Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/314984390

Potensi Penggunaan Materi Genetik Fetus pada Sirkulasi Maternal untuk


Diagnosis Prenatal Noninvasif Penyakit Genetik

Article · February 2017


DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9

CITATIONS READS

0 1,363

4 authors:

Dewi Megawati Ita Margaretha Nainggolan


University of California, Davis Eijkman Institute
12 PUBLICATIONS   36 CITATIONS    10 PUBLICATIONS   64 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Agung Mahendra Nanis Marzuki


Udayana University Eijkman Institute
11 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    21 PUBLICATIONS   31 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Enhanced Antiviral Sensors (EAVS) View project

Viral infection View project

All content following this page was uploaded by Dewi Megawati on 20 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


REVIEW ARTICLE

WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1 Mei 2016, Hal. 1-9

Potensi Penggunaan Materi Genetik Fetus pada Sirkulasi


Maternal untuk Diagnosis Prenatal Noninvasif Penyakit Genetik
Dewi Megawati1, Ita M. Nainggolan2,3, Agung Nova Mahendra4, Nanis S. Marzuki2,3
1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa, Denpasar
2
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta
3
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jakarta
4
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
Email: dewimegawati.aa@gmail.com

Abstrak
Diagnosis prenatal adalah teknik diagnostik untuk menentukan kondisi fetus yang belum lahir apakah
memiliki kelainan genetik ataupun kelainan lainnya. Teknik ini umumnya dilakukan pada penyakit genetik
yang tidak dapat diobati di mana terminasi menjadi bahan pertimbangan. Teknik ini juga dilakukan pada kasus
yang memerlukan penanganan segera pada saat prenatal dan pada kondisi yang dapat menimbulkan morbiditas
atau mortalitas pada ibu. Diagnosis prenatal dapat dilakukan melalui metode invasif dan noninvasif. Metode
invasif seperti amniocentesis dan biopsi villi korialis (CVS) memiliki resiko menimbulkan kecacatan bahkan
kematian fetus. Pendekatan nonivasif melalui ultrasonografi belum cukup akurat untuk diagnosis penyakit
genetik, sehingga masih memerlukan pengambilan sampel fetus untuk menegakkan diagnosis. Pendekatan
terbaru pengambilan sampel fetus secara noninvasif dilakukan melalui pengambilan sel fetus, DNA dan
mRNA fetus yang terdapat dalam sirkulasi darah maternal. Pada artikel ini dipaparkan mengenai
perkembangan riset, kendala, serta potensi aplikasi klinis ketiga metode pengambilan sampel fetus tersebut.
Kata kunci: diagnosis pr enatal nonivasif, penyakit genetik, cell-free fetal DNA/mRNA, sel fetus
Abstract
[Potential Use of Fetal Genetic Material in Maternal Circulation for Prenatal Noninvasive Diagnosis of
Genetic Disease]
Prenatal diagnostic technique is used to determine whether the unborn fetus is affected with a genetic
disorder or other abnormality. This technique is generally carried out for a genetic disease that is not treata-
ble, in which the termination should be considered. This technique is also performed in cases that require im-
mediate action during the prenatal period and in conditions that can lead to morbidity or mortality of the
mother. Prenatal diagnosis can be done by invasive and noninvasive methods. Invasive methods such as amni-
ocentesis and chorionic villus sampling (CVS) have a risk of causing disability and even death of the fetus.
While noninvasive approach by ultrasound is not sufficiently accurate for the diagnosis of genetic diseases,
therefore further fetal sampling is required. Noninvasive prenatal diagnosis is a new type of genetic testing
done through taking fetal cells, fetal DNA and mRNA, which are found in maternal blood circulation. In this
review, we present development of research, constraints, and potential clinical applications of these three
methods for noninvasive sampling of the fetus.
Keywords: noninvasive prenatal diagnosis, genetic disease, cell-free fetal DNA/mRNA, fetal cell

LATAR BELAKANG monogen, penyakit poligen/multifaktorial,


Penyakit genetik adalah suatu kondisi kelainan kromosom dan kelainan
[1]
yang disebabkan oleh kelainan salah satu/ mitokondria. Sampai saat ini, belum ada
lebih gen atau kromosom. Penyebab tindakan kuratif yang memadai untuk
kelainan tersebut dapat berupa perubahan mengatasi penyakit genetik. Tata laksana
satu nukleotida pada gen, delesi besar pada penyakit genetik pada umumnya hanya
kromosom serta kelainan jumlah atau bersifat suportif dan simptomatik dengan
struktur kromosom. Penyakit genetik dapat pemberian terapi untuk mengurangi gejala
diklasifikasikan menjadi: penyakit klinis. Terapi gen pada penderita penyakit

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 2

genetik masih belum dapat diaplikasikan kendala seperti: letak plasenta di anterior,
secara luas karena hasil penelitian masih kehamilan ganda, oligohidramnion dan ibu
sangat bervariasi dan memerlukan biaya dengan obesitas.[3]
yang besar. Metode stem cell cukup mahal DNA fetus dapat diisolasi dari 20 mg
dan sangat memerlukan kecocokan human villi korialis atau 15 mL cairan amnion.
leukocyte antigen (HLA). Pada pasangan Kendala utama menggunakan sumber DNA
yang mempunyai resiko memiliki anak dari biopsi villi korialis adalah
dengan penyakit genetik yang kemungkinan adanya kontaminasi maternal,
membahayakan fetus dan maternal, dapat oleh karena itu villi korialis perlu
dilakukan tindakan preventif baik berupa dipisahkan terlebih dahulu dari maternal
konseling genetik pranikah maupun desidua menggunakan mikroskop bedah
diagnosis prenatal.[2] (dissecting microscope) sebelum dilakukan
Diagnosis prenatal dapat dilakukan isolasi DNA fetus. Berdasarkan
melalui metode invasif dan noninvasif. pertimbangan waktu pelaksanaan, teknik
Pendekatan noninvasif melalui biopsi villi korialis lebih dipilih
ultrasonografi (USG) masih memerlukan dibandingkan dengan teknik amniocentesis
prosedur lanjutan untuk memastikan walaupun memiliki resiko abortus lebih
diagnosis penyakit genetik, sehingga tinggi. Teknik amniocentesis diagnosis
pengambilan sampel fetus tetap diperlukan prenatal dikerjakan pada trimester kedua
untuk dianalisis lebih lanjut pada level sehingga diagnosis baru dapat diketahui
molekuler. Sebagai contoh: kasus hydrops pada usia kehamilan yang lebih lanjut.
fetalis yang terdeteksi pada janin dengan Terminasi pada saat fetus sudah mulai
USG memerlukan analisis lebih lanjut bergerak yakni pada trimester kedua dapat
untuk memastikan penyebab hydrops. menimbulkan beban emosional yang berat
Pengambilan sampel fetus dapat dilakukan bagi pasien, sehingga diusahakan untuk
melalui metode invasif seperti pengambilan melakukan diagnosis prenatal pada
[2, 5]
cairan amnion (amniocentesis) dan biopsi trimester pertama.
vili korialis (CV S/chorionic villus Perkembangan diagnosis prenatal
sampling).[3, 4] ditujukan untuk keamanan prosedur
Pertimbangan metode yang digunakan diagnostik dan ketepatan waktu analisis
untuk diagnosis prenatal didasarkan pada sehingga diharapkan penegakan diagnosis
usia kehamilan. Seluruh prosedur dapat dilakukan sedini mungkin. Metode
pengambilan sampel fetus harus dilakukan amniocentesis dan biopsi villi korealis
oleh ahli fetomaternal dengan panduan memiliki resiko membahayakan kesehatan
USG kualitas tinggi. Biopsi vili korialis fetus dan maternal, sehingga metode
dilakukan dengan cara transervikal atau alternatif yang bersifat noninvasif
aspirasi abdominal pada usia kehamilan dieksplorasi secara lebih aktif. Penemuan
yang lebih dini, yaitu pada usia kehamilan 9 sel fetus,[6] DNA fetus (cff-DNA/cell-free
-11 minggu, namun biopsi villi korialis fetal DNA),[7] dan mRNA fetus (cff-mRNA/
pada usia kurang dari 10 minggu fetal messanger RNA)[8] pada sirkulasi
menimbulkan risiko terjadinya malformasi, maternal memberikan harapan baru untuk
sehingga WHO menganjurkan untuk diagnosis prenatal noninvasif. Pengambilan
dilakukan setelah usia kehamilan 10 sampel fetus tersebut dapat dilakukan lebih
minggu. Resiko terjadinya abortus pada dini, yakni sejak usia kehamilan 7 minggu.
[9]
biopsi villi korialis sekitar 1-2%, sedangkan
tindakan amniocentesis, yaitu pengambilan Setelah melalui lebih dari tiga dekade
cairan amnion yang umumnya efektif penelitian intensif, analisis noninvasif
dilakukan pada usia kehamilan 16-22 terhadap genom fetus melalui pemeriksaan
minggu, memiliki resiko abortus lebih kecil darah perifer maternal telah menjadi
yaitu 0,5%.[3] Pengambilan sampel fetus kenyataan, dan telah digunakan oleh
melalui amniocentesis memiliki beberapa beberapa lembaga di Eropa untuk

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 3

mendiagnosis penyakit genetik.[10] Pada serum atau plasma maternal (Gambar atas perkenaan
artikel ini akan dikaji lebih mendalam Grup Peneliti Kelainan Darah Lembaga Eijkman).
mengenai perkembangan diagnosis prenatal Walaupun keberadaan sel fetus pada
nonivasif serta kendala dan potensi sirkulasi maternal sudah diketahui sejak
penggunaan sel fetus, DNA fetus, dan abad ke-19, penggunaan sel fetus tersebut
mRNA fetus untuk mendeteksi penyakit untuk deteksi penyakit genetik belum dapat
genetik. dilakukan. Selain jumlah sel fetus yang
sangat sedikit pada darah maternal, metode
Perkembangan Diagnosis Prenatal khusus juga diperlukan untuk memurnikan
Noninvasif sel fetus dari sel-sel lain yang terdapat pada
Berbanding terbalik dengan sirkulasi maternal. Penemuan DNA fetus
pengetahuan yang mengatakan bahwa dan mRNA fetus pada sirkulasi maternal
plasenta merupakan sawar impermeabel yang tanpa memerlukan pengayaan sangat
antara ibu dan fetus, beberapa studi menjanjikan bagi bidang diagnosis prenatal
membuktikan keberadaan sel fetus, DNA noninvasif penyakit genetik. Keberadaan
fetus dan mRNA fetus dalam sirkulasi sekuen spesifik kromosom-Y dalam
maternal (Gambar 1).[11] Penemuan sel fetus sirkulasi maternal yang sedang mengandung
pada sirkulasi maternal pertama kali fetus laki-laki dapat dijadikan marker untuk
dilaporkan oleh Schmorl, seorang ahli deteksi penyakit genetik pada fetus.
patologi dari German pada tahun 1893. Penyakit genetik yang sudah dapat dideteksi
Schmorl menemukan trofoblas yang berasal melalui metode ini antara lain penyakit X -
dari plasenta pada 17 paru-paru wanita yang linked seperti Duchenne muscular
meninggal akibat komplikasi eklampsia.[12] dystrophy (DMD) dan penyakit hemofilia.
Pada tahun 1959, Douglas et al. juga Duchenne muscular dystrophy yaitu
menemukan trofoblas pada sirkulasi penyakit bersifat letal yang menyerang laki-
maternal menggunakan mikroskop.[13] laki karena tidak berfungsinya protein
Perkembangan yang pesat pada bidang distrofin pada otot. Penyakit hemofilia
diagnosis prenatal noninvasif dimulai sejak disebabkan oleh defisiensi faktor VIII yang
Lo et al. mengidentifikasi keberadaan DNA berperan dalam pembekuan darah. Prinsip
fetus (cff-DNA/ cell free fetal DNA ) pada kerja metode noninvasif untuk penyakit X -
plasma maternal pada tahun 1997. [7] linked yaitu dengan cara mendeteksi
Selanjutnya, mRNA fetus (cff-mRNA) juga keberadaan sekuen spesifik kromosom-Y.
ditemukan terdapat dalam plasma maternal Jika sekuen spesifik kromosom-Y tidak
oleh Poon et al. pada tahun 2000. [8] terdeteksi pada DNA/RNA dalam sirkulasi
maternal, diagnosis prenatal dengan cara
invasif tidak dibutuhkan untuk konfirmasi.
[14]
Penggunaan metode noninvasif untuk
menentukan jenis kelamin fetus pada
kehamilan yang memiliki resiko tinggi
penyakit X -linked sudah dilakukan di
Inggris. Sejak diaplikasikan dari tahun 2006
hingga 2011 terjadi peningkatan
penggunaan DNA fetus pada sirkulasi
maternal untuk deteksi penyakit ini dari
sekitar 50 kasus menjadi lebih dari 400
kasus.[15] Metode ini juga sudah dapat
Gambar 1: Sel fetus, DNA dan mRNA fetus pada mendeteksi jenis aneuploidi terutama kasus
sirkulasi maternal. Diagnosis pr enatal noninvasif sindrom Down yang disebabkan oleh
dapat dilakukan dengan kehadiran sel fetus, DNA trisomi kromosom 21.[16]
fetus, mRNA fetus pada sirkulasi maternal. DNA
dan mRNA fetus yang dideteksi terdapat dalam Metode diagnosis prenatal noninvasif
juga dilaporkan dapat digunakan untuk

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 4

penentuan jenis kelamin pada kasus kan dengan sampel DNA fetus yang
ambiguitas seperti congenital adrenal diperoleh dari amnion ataupun biopsi
hyperplasia (CAH) yaitu hiperplasia adrenal korialis yang memiliki kemungkinan
yang mengakibatkan defisiensi 21- adanya kontaminasi DNA maternal.[12]
hidroksilase. Enzim tersebut berperan Keberadaan kedua alel yang berasal dari
dalam jalur normal biosintesis genom maternal dan paternal pada DNA
glukokortikoid. Defisiensi 21-hidroksilase fetus yang berasal dari sel amnion maupun
menyebabkan akumulasi prekursor villi korialis perlu dipastikan terlebih dahulu
glukokortikoid yang akan diubah menjadi sebelum dilakukan pendeteksian mutasi
androgen. Peningkatan kadar androgen untuk menghindari kesalahan diagnosis. Hal
menyebabkan virilisasi genital pada janin ini dilakukan dengan memeriksa variable
wanita dan dapat menimbulkan infertilitas. vumber tandem repeat (VNTR) atau short
Pencegahan manifestasi klinis CAH yang tandem repeat (STR) sebagai penanda
berat dapat dilakukan dengan pemberian untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
dexametason lebih dini bagi janin melalui kontaminasi DNA maternal.[3]
ibu.[15] Selain itu, keberadaan DNA fetus Penggunaan sel fetus pada sirkulasi
dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit maternal untuk tes diagnostik pelayanan
tanatophoric dysplasia yang bersifat letal, genetik belum rutin dilakukan. Kendala
diturunkan secara autosomal dominan, dan utamanya adalah keberadaan sel fetus yang
akibat mutasi de novo.[16, 17] sangat jarang yaitu satu sel fetus dalam satu
Pada penerapannya, analisis materi mililiter darah maternal.[12] Oleh karena
genetik fetus pada sirkulasi maternal untuk sangat tidak mudah untuk mengisolasi satu
deteksi penyakit genetik memerlukan teknik sel fetus diantara jutaan sel maternal
PCR yang sama dengan pengerjaan DNA sehinggga diperlukan suatu pengayaan.
fetus yang diperoleh dari amniocentesis dan Pada tahun 2002, National Institute of
biopsi villi korialis. Namun terdapat Child Health and Human Development
beberapa kendala yang perlu diselesaikan Fetal Cell Isolation Study (NIFTY)
terlebih dahulu sebelum materi genetik berusaha mengatasi masalah ini dengan
fetus pada sirkulasi maternal dapat menggunakan metode magnetic cell sorting
digunakan sebagai sarana untuk mendeteksi (MACS) dan fluorescent-activated cell
jenis penyakit genetik dengan cakupan yang sorting (FACS) untuk mengisolasi sel fetus.
lebih luas. Salah satu kendala yang perlu Prinsip dasar kedua teknik tersebut adalah
diatasi adalah penemuan metode yang pengenalan antigen-antibodi menggunakan
efektif untuk memisahkan materi genetik antibodi monoklonal yang spesifik terhadap
fetus dari materi genetik maternal. eritrosit fetus berinti.[12] Kelompok peneliti
ini menggunakan antibodi monoklonal
Sel fetus pada sirkulasi maternal untuk mengenali CD71 etritrosit fetus
Pengetahuan mengenai keberadaan sel berinti dan melakukan PCR untuk
-sel fetus pada sirkulasi maternal membuka mengamplifikasi sekuen spesifik kromosom
lahan baru untuk diagnosis prenatal -Y. Hasil penelitian menunjukkan sekuen
noninvasif. Terdapat beberapa jenis sel spesifik kromosom-Y terdeteksi hanya pada
fetus yang sudah dilaporkan terdapat dalam 75% wanita yang sedang mengandung janin
sirkulasi maternal seperti: trofoblas, laki-laki dan kemurnian eritrosit berinti
leukosit, dan eritrosit fetus berinti (NRBC/ fetus rendah. Kemurnian sel fetus
Nucleated Red Blood Cell). Keuntungan ditingkatkan dengan menggunakan MACS
menggunakan sel fetus sebagai sumber seleksi negatif CD45 untuk mengurangi
DNA untuk tes genetik diagnosis prenatal eritrosit berinti maternal. Prosedur ini
adalah DNA yang diperoleh merupakan dilakukan sebelum mendeteksi eritrosit
DNA murni fetus tanpa perlu berinti fetus CD71. Pendeteksian
menghawatirkan kemungkinan adanya menggunakan MACS menunjukkan hasil
kontaminasi DNA maternal, jika dibanding- yang lebih baik, namun sensitivitas metode

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 5

ini hanya 50%. [13] diperoleh hanya dengan menggunakan


Setelah isolasi DNA berhasil 10µL supernatan serum/plasma maternal.
dilakukan, masih terdapat kendala dalam Terdapat beberapa hipotesis mengenai
deteksi mutasi akibat tingginya tingkat asal DNA fetus dalam sirkulasi maternal
allelic drop out.[11] Alellic drop out adalah antara lain: sel hematopoetik fetus, trofoblas
suatu kondisi dimana salah satu alel tidak pada plasenta, dan ditransfer secara
dapat diamplifikasi (baik alel maternal langsung dari maternal. Pada awalnya DNA
ataupun paternal). Hal ini berpotensi fetus diperkirakan berasal dari sel fetus
menimbulkan negatif palsu jika digunakan yang berada dalam sirkulasi maternal.
sebagai tes genetik. Menurut Hahn et al. Namun mengingat keberadaan sel fetus
minimal dibutuhkan 5-6 sel untuk yang sangat jarang (1 sel fetus per 1 mL
mengimbangi kemungkinan terjadinya darah), tentunya konsentrasi DNA fetus
allelic drop out. [10] juga akan sangat kecil. Salah satu
Kendala lain dalam penggunaan sel penjelasan yang dapat diajukan adalah DNA
fetus pada sirkulasi maternal adalah fetus berasal dari sel fetus yang mengalami
terjadinya apoptosis pada sel fetus saat kerusakan saat mencoba memasuki sirkulasi
memasuki sirkulasi maternal. Hal ini maternal. Hipotesis lain menyatakan bahwa
diperkirakan terjadi karena eritroblas fetus konsentrasi DNA fetus yang cukup tinggi
memasuki lingkungan yang kaya akan diperkirakan berasal dari trofoblas plasenta
oksigen pada sirkulasi maternal.[11] yang mengalami apoptosis, sehingga
Walaupun menemui banyak kendala, riset konsentrasi DNA fetus meningkat seiring
tentang sel fetus ini masih berlangsung. dengan perkembangan plasenta pada masa
Para ahli berpendapat bahwa riset kedepan kehamilan. DNA fetus juga dideteksi
lebih ditujukan pada metode isolasi sel fetus terdapat pada cairan tubuh maternal lainnya
dari sirkulasi maternal terlebih dahulu seperti amnion, urin, cairan serebrospinal
sebelum mencari metode yang relevan dan cairan peritoneal. Konsentrasi DNA
untuk ektraksi materi genetik. fetus pada amnion 200 kali lebih banyak
dari pada plasma maternal sehingga
DNA Fetus (cff-DNA/cell-free fetal DNA) diperkirakan DNA fetus ditransfer secara
Riset tentang DNA fetus pada serum langsung dari sirkulasi fetus ke sirkulasi
maternal berkembang setelah ditemukan maternal. [11]
cell-free tumor DNA pada plasma dan Menurut Lench et al. Konsentrasi
serum pasien kanker. Dasar pemikiran DNA fetus pada serum maternal ditemukan
penelitian ini adalah perkembangan fetus lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
dan plasenta yang cepat diumpamakan dengan konsentrasi DNA yang diperoleh
seperti perkembangan tumor. Lo et al.[7] dari DNA sel fetus yang diambil dari darah
pada tahun 1997 menemukan keberadaan maternal.[15] Pada awal kehamilan,
DNA fetus laki-laki pada plasma dan serum konsentrasi DNA fetus 0,014-0,54% dalam
maternal. A mniocentesis dan pengambilan serum maternal dan 0,39-11,9% dalam
sampel darah perifer dilakukan pada 43 plasma maternal. Konsentrasinya akan
wanita hamil dengan usia kehamilan 12-40 bertambah seiiring dengan perkembangan
minggu. Melalui amniocentesis diketahui fetus, pada akhir kehamilan konsentrasi
bahwa 30 orang mengandung janin laki-laki DNA fetus 0,032-3,97% dalam serum
dan 13 orang mengandung janin maternal dan 2,33-11,4% dalam plasma.
perempuan. DNA fetus diekstraksi dari Prosedur analisis DNA fetus dari
kedua sampel tersebut, kemudian dilakukan serum/plasma maternal lebih mudah
PCR untuk mendeteksi sekuen spesifik daripada analisis DNA dari sel fetus karena
kromosom-Y (DYS14). Hasil positif tidak memerlukan pengayaan sel fetus.
terdeteksi pada 24 dari 30 sampel plasma, Namun, berdasarkan studi dengan next-
dan pada 21 dari 30 sampel serum maternal generation sequencing diketahui bahwa
yang mengandung fetus laki-laki. Hasil ini DNA fetus merupakan DNA terfragmentasi

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 6

dengan ukuran sekitar 160bp dan sebagian mengingat akondroplasia diturunkan secara
kecil sekitar 340bp. Hal ini menyebabkan autosomal dominan dan 98% kasus
implementasi diagnosis prenatal akondroplasia diakibatkan oleh mutasi titik
menggunakan DNA fetus terbatas pada nt1138 G>A (p.Gly380Arg) pada gen
pendeteksian mutasi pada segmen DNA FGFR3.[15]
tertentu. Pada pendeteksian mutasi titik Diagnosis prenatal menggunakan
pada DNA fetus, perlu didesain primer DNA fetus terbatas hanya pada mutasi yang
untuk menghasilkan fragmen DNA yang diturunkan secara paternal. Keterbatasan ini
pendek (<150bp) agar amplifikasi berjalan disebabkan oleh belum adanya teknik untuk
dengan efisien. Beberapa jenis penyakit memisahkan DNA fetus dengan DNA
seperti fragile-X syndrome yang disebabkan maternal pada plasma. Teknik elektroforesis
oleh ekspansi triplet nukleotida (CGG) pernah dimanfaatkan untuk pengayaan
n>1kb pada gen FMN1 tidak dapat DNA fetus. Ukuran DNA fetus yang lebih
dideteksi dengan menggunakan metode ini. pendek dibandingkan dengan DNA
Pengulangan triplet nukleotida 40-60 kali maternal memungkinkan dilakukan
mungkin masih dapat terdeteksi elektroforesis untuk kemudian DNA fetus
menggunakan DNA fetus, seperti pada tersebut dapat dimurnikan, namun metode
Huntington disease yang disebabkan oleh ini menyebabkan DNA fetus banyak yang
ekspansi triplet nukleotida (CAG)n pada terdegradasi dan terdapat peluang terjadi
exon-1 gen HTT>40 kali, sedangkan kontaminasi DNA lain. Penggunaan analisis
pengulangan triplet nukleotida dengan DNA fetus untuk penyakit genetik yang
ukuran lebih besar tidak akan terdeteksi diturunkan secara autosomal resesif dapat
dengan metode ini.[5, 15] dilakukan dengan adanya teknik digital
Chitty et al.[17] melaporkan diagnosis PCR dan next-gen sequencing.[18] Metode
prenatal menggunakan kombinasi USG dan tersebut memungkinkan amplifikasi satu
DNA fetus pada kasus tanatophoric DNA untai ganda dengan cara mempartisi
dysplasia. Tanatophoric dysplasia adalah sampel DNA pada ratusan ribu kolom, hasil
penyakit skeletal yang bersifat autosomal PCR dianalisis secara kuantitatif dan mutasi
dominan dan letal. Pemeriksaan USG pada pada satu untai DNA dapat dideteksi secara
tiga wanita hamil memperlihatkan ciri-ciri akurat.[10]
displasia skeletal seperti: fetus sangat
pendek, femur melengkung, cloverleaf mRNA Fetus (cff-mRNA/cell-free fetal
skull, jari tangan pendek, frontal bossing mRNA)
dan polihidramnion. Lengan pendek mulai Keterbatasan penggunaan DNA fetus
dapat terlihat dengan USG sejak 13 minggu pada beberapa kasus membuat penelitian
masa gestasi. dilakukan untuk mencari alternatif lain.
Hasil pemeriksaan dengan USG ini Poon et al. pada tahun 2000 meneliti
perlu dikonfirmasi secara molekuler tentang mRNA fetus pada plasma maternal.
mengingat tampilan klinis ini dapat [8]
Poon et al. mendeteksi keberadaan
disebabkan oleh akondroplasia, mRNA Y -chromosome-specific zinc finger
tanatophoric dysplasia, hipokondroplasia protein (ZFY) pada semua plasma maternal
dan displasia akromesomelik. Diagnosis pada ibu yang mengandung janin laki-laki.
prenatal menggunakan DNA fetus Keberadaan mRNA fetus pada sirkulasi
mengkonfirmasi adanya mutasi penyebab maternal sangat tidak terduga mengingat
tanatophoric dysplasia c.742C> T mRNA adalah molekul yang labil dan
(p.Arg248Cys) dan c.1948A>G mudah terdegradasi. Stabilitas mRNA fetus
(p.Lys650Glu) pada gen fibroblast growth dalam plasma mungkin disebabkan oleh
factor receptor 3 (gen FGFR3) pada ketiga suatu partikel yang mampu melindungi
sampel tersebut. Diagnosis prenatal mRNA dari RNAse. [12]
menggunakan DNA fetus untuk
akondroplasia juga sudah dilakukan,

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 7

Keunggulan mRNA fetus dibanding- resesif paternal tidak ditemukan pada


kan dengan DNA fetus adalah sampel janin, metode prenatal diagnosis
dimungkinkannya untuk memperoleh invasif tidak perlu dilakukan.[19] Pendekatan
mRNA spesifik plasenta yang tidak utama berupa pendeteksian keberadaan
diekspresikan pada jaringan maternal. Dasar sekuen spesifik kromosom-Y pada serum/
pemikiran ini adalah jika DNA fetus yang plasma hanya untuk wanita hamil yang
terdapat dalam sirkulasi maternal berasal mengandung bayi laki-laki.[20] Penemuan
dari trofoblas, maka kemungkinan mRNA suatu teknik pemisahan DNA fetus dan
yang diekspresikan secara spesifik pada DNA maternal akan sangat membantu
trofoblas dapat ditemukan dalam sirkulasi pengembangan diagnosis prenatal
maternal. [10] Lo et al. menggunakan gen noninvasif sehingga dapat digunakan untuk
PLAC4 (placenta specific 4) untuk mendeteksi penyakit genetik dengan
mendeteksi aneuploidi karena gen ini cakupan jenis penyakit genetik yang lebih
terletak pada kromosom 21 dan hanya luas pada masa mendatang.
diekspresikan pada plasenta. Analisis Pendekatan lain yang dapat dilakukan
mRNA fetus secara kuantitatif dapat seperti analisis pola metilasi janin dan
digunakan untuk mendeteksi trisomi 21, maternal. Metilasi DNA merupakan
dengan cara mendeteksi fetus yang modifikasi DNA dengan penambahan gugus
memiliki SNP heterozigot pada gen PLA C4 metil pada basa sitosin terutama pada
menggunakan mass spectrometry. daerah promoter yang menyebabkan gen
Transkrip mRNA fetus pada orang normal tidak dapat diakses faktor transkripsi
akan memperlihatkan rasio 1:1, sedangkan sehingga tidak dapat diekspresikan. Metilasi
pada trisomi 21 rasio akan menjadi 2:1. DNA disebut perubahan epigenetik karena
Dari 10 kasus sindrom Down, trisomi 21 modifikasi ini tidak menyebabkan
pada fetus dapat dideteksi dengan perubahan urutan DNA pada gen (sekuen
sensitivitas 96% dan spesifisitas 96%. DNA tetap), tetapi mempengaruhi ekspresi
Kelemahan metode ini adalah tidak semua gen.[1] Eksplorasi pola metilasi gen lain oleh
fetus memiliki SNP heterozigot pada lokus Chim et al. mendapatkan promoter gen
tersebut sehingga memerlukan SNP lain SERPINB5 pada plasenta mengalami
yang dapat dijadikan marker. [18] hipometilasi sedangkan pada jaringan
maternal mengalami hipermetilasi.[21]
Potensi pengembangan diagnosis Perbedaan ini dimanfaatkan untuk
prenatal noninvasif mendeteksi trisomi 18 dengan cara
Penggunaan sel fetus, DNA fetus, mengubah sitosin yang tidak termetilasi
mRNA fetus pada sirkulasi maternal sangat menjadi urasil menggunakan bisulfida,
menjanjikan untuk penyakit yang sedangkan sitosin yang termetilasi tidak
diturunkan secara paternal dan bersifat mengalami perubahan. Pada analisis ini,
autosomal dominan pada janin laki-laki. digunakan -156 SNP A/C pada promoter
Pada penyakit genetik yang diturunkan gen SERPINB5. Perbedaan satu basa
secara autosomal resesif pemeriksaan ini nukleotida dapat dideteksi dengan mass
sulit dilakukan saat mutasi ayah dan ibu spectrometry. Pada orang normal yang
berbeda karena perlu dilakukan memiliki dua kromosom 18 akan ditemukan
pemeriksaan dua jenis mutasi pada janin. rasio 1:1, sedangkan pada trisomi 18 rasio
Deteksi bahkan lebih sulit pada kasus di akan menjadi 2:1. Kelemahannya, metode
mana mutasi ayah dan ibu sama, karena ini hanya dapat mendeteksi trisomi 18 jika
belum ada teknologi yang dapat SNP yang dijadikan marker pada maternal
memisahkan DNA fetus dari DNA maternal homozigot (C/C) sehingga tidak
dalam plasma/serum.[2] Pendeteksian mutasi mengganggu analisis. Selain itu,
jenis autosomal resesif dapat dilakukan penggunaan bisulfida dapat merusak DNA
untuk mendeteksi mutasi yang diturunkan fetus.
dari paternal. Jika jenis mutasi autosomal

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 8

Kelemahan metode tersebut dapat 3. Old J, Traeger-Synodinos J, Galanello


diminimalkan jika didapatkan marker R, Petrou M, Angastiniotis M.
epigenetik gen yang hipermetilasi pada Prevention of Thalassemias and other
DNA fetus dan hipometilasi pada DNA Hemoglobin Disorder: Thalassemia
maternal sehingga dapat dideteksi dengan International Federation; 2004.
enzim restriksi yang sensitif terhadap 4. Leung WC, Leung KY, Lau ET, Tang
metilasi, yaitu memotong DNA maternal MH, Chan V. Alpha-thalassaemia.
yang hipometilasi dan meninggalkan DNA Semin Fetal Neonatal Med. 2008;13
fetus yang hipermetilasi. Syarat ini dipenuhi (4):215-22.
oleh gen RA SSF1A yang mengalami 5. Harteveld CL, Kleanthous M, Traeger
hipermetilasi pada janin, sedangkan pada -Synodinos J. Prenatal diagnosis of
jaringan maternal mengalami hipometilasi. hemoglobin disorders: present and
Namun, karena gen RA SSF1A terletak pada future strategies. Clin Biochem.
kromosom 3, maka tidak dapat dijadikan 2009;42(18):1767-79.
sebagai marker untuk mendeteksi 6. Schmorl G. Pathologisch-anatomische
aneuploidi yang relatif umum yaitu pada Untersuchungen über Puerperal-
kromosom 13, kromosom 18 dan Eklampsie: Vogel; 1893.
kromosom 21.[19] 7. Lo YM, Corbetta N, Chamberlain PF,
Keberadaan DNA fetus dan mRNA Rai V, Sargent IL, Redman CW, et al.
fetus serta riset yang sudah dilakukan Presence of fetal DNA in maternal
selama ini memberikan harapan baru untuk plasma and serum. Lancet. 1997;350
diagnosis prenatal noninvasif. Eksplorasi (9076):485-7.
gen-gen yang dapat dijadikan marker 8. Poon LL, Leung TN, Lau TK, Lo
diagnosis penyakit genetik perlu dilakukan YM. Presence of fetal RNA in
agar aplikasi klinis metode diagnosis maternal plasma. Clin Chem. 2000;46
prenatal noninvasif menggunakan DNA (11):1832-4.
fetus dan mRNA fetus dapat direalisasikan. 9. Eason J. Prenatal diagnosis of single
gene disorders. Obstet Gynaecol
SIMPULAN Reprod Med. 2010; 20(5):155-60
Penggunaan metode diagnosis 10. Hahn S, Zhong XY, Holzgreve W.
prenatal noninvasif menggunakan DNA dan Recent progress in non-invasive
mRNA fetus mengurangi kebutuhan akan prenatal diagnosis. Semin Fetal
metode invasif secara signifikan. Neonatal Med. 2008;13(2):57-62.
Implementasi penggunaan DNA dan 11. Bianchi DW. Circulating fetal DNA:
mRNA fetus pada sirkulasi maternal untuk its origin and diagnostic potential-a
diagnosis prenatal pada beberapa jenis review. Placenta. 2004;25 Suppl
penyakit genetik sudah dapat dilakukan A:S93-s101.
walaupun perkembangannya cukup lambat. 12. Litton C, Stone J, Eddleman K, Lee
Validasi diperlukan agar metode ini dapat MJ. Noninvasive prenatal diagnosis:
diaplikasikan untuk pelayanan tes penyakit past, present, and future. Mt Sinai J
genetik dengan cakupan yang lebih luas. Med. 2009; 76(6): 521-8.
13. Purwosunu Y, Sekizawa A, Koide K,
DAFTAR PUSTAKA Okazaki S, Farina A, Okai T. Clinical
potential for noninvasive prenatal
1. Hartwell LH. Genetics: From Genes diagnosis through detection of fetal
to Genomes: Mcgraw Hill cells in maternal blood. Taiwan J
Companies; 2003. Obstet Gynecol. 2006;45(1):10-20.
2. Old J, Henderson S. Molecular 14. Bustamante-Aragones A, Rodriguez
diagnostics for haemoglobinopathies. de Alba M, Perlado S, Trujillo-Tiebas
Expert Opin Med Diagn. 2010;4 MJ, Arranz JP, Diaz-Recasens J, et al.
(3):225-40. Non-invasive prenatal diagnosis of

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.
WMJ (WARMADEWA MEDICAL JOURNAL), Vol. 1 No. 1, Mei 2016, Hal. 9

single-gene disorders from maternal 18. Lo YM, Lun FM, Chan KC, Tsui NB,
blood. Gene. 2012;504(1):144-9. Chong KC, Lau TK, et al. Digital
15. Lench N, Barrett A, Fielding S, PCR for the molecular detection of
McKay F, Hill M, Jenkins L, et al. fetal chromosomal aneuploidy. Proc
The clinical implementation of non- Natl Acad Sci U S A. 2007;104
invasive prenatal diagnosis for single- (32):13116-21.
gene disorders: challenges and 19. Norbury G, Norbury CJ. Non-invasive
progress made. Prenat Diagn. 2013;33 prenatal diagnosis of single gene
(6):555-62. disorders: how close are we? Semin
16. Hill M, Barrett AN, White H, Chitty Fetal Neonatal Med. 2008;13(2):76-
LS. Uses of cell free fetal DNA in 83.
maternal circulation. Best Pract Res 20. Lo YM, Chiu RW. Prenatal diagnosis:
Clin Obstet Gynaecol. 2012;26(5):639 progress through plasma nucleic
-54. acids. Nat Rev Genet. 2007;8(1):71-7.
17. Chitty LS, Khalil A, Barrett AN, 21. Chim SS, Tong YK, Chiu RW, Lau
Pajkrt E, Griffin DR, Cole TJ. Safe, TK, Leung TN, Chan LY, et al.
accurate, prenatal diagnosis of Detection of the placental epigenetic
thanatophoric dysplasia using signature of the maspin gene in
ultrasound and free fetal DNA. maternal plasma. Proc Natl Acad Sci
Prenat Diagn. 2013;33(5):416-23. U S A. 2005;102(41):14753-8.

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.1, Mei 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.1.4.1-9.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai