(SAP)
UPAYA PENCEGAHAN DIARE KEPADA SISWA/SISWI SD INPRES OEBA 1
TENTANG PENTINGNYA KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN MENERAPKAN
PHBS
KELAS/ SEMESTER:A/IV
PROGRAM STUDI
NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSAKUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan Ujian Akhir Semester mata kuliah Promosi
Kesehatan dengan tema“Pencegahan Diare Dengan Menerapkan PHBS Dalam Memelihara
Kesehatan diri dan Lingkungan Sekolah Dalam penulisan Satuan Acara Penyuluhan ini
banyak mendapat kendaladan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan
maupun dari segi penulisan.Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat
menyelesaikan SatuanAcara Penyuluhan ini.
Kami menyadari dalam Satuan Acara Penyuluhan ini banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan di
masa mendatang. Demikian Satuan AcaraPenyuluhan yang dapat kami buat, atas
perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Kelas A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Oleh karena itu kami dari mahasiswa fakultas kesehatan prodi Ners kampus
Universitas Citra Bangsa, mempunyai kepedulian terhadap masyarakat Yang berada
di lingkungan keluarga dengan tingkat kebersihan yang rendah untuk memberikan
edukasi pendidikan mengenai pentingnya pembersian lingkungan di sekolah dan juga
kerja bakti bersama-sama mahasiswa dan siswa/siswi untuk membersikan lingkungan
luar sekitar sekolah demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
Oleh karena itu kami berpartisipasi serta atas memenuhi tugas mata kuliah komunitas
untuk itu kami melakukan pengabdian ini di SD inpres Oeba 1.
1.3 TUJUAN
1. TujuanUmum
Meningkatkan kepedulian mahasiswa/I Universitas citra bangsa dalam hal ini
sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan juga mengedukasi
kesehatan kepada siswa/siswi SD.
2. TujuanKhusus
Agar siswa/siswi dapat mengetahui resiko dari tidak membersihkan
lingkungan sekolah.
Agar siswa/siswi dapat menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan
sehat) dalam melakukan berbagai aktivitas-aktivitas sehari-hari.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIARE
I. PENGANTAR
Pokok Bahasan : Diare
Sub Topik : Pencegahan Penyakit diare
Hari / Tanggal : kamis, 01 september 2022
Waktu / Jam : 20 menit / 10.00 WITA - selesai
Tempat : SD inpres oeba 1
Sasaran : siswa siswi SD inpres oeba 1
V. METODE
Ceramah, Diskusi dan tanya jawab
VI.MEDIA
Leaflet
Proyektor
VII. PENGORGANISASI
1. Moderator: Kezia G.N Dju
2. Penyuluh : Elisabeth E. Marut
3. Fasilitator : Putri Aulia Sari
4. Observer : Chatharini E. Babo
VIII. EVALUASI
A. Struktur
1. mahasiswa/i mempersiapkan SAP, materi, dan media yang akan diberikan.
2. mahasiswa/i datang tepat waktu dan pada tempat yang telah ditentukan.
3. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu.
BAB III
MATERI
1. Pengertian
- Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkandapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
- Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensicair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua
kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang
airbesar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire.
- Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih dari tiga kali dalam satu hari. Diare merupakan penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (>3 kali
sehari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau lembek,
dengan/tanpa darah dan/atau lender.
- Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung
kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan
bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih
dengan konsistensi cair.
2.Etiologi Diare
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain
A. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, aeromonas,
dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus,
astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
B. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
3. . Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang
benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan
sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi. Selain
itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu.
Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka
ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus
dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan
sirkulasi darah.
Menurut jufrri dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor resiko diare yaitu :
a. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan
makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja.
b. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di
Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan
peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare karena bakteri cenderung meningkat pada
musim hujan.
c. faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air bersih (SAB),
pemanfaatan SAB, kualitas air bersih.
4. . Manifestasi Klinik
1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan muntah
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering,
tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, dan glukosa
4. Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah
6. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui ( Widoyono, 2005: 151 )
1. Menggunakan air bersih
Tanda-tanda air bersih :
Ø Tidak berwarna
Ø Tidak berbau
Ø Tidak berasa
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian
besar kuman penyakit.
3. Membuang tinja bayi dan anak-anak dengan benar.
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih
dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempat tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
7. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien
diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution
(ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah
mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi
adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus.
Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitan dalam menjaga, takut
bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat
penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi
stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri
oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba
coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat
membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Banyak minum air putih
2. Rehidrasi perinfus
3. Antibiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi
Penyakit diare seperti juga penyakit lain usaha pencegahan terdiri dari : pencegahan primer
yaitu mencegah agar tidak timbul penyakit diare, pencegahan sekunder yaitu mencegah agar
walaupun sudah terjadi penyakit, penyulitnya tidak terjadi, dan untuk pencegahan tersier
yaitu usaha mencegah agar tidak terjadinya kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi
penyulit. Pencegahan penyakit seperti diare di sekolah dapat dilakukan dengan promosi atau
pemberian pendidikan kesehatan pada warga sekolah. Anak-anak sekolah didalam kehidupan
bangsa tidak dapat diabaikan karena mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa. Oleh
sebab itu, pendidikan di sekolah adalah merupakan investasi (human investment) bagi
pembangunan bangsa. Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam
meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan.
Oleh sebab itu, promosi atau pendidikan kesehatan disekolah adalah sangat penting
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010), promosi atau pendidikan kesehatan di
sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat,
karena hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa :
a. Sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk membina dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral, maupun intelektual.
b. Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara upaya
kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan perilaku hidup sehat,
karena :
1) Anak usia sekolah (1-4 tahun dan 20-40 tahun) mempunyai persentase yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
2) Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam
rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat.
3) Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau
pembaruan, karena kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah
dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan
hidup sehat. Upaya kesehatan sekolah merupakan suatu cara dimana program pendidikan dan
kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku 23 kesehatan sebagai faktor utama
untuk kehidupan. Sekolah yang berwawasan kesehatan, dimana sekolah bukan hanya sebagai
tempat kegiatan belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk pembentukan perilaku hidup sehat
(Notoatmodjo, 2010).