Anda di halaman 1dari 11

Penilaian Dini dan Bantuan Hidup Dasar dengan ABC dan RJP

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah
Manajemen Bencana Alam
Semester 3
Dosen Pengampu : Kuswanto, S Kep, MH.Kes

Disusun oleh :
1. Widya Nonik Rahayu (P1337424620001)
2. Fatimah Ika Susanti (P1337424620002)
3. Lisatun Inayah (P1337424620003)
4. Aulia Veny Nurrossidah (P1337424620004)
5. Hinung Tri Aprilia (P1337424620006)
6. Eky Marsella Agustina (P1337424620007)
7. Ina Julita (P1337424620008)
8. Muhimatul Maeyasaroh (P1337424620009)
9. Evilia Nur Ayun (P1337424620010)
10. Aisatul Ilmiyah (P1337424620011)
11. Winannty Baskoro Pribadi (P1337424620012)
12. Reza Sri Anantya (P1337424620013)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BLORA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENILAIAN DINI DAN BANTUAN HIDUP DASAR

Pokok Bahasan : Penilaian Dini dan Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Sub Pokok Bahasan : Teknik ABC dan RJP
Sasaran : Mahasiswa Tingkat 2 D III Kebidanan Blora
Hari, tanggal : Sabtu, 16 Oktober 2021
Waktu : 10.00 - 12.00 WIB
Tempat : Kampus 4 Poltekkes Kemenkes Semarang

A. Latar Belakang
Data dari badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa, penyakit jantung
merupakan penyebab utama kematian, meliputi 12,2 persen (7,2 juta) kematian di seluruh
dunia. Serangan jantung adalah kondisi medis yang segera membutuhkan pertolongan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang tertuang pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 854/MENKES/SK/IX/2009 tentang pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah di dunia meningkat menjadi 20 juta pada tahun 2015 (Kep Menkes RI
2009). Penatalaksanaan yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir penyakit jantung
dengan melakukan penilaian dini serta bantuan hidup dasar. Selain penyakit jantung,
penilaian dini dan bantuan hidup dasar dapat dilakukan pada penyakit stroke atau orang
dengan gangguan pernapasan lainnya.
Penilaian dini adalah analisis awal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan
lainnya. Penilaian dini merupakan bagian dari pertolongan pertama, yang mana
pertolongan pertama sendiri merupakan penanganan medis dasar untuk mencegah
adanya cacat atau maut. Penilaian dini dilakukan untuk mengetahui masalah pada sistem
pernapasan dan sistem sirkulasi pada korban, apabila terdeteksi adanya gangguan pada
sistem tersebut segera berikan bantuan hidup dasar dan resusitasi.
Bantuan hidup dasar merupakan rangkaian awal untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas atau henti jantung.
Tindakan dalam bantuan hidup dasar sering disebut dengan resusitasi. Resusitasi yang
memiliki arti usaha untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka, menunjang pernapasan dan
sirkulasi tanpa menggunakan alat-alat bantu. Resusitasi jantung paru (RJP) biasa
dilakukan dengan kompres bagian dada dan bantuan napas.
Dari penjabaran diatas, kelompok kami berminat untuk melakukan praktik
penyuluhan mengenai penilaian dini dan bantuan hidup dasar dengan ABC dan RJP.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan seluruh mahasiswa Tingkat
2 DIII Kebidanan Blora mampu memahami tentang Penilaian Dini dan Bantuan
Hidup Dasar
2. Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat memahami mengenai apa itu
penilaian dini dan tujuan dilakukannya penilaian dini serta dapat
menerapkannya di kehidupan sehari-hari
2. Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat memahami langkah-langkah
penilaian dini
3. Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat memahami mengenai apa itu
bantuan hidup dasar (BHD) dan tujuan dilakukannya BHD
4. Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat memahami langkah-langkah
bantuan hidup dasar (BHD)
5. Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat memahami teknik ABC dan
RJP, serta dapat memahami indikasinya.
6. Setelah dilakukan demonstrasi Penilaian dini dan Bantuan Hidup Dasar
dengan ABC dan RJP, peserta mampu melakukannya dengan baik.

C. Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 16 Oktober 2021
Waktu : 120 menit
Sasaran : Mahasiswa Tingkat 2 D III Kebidanan Blora
Tempat : Kampus 4 Poltekkes Kemenkes Semarang
Pemberi Penyuluhan : Mahasiswa Tingkat 2 D III Kebidanan Blora (Kelompok 1 Mata
Kuliah MBA)
Media : Power Point, LCD Proyektor, Laptop
Materi : Terlampir
Rencana Kegiatan :
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
10.00-10.10 WIB Pembukaan Mendengarkan dan
Perkenalan penyuluh dan memperhatikan
menjelaskan tujuan penyuluhan
10.10-11.30 WIB Penjelasan Materi Memperhatikan dan
Demonstrasi, Praktik mencoba mempraktikkan
11.30-11.50 WIB Evaluasi Menjawab pertanyaan dan
Tanya jawab mengajukan pertanyaan
11.50-12.00 WIB Penutup Mendengarkan

D. Evaluasi
1. Apa pengertian dari penilaian dini?
2. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian dini?
3. Apa yang dimaksud dengan teknik ABC?
4. Apa pengertian dari Bantuan Hidup Dasar (BHD)?
5. Apa tujuan dilakukannya Bantuan Hidup Dasar (BHD)?
6. Apa saja indikasi dilakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
7. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam Resusitasi Jantung Paru (RJP)?
8. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam Resusitasi Jantung Paru (RJP)?
9. Setelah dilakukan demonstrasi Penilaian dini dan Bantuan Hidup Dasar (BHD),
peserta mampu mempraktikkannya.

E. Materi (terlampir)
Lampiran

MATERI PENILAIAN DINI

Pada tahap penilaian dini, penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila dalam
pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernapasan dan sistem
sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi.
A. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penilaian Dini
1. Kesan Umum
Harus dilakukan penentuan apakah korban menderita kasus trauma atau
kasus medis.
a. Kasus Trauma
Kasus yang disebabkan oleh ruda paksa dengan tanda yang terlihat jelas atau
teraba. Contoh :luka terbuka, luka memar, patah tulang dan sebagainya
dengan disertai gangguan kesadaran.
b. Kasus Medis
Kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa. Contoh : sesak
napas atau pingsan. Pada kasus ini penolong harus lebih berupaya mencari
riwayat gangguannya.
2. Memeriksa Respon
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berat ringannya
gangguan yang terjadi di dalam otak. Respon dinilai berdasarkan reaksi yang
diberikan korban terhadap rangsangan yang diberikan penolong. Respon korban
dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu Awas, Suara, Nyeri, Tidak-Respon (ASNT).
a. Awas
Korban sadar dan mengetahui keberadaannya, biasanya korban tanggap
terhadap orang, waktu dan tempat.
b. Suara
Korban hanya bisa menjawab/ bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
Penderita ini dikatakan respon terhadap rangsang suara.
c. Nyeri
Korban hanya bereaksi jika diberikan rangsang nyeri, misal dengan cubitan
yang kuat oleh penolong.
d. Tidak-Respon
Korban tidak bereaksi dengan rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong.
B. Teknik ABC
1. Airway (Memastikan jalan napas terbuka dengan baik)
Pastikan jalan napas korban terbuka dan bersih. Cara menentukan keadaan
jalan napas tergantung dari keadaan korban apakah ada respon atau tidak.
a. Respon baik
Perhatikan pada saat korban berbicara, perhatikan ada tidaknya
gangguan suara atau gangguan berbicara, atau ada suara tambahan? Suara
tambahan ini dapat menjadi petunjuk adanya gigi, darah atau benda lainnya
dalam saluran napas. Nilai juga apakah penderita itu dapat mengucapkan
suatu kalimat tanpa terputus atau tidak.
b. Tidak respon
Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan napas
terbuka. Bila tidak ada kecurigaan cedera spinal gunakan teknik (angkat dagu
- tekan dahi). Sebaliknya jika ada cedera spinal gunakan teknik (perasat
pendorongan rahang bawah).
Pemeriksaan jalan nafas tidak hanya dilakukan sekali saja, namun
berulang kali dan terus menerus, terutama pada korban yang mengalami
cedera berat atau banyak muntah.
2. Breathing (Menilai Pernapasan)
Periksalah ada atau tidaknya napas korban dengan cara lihat, dengar dan
rasakan selama 3-5 detik. Penilaian ini tidak hanya terbatas pada ada atau tidaknya
nafas, tapi juga kualitas nafas itu sendiri, apakah korban cukup untuk
mempertahankan kehidupan. Bila ternyata korban tidak bernapas, maka segera
lakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi Jantung Paru.
3. Circulation (menilai dan menghentikan perdarahan berat)
yaitu pengecekan nadi karotis,menghentikan sumber pendarahan dan
kemudian dilakukan kompresi dada sebanyak 30 kali. Pada pemeriksaan ini
penolong menilai apakah jantung korban melakukan tugasnya untuk memompa
darah ke seluruh tubuh atau tidak, pastikan denyut jantung tetap baik dan tidak ada
pendarahan yang membahayakan nyawa. Menilai Sirkulasi
a. Korban Respon
Periksa nadi radial (pergelangan tangan) , untuk bayi pada nadi
brakial (bagian dalam lengan atas).
b. Korban Tidak Respon
Periksa nadi karotis (leher), pada bayi tetap pada nadi brakial
(bagian dalam lengan atas). Pemeriksaan dilakukan dengan interval waktu 5-
10 detik, Bila tidak ada segera lakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
Lampiran

MATERI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

A. Pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD)


BHD sendiri adalah Resusitasi, yang artinya usaha yang dilakukan untuk
menjaga jalan nafas tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi tanpa
menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat
keadaan tanda henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi
dan ventilasi. Selain itu Resusitasi juga dikatakan sebagai sebuah upaya menyediakan
oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang
meliputi pemijatan jantung dan ventilasi yang memenuhi syarat.
B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar dilakukan bertujuan untuk mencegah berhentinya
pernafasan atau sirkulasi, serta memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan
ventilasi dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi
jantung paru ( RJP)
Bantuan Hidup Dasar diusahakan dilakukan secepat mungkin serta paham
tentang cara melakukan RJP karena jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan
berhasil mencegah kematian adalah 98%. Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun
sampai 50%. Dan jika terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
Syarat RJP dikatakan berkualitas adalah
1. Kompresi di titik tengah dada siklus 30 : 2
2. Kedalaman kompresi (5 -6 cm)
3. Kecepatan kompresi (100-120x/menit)
4. Beri kesempatan dada unt mengembang sempurna setelah kompresi
5. Interupsi minimal, bebaskan jalan napas dengan posisi head tilt, chin lift
(didongakkan, dagu ditahan), atau posisi jaw thrust (menahan tulang rahang)
apabila curiga ada trauma leher
6. Berikan ventilasi secara adekuat
7. Jika alat defibrilator sudah datang, segera lakukan cek irama dan kejut jantung jika
memungkinkan
C. Indikasi dilakukannya Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar harus dilakukan jika menemukan :
1. Korban dengan penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas
2. Tidak ditemukan adanya nafas atau tidak ada nadi
3. Henti nafas (respiratory arrest)
4. Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan. Henti napas disebabkan oleh beberapa hal yaitu tenggelam, stroke,
sumbatan pada jalan nifas, inhalasi gas, kelebihan dosis obat, trauma, dan koma.
5. Henti Jantung
6. Henti jantung akan menghambat sistem sirkulasi, sehingga menyebabkan otak dan
organ vital kekurangan oksigen. Tanda awal dari henti jantung yaitu pernapasan
terganggu (tersenggal-senggal).
D. Langkah-langkah Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam Resusitasi Jantung
Paru (RJP)
1. (D) Danger yaitu pastikan keamanan penolong, pasien, lingkungan.
2. (R) Respon,cek kesadaran/respon korban, kemudian .
3. (S) Shout, yaitu minta tolong,
4. (C) Circulation, lakukan kompresi segera.
5. (A) Airway adalah membebaskan jalan napas.
6. (B) Breathing yaitu memberikan pernapasan buatan.
E. Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP)
RJP ( Resusitasi Jantung Paru) terdiri dari 2 tahap yaitu survey primer yang
dapat dilakukan oleh setiap orang dan survey sekunder yang hanya dapat dilakukan oleh
tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan merupakan lanjutan dari survey primer.
RJP ini dilakukan terhadap korban henti nafas seperti sumbatan jalan nafas, depresi
pernafasan. Selain itu RJP juga diberikan kepada korban henti jantung seperti penyakit
jantung dan trauma. RJP dilaksanakan melalui cara CPR (Cardiopulmonary resuscition)
konvensional.
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan dari tindakan A, B dan C
di atas. Resusitasi Jantung Paru dilaksanakan dengan memastikan bahwa penderita tidak
ada respon / tidak sadar, tidak terdapat pernafasan dan tidak terdapat denyut nadi. Pada
manusia dewasa resusitasi jantung paru dikenal 2 (dua) rasio, yaitu rasio 15 kali kompresi
dada berbanding 2 kali tiupan bantuan nafas (15:2) apabila dilaksanakan oleh satu
penolong, serta rasio 5:1 per siklus apabila dilaksanakan oleh 2 (dua) orang penolong.
Teknik resusitasi jantung paru adalah untuk melakukan sesegera mungkin
dengan interupsi seminimal mungkin, dan pada penolong tidak terlatih, lakukan kompresi
saja tanpa pemberian napas buatan.
1. Persiapan Pasien
Resusitasi jantung pasien dilakukan secara segera dan tidak membutuhkan
persiapan khusus. Hal yang penting saat persiapan adalah untuk memastikan bahwa
lingkungan aman untuk melakukan resusitasi jantung paru, tidak hanya untuk
pasien tapi juga bagi penolong. Setelah lingkungan dipastikan aman, penolong
harus memastikan henti jantung pasien dengan memeriksa kesadaran, frekuensi
dan pola pernapasan, dan nadi dalam 10 detik menggunakan metode AVPU (Alert-
Voice responsive- Pain responsive- Unresponsive).
Memeriksa frekuensi dan pola pernapasan dapat dilakukan dengan metode
look-listen-feel, yaitu melihat gerakan dada pasien sambil mendengarkan.
Memeriksa nadi dengan cepat dapat dilakukan dengan meraba denyut arteri karotis
ataupun arteri radialis. Jika penolong hanya seorang diri dan menemukan tanda
henti jantung yaitu pasien tidak berespons, tidak bernafas ataupun pola pernapasan
yang abnormal, dan denyut nadi tidak teraba segera panggil terlebih dulu bantuan
atau aktifkan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu.
2. Peralatan
RJP dapat dilakukan tanpa peralatan khusus. Jika ada, peralatan yang
diperlukan adalah alat pelindung diri, misalnya sarung tangan dan masker.
Ketidakadaan alat pelindung diri tidak seharusnya menjadi alasan tidak
melakukan/penundaan resusitasi jantung paru karena belum ditemukan hubungan
signifikan antara menjadi pelaku resusitasi jantung paru dengan tertular penyakit
melalui resusitasi jantung paru. Alat lain yang juga diperlukan adalah defibrilator
kardiak yang dapat memberikan kejut listrik ke jantung pasien yang diharapkan
dapat mengembalikan irama jantung yang normal.
3. Posisi Pasien
Posisi terbaik pasien yang akan menerima resusitasi jantung paru adalah
posisi telentang pada permukaan yang keras. Hal ini memungkinkan kompresi yang
efektif ke area sternum. Sementara itu, petugas kesehatan yang melakukan
kompresi dada harus berada dalam posisi yang cukup tinggi untuk mencapai
regangan lengan yang cukup sehingga dapat menggunakan berat badannya secara
adekuat untuk mengkom
Teknik kompresi dada pada manusia dewasa :
1. Posisikan penderita berbaring telentang pada bidang yang keras (misal : lantai).
2. Posisikan penolong berada di samping penderita.
3. Temukan pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri (ulu hati).

4. Tentukan titik pijatan (kira-kira 2 ruas jari ke arah dada atas dari titik pertemuan
lengkung tulang iga kanan dan kiri).

5. Posisikan salah satu tumit tangan di titik pijat, tumit tangan lainnya diletakkan di
atasnya untuk menopang.
6. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tumit tangan.

7. Lakukan pijatan jantung luar.

Anda mungkin juga menyukai