Anda di halaman 1dari 29

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah stase Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

Astriani Nur Afifah Neng Syifa Nurul Ihsan


Elsa Nur Laela Sari Nia Kurniasih
Evita Rahmawati Milliarta Nisrina Aprilia Putri
Fauziah Falah Hanafilah Riezky Fajri Septiani
Ghilbran Fathurido Rizka Muliani
Indah Farida Sifa Nuraini
Irna Lucia Diana Sifva Fauziah
Ivana Sundari Sonia Dwiastuti Pratiwi
Leni Restiyanti Utia Rahmah Mulyahati
Lisna Ramadhanti Zinnirah Laila Nur Huda
Melina Eka Pratiwi Venna Noer Fadila
Mia Dwi Oktaviani Verawati Monalisa
Nabila Alifia Ahmad Viola Anggiani
Naomi Sella Aprilia

Dosen Pembimbing:
Neti Juniarti, S.Kp., MN., M.Kes., Ph.D
Hartiah Haroen, S.Kp., M.Ng., M.Kes., AIFO
Laili Rahayuwati, Dr.PH

PROGRAM PROFESI NERS XLI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN HIPERTENSI

Pokok Pembahasan : Pencegahan Hipertensi


Sasaran : Lansia di PSRLU Ciparay
Metode : Ceramah dan diskusi
Media : Poster
Waktu : 15 menit
Tempat : PSRLU Ciparay
Hari dan Tanggal : Desember 2021

A. TIU (TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit diharapkan peserta mampu
memahami mengenai pencegahan penyakit tidak menular / hipertensi.

B. TIK (TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS)


Setelah dilakukan penyuluhan kepada peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan
diharapkan peserta mampu Menjelaskan kembalimemahami :
1. Pengertian Hipertensi
2. Jenis Hipertensi
3. Faktor risiko Hipertensi
4. Tanda dan gejala Hipertensi
5. Bagaimana mencegah terjadinya Hipertensi
6. Apa saja dampak dari Hipertensi (komplikasi)

C. METODE
Metode yang digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan ini adalah berupa :
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab

D. MEDIA
Menggunakan media poster

E. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Sasaran Media


kegiatan

Pembukaan 2 menit 1. Persiapan 1. Menjawab Zoom


2. Mengucapkan komunikasi
1.
salam salam
3. Melakukan 2. Mendengarkan
perkenalan diri dan menyimak
4. Menyampaikan 3. Bertanya
mengenai mengenai
tujuan dalam perkenalan dan
pokok materi tujuan jika ada
5. Melakukan yang kurang
kontrak waktu jelas
Pelaksanaan 8 menit Melakukan 1. Peserta Zoom
penyampaian materi : mendengarkan
2.
1. Pengertian dan menyimak
Hipertensi 2. Bertanya
2. Jenis mengenai hal-
Hipertensi hal yang kurang
3. Faktor Risiko jelas atau kurang
terjadinya dipahami
Hipertensi
4. Apa saja tanda
dan gejala
Hipertensi
5. Bagaimana
mencegah
terjadinya
Hipertensi
6. Apa saja
dampak dari
Hipertensi
(komplikasi
Tanya jawab 4 menit 1. Melakukan 1. Pemateri dapat Zoom
tanya jawab melakukan
3.
2. Memberikan jawaban
kesempatan kepada peserta
kepada peserta yang bertanya
untuk bertanya 2. Mendengarkan
dan
memperhatikan

Penutup 1 menit 1. Melakukan 1. Mendengarkan Zoom


evaluasi dan
4.
2. Menyampaikan memperhatikan
kesimpulan 2. Mengucapkan
dari materi salam
3. Mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan
kata salam

F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan Media: Poster
d. Peserta hadir di tempat pendidikan kesehatan
e. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan dilaksanakan di PSRLU Ciparay
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dimulai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peserta didik mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dengan baik sampai
selesai.
c. Peserta tampak antusias dalam menerima pendidikan kesehatan yang diberikan.
d. Peserta memberikan respon terhadap materi yang diberikan dengan bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diberikan.
e. Suasana pendidikan kesehatan tertib dan tidak ada peserta yang meninggalkan
tempat pendidikan kesehatan.
3. Evaluasi Hasil
Memberikan pertanyaan evaluasi pada klien dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a. Peserta didik mampu menyebutkan kembali definisi dari hipertensi (Minimal 50%
benar)
b. Peserta didik mampu menjawab benar minimal 4 faktor risiko hipertensi
c. Peserta didik mampu menjawab benar minimal 4 tanda gejala hipertensi
d. Peserta didik mampu menjawab benar minimal 2 komplikasi
e. Peserta didik mampu menjawab benar minimal 2 pencegahan hipertensi
Lampiran Materi
1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Penyakit hipertensi ini sering disebut
dengan Silent Killer karena seseorang yang mengalami hipertensi tidak mengetahui adanya
gejala dari tekanan darah tinggi, tetapi seseorang akan mengetahui ketika kondisinya sudah
menimbulkan komplikasi atau adanya keparahan. Hipertensi ini biasanya cenderung akan
memiliki tekanan darah yang tidak stabil dan sulit dilakukan pengontrolan baik itu dengan
cara tindakan pengobatan tradisional maupun secara tindakan medis (Nisa, 2020).

2. Jenis Hipertensi (AHA, 2020)


a. Normal sistolik <130 mmHg dan diastolik <85 mmHg
b. Normal tinggi sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg
c. Hipertensi derajat I sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
d. Hipertensi derajat II sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 100 mmHg

3. Faktor Risiko atau Pemicu Hipertensi (Hazwan & Pinatih, 2017)


a. Genetik
Adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
b. Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang dapat menyebabkan penurunan fungsi organ


tubuh termasuk pembuluh darah. Pembuluh darah pada orang tua sudah tidak
fleksibel lagi atau mengalami kekakuan (disfungsi endotel).

c. Obesitas dan kurang berolahraga


d. Kadar garam tinggi
e. Garam/natrium dapat mengakibatkan retensi air, sehingga akan meningkatkan volume
darah yang harus dipompa jantung, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, vetsin, MSG dengan kadar natrium lebih tinggi dapat merangsang
pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah.
f. Makanan yang berlemak Makanan yang berlemak dapat mengakibatkan
aterosklerosis yang dapat mengakibatkan menyempitnya pembuluh darah akibat
menumpuknya lemak di pembuluh darah. Apabila pembuluh darah menyempit, dapat
mengakibatkan meningkatnya tekanan darah
g. Merokok dan minum-minuman alkohol
h. Stress

4. Tanda dan Gejala


Dalam (Brunner & Suddarth, 2013) menyatakan bahwa tanda dan gejala Klinis Hipertensi
meliputi :

a. Adanya peningkatan tekanan darah ketika dilakukan pemeriksaan fisik.


b. Pusing dan sakit kepala
c. Lemas
d. Sering merasa lelah
e. Sesak nafas
f. Mual muntah
g. Pendarahan dari hidung
h. Penurunan kesadaran

5. Pencegahan Hipertensi
C : Cek kesehatan secara rutin
Hal ini meliputi pengecekan tekanan darah rutin, selain itu screening hipertensi sangat
penting dalam upaya pencegahan hipertensi
E : Enyahkan asap rokok
Hindari merokok, selain itu juga hindari tempat-tempat yang terpapar dengan asap
rokok. hubungan rokok dengan hipertensi yaitu nikotin dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena nikotin didalam rokok diserap pembuluh darah kecil dalam paru-
paru
R : Rajin aktivitas fisik
Aktivitas fisik sangat penting untuk memperlancar aliran darah, dengan melakukan
olahraga minimal 5 kali seminggu selama 30 menit dalam sehari.
D : Diet seimbang
Diet kalori seimbang sangat penting dalam menghindari hipertensi, seperti menghindari
makan-makanan berlemak, menghindari makanan yang terlalu asin, perbanyak sayuran
dan buah-buahan
I : Istirahat cukup
Istirahat yang cukup merupakan hal yang cukup penting, salah satunya dengan
mengupayakan tidur cukup 6 hingga 8 jam per hari.
K : Kelola stress
Stress merupakan faktor yang sering sekali menjadi permulaan penyakit, pengendalian
stress dapat dilakukan dengan cara mencari hobi, ataupun aktivitas yang menyenangkan
agar tubuh tetap sehat.

6. Komplikasi
Dalam (Kementerian Republik Indonesia, 2019) terdapat beberapa komplikasi yang dapat
menyebabkan hipertensi. Diantaranya yaitu :
a. Stroke
Stroke terjadi akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau terjadi akibat emboli
yang terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal. Sehingga mengakibatkan aliran darah ke daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
sehingga besar kemungkinan terbentuknya aneurisma
b. Infark Miokard
Infark miokard terjadi akibat arteri koroner tidak mampu menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuknya trombus yang dapat menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat mengakibatkan iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Hipertrofi ventrikel akan menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga mengakibatkan disritmia,
hipoksia, jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal diakibatkan karena kerusakan progresif yang diakibatkan karena tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus akan
mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron menjadi
terganggu dan dapat menyebabkan hipoksia dan kematian. Terjadinya kerusakan pada
membran glomerulus, protein dapat keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid
plasma akan, dan menyebabkan edema yang sering terjadi pada hipertensi kronik
d. Gagal Jantung
Gagal jantung terjadi karena ketidakmampuan jantung dalam memompa darah dan
kembalinya ke jantung dengan cepat dapat mengakibatkan cairan terkumpul dalam paru,
kaki dan jaringan lain yang biasa disebut dengan edema.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RISIKO JATUH

Topik : Resiko jatuh


Sasaran : Pramuwerdha dan perawat
Media : Leaflet
Hari/Tanggal : Senin 13 Desember 2021
Waktu : 1x25 menit WIB
Tempat : Panti Werdha Ciparay
Narasumber : PPN 41

A. TIU (TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit diharapkan peserta mampu
memahami cara penanganan resiko jatuh

B. TIK (TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS)


Setelah dilakukan penyuluhan kepada peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan
diharapkan peserta mampu menjelaskan kemali:memahami :
1. Pengertian resiko jatuh
2. Faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
3. Assessment risiko jatuh
4. Pencegahan jatuh
5. Penanganan jatuh

C. METODE
Metode yang digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan ini adalah berupa :
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab

D. MEDIA
Menggunakan media poster atau leaflet

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Sasaran Media


kegiatan

1. Pembukaan 2 menit 1. Persiapan 1. Menjawab Zoom


2. Mengucapkan komunikasi
salam salam
3. Melakukan 2. Mendengarkan
perkenalan diri dan menyimak
4. Menyampaikan 3. Bertanya
mengenai mengenai
tujuan dalam perkenalan dan
pokok materi tujuan jika ada
5. Melakukan yang kurang
kontrak waktu jelas
2. Pelaksanaan 8 menit Melakukan 1. Peserta Zoom
penyampaian materi : mendengarkan
1. Pengertian dan menyimak
resiko jatuh 2. Bertanya
2. Faktor yang mengenai hal-
mempengaruh hal yang kurang
i resiko jatuh jelas atau kurang
3. Assessment dipahami
risiko jatuh
4. Pencegahan
jatuh
5. Penanganan
jatuh
3. Tanya jawab 4 menit 1. Melakukan 1. Pemateri dapat Zoom
tanya jawab melakukan
2. Memberikan jawaban
kesempatan kepada peserta
kepada peserta yang bertanya
untuk bertanya 2. Mendengarkan
dan
memperhatikan

4. Penutup 1 menit 1. Melakukan 1. Mendengarkan Zoom


evaluasi dan
2. Menyampaikan memperhatikan
kesimpulan 2. Mengucapkan
dari materi salam
3. Mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan
kata salam

EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan Media: Poster
d. Peserta hadir di tempat pendidikan kesehatan
e. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan dilaksanakan di PSRLU Ciparay
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dimulai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peserta didik mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dengan baik sampai
selesai.
c. Peserta tampak antusias dalam menerima pendidikan kesehatan yang diberikan.
d. Peserta memberikan respon terhadap materi yang diberikan dengan bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diberikan.
e. Suasana pendidikan kesehatan tertib dan tidak ada peserta yang meninggalkan
tempat pendidikan kesehatan.
3. Evaluasi Hasil
Memberikan pertanyaan evaluasi pada klien dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a. Peserta didik mampu menyebutkan kembali cara pencegahan jatuh pada lansia
(Minimal 50% benar)
b. Peserta didik mampu menjawab benar terkait hal apa saja yang perlu diperhatikan
saat melakukan pencegahan jatuh pada lansia
Lampiran Materi Resiko Jatuh

1. Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau
tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak sengaja/ tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke
lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor
fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin) (Ashar, 2016, ).
2. Faktor penyebab resiko jatuh
Faktor risiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori (Arimbawa, 2021) :
a. Intrinsik: berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi psikologis
b. Ekstrinsik: berhubungan dengan lingkungan
Selain itu, faktor risiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat
diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan tunamicipoteds. Faktor risiko
yang dapat diperkirakan merupakan hal-hal yang diperkirakan dapat terjadi sebelum
pasien jatuh.

Intrinsik (berhubungan Ekstrinsik (berhubungan


dengan kondisi pasien) dengan kondisi lingkungan)
Dapat diperkirakan - Riwayat jatuh - Lantai basah,
sebelumnya pencahayaan kurang
- Inkontinensia - Alas kaki tidak pas
- Gangguan kognitif / - Kursi atau tempat tidur
psikologis beroda
- Gangguan - Rawat inap
keseimbangan / berkepanjangan
mobilitas - Peralatan yang tidak
- Usia > 60 tahun aman
- osteoporosis - Tempat tidur
- status kesehatan ditinggalkan dalam
yang buruk posisi tinggi
- Gangguan
muskuloskeletal

Tidak dapat - Kejang - Reaksi individu


diperkirakan - Aritmia jantung terhadap obat - obatan
- Stroke / serangan
aritmia sementara
Transient Ischemia
Atack (TIA)
- Pingsan
- Serangan jatuh
(Drop Attack)
- Penyakit kronis

3. Assessment risiko jatuh


MFS termasuk alat penilaian yang memenuhi kriteria dan dirancang untuk
membantu menargetkan pasien yang berisiko jatuh terutama pada usia >65 tahun.
Instrument MFS (Morse Fall Scale) dirancang dengan menciptakan lingkungan yang
bebas dari bahaya, yaitu mengorientasikan pasien terhadap lingkungan dan pemberian
instruksi yang jelas tentang bagaimana menggunakan alat bantu jalan (Morse, 2009).
Skala MFS dinilai secara menyeluruh dan berkala, diidentifikasi dari tingkatan jatuh skor
>45 risiko tinggi, skor 25–44 risiko sedang, skor 0–24 risiko ringan dan mewakili 6
faktor yang berkontribusi signifikan terhadap kemungkinan pasien jatuh (Morse, 2009).

Faktor Resiko Skala Score


Riwayat jatuh Pernah Pernah: 25
Tidak pernah Tidak pernah: 0

Ada
Tidak Ada
Diagnosis penyerta Ada: 15
Tidak ada: 0

Alat bantu untuk berpindah 1. Perabotan (kursi, meja, Perabotan: 30


dll) Walker:15
2. Walker Tidak
3. Tidak ada / bed / kursi ada/bed/kursi
roda, perawat roda, perawat:0

Penggunaan Obat IV atau Heparin 1. Menggunakan Menggunakan:


2. Tidak menggunakan 20
Tidak:0
Cara Berjalan atau Berpindah 1. Tidak mampu Tidak mampu:
2. Lemah 20
3. Normal, bedrest, Lemah: 10
immobilisasi Normal, bedrest,
immobilisasi: 0

Keadaan Mental status 1. Mudah lupa Mudah lupa: 15


2. Orientasi baik Orientasi baik: 0

4. Pencegahan jatuh
Mencegah jatuh di tempat pelayanan kesehatan,ada beberapa hal yang bisa
dilakukan,antara lain (Maha, 2019) :
1. Pada saat klien pertama kali masuk, orientasikan klien terhadap lingkungan
sekitarnya dan jelaskan tentang system panggil yang berlaku. Kaji secara teliti
kemampuan klien untuk ambulasi dan berpindah. Berikan alat bantu jalan dan
bantuan sesuai kebutuhan.
2. Kaji secara teliti kemampuan klien untuk ambulasi dan berpindah. Berikan alat
bantu jalan dan bantuan sesuai kebutuhan
3. Awasi klien secara ketat yang beresiko jatuh, terutama pada malam hari.
4. Dorong klien untuk menggunakan bel panggil jika perlu bantuan. Pastikan bel
tersebut berada dalam jangkauan klien.
5. Letakkan dan overbed table di dekat tempat tidur atau kursi sehingga klien tidak
sulit menjangkaunya yang bisa mengakibatkan klien kehilangan keseimbangan
6. Atur agar tempat tidur selalu dalam posisi rendah dan rodanya terkunci ketika
tidak sedang melakukan tindakan sehingga klien dapat ke tempat tidur atau
meninggalkan tempat tidur dengan mudah.
7. Dorong klien untuk menggunakan palang genggam yang terdapat di dinding
bagian atas kamar mandi dan toilet serta palang genggam di sepanjang koridor
8. Pastikan terdapat keset yang anti slip di bak mandi dan pancuran
9. Anjurkan agar klien menggunakan alas kaki yang antislip.
10. Jaga kebersihan lingkungan agar tetap rapi, terutama singkirkan kabel yang ringan
dari tempat yang sering dilalui dan dari perabot yang digunakan
11. Pasang pagar tempat tidur klien yang sedsng dalam kondisi konfusi, sedasi,
gelisah, dan tidak sadar, serta biarkan pagar tetap naik bila klien ditinggal sendiri.
5. Penanganan Jatuh Pada Lansia
Langkah - langkah pertolongan pertama pada lansia yang jatuh (Hammett, 2015):
1. Dekati pasien atau lansia dengan tenang dan meyakinkan, waspada terhadap bahaya
disekitar
2. Jangan terburu-buru untuk memindahkan lansia yang terjatuh
3. Posisikan penolong berada sejajar dengan lansia yang terjatuh lalu nilai
- Apakah lansia tersebut berespon ?
- Jika tidak responsif – apakah mereka bernafas?
4. Jika bernafas. Perhatikan baik-baik bagaimana lansia terjatuh dan dengan hati-hati
letakkan lansia di posisi pemulihan untuk menjaga jalan napas mereka tetap bersih
5. Jika tidak bernapas: segera mulai CPR dan bertindak sesuai dengan kebijakan
Jika orang tersebut responsif
1. Bicaralah dengan lansia tersebut. Coba dan pastikan bagaimana lansia dapat terjatuh dan
jika mungkin kaji apakah ada penyebab medis seperti stroke
2. Coba cari tahu di bagian mana yang paling sakit dan lihat dengan cermat untuk melihat
apakah ada pendarahan, memar, atau anggota badan yang berkerut yang menunjukkan
cedera tertentu.
3. Jika mereka sadar dan mungkin jatuh dari ketinggian yang dapat bisa melukai leher atau
tulang belakang mereka maka jangan gerakkan dan pertahankan posisi. Telepon
ambulans dan tetap pertahankan posisi sampai paramedis tiba.
4. Jika ada perdarahan, berikan tekanan kuat dengan bantalan bersih sambil menunggu
kotak P3K.
5. Jika mulai menunjukkan tanda-tanda syok klinis seperti TD menurun, akral dingin,
frekuensi nadi meningkat maka baringkan lansia tersebut dan dan angkat kaki mereka
sampai bantuan medis datang
Jika tidak ada cedera atau penyebab medis yang jelas untuk jatuh
1. Dengan hati-hati dan sangat perlahan bantu ke posisi duduk perhatikan baik-baik tanda-
tanda nyeri, ketidaknyamanan, atau pusing
2. Dengan bantuan, bantu dengan hati-hati untuk kembali ke tempat tidur.
3. Kaji kembali dengan sangat hati-hati dan periksa sepenuhnya untuk memastikan bahwa
tidak ada cedera yang tak terlihat
4. Awasi lansia dengan cermat selama 24 jam ke depan, beritahu keluarga atau kerabat
terdekat mereka dan isi formulir kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, K. (2021). KEJADIAN JATUH PADA LANJUT USIA.


http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/2748/1/a56c4caf81c6068143983d1d2fc6cc47.pdf
Anbarasan, S. S. (2015). Gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di wilayah kerja
puskesmas rendang pada periode 27 februari sampai 14 maret 2015. Intisari Sains
Medis, 4 (1), 113–124.
Asana, Y., Sambriong, M., & Gatum, A. M. (2016). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan
Sesudah Terapi Rendam Kaki Air Hangat pada Lansia di UPT Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang. CHM-K Health Journal, 11(2), 37–42.
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Ashar. (2016, Januari). Gambaran persepsi faktor risiko jatuh pada lansia di panti Werda
Budi 4 Margaguna Jakarta Selatan.
Hammett, E. (2015, August 18). First Aid for Falls. First Aid for Life. Retrieved December 10,
2021, from https://firstaidforlife.org.uk/first-aid-falls/
Hazwan, A., & Pinatih, G. N. I. (2017). Gambaran Karakteristik Penderita Hipertensi dan
Tingkat Kepatuhan Minum Obat di Wilayah Kerja Puskesmas Kintamani I. Intisari
Sains Medis, 8(2), 130–134
Haryati, S., & Kristanti, L. A. (2020). Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Gunungsari Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun. Journal of Nursing Care & Biomolecular, 5(1), 49–55.
Kementerian Republik Indonesia. (2019, July 8). Apa Komplikasi berbahaya dari Hipertensi?
Direktorat P2PTM. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/apa-komplikasi-berbahaya-dari-hipertensi
Maha, N. (2019). Pelaksanaan Peningkatan Keselamatan Pasien Resiko Jatuh.
Muharni, S., & Christya Wardhani, U. (2020). Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi dengan Senam Ergonomik. Jurnal Endurance, 5(1), 71.
https://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4550
Rohkuswara, T. D., & Syarif, S. (2017). Hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1
di pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (posbindu PTM) Kantor Kesehatan
Pelabuhan Bandung Tahun 2016. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(2).
Thei, A. D., Sambriong, M., & Gatum, A. (2018). Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di UPT Panti Sosial
Penyantun Budi Agung Kota Kupang. Jurnal Stikes Kupang.
Tiara, Shinta, Sukawana, I. W., & Dkk.(2016). Efektifitas Perawatan Luka Decubitus
Menggunakan Balutan Modern Di Rsup Sanglah Denpasar. I(1), 1–9.
Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Coping/Article/Download/6453/4968
Yuliana, R., Ayu, N. M. S., Saribu, H. J. D. S., & Arianingsih, T. (2015). The Effect Of Warm
Water Foot Soak To Decrease Hypertension On Elderly. International Nursing
Conference, 281–287.

Anda mungkin juga menyukai