Anda di halaman 1dari 24

Penyakit Hipertensi

Penyakit Darah Tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu kondisi dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal berdasarkan
pemeriksaan tensi darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.1

Menurut beberapa pendapat :

 Hipertensi adalah keadaan peningkatan darah yang memberi gejala yang akan
berlanjut ke suatu organ target seperti stroke, penyakit jantung koroner. (DR. M.N
Bustan)

 Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah yang melebihi batas normal. (A.
Martuti)

 Hipertensi merupakan keadaan perubahan di mana tekanan darah meningkat secara


kronik.

Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter.
Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama
(140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada
saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut
tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara
pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.

Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan
tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik:

Sistolik (angka Diastolik (angka


Tekanan Darah
pertama) kedua)

Darah rendah atau hipotensi Di bawah 90 Di bawah 60

Normal 90 - 120 60 – 80

Pre-hipertensi 120 - 140 80 – 90

1
WebMD. “High Blood Pressure” diakses pada tanggal 21 September 2012 dari
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.webmd.com/h
ypertension-high-blood-pressure/default.htm
Sistolik (angka Diastolik (angka
Tekanan Darah
pertama) kedua)

Darah tinggi atau hipertensi


140 - 160 90 – 100
(stadium 1)

Darah tinggi atau hipertensi


Di atas 160 Di atas 100
(stadium 2 / berbahaya)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg
saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis. Penyakit darah tinggi tak bisa dianggap remeh tapi harus sesegera
mungkin diatasi. Hipertensi dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah
satu orang tua terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita Hipertensi
adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita
Hipertensi.2

 Gejala Klinis Penyakit Hipertensi

Penyakit hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah
secara kronis (dalam jangka waktu lama). Umumnya penderita mempunyai tekanan
darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent
killer karena dua hal, yaitu:
 Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur.

2
Wikipedia. “Hipertensi” diakses pada tanggal 21 September 2012 dari
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wik
i/Hypertension
 Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke,serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.3

Pada umumnya hipertensi mengalami gejala sebagai berikut,4


- Sakit kepala berat
- Pusing- pusing
- Kehabisan nafas
- Penglihatan kabur
- Mual

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- Perubahan detak jantung

National Institutes of Health menyatakan bahwa seseorang yang mengalami


hipertensi mungkin merasakan adanya perubahan denyut jantung menjadi tidak
teratur. Biasanya akan lebih terasa pada saat merasakan sakit kepala atau
ketegangan pada leher, tetapi banyak yang tidak menyadari perubahan detak
jantung ini.

- Sakit kepala

Pada awal-awal hipertensi sakit kepala jarang dirasakan tetapi seiring berjalannya
waktu sakit kepala bisa bertambah berat sesuai dengan kenaikan tekanan darah.
Pusing juga sering dialami penderita hipertensi.

- Mimisan

Ini karena pembuluh darah dalam hidung sangat rapuh sehingga saat terjadi
kenaikan tekanan darah dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di hidung
atau mimisan.

- Perubahan kognitif

Penderita hipertensi dapat mengalami kemunduran kognitif seperti sering merasa


bingung dan gangguan pandangan. Gangguan pandangan seperti mata berkunang-
kunang, penglihatan ganda, buram melihat obyek lain merupakan gejala hipertensi
yang serius dan harus mendapatkan terapi. Pandangan menjadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

3
Scribd.com, “Gejala Klinis” diakses pada 20 september 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/85002852/GEJALA-KLINIS
4
Unpad.ac.id, “Hipertensi:faktor resiko dan penatalaksanaannya” diakses pada 20 September
2012 dari http://blogs.unpad.ac.id/nursis/files/2010/12/HIPERTENSI.pdf
- Kelelahan
- mual
- muntah
- sesak napas
- gelisah

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan


koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

 Karakteristik H-A-E Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan
host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar
(source and vehicle of agent).5
1. Agent
a. Agent dapat berupa (non living agent) :
1) Kimiawi
2) Fisik
3) Mekanik
4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya).
c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa
mengetahui spesifikasi dari agent tersebut.
d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-
beda (dinyatakan dalam skala pathogenitas)

Pathogenitas Agent : kemampuan atau kapasitas agent penyakit untuk dapat


menyebabkan sakit pada host

e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Kemampuan menginvasi atau memasuki jaringan
2) Kemampuan merusak jaringan : Reversible dan irreversible
3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif

5
Hafni Bachtiar. “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular” diakses pada tanggal 21
September 2012 dari fkunand2010.files.wordpress.com/
2. Reservoir
a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu
dll) dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda
mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak
berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.

3. Relasi Agent – Host


a. Fase Kontak

Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung :

1) Lamanya kontak
2) Dosis
3) Patogenitas

b. Fase Akumulasi pada jaringan

Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus

c. Fase Subklinis

Pada fase subklinis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul

Telah terjadi kerusakan pada jaringan, tergantung pada :

1) Jaringan yang terkena


2) Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)
3) Sifat kerusakan (reversiblle dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)

d. Fase Klinis Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan
menimbulkan manifestasi (gejala dan tanda).

4. Karakteristik penyakit tidak menular :

a. Tidak ditularkan
b. Etiologi sering tidak jelas
c. Agent penyebab : non living agent
d. Durasi penyakit panjang (kronis)
e. Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.

5. Rute dari keterpaparan

Melalui sistem pernafasan, sistem digestiva, sistem integumen/kulit dan sistem


vaskuler.
Segitiga Epidemiologi Dari Penyakit Hipertensi
Menurut model ini, apabila ada perubahan dari salah satu faktor maka akan terjadi
perubahan keseimbangan diantara mereka yang berakibat akan bertambah atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan.

A. Host (Penjamu)

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :

1. Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit


Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas dan
istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang
berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol,
atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko
terjadinya penyakit hipertensi.

2. Genetik
Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.

3. Umur
Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat kesepakatan dari
para peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi akan
meningkat dengan bertambahnya umur.

4. Jenis Kelamin
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi
penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83
per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita
hipertensi dibandingkan dengan perempuan.

5. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang
tersebut seperti:

a. Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi
penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling
umum serta membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya
dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam
daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.

b. Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu
mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.
6. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria
yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan yang
menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan,
akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya,
dibandingkan dengan rekannya mereka yang jabatan nya lebih “longgar”
tanggung jawabnya. Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai
penyakit misalnya sakit kepala, sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit
jantung dan stroke.

B. Agent (Penyebab Penyakit)

Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau


ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :

1. Faktor Nutrisi

a. Natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. Konsumsi


natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik
keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume arah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
b. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari
6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya,
Konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang
umumnya boros menggunakan garam. Indra perasa kita sejak kanak-kanak
telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,
sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.
c. Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti kopi dan
alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi.
d. Juga terbukti adanya hubungan antara resiko hipertensi dengan makanan cepat
saji yang kaya daging. Makanan cepat saji juga merupakan salah satu
penyebab obesitas (berat badan berlebih). Dilaporkan bahwa 60% penderita
hipertensi mempunya berat badan berlebih.

2. Faktor Kimia

Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,


Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah
sangat besar).
3. Faktor Biologi

Peniliti telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan


resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya
tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma
metabolik, kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid,
dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah.

Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun


hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang
beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang
berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai
faktor resiko terjadi hipertensi.

4.Faktor Fisik

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.

a. Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
b. Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas.
Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa
menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah
satu yang meningkatkan resiko hipertensi.

C. Environment (Lingkungan)

Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko


terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah
pantai lebih banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga
Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi yang
cukup tinggi. Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup modern lebih
berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
 Faktor Risiko Penyakit Hipertensi

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat di kendalikan. Ada
juga yang dapat di kendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi.
Beberapa faktor tersebut antara lain:

 Keturunan

Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita
tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan
darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk
masalah tekanan darah tinggi

 Usia

Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya
usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda
bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas
yang normal

 Etnis

Etnis Amerika keturunan Afrika menempati risiko tertinggi terkena hipertensi

 Garam

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

 Kolesterol

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin. Untuk tips mengendalikan
kolesterol, silahkan lihat artikel berikut: kolesterol.

 Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan
darah tinggi.

 Stres

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.

 Rokok

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan
darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan
ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya
yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

 Kafein

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun
minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

 Alkohol

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.

 Kurang Olahraga

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu
menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang
berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.6

6
Sani Aulia, Hypertension Current Perspective. (Jakarta: 2008)
 Riwayat alamiah Penyakit Hipertensi

RAP adalah Perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk
intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural atau adanya
respon dari host terhadap stimulus dari interaksi agent dan environment.

Dalam studi Riwayat Alamiah Penyakit ini ada beberapa tahapan, seperti tahap
prepatogenesis, patogenesis dan pasca patogenesis.

 Tahap Prepatogenesis

- Dalam tahap prepatogenesis ini kondisi Host masih normal atau sehat.
- Sudah ada interaksi antara Host dengan Agent, namun Agent masih diluar Host.
- Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah, Host jadi lebih rentan atau
Agent semakin ganas maka dari situlah masuk kepada tahap patogenesis.

Faktor-faktor : hereditas, ekonomi, sosial, lingkungan fisik, psikis.


Pada tahap ini penyakit hipertensi belum berkembang, tapi mempunyai faktor
resiko atau predisposisi seperti obesitas, kurang olahraga, merokok, menderita
diabetes mellitus, menkonsumsi garam berlebih, minum alkohol, diet, minum
kopi, pil KB , stress emosional dan sebagainya.

 Tahap Patogenesis

- Tahap inkubasi, pada tahap ini adalah tahap masuknya agent kedalam host,
sampai timbul gejala sakit.
Penyakit hipertensi memiliki masa laten yang panjang dengan durasi yang
panjang juga.
- Tahap penyakit dini, tahap mulainya timbul gejala penyakit dalam keadaan awal
(masih ringan).
- Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini, penyakit sudah berkembang pesat dan
menyebabkan kelainan patologis (timbulnya tanda dan gejala).

Pada tahap ini sudah mulai timbul gejala dan adanya kelainan patologis seperti
terjadinya perubahan anatomi dan histologi, misalnya terjadi peningkatan tekanan
darah yang mengakibatkan terjadinya hipertensi. perubahan-perubahan yang
terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk memunculkan gejala-gejala
hipertensi seperti tekanan darah di atas 140/90 mmHg, Pusing, mudah marah,
telinga berdengung, mimisan, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk,
mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.

 Tahap Pasca Patogenesis

Pada tahap ini adalah tahap berakhirnya perjalanan penyakit, berakhirnya penyakit
ini dapat berupa sembuh total, cacat atau meninggal dunia.
- Sembuh total, agent dalam tubuh hilang, dan host sehat kembali.
- Sembuh cacat, agent dalam tubuh hilang, namun host tidak pulih sempurna
(adanya cacat).
- Meninggal dunia

 Besar Masalah Penyakit Hipertensi (Prevalens/Insiden)

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 7% sampai 22%.


Berdasarkan hasil survey penderita yang berujung pada penyakit jantung 75%, stroke
15%, dan gagal ginjal 10%. Penelitian juga menunjukkan prevalensi hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8%-28,6% penduduk yang berusia di atas 20
tahun adalah penderita hipertensi. Menurut penelitian Boedi Darmoyo (2005)
didapatkan bahwa antara 1,8%-28,6% penduduk dewasa adalah menderita hipertensi
dengan rata-rata usia antara 35-65 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu kurangnya aktivitas fisik, berat badan lebih, gangguan dari perubahan hormonal
serta faktor genetika, serta kurangnya pengetahuan penderita hipertensi dan keluarga
tentang pencegahan, penanganan dan perawatan dengan baik dan benar (Yudini,
2006).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar


kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi
di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. "Ini
menunjukkan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76%
masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi", kata Prof Tjandra
Yoga.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan


tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Hal itu
disampaikan Menkes dr. Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH, ketika membuka The 4th
Scientific Meeting on Hypertension pada hari Sabtu, 13 Februari 2010 di Jakarta.

Menurut Menkes, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya,


karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang
merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Menurut hasil Riskesdas Tahun 2007,
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya
sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.7

Prevalensi Hipertensi Menurut Provinsi di Indonesia

Sumber: Riskesdas 2007

7
Sekretariat Jenderal Kemenkes RI. “Masalah Hipertensi Di Indonesia” diakses pada tanggal
22 September 2012 dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-
hipertansi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html
 Pola Penyebaran/ Distribusi Penyakit Hipertensi (Menurut OTW)

Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari :

A. Person (Orang)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang :

1) Umur

Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominan berumur (31-55 tahun).
Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung
meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur
seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang
berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.

2) Jenis kelamin

Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan


dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa
premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki
penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit
kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun
setelah menopause.

3) Status gizi

Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak Kekurangan atau
kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh
karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini
dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar
tercapai kondisi kesehatan yang prima. Dimana ini merupakan faktor penting
sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti
sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan
(nabati). Sehingga ini sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan
khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari atau
dibatasi. Faktor psikokultural Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara
psiko-kultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan.Namun pada dasarnya dapat
berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan darah
secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit
hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan.
B. Place (Tempat)

Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah


merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang
dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit
hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan
dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan.

C. Determinan

Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi adalah :

1) Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan
dan kebiasaan makan yang sama.
2) Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada daerah-
daerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi
tinggi) Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas
dan hipertensi.

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang


tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar
kasus ditahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah
banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun
penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar
penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6
sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah
1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6% dan Talang Sumatera
Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2
daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu perlu
diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat rendah. Survei penyakit
jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi
hipertensi’ tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang
dari 243 orang tua 50 tahun ke atas). Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada
pria. Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan (diastolik 95¬104
mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105¬129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan
hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Hipertensi pada
penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase yang rendah bila
dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan faktor risiko
yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai. Oleh
karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi,
kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah. Tujuan program penanggulangan
penyakit kardiovaskuler adalah mencegah peningkatan jumlah penderita risiko penyakit
kardiovaskuler dalam masyarakat dengan menghindari faktor penyebab seperti hipertensi,
diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres dan lain-lain.8 Berdasarkan umur, pada penderita
didapatkan lebih banyak diatas umur 60tahun yaitu sebanyak 19 orang (57,58 %).
Berbagai perubahan fisiologik berlakuseiring dengan peningkatan usia. Pada Usia diatas
50 tahun ini mengalami kelainanhemodinamik yang utama adalah vasokonstriksi pada
arteriole.. Kelainan hemodinamik yang berlaku pada kondisi ini adalah penurunan
disentibilitas arteri-arteri besar. Pada kriteria jenis kelamin didapatkan dominasi penderita
laki-laki dibanding perempuan,yaitu sebanyak 18 0rang (54,55%). Namun prevalensi
hipertensi dibawah umur 50 tahun pada perempuandisbanding dengan laki-laki
menunjukkan possibilitas terdapatnya kaitan dengan efek protektif estrogen. Setelah
menopause, prevalensi hipertensi meningkat dengan cepat pada perempuan. Berdasarkan
kriteria obesitas, terdapat 14 orang (42,42%) sedangkan yangtidak obesitas sebanyak 19
orang (57,58%). Ini dikarenakan masih banyak Kriteriamayor atau etiologi dari hipertensi
yang lebih berpengaruh .Hipertensi karena obesitas sering dianggap sebagai salah satu
bentuk khusus hipertensi, tetapi berdasarkan kebanyakan bukti mengindikasikan bahwa
kelebihan berat badan merupakan penyebab terbesar terjadinya hipertensi esensial
padamanusia. Obesitas menyebabkan perubahan hemodinamika dan sistemkardiovaskular
pada tubuh manusia. Penambahan berat badan yang cepatmeningkatkan aliran darah
regional, kadar curah jantung, dan denyut jantung berdasarkan studi eksperimental pada
hewan dan manusia. Individu yang mengalamiobesitas secara umum mengalami hipertensi
karena resistensi insulin danhiperlipidemia hasil dari peningkatan massa lemak.
Berdasarkan kriteria merokok didapatkan sebanyak 17 orang (51,52%) dengan kebiasaan
merokok.

 Pencegahan Penyakit Hipertensi

Pencegahan penyakit hipertensi dibedakan menjadi pencegahan primer, pencegahan


sekunder dan pencegahan tersier.
Pencegahan primer ditunjukan untuk mencegah terjadinya hipertensi pada individu
yang mempunyai resiko besar bagi terjadinya hipertensi dikemudian hari. Pencegahan
sekunder dimaksudkan pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi tanpa

8
Kumpulan Info. “Mengatasi Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi” diakses pada tanggal
20 September 2012 dari http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-
kesehatan/174-mengatasi-tekanan-darah-tinggi-atau-hipertensi.html
komplikasi untuk mencegah terjadinya penyakit jantung hipertensi atau komplikasi
lainnya. Pencegahan tersier lebih pada pertahanan dan peningkatan kualitas hidup,
agar tidak beresiko komplikasi, cacat atau kematian dini akibat penyakit hipertensi
tidak dapat terkendali dengan baik.9

 Pencegahan primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tingginya tekanan darah di atas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), takikardia, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebih (julius,1977). Maka penderita dianjurkan untuk :
a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal, juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, diabetes melitus dan lainnya
b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok
c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi garam rendah
d) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan dan perasaan well
done

 Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita


hipertensi, berupa pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita, baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer. Haruslah
dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol senormal dan stabil
mungkin. Bila telah terjadi dekompensasi jantung, maka pemberian digitalis
secara cermat dengan kombinasi obat antihipertensi yang cocok dapat diberikan
dengan pengawasan terus menerus. Dalam hal ini aktivitas fisik perlulah dibatasi
dan bila perlu penderita dialihkan ke pekerjaan yang lebih ringan. Tentu saja
tidak di lupakan juga faktor-faktor penyakit jantung iskemik yang lain harus
dikontrol.

 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari


komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk mempertahankan dan meningkatkan
kualitas hidup. Dalam pencegahan ini, kegiatan yang difokuskan lebih kepada
pertahanan dan peningkatan kualitas hidup penderita.
Pencegahan tersier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan
hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur agar tekan darah dapat terkontrol
dan tidak menjadikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan
jantung. Penanganan respons cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan
dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik.

9
Dr. dr. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam (Jakarta:1987, Balai Penerbit FKUI)
Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan
hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat
terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik,
stroke, dan jantung. Penanganan respons cepat juga menjadi hal yang utama agar
kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan
baik.

 Pengobatan Penyakit Hipertensi

Pengobatan pada penyakit tekanan darah tinggi harus memperhatikan terlebih dahulu
faktor penyebabnya oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksakan kesehatanya
kepada dokter yang sama agar dokter dapat mengikuti riwayat penyakit pasien dengan
demikian dokter akan memiliki obat yang tepat.10

1. Pengobatan pada golongan khusus

 Hipertensi pada golongan khusus

Obat anti hipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan diastolenya ≥ 90
mmHg pada trimester pertama dan ≥ 100 mmHg para trimester ketiga.

 Hipertensi pada hipertipida

Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah


gemfibrozil ini dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL
trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.

 Hipertensi pada pembuluh darah otak

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh


darah, apabila yang pecah adalah pembuluh darah otak keadaan ini dikenal
dengan stroke.

 Hipertensi pada penyakit jantung

Pemberian obat pada hipertensi dengan kelalian jantung harus disesuaikan


dengan jenis gangguan pada jantung dan derajat hipertensinya. Pemeriksaan
fungsi jantung perlu dilakukan untuk menentukan pengobatanya.

10
Kumpulan Info. “Mengatasi Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi” diakses pada
tanggal 20 September 2012 dari http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-
kesehatan/174-mengatasi-tekanan-darah-tinggi-atau-hipertensi.html
 Hipertensi pada gagal ginjal

Pengobatan pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar yakni
pengobatan pada refrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna, pengobatan
pada nefrosisklerosis benigna dilakukan secepatnya hingga mendekati normal
penurunan tekanan darah yang cepat akan mengurangi kerusakan akibat
nekrosis arteroti sehingga dalam jangka panjang diharapkan terjadi perbaikan
fungsi ginjal.

2. Perubahan gaya hidup

Gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit degeneratif lainnya adalah:

a. Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh


b. Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (tidak mengeluarkan tenaga
terlalu banyak seperti berenang, jogging (jalan kaki cepat), naik sepeda)
c. Meningkatkan porsi buah-buahan dan sayuran segar dalam pola makan
d. Mengkonsumsi kalium dalam jumlah tinggi seperti semangka, avokad, kismis,
pisang, tomat, kentang dan biji bunga matahari dapat membantu menjaga
tekanan darah agar tetap normal.
e. Menjauhkan dan menghindarkan stress dengan pendalaman agama sebagai salah
satu upayanya.

3. Pengaturan Makanan

Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya


dengan mengurangi konsumsi lemak dan diet rendah garam dan diet rendah kalori.
Jumlah kalori yang diberikan pada diet rendah kalori disesuaikan dengan berat
badan.

Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi diantaranya:

a) Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken


b) Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghambat reseptor angiotensin II, Alfa
bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.
c) Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria
inhibitor ACE, gagal jantung inhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik
terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan
disfungsi sistolik). (Mansjoer dkk, 2001).

Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau
mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan
darah adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis
obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol
dengan baik selama satu tahun.

1. Diuretik

Diuretic adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran


garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah akan turun dan efek
hipotensifnya kurang kuat. Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya
kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic
yang hemat kalium seperti spironolacture, HCT, Cholotalidore, dan indopanide.

2. Alfa-Bloker

Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi ostotatik dan tachikardia
maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin.

3. Beta-Blocker

Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga kerjanya
berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Seperti : propanolol, alterolol, pindolol.

4. Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah,
penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti uonidire,
euanfacire dan netelopa.

5. Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding osteriole sehingga daya


tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun seperti hidralazine
dan tecrazine.

6. Antagonis Kalsium

Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke


dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya tekanan darah
seperti : nipedipin dan verapamil.

7. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
angiotensin converting enzyme yang berdaya vasokontriksi kuat seperti coptopril.
(capoten) dan enalprit. (Lany Gunawan, 2001).

 Program Penanggulangan Penyakit Hipertensi

Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya,


Kemenkes membuat kebijakan yaitu:11

a. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif


(skrining)
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui
kegiatan Posbindu PTM
c. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui
revitalisasi

Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya tenaga


kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM
khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas;
Peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif (terutama
promotif dan preventif) dan holistik; serta Peningkatkan ketersediaan sarana dan
prasarana promotif-preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.
Menurut Prof. Tjandra upaya Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi dimulai
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang
lebih sehat. Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu
melakukan Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi
faktor risiko Hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi
kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam
dan lemak, rajin melakukan aktifitas dan tidak merokok.

Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada
kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat
dilakukan pengobatan secara dini. Sementara pencegahan tertier difokuskan pada
upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan
melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat
teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal
yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat
terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi

11
Sekretariat Jenderal Kemenkes RI. “Masalah Hipertensi Di Indonesia” diakses pada tanggal
22 September 2012 dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-
masalah-hipertensi-di-indonesia.html
terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup
dan memperpanjang lama ketahanan hidup.

Bagi penderita tekanan darah tinggi penting mengenal hipertensi dengan membuat
gaya hidup positif. Jika anda baru saja menemukan tekanan darah anda tinggi atau
tidak normal, tidak perlu khawatir ada 7 langkah untuk mengatasinya antara lain:12

1. Mengatasi Risiko

Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki sejarah
keluarga penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan berlebihan?
Apakah anda makan makanan berkadar garam tinggi? Apakah anda cukup olahraga
atau apakah anda merokok? Jika jawaban anda ya pada salah satu pertanyaan diatas
anda berisiko memiliki tekanan darah tinggi.

2. Mengontrol pola makan

Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan berlemak dan
mengandung garam.

3. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)

Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah satu faktor
pemicu tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar adalah sumber terbaik
bagi kedua nutrisi tersebut.

4. Makan makanan jenis padi-padian

Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition
ditemukan pria yang makan sedikitnya satu porsi perhari sereal dari jenis padi-
padian kecil kemungkinan terkena penyakit hingga 20%.

5. Tingkat aktifitas

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan
darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh
dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jika anda
menyandang tekanan darah tinggi, latihan aerobic sedang selama 30 menit sehari
selama beberapa hari setiap minggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan

12
Kumpulan Info. “Mengatasi Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi” diakses pada
tanggal 20 September 2012 dari http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-
kesehatan/174-mengatasi-tekanan-darah-tinggi-atau-hipertensi.html
yang dapat mengontrol tekanan darah adalah : berjalan kaki, bersepeda, berenang,
aerobic. (Trisna Macnair, 2007).

Tidak diragukan meningkatkan aktifitas dapat menurunkan risiko tekanan darah


tinggi, anda tidak perlu berolahraga seperti seorang atlet hanya 30 menit sampai 45
menit 5 hari dalam seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi.

6. Sertakan bantuan dari kelompok pendukung

Sertakan keluarga dari teman menjadi kelompok pendukungn pada pola hidup
sehat dukungan dan partisipasi orang lain membuatnya lebih mudah dan lebih
asyik dalam menjalankan dietnya. Bagi setiap orang dukungan keluarga berhasil
dalam membuat perubahan gaya hidup untuk mencegah tekanan darah tinggi.

7. Berhenti merokok

Jika anda tidak merokok itu baik bagi anda, jika anda merokok berhenti sekarang
juga. Walaupun merokok tidak ada kaitanya dengan timbulnya hipertensi. Merokok
dapat menimbulkan risiko komplikasi lainnya seperti penyakit jantung dan stroke.

8. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, relaksasi


dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan dilakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi. (www.google.com, 2008)

Daftar Pustaka

Hafni Bachtiar. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular diakses pada tanggal 21


September 2012 dari fkunand2010.files.wordpress.com/

Kumpulan Info. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi diakses pada
tanggal 20 September 2012 dari http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-
artikel-kesehatan/174-mengatasi-tekanan-darah-tinggi-atau-hipertensi.html

Ridwan Amiruddin dkk. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam


Kajian Epidemiologi diakses pada tanggal 21 September 2012
http://ridwanamiruddin.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-
kajian-epidemiologi/

Sani, Aula. Hypertension Current Perspective. 2008


Scribd. Gejala Klinis diakses pada 20 september 2012 dari
http://www.scribd.com/doc/85002852/GEJALA-KLINIS

Sekretariat Jenderal Kemenkes RI. Masalah Hipertensi Di Indonesia diakses pada


tanggal 22 September 2012 dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1909-masalah-hipertensi-di-indonesia.html

Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1987

Unpad. Hipertensi: faktor resiko dan penatalaksanaannya diakses pada 20


September 2012 dari
http://blogs.unpad.ac.id/nursis/files/2010/12/HIPERTENSI.pdf

WebMD. High Blood Pressure diakses pada tanggal 21 September 2012 dari
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.webmd
.com/hypertension-high-blood-pressure/default.htm

Wikipedia. Hipertensi diakses pada tanggal 21 September 2012 dari


http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.
org/wiki/Hypertension

Anda mungkin juga menyukai