarkan hasil observasi dan pengambilan data awal yang dilakukan

peneliti di SMA Negeri 1 Telaga, peneliti melakukan wawancara terhadap salah

satu Guru Bimbingan Konseling di sekolah tersebut. Hasil wawancara yang di

dapatkan dari guru BK bahwa terjadi perilaku maladaptif disekolah tersebut antara

lain siswa yang membolos, merokok, melompat pagar, tawuran serta siswa yang

membuat perkumpulan atau geng tertentu sampai para siswa mempunyai

perumahan untuk melakukan perilaku yang melanggar tata tertib sekolah. Guru

BK tidak melakukan pendataan mengenai berapa banyak siswa yang melakukan

perilaku maladaptif. Peneliti juga melakukan wawancara pada 5 orang siswa

didapatkan bahwa siswa 1 mengatakan sering melakukan pelanggaran berupa

bolos dikarenakan siswa tersebut sering merasa bosan jika berada di dalam kelas

terlalu lama. Siswa tersebut mengatakan bahwa hal ini telah diketahui oleh orang

tuannya, dan orangtuanya pun sudah memarahi siswa tersebut namun itu tidak

berlangsung lama. Siswa tersebut tetap melakukan pelanggaran tersebut. siswa 2

5
mengatakan bahwa melakukan pelanggaran berupa melompat pagar karena sering

terlambat datang ke sekolah. Alasannnya karena bermain game sampai larut

malam. Siswa tersebut mengatakan bahwa orang tuanya pernah sesekali memarahi

tetapi setelah itu tidak lagi sehingga siswa tersebut tetap bermain game sampai

larut malam dan sering terlambat sehingga melompat pagar. Siswa 3 dan 4

melakukan pelanggaran berupa berkelahi antar sesama teman, siswa-siswa

tersebut mengatakan berkelahi karena salah paham dan gensi untuk siswa 5

mengatakan melakukan pelanggaran sering kedapatan merokok di dalam kelas,

orang tua siswa tersebut tidak mengetahui bahwa siswa ini sering merokok, siswa

tersebut tidak berani merokok di rumah sehingga merokok di luar rumah termasuk

di sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilku maladaptif pada

remaja di SMA Negeri 1 Telaga.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

identifikasi masalahnya yaitu :

1. Menurut WHO (2015) angka terendah remaja merokok (sekitar 1,7%)

berada pada negara Sri Lanka. Sedangkan angka tertinggi berada di Timor

Leste sebanyak 35%. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan, di

Indonesia tercatat perokok usia pelajar mencapai 43,3% pada tahun 2013.

Data tawuran pelajar di Indonesia terdapat 128 kasus di tahun 2012. Pada

tahun 2012, (Kuwado 2015).

6
2. Berdasarkan hasil observasi awal 5 orang siswa didapatkan bahwa siswa 1

mengatakan sering melakukan pelanggaran berupa bolos dikarenakan

siswa tersebut sering merasa bosan jika berada di dalam kelas terlalu lama.

Siswa tersebut mengatakan bahwa hal ini telah diketahui oleh orang

tuannya , dan orangtuanya pun sudah memarahi siswa tersebut namun itu

tidak berlangsung lama. Siswa tersebut tetap melakukan pelanggaran

tersebut. siswa 2 mengatakan bahwa melakukan pelanggaran berupa

melompat pagar karena sering terlambat datang ke sekolah. Alasannnya

karena bermain game samapai larut malam. Siswa tersebut mengatakan

bahwa orang tuanya pernah sesekali memarahi tetapi setelah itu tidak lagi

sehingga siswa tersebut tetap bermain game sampai larut malam dan

sering terlambat sehingga melompat pagar. Siswa 3 dan 4 melakukan

pelnggaran berupa berkelahi antar sesama teman, siswa-siswa tersebut

mengatakan berkelahi karena salah paham dan gensi untuk siswa 5

mengatakan melakukan pelanggaran sering kedapatan merokok di dalam

kellas, orang tua siswa tersebut tidak mengetahui bahwa siswa ini sering

merokok, siswa tersebut tidak berani merokok di rumah sehingga merokok

di luar rumah termasuk di sekolah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas rumusan masalah dari

penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Perilaku Maladaptif pada Siswa di SMA Negeri 1 Telaga.

7
1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan

dukungan keluarga dengan perilaku maladaptif.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi Perilaku Maladaptif pada Remaja di SMA

Negeri 1 Telaga.

2. Untuk mengidentifikasi Dukungan Keluarga pada Remaja di SMA

Negeri 1 Telaga.

3. Untuk menganalisa Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Perilaku Maladaptif pada siswa SMA Negeri 1 Telaga.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan perilaku maladaptif.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi masyrakat

Penelitian ini menyediakan informasi mengenai Hubungan

dukungan keluarga dengan perilaku maladaptif.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan bacaan informasi dan referensi yang di harapkan

dapat bermanfaat.

8
3. Bagi institusi

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan perpustakaan untuk

penelitian atau materi untuk mahasiswa dalam pembelajaran bagi

kemajuan pendidikan terutama yang berkaitan tentang tentang

Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku maladaptif.

9
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep dukungan keluarga

2.1.1 Pengertian dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah salah satu proses yang terjadi sepanjang

kehidupan, sifat dan jenis dukungan keluarga berbeda dalam hidup siklus

kehidupan dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal maupun

dukungan sosial eksternal. Dukungan keluarga berfungsih dengan berbagai

kepandaian dan akal.

Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap

anggota keluarga laun yang mengalami permasalahan, yaitu memeberikan

dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota

keluarga dan memenuhi kebutuhan psikologis (Potter, 2009).

Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat

mendukung dan memberikan pertolangan kepada anggota keluarga (Friedman,

2010).

2.1.2 Tujuan Dukungan Keluarga

Sangatlah luas diterima bahwa orang yang beraada dalam lingkungan

sosial yang sportif umumnya memilki kondisi yang lebih baik dibandingkan

rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya, karena dukungan

dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau menyangga efek serta

10
meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga secara langsung (Friedman

2010).

2.1.3 Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Capalan (1974) dalam Friedman (2010) terdapat tiga sumber

dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang spontan:

dukungan terorganisasi oleh profesional kesehatan. Dukungan sosial keluarga

mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang di pandang oleh anggota

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakakn untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga

memandanaga bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memeberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa

dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti

dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan

sosial keluarga eksernal (Friedman, 1998).

2.1.4 Jenis dukungan keluarga

Fungsi keluarga diwujudkan dalam sikap, tindakan, dan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya, karena anggota tersebut dipandang tidak

terpisahkan dari lingkungan keluarga. Permasalahan yang muncul dari individu

atau tubuh keluargaa akan memiliki pengaruh timbal balik secara holistik dalam

anggota keluarga tersebut. Pemaknaan keluarga pada sebuah masalah akan

memepengaruhi pada proses pengambilan keputusan dan penyelesaia masalah

wright et al ( dalam walsh, 2006). Oleh frigmen (2010) menjabarkan beberapa

bentuk dukungan keluarga, yaitu :

11
1. Dukungan penghargaan

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi coping

yang dapat digunakan dalam menghadapi stresor.dukungan ini juga

merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif

terhadap individu. Individu mempunyai seorang yang dapat di ajak bicara

tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengharapan positif

individu kepada individu lainnya, penyemangat, persetujuan terhadap ide –

ide atau peasaan seorang dan perbandingan positif seorang denga orang

lain, misalnya orang yang kurang mampu, dukungan keluarga dapat

membantu meningkatkan strategi coping individu dengan strategi. Strategi

alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek – aspek yang

positif.

2. Dukungan instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmania seperti

pelayanan, bantuan finansial dan mental berupa material berupa bantuan

nyata (instrumental suport dan material suport), suatu kondisi dimana

benda atau jasa akan memebantu memecahkan masalah praktis, termasuk

didalamnya bantuan langsung, seperti saat seorang memeberi atau

memenjamkan uang, membantu pekerjaan sehari – hari, menyamapiakn

pesan, menyediakan transportasi, mnjaga dan merawat saat sakit adapun

yang mengalami depresi yang dapat memabantu memecahkan masalah.

Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi

12
depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber mencapai

tujuan praktis dan tujuan nyata.

3. Dukungan informasional

Jenis dukungan ingin meliputi jaringan komuikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk didalamnya memeberikan solusi dari masalah,

memeberi nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang

dilakukan oleh seorang keluarga yang dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor.individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya denga dukungan dari

keluarga dengan menyediakan feedbeack. Pada dukungan informasi ini

keluarga sebagai penghinpun informasi pemeberi informasi.

4. Dukungan emosional

Selama deprsei berlangsung individu sering menderita secara

emosional, sedih, cemas, dan kehlangan harga diri. Jika depersei

mengurangi perasaan individu akan hal yang dimilki dan di cintai.

Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa di

cintai saat dialami depresi,bantuan dalam bentuk semangat, empati,rasa

percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga.

Pada dukungan emosinal ini keluarga menyedikan tempat istirahat dan

memberikan semangat.

13
2.1.5 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga (PP No.21Th. 1994 dan UU No. 10 Tahun 1992) adalah :

a. Fungsi keagaman

Keluarga adalah wahana utama dan pertama menciptakan seluruh

anggota keluarga menjadi insan yang taqwa Tuhan Yang Maha Esa.

Tugaas dari fungsih keamanan adalah (1) membina norma/ajaran agama

sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga; (2)

menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari –

hari seluruh anggota keluarga; (3) memberikan contoh konkrit pengalaman

ajaran agama dalam hidup sehari – hari; (4) melengkapi dan menambah

proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang tidak atau kurang

diperolehnya disekollah atau masyarakat; (5) dalam membina rasa, sikap

dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju

keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

b. Fungsi sosial dan budaya

Keluarga berfungsi untuk menggali, mengembabangkan, dan

melastarikan sosial budaya indonesia dengan cara (1) membina tugas–

tugas keluarga sebagai lembaga unttuk meneruskan norma dan udaya

masyarakat dan bangasa yang ingin dipertahankan (2) minat tugas–tugas

keluarga sebagai lembaga untuk menyaring normal budaya asing yang

tidak sesuai (3) membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga di man

anggotanya mengadakan kompromi/ adaptasi dari praktik.

14
c. Fungsi kasih sayang

Keluarga berfungsih mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang

setiap anggota keluarga, antar kerabat, antar generasi. Termasuk dalam

fungsi ini adalah: (1) menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang

telah ada di antara anggota ke dalam simbol – simboln nyata/ucapan dan

perilaku secara oprimal dan terus – menurus; (2) membina tingkah laku

saling menyayangi baik anatar keluarga yang satu dengan yang lainnya

secara kuantitatif dan kualitatif; (3) membina praktik kecintaan terhadap

kehidupan duniawi dan ikhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan

seimbangan; (4) membina rasa, sikap dan praktik hidup keluargayang

mampu memeberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup

ideal.

d. Fungsi perlindungan

Adalah fungsi untuk memberikan rasa aman secara lahir dan batin

kepada setiap anggota kelurga. Fungsi ini menyangkut : (1) memenuhi

kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang

timbul dari dalam maupun dari luar keluarga, (2) membina keamanan

keluarga baik fisik, psikis, maupun dari barbagai bentuk, ancaman dan

tantanag yang datang dari luar, (3) membina dan menjadikan stabilitas dan

keamanan keluarga sebagai modal menuju KKBS.

e. Fungsi reproduksi

Memberikan keturunan yang berkualitas melalui : pengaturan dan

perencanaan yang sehat dan menjadi insan pembangunan yang handal,

15
dengan cara : (1) membina kehidupan keluarga sebagai mana pendidikan

reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun bagi kelurga sekitarnya,

(2) memberikan contoh pengalaman kaidah–kaidah pemebentukan

keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental, (3)

mengamalkan kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu

melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga,

(4) megembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang

kondusif menuju ke KKBS.

f. Fungsi pendidikan dan sosialisasi

Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama dari

anggota keluarga yang berfungsiuntuk meningkatkan fisik, mental, sosial

dan spiritual secar serasi selaras dan seimbang. Fungsi ini adalah, (1)

menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai

wahana pendidikan dalam sosialisasi, (2) menyadari, merenanakan dan

menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat, (3) membina proses

pendidikan dan sosialaisasi remaja tentang hal – hal yang di perlukannya

untuk meningkatkan kematangan dan kedewasan fisik dan mental, yang

tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekollah maupun masyarakat, (4)

membina proses pendidikan dan sosialisasi terjadi dalam keluarga

sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagai anak, tetapi juga bagi

orang tua dalam rangka perkemabangan dan kematangan kehidupan

bersama menuju KKBS.

16
g. Fungsi ekonomi

Keluarga meningkatakan keterampilan dalam usaha ekonomis

produktif agar pendapatan keluarga meningkat dan tercapai kesejahteraan.

2.2 Konsep Perilaku Maladaptif

2.2.1 Pengertian Perilaku Maladaptif

Perilaku maladaptif artinya yang bersangkutan tidak mampu menyesuaikan

diri atau beradaptasi dengan keadaan disekeliling secara wajar. Perilaku

maladaptif yang dimaksudkan adalah perilaku-perilaku siswa yang menyimpang

atau perilaku yang tidak sesuai dengan harapan dengan tujuan pendidikan itu

sendiri.kata “adaptif” berarti cepat menyesuaikan diri dengan keadaan. Sedangkan

kata “mal” berarti tidak dengan demikian maladaptif artinya penyeusian yang

salah (Wilis, 2010).

2.2.2 Pandangan Teoritis Tentang Perilaku Maladaptif

1. Pandangan Behavioral

Pendekatan teori pembelajaran behavioristik terhadap kepribadian atau

perilaku memiliki dua asumsi dasar. Yang pertama adalah perilaku harus

dijelaskan dalam kerangka pengaruh kasual lingkungan terhadap individu

tersebut. Yang kedua adalah pemahaman manusia harus dibangunkan

berdasarkan riset ilmiah objektif di mana variabel dikontrol seksama

dalam eksperimen laboratorium. Kepribadian yang tidak normal atau

perilaku maladaptif terjadi karena individu tidak merospon stimuli dengan

tepat, hal tersebut dikarenakan mereka gagal mempelajari respon atau

17
mereka mempelajari respons maladaptif (maladaptive response).

(Murwani, 2007)

2. Pandangan Kognitif

Masalah proseskognitif disebabkan oleh masalah dengan perhatian

dan asosiasi-asosiasi. Individu telah kehilangan perhatian. Selama

kehilangan perhatian, mereka dikacaukan oleh pikiran-pikiran lain.

Kemudian mereka berputar-putar pada pikiran-pikiran semula.

Perkembangan perilaku dari segi kognitif adalah teori yang menempatkan

analisis proses pemikirannya dengan baik (Gerorge A.Kelly, 2008).

3. Pandangan fisiologis

Berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor

penyebab tingkah laku abnormal. Pendapat ini muncul pada abad ke-19

karena adanya perkembangan keilmuan khususnya pada bidang anatomi

faal, neurologi, kimia da kedokteran umum. Bahwa berbagai penyakit

neurologis akibat terganggu fungsi otak karena pengaruh fisik atau

kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.

Fungsi otak yang bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk

mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan

menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter (Putro, 2017)

Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari

perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain

dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa

bebarapa tingkah abnormaldi tentukan oleh gen yang diturunkan. Model

18
Organis dari penyakit mental menyatakan, bahwa sebab utama dari

tingkah laku abnormal ialah: kerusakanpada jaringan-jaringan otot atau

gangguan biokhemis pada otak (Hasanul, 2018)

2.2.3 Faktor – Faktor Penyebab Perilaku Maladaptif

Secara umum faktor penyebab perilaku maladaptif di bagi menjadi dua

yaitu : (Kumala Sary, 2010)

1. Faktor internal, artinya faktor dari dalam diri individu itu sendiri. Secara

intenal ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku maladaptif, yang

diantaranya :

a. Kondisi emosi yang kurang normal

Kondisi emosi remaja yang kurang normal mempengaruhi terjadinya

prilaku maladaptif . emosi remaja yang labil cenderung tida bisa

diendalikan. Hal ini sangat berkaitan dengan kepribadan jika emosi

labil maka kepribadian akan tidak stabil sehingga mudah terpengaruh

dengan hal lain.

b. Keimanan religiusitas yang kurang kuat

Kekakalan remaja bisa terjadi karena kurang tertanamnya jiwa agama

dalam hati tiap-tiap orang, serta tidak diterapkannya agama dalam

kehidupan sehari-hari oleh individu maupunmasyrakat itu. Iman

merupakan benteng pertama yang akan menghalau seseorang untuk

melakukan hal-hal yang mnyimpang dalam agama diatur cara

berperilaku sesuai al-quran.

19
c. Kondisi fisik yang tidak normal

Kelainan fisik dan keterbatasan yang dimiliki seseorang menjadikan

beban tersendiri dalam kehidupannya. Karena ia akan membandingkan

dengan teman sebayanya danmembuat anak frutasi dan gangguan

mental, membuatnya rendah diri dan pada akhirnyamelakukan

konferasiasi yang salah dengan melakukan penyimpangan.

2. Faktor eksternal : artinya faktor yang mempengaruhi diluar individu itu

sendiri adapun yang meliputi faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kelurga

Sebab eksternal kenakalan remaja bersumber dari keluarga diantaranya

sebagai berikut (1) broken home (2) pendidikan yang salah (3)

terjepitnya remaja antara norma lama dan baru.

b. Sekolah

Faktor eksternal pnyebab kenakalan remaja adalah bersumber dari (1)

guru, (2) fasilitas pendidikan (3) norma tingkah laku pendidikan dan

keterampilan guru, (4) kekurangan tenaga guru.

c. Masyarakat

Masyarakat adalah bagian dari lingkungan pendidikan. Dimana secara

tidak langsung akan mempengaruhi perilaku remaja itu sendiri.

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Faktor penyebab

maladaptif antara lain :

20
1. Faktor biologis

Para pendukung pendekatan biologis percaya bahwa perilaku maladaptif

disebabkan oleh tidak berfungsinya tubuh secara fisik, artinya bila

seseorang remaja bertingkah laku tanpa bisa dikendalikan, tidak

menunjukan kontak dengan realita atau mengalami depresi yang parah,

maka faktor-faktor biologislah yang menjadi penyebabnya. Dalam

referensi lain diungkapkan faktor biologis adalah berbagai keadaan

biologis atau jasmani yang dapat menghambat fungsi sanga pribadi dalam

kehidupan sehari-hari. Pengaruh faktor biologis lazimnya bersifat

menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai

dari kecerdasaan sampai daya tahan terhadap stres.

2. Faktor psikologis

Para pendukung pendekatan psikologis lebih memprihatinkan bahwa

perilaku maladaptif disebabkan oleh ketidkstabilan emosional,

pembelajaran yang salah, pemikiran yang kacau, dan hubungan dengan

orang lain yang tidak berarti.

Lebih lanjut dijelaskanbahwa faktor biologis berkenaan dengan, trauma

masa kanan-kanak depripasif parental, hubungan orang tua dan anak yang

patogenik (tidak serasi), struktur keluarga yang tidak serasi, stress berat.

3. Faktor sosial budaya

Selain faktor biologis dan psikologis ,penyebab perilaku maladaptif juga

disebabkan oleh faktor sosial budaya. Frekuensi dan intensitas maladaptif

sering kali berbeda-beda sesuai kebudayaan perbedaan dalam ganggan ini

21
berhubungan dengan faktor sosial, ekonomi, eknologi, agama, dan faktor-

faktor kebudayaan lainnya.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat juga

beberapa faktor seseorang berperilaku maladaptif. Faktor-faktor tersbut

dapat dikelompokan ebagai berikut

1. Kondisi-konsisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, kostitusi fisik,

susunan saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan dan penyakit.

2. Perkembangan dan kematangan, khsusnya kematangan intelektual ,

sosial, moral, dan emosional.

3. Pentua psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya,

pengkondisian, penentu diri (self determination) , frustasi dan konflik.

4. Kondisi lingkungan khususnya keluarga dan sekolah.

5. Penentu kultural, termasuk agama.

2.2.4 Bentuk-bentuk perilaku maladaptif

Adapun bentuk-bentuk perilaku maladaptif yaitu :

1. Suka datang terlambat

2. Kurang percaya diri

3. Suka gelisah

4. Sering bolos

5. Suka berteriak

6. Menganggu teman

7. Acuh tak acuh terhadap lingkungan

8. Pribadi tak seimbang

22
9. Merokok

2.3 Konsep Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Remaja adalah suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi

psikologis untuk menemukan identitas diri (Kusmiran, 2012). Masa remaja

merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada pada tingkatan yang sama (Suryati, 2011).

Pada masa remaja berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal,

fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan

terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan

tanda-tanda seksn sekunder, terjadi pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan

hubungan sosial dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat

mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan dengan

seksama (Susana, 2013).

2.3.2 Tahap Perkembangan Remaja

Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak

menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,

baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik,

dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa

yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah dengan

menunjukkan gejala primer dan sekunder dalam pertumbuhan remaja diantara

perubahan-perubahan fisik tersebut dibagi menjadi 2 yaitu : (Supriyani, 2012)

23
1. Ciri-ciri Seks Primer

Modul kesehatan reproduksi remaja Depkes 2002 (dalam Ririn

Darmasih 2009:9) disebutkan bahwa “ciri-ciri seks primer pada remaja

adalah remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi repeoduksi bila telah

mengalami mimpi basah”. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-

laki usia 10-15 tahun, pada remaja perempuan bila sudah mengalami

menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan

darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam

rahim yang banyak mengandung darah.

2. Ciri-ciri Seks Sekunder

Tanda-tanda fisik sekunder adalah tanda-tanda badaniah yang

membedakan pria dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain

pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi

panjang), payudara membesar, rambut disekitar kemaluan mulai tumbuh,

mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, haid, dan

tumbuh bulu diketiak. Sedangkan pada laki-lai bisa ditandai dengan

pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, awal

perubahan suara, tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot),

dan juga tumbuh bulu ketiak.

2.3.3 Perkembangan Psikologis Remaja

Fase remja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis,

penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal,

pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proposional, misalnya pada

24
hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja akhir, poroporsi tubuh mencapai ukuran

tubuh orang dewasa dalam semua bagainya (Syamsu Yusuf 2005).

2.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja

1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntutan

pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan

ibunya masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik

batin sendiri.

2. Kebutuhan fisik mampu psikis anak-anak remaja yang tidak terpenuhi,

keinginan dan harapan anak-anak tidak tersalur dengan memuaskan,

atau tidak mendapatkan kompensasinya.

3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang yang

sangat diperlukan untuk normal, mereka tidak biasakan dengan

disiplin dan kontrol-diri yang baik.

2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan

Peneliti Judul Metode Hasil


(Tahun)
Prima Hubungan Desain yang Bahwa terdapat
Khairunisa, Elis antara digunakan hubungan anatara
Hartati (2015) dukungan adalah desain dukungan keluarga
keluarga deskriptif dengan perilaku
dengan korelatif maladatif, dengan arah
perilaku dengan metode hubungan terbalik,
maladaptif cross sectional. yaitu semakin baik
siswa di SMP dukungan keluarga
Negeri 3 maka akan semkain
Kedungwuni ringan perilaku
Kabupaten maladaptif yang
Pekalongan ditunjukan siswa.
Yayun sutrisno Hubungan Skala disusun Hasil ini menunjukan
(2011) antara kontrol dengan model bahwa terdapat
diri dngan likert, validitas hubungan negatif
intensi dengan instrumen di antara kontrol diri

25
kenakalan uji dengan dengan kenakalan
remaja pada tehnik korelasi. remaja.
siswa laki-laki
S MA
Muhamadiya
Rengat

Perbedaan penelitian pertama dengan penelitian yang akan dilakukan

yaitu, penelitian pertama menggunakan sampel remaja siswa SMP , sementara

penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pada remaja siswa SMA. dan pada

penelitian pertama dan penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan

desain deskriptif korelatif. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian

pertama yaitu untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan

perilaku maladaptif pada remaja. Dan pada penelitian pertama dengan penelitian

yang akan dilakukan peneliti yaitu menggunakan metode cross sectional.

Sedangkan perbedaan penelitian kedua dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu instrument yang digunakan pada penelitian kedua ini

berupa skala control diri yang disusun berdasarkan teori averil dan skala

kenakalan remaja berupa teori Jensen, sedangkan instrument yang digunakan

peneliti mengggunakan kuesioner. persamaan dari kedua jurnal tersebut adalah

sampel yang digunakan adalah remaja SMA.

26
2.5 Kerangka Berfikir

2.5.1 Kerangka Teori

Dukungan keluarga

Adaptif Maladaptif

1. Kemampuan 1. Kurang percaya diri


konseptual, 2. Sering datang terlamabat
2. Kemampuan sosial 3. Gelisah
dan 4. Sering bolos
3. Kemampuan praktis 5. Mengganggu teman
6. Acuh tak acuh
7. Pribadi tak seimbang

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Eksternal
Internal

1. Kondisi emosi 1. Keluarga


2. Keimanan 2. Seksual
3. Kondisi fisik 3. masyarakat

Gambar 2.1 Kerangka Teori


(Kumala Sary, 2010)

27
2.5.2 Kerangka Konsep

Perilaku Maladaptif
Dukungan Keluarga

Keterangan :

: Variabel Independen

: Garis Hubungan

: Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian adalah :

1. Ada hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Maladaptif Remaja di

SMA Negeri 1 Telaga.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Telaga.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini diawali sdengan penyusunan proposal dan

pengambilan data awal yang dilakukan pada bulan maret, dan penelitian

akan dilakukan pada bulan mei 2020.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan desain cross

sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat

akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoadmodjo, 2010). Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan

perilaku maladaptif pada remaja.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu fasilitas yang digunakan untuk pengukuran

atau memanipulasi suatu penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam

penelitian ini diantaranya:

3.3.1 Variabel Independen (bebas)

29
Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Dukungan keluarga.

3.3.2 Variabel Dependen (terikat)

Donsu (2016) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dan manipulasi

variabel-variabel lain. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah

perilaku maladaptif pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional berfungsi menjelaskan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga

mempermudah pembaca atau penguji dalam mengartikan makna penelitian

(Nursalam, 2015).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Variabel Keluarga merupakan unit Kuesioner Rendah ≤ Ordinal
independen : terkecil dalam menggunakan 74, sedang
Dukungan masyarakat dimana skala Likert 75-106,
Keluarga terjadi interaksi anatara dengan tinggi ≥107
anak dan orangtuanya. jumlah (Azwar,
Keluarga berasal dari penyataan 26. 2009)
sang sengkerta kulu dan Masing-
warga atau keluarga yang masing
berarti anggota pernyataan
kelompok. mempunyai
skor :
STS = 5
TS = 4
R =3
S =2
SS = 1

30
Terdiri atas
pernyataan
positif dan
negatif.
pernyataan
positif
berjumlah 17
pernyataan.
pernyataan
negatif
berjumlah 9.
pernyataan.
Jawaban STS
untuk
pertanyaan
positif
mempunyai
skors 5 dan
STS untuk
pertanyaan
negatif
mempunyai
sokors 1.
Variabel Perilaku maladaptif Kuesioner Rendah Ordinal
Dependen : artinya yang menggunakan <59, sedang
perilaku bersangkutan tidak lagi skala Likert 60-91,
maladaptif mampu menyesuaikan dengan Tinggi >92.
diri atau beradaptasi jumlah (Azwar,
dengan keadaan pernyataan 2009)
sekeliling secara wajar. 19. Masing-
masing
pernyataan
mempunyai
skor :
SS = 4
S =3
TS = 2
STS = 1
Terdiri atas
pernyataan
positif 7
pernyataan
dan
pernyataan
negatif yang
berjumlah 12

31
pernyataan.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi merupakan kelompok besar yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sesuai dengan arah dan tujuan penelitian. Populasi dalam

penelitian ini sejumlah 241 siswa yang terdiri dari siswa kelas X dengan jumlah

113 siswa dan kelas XI SMA 128 siswa di SMA Negeri 1 Telaga.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah sejumlah karakteristik dari besarnya populasi yang dimiliki

kemudian digunakan utuk meneliti (sujarweni, 2014). Sampel dalam penelitian ini

adalah siswa laki-laki kelas X dan XI SMA Negeri 1 Telaga berjumlah 150 siswa.

3.5.3 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple

Random Sampling. Teknik pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling

adalah pengambilan sampel dengan cara acak namun memiliki kriteria yang

dibutuhkan.

Pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin dalam

(Nursalam, 2011) sebagai berikut :

n= N

1+N(d)2

Keterangan

32
n= Besar sampel

N= Jumlah populasi

d= derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan yaitu

5% (0,05) sehingga dapat dihitung sebagai berikut

n= 241

1+241(0,05)2

n= 241

1+241(0,0025)

n= 241

1,6025

n= 150

3.2 Tabel siswa Kelas X dan XI SMA Negeri 1 Telaga

Pengambilan sampel ini dilakukan menggunakan rumus Proporsi.

No Kelas X dan XI Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 X IPA 1 8 8
x 150 = 5
241

2 X IPA 2 10 10
x 150 = 6
241

3 X IPA 3 14 14
x 150 = 9
241

4 X IPA 4 7 7
x 150 = 4
241

5 X IPA 5 11 11
x 150 = 7
241

6 X IPS 1 17 17
x 150 = 11
241

33
7 X IPS 2 11 11
x 150 = 7
241

8 X IPS 3 8 8
x 150 = 5
241

9 X IPS 4 14 14
x 150 = 9
241

10 X IPS 5 13 13
x 150 = 8
241
11 XI IPA 1 13 13
x 150 = 8
241
12 XI IPA 2 12 12
x 150 = 7
241

13 XI IPA 3 9 9
x 150 = 6
241

14 XI IPA 4 11 11
x 150 = 7
241

15 XI IPA 5 10 10
x 150 = 6
241

16 XI IPA 6 12 12
x 150 = 7
241

17 XI IPS 1 18 18
x 150 = 11
241

18 XI IPS 2 16 16
x 150 = 10
241

19 XI IPS 3 16 16
x 150 = 10
241

20 XI IPS 4 11 11
x 150 = 7
241

34
3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer

dan data sekunder :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat langsung dari subyek

penelitian menggunakan alat pengukuran sebagai sumber informasi

yang dicari. Jenis data primer dalam penelitian ini diperoleh dari

kuesioner yang dijawab langsung oleh siswa SMA Negeri 1 Telaga.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak

langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya dan data yang

tidak dibuat atau diterbitkan oleh penggunanya. Data sekunder

biasanya berupa dokumen atau laporan yang telah tersedia (Siswanto,

dkk., 2014). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh peneliti dari

pihak sekolah SMA Negeri 1 Telaga.

3.6.2 Instrumen Penelitian

35
Menurut Sugiyono (2016) instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur

yang digunakan untuk mengukur variabel penelitan secara spesifik dimana

instrumen tersebut telah di uji validitas dan reliabilitas. Instrumen dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengidentifikasi hubungan

dukungan keluarga dengan perilaku maladaptif pada responden. Kuesioner yang

telah dimodifikasi dari penelitian Prayugo Candra kumaratungga Ariyati 2018,

Kuisioner dukungan keluarga terdiri atas 3 pernyataan pendahuluan mengenai

karakteristik responden yang meliputi nama, usia, dan kelas. Dan 26 pernyataan

tentang dukungan keluarga. Yang terdiri dari pernyataan positif berjumlah 17

pernyataan dan pernyataan negatif 9 pernyataan. Sementara untuk kuisioner

maladaptif berjumlah 19 pernyataan, dimana pernyataan positif berjumlah 7

pernyataan, pernyataan negatif berjumlah 12 pernyatan.

3.7 Teknik Analisis Data

3.6.3 Pengolahan Data

Pengolahan data ini dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut menurut Sujarweni (2014) :

1. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan melalui instrument

pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan Kuesioner.

a. Editing (Memeriksa)

Tahap editing adalah tahap pertama dalam pengolahan data

penelitian atau data statistik.Editing merupakan proses pemeriksaan

data di kumpulkan melalui alat pengumpulan data (instrumen

36
penelitian). Pada proses editing ini, umumnya peneliti melakukan

pemeriksaan terhadap data yang tekumpul. Pemeriksaan tersebut

mencakup memeriksa atau menjumlahkan banyaknya lembar

pertanyaan, banyaknya lembar yang telah lengkap jawabannya,

atau mungkin ada pertanyaan yang belum terjawab padahal

pertanyaan tersebut seharusnya ada jawabannya.

b. Coding (pemberian kode)

Merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah

pada saat analisis data dan juga pada saat entry data.

c. Entry

Pada tahap ini data di proses untuk keperluan analisa data.

Data di proses menggunakan aplikasi komputer dengan program

SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 25 for

windows.

d. Tabulasi

Setelah data selesai diproses menggunakan program SPSS

kemudian data dikelompokkan dalam tabel kerja, seperti tabel

distribusi karakteristik responden, distribusi jawaban kuesioner.

3.7.2 Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

37
Analisis univariat yaitu bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variabel (Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini variabel independen

adalah Dukungan Keluarga sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini adalah perilaku maladaptive.

2. Anilisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

(Notoatmodjo, 2010). Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini

ingin mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku

maladaptif dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf signifikan

atau batas kepercayaan adalah 0,05 menggunakan bantuan program SPSS.

3.8 Hipotesis Statik

1. H0 : Tidak ada hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Maladaptif

Remaja di SMA Negeri 1 Telaga.

2. H1 : Ada hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Maladaptif

Remaja di SMA Negeri 1 Telaga.

3.9 Etika penelitian

Menurut Nursalam (2011), untuk melakukan penelitian, peneliti

menekankan pada masalah etika yaitu :

38
1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan persetujuan untuk menjadi responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan inisial pada data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentialy (Kerahasiaan)

Pada saat melakukan penelitian, data dan informasi yang didapat dari

responden akan dirahasiakan kecuali pada waktu tertentu yang digunakan

sebagai laporan hasil penelitian.

4. Keadilan

Peneliti akan bersifat dan berperilaku adil pada saat melakukan penelitian

kepada semua responden dengan kata lain tidak memihak atau tidak berat

sebelah.

39
3.10 Alur Penelitian

Konsul pembimbing 1 dan 2

Ujian proposal

Permohonan ijin pada pihak

Informed consentsiswa siswi

Lembar persetujuan menjadi


responden

Bersedia Tidak bersedia

Pengisian lembar kuesioner

Pengumpulan data dan


pengolahan data (SPSS)

Analisis data

40
Laporan hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ariyati, 2018. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Resiliensi pada


Remaja di Keluarga Miskin. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang

Donsu, J. T. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. PT Pustaka Baru.


Jogjakarta

Friedman, M. 2010. Keperawatan Keluarga Riset, Teori, Dan Praktek. EGC.


Jakarta

Hasanul, M, 2018. Penanganan Perilaku Maladaptif Anak Tunagrahita di Sekollah


Luar Biasa Negeri Pembina Mataram. Skripsi. Jurusan Bimbingan Dan
Konseling Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Mataram

Khairunisa, P. Hartati, E. 2015 hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Perilaku Maladaptif Siswa di SMP Negeri 3 Kedungwuni Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Keperawatan Kominats. 3 (1) 2015.

Murwani, A. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Mitra cendekia. Jogjakarta.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nurwulan, D, 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemsan


Pada Pasien Pre Anestesi di RSUD Slemen. Skripsi Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan.Kesehatan

Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Salemba


Medika

Perry, dan Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta

41
Putro, K, 2017. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. 17 (1) 2017

Rusdiani, 2019. Upaya Guru Bimbingan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku


Maladaptif Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pendekatan
Behavioristik di SMK Broadcating Bina Crective Medan.Skripsi
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Medan

Sary, Y, 2011. Perilaku Maladaptif Dalam Proses Pemebelajaran Siswa Kelas VII
Sekollah Menengah Pertama Negeri 23 Pekanbaru.Skripsi Jurusan
Kependidikan, Islam Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru. Pekanbaru

Sugiyono,2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : PT


Alfabet.

Supriyani, 2012.Upaya Guru Dalam Mengatasi perilaku Maladaptif Siswa Dalam


Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 8 Centai
Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulawan Miranti. Skripsi Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Pekanbaru

Susana, N. 2013. Pengaruh perilaku teman sebaya terhadap motivasi belajar


peserta didik di SMP Negeri 1 Ranahbatahan Kabupaten Pasamanan
Barat. Skripsi. STKIP PGRI Sumatra Barat. Sumatra Barat

Sutrisno, Y. 2011. Hubungan antara kontrol diri dengan intensi kenakalan remaja
pada siswa laki-laki SMA Muhamadiyah Rengat. Skripsi. Fakultas
psikologi Universitas Isalam Negeri Sultan Syarif Kasim. Riau

Triyanto, E. R, Setiyani. R, Wulansari. 2014. Pengaruh Dukungan keluarga


Dalam Meningkatkan Perilaku Adaptif Remaja Pubertas. 2 (1) 2014.

Thoits, P.A. 2009. Social Suport As Coping Assistance Psychology. 54, 416-423.

Walsh, F. 2006. Strenghening family resiliense. The Guildford press. New York

42

Anda mungkin juga menyukai