Anda di halaman 1dari 29

NASKAH UJIAN

Oleh :
Faridah Alatas
1618012055

Dokter Pendidik Klinis:


dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
2018
NASKAH UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
Tn. S, usia 41 tahun, jenis kelamin Laki-laki, pendidikan terakhir SMA,
tidak bekerja, agama Islam, suku Lampung, alamat di Talang Padang Kab.
Tanggamus, belum menikah, nomor rekam medis 003XXX, pasien rawat
inap dilakukan pemeriksaan pada hari Jum’at tanggal 21 September 2018
Pukul 10.20 WIB.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI


Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 21 September 2018 dan
alloanamnesis dari Ny. N yang merupakan kakak kandung pasien, usia 55
tahun, Perempuan, pendidikan terakhir S1, pekerjaan Guru, alamat di
Pringsewu. Sumber alloanamnesis bertempat tinggal tidak satu rumah
dengan pasien.

A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan melempari rumah orang dengan batu

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Menurut pasien, pasien diantar oleh kakak kandung pasien, kakak ipar
dan keponakan pasien ke UGD Rumah Sakit Jiwa (RSJ) pada tanggal
7 September 2018 sekitar pukul 22.05 WIB. Pasien dibawa keluarga
dikarenakan pasien mengamuk dan melempari rumah tetangga dengan
batu. Menurut penjelasan pasien, rumah yang dilempari batu tersebut
merupakan rumah seorang wanita yang ia suka, akan tetapi wanita
tersebut sudah memiliki seorang suami dan anak. Pasien merasa
bingung dan malu, karena ingin mendekati wanita tersebut namun
tidak bisa. Pasien mengatakan sangat ingin memiliki seorang teman
hidup sehingga tidak merasa kesepian lagi, karena tidak memiliki
kegiatan di rumah.
Menurut keterangan pasien, dirinya merasa mendengar suara-suara
bisikan suara wanita yang sering menyuruh dirinya, suara tersebut
sering terdengar saat setelah solat ataupun saat sebelum tidur. Pasien
merasa sering terbangun pada malam hari dan melihat banyangan
gelap sehingga membuat pasien ketakutan dan tidak dapat tidur
kembali. Selain itu pasien juga merasa ada beberapa orang yang tidak
suka terhadap dirinya sehingga pergi meninggalkan pasien. Menurut
pasien, pasien merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara. Pasien
mengatakan bahwa seluruh kakaknya merupakan seorang wanita dan
ibu kandungnya telah meninggal karena sakit dan telah digantikan oleh
ibu tiri. Pasien mengatakan bahwa, awal mula pasien dibawa ke RSJ
yaitu karna pasien tidak diperbolehkan untuk kuliah ke Kairo oleh
orang tua pasien dan oleh kakak pasien. Pasien merasa sedih dan
kecewa karena tidak dapat meneruskan kuliahnya di Kairo. Pasien juga
mengatakan bahwa dirinya sering lupa untuk mengkonsumsi obat yang
dibawa pulang karena tidak ada yang mengingatkannya dan merasa
lemas setelah minum obat tersebut sehingga pasien sering tidak
mengkonsumsi obat yang dibawa pulang.

Berdasarkan alloanamnesis dengan kakak kandung pasien, pasien


berasal dari keluarga yang cukup mampu. Ibu kandung pasien sudah
meninggal tahun 2011 dan ayah kandung pasien sudah menikah lagi.
Pasien kini tingga bersama ayah kandung dan ibu tiri di Talang
Padang. Sedangkan kakak kandung pasien sudah berkeluarga dan
berpisah dari kediaman orang tua. Awal mula gejala muncul yaitu saat
pasien sedang kuliah di UBL pada tahun 1998, saat itu pasien
merupakan mahasiswa FISIPOL semester 7. Pasien tinggal di kos-
kosan yang berada disekitar kampus. Menurut kakak kandung pasien,
ada seseorang yang mengajak pasien untuk kuliah ke Kairo, Mesir.
Namun, keluarga kurang setuju dan meminta pasien untuk melanjutkan
kuliahnya di UBL. Ternyata teman yang akan mengajak pasien untuk
kuliah di Kairo tersebut sebenarnya menipu pasien, uang pasien yang
diberikan untuk membayar uang kosan dan untuk kehidupan sehari-
hari di pinjam dan tidak dikembalikan. Kemudian, suatu saat keluarga
mencari pasien ke kosan akan tetapi menurut penuturan pemilik kosan,
pasien sudah tidak tinggal di kosan tersebut. Kemudian keluarga
menanyakan keberadaan pasien kepada teman dekat pasien, teman
dekat pasien mengatakan pasien berada di suatu masjid di Tanjung
Karang. Kemudian keluarga segera menyusul dan mendapatkan pasien
dalam keadaan yang bingung dan sulit diajak komunikasi. Pasien
kemudian di bawa pulang akan tetapi pasien menunjukkan gejala-
gejala tidak mau makan, tidak banyak bicara, tidak mau mandi, ketika
solat hingga 3 jam lamanya. Kemudian kelurga memutuskan untuk
mengobati pasien ke dukun, namun tidak menunjukkan perbaikan
sehingga pasien dibawa ke RSJ.

Menurut pengakuan kakak pasien, pasien sering kambuh atau sering


ngamuk karena Ayah kandung pasien merasa pasien sudah sembuh
sehingga jarang dibawa untuk kontrol ulang. Pasien berobat ketika
sudah marah-marah atau mengamuk. Selain itu juga obat yang dibawa
pulang jarang dikonsumsi karena tidak ada yang mengingatkan. Sejak
tahun 1998 pasien sering keluar masuk rawat inap di RSJ. Saat awal
mula pasien kuliah, kakak pasien mengatakan bahwa pasien sempat
menyukai anak perempuan dari pemilik kosan tempat ia tinggal, akan
tetapi pasien ditinggal menikah oleh perempuan tersebut. Maka sejak
itu, pasien sering marah atau kesal jika terdapat wanita yang mirip
dengan perempuan tersebut.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Psikiatri
Menurut kakak kandung pasien, pasien sering dirawat di RSJ
namun kakak pasien tidak mengingat secara detil berapa kali
pasien pernah dirawat inap di RSJ. Pertama kali pasien dirawat
inap yaitu pada tahun 1998. Selain di RSJ pasien juga pernah
dirawat di beberapa tempat lain dan juga ke dukun. Pasien tidak
rutin kontrol ke poli karena menurut orang tua pasien, anaknya
sudah sembuh. Pasien mengkonsumsi obat chlorpomazine 1x25
mg, trihexylphenidyl 2x2mg dan injeksi haloperidol tiap bulan.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol maupun
narkoba, akan tetapi pasien merokok dan mengkonsumsi kopi.
Namun menurut kakak kandung pasien, pasien pernah
mengkonsumsi pil koplo saat dibangku perkuliahan.

3. Riwayat Penyakit Medis Umum


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma, dan
diabetes mellitus. Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma
kepala, penurunan kesadaran, dan kejang.
D. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara, anak laki-laki satu-
satunya, kehamilan dan kelahirannya direncanakan dan diinginkan.
Ibu pasien hamil cukup bulan, lahir spontan, ditolong oleh dukun,
tidak ada penyulit maupun penyakit pada masa kehamilan dan
proses melahirkan.

b. Periode bayi dan balita


Pasien dirawat oleh orang tua kandung, diberikan ASI oleh ibu
kandung, imunisasi tak lengkap, gizi cukup, tumbuh kembang
sesuai usia.

c. Periode usia (6 - 12 tahun)


Pasien tinggal bersama kedua orang tua kandung. Pasien memiliki
banyak teman. Selama masa pendidikan di usia ini, pasien mampu
mengikuti dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas. Menurut
kakak kandung pasien, pasien sekolah lebih dulu dibandung anak-
anak diusianya yaitu sejak usia 5 tahun dan tergolong anak yang
pandai dan rajin.

d. Periode Usia Remaja (12-18 tahun)


Menurut keluarga pasien hubungan interaksi eksternal (teman-
teman) pasien dengan teman-teman cukup baik dan pasien
merupakan anak yang cukup penurut serta internal (keluarga)
pasien terkesan baik. Pasien juga memiliki cukup banyak teman di
lingkungan rumah. Pasien menempuh pendidikan SMA sampai
dengan selesai, dan tidak ada masalah dengan guru maupun teman-
temannya.

e. Periode Usia Dewasa Muda


Pasien merupakan anak yang cukup baik dalam hal bersosialisasi
dan menempatkan diri dengan teman-teman seusianya dan dengan
orang yang usianya lebih tua darinya.

E. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan terakhir hingga bangku perkuliahan
namun hanya sampai semester 7. Pasien kuliah di Universitas Bandar
Lampung (UBL) hingga semester 7, pasien tidak meneruskan bangku
perkuliahannya dikarenakan penyakit yang kini diderita pasien.

F. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja.

G. Riwayat Hukum
Menurut pasien dan keluarga, pasien tidak pernah terkait atau
bermasalah dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

H. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.

I. Riwayat Kehidupan Beragama


Menurut keluarga kandung asien, pasien pemeluk agama islam. Pasien
cukup tekun dalam beribadah. Pasien merupakan orang yang
menjalankan nilai agamanya sesuai keyakinan yang dianut.

J. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara, merupakan anak laki-
laki satu-satunya dikeluarga. Pasien kini tinggal dirumah bersama
dengan ayah kandung dan ibu tiri. Ibu kandung pasien sudah
meninggal pada tahun 2011. Pasien memiliki hubungan yang baik
dengan orang tua dan saudara-saudara kandungnya. Pasien merupakan
orang yang kurang aktif dan cenderung suka menyendiri. Pasien jarang
cerita jika ada masalah dengan anggota keluarga lain. Tidak ada
riwayat penyakit ganggun jiwa dalam keluarga pasien.

Gambar 1. Genogram keluarga

K. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Kedua orang tua pasien bekerja bagi hasil kebun dengan pekerja lain.
Keadaan ekonomi pasien cukup baik.

L. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama ayah kandung dan ibu tiri. Saat ini pasien tidak
bekerja. Keadaannya mulai berubah sejak ada tetangga baru yang
berada didepan rumah pasien. Pasien mengaku suka terhadap wanita
tersebut, akan tetapi wanita tersebut sudah memiliki anak dan suami.
Karena merasa bingung dan malu untuk mendekati wanita tersebut,
pasien sering melempari rumah tersebut dengan batu ataupun marah-
marah dan berteriak terhadap wanita yang lewat didepan rumah pasien.
Pasien juga sering lupa untuk minum obat karena tidak ada yang
mengawasi ataupun mengingatkan untuk mengkonsumsi obat.

M. Mimpi, Fantasi dan Nilai-Nilai


Pasien memiliki cita-cita menjadi seorang presiden. Keinginan pasien
saat ini ingin memiliki istri atau teman hidup serta ingin bekerja
ataupun memiliki kegiatan lain dirumah. Pasien tidak memiliki fantasi
tertentu. Penilaian terhadap agama sosial cukup baik.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran
Compos mentis
2. Penampilan
Seorang laki-laki sesuai dengan usianya, berpenampilan cukup rapi
memakai kaos pasien RSJ dan celana pendek berwarna ungu,
perawatan diri cukup, perawakan gemuk, berambut pendek, sedikit
beruban, kulit sawo matang, kuku pendek, tidak memakai sandal.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa


Sikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif, kontak mata cukup.
Pasien memberikan keterangan cukup jelas dan terbuka.

4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Selama wawancara, pasien tampak tenang. Pasien sesekali
mengubah posisi duduk. Kontak mata cukup.

B. Keadaan Afektif
Mood : Iritabel
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi

C. Pembicaraan
Selama wawancara, pembicaraan pasien spontan saat ditanya,
artikulasi jelas, intonasi sedang, volume cukup, kualitas baik, kuantitas
baik. Kontak mata dengan pemeriksa cukup.

D. Gangguan Persepsi:
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+), Halusinasi taktil (-)
2. Ilusi
Tidak ditemukan adanya ilusi pada pasien ini.
3. Derealisasi
Ditemukan adanya derealisasi pada pasien ini.
4. Depersonalisasi
Tidak ditemukan adanya depersonalisasi pada pasien ini.

E. Proses Berpikir:
1. Proses dan Bentuk Fikir
Flight of ideas / lompat gagasan

2. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ditemukan

3. Isi pikiran
Pada pasien tidak didapatkan kemiskinan isi pikir. Pasien
didapatkan waham kejar dan waham rujukan.

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Orientasi
a. Waktu : Baik (pasien mengetahui waktu saat dilakukannya
wawancara)
b. Tempat : Baik (pasien mengetahui tempat saat dilakukannya
wawancara)
c. Orang : Baik (pasien dapat menyebutkan nama orang di
sekitar pasien)
2. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : Baik (pasien dapat menyebutkan tanggal
lahirnya)
b. Jangka Sedang : Baik (pasien dapat mengingat siapa yang
membawanya ke RS Jiwa Daerah Provinsi
Lampung)
c. Jangka Pendek : Baik (pasien dapat menyebutkan menu
makanannya pagi ini)
d. Segera : baik (pasien dapat menyebutkan nama
pemeriksa)
3. Konsentrasi dan Perhatian : baik
4. Kemampuan Membaca dan Menulis : baik
5. Kemampuan Visiospasial : baik
6. Pikiran Abstrak : Kurang
7. Intelegensi dan Kemampuan Informasi : sesuai dengan taraf
pendidikannya
8. Kemampuan menolong diri sendri : baik

G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien tidak menunjukkan agresivitas selama diwawancara.

H. Daya Nilai
1. Nilai sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Kurang
3. Penilaian realitas : Terganggu

I. Tilikan
Tilikan derajat 1. Pasien menyangkal total akan penyakitnya.

J. Taraf Dapat Dipercaya


Kesan dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan
gastrointestinal dalam batas normal.

B. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg, nadi : 98x/menit, RR : 20 x/menit,
suhu : 36,6° C.

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, dan
ekstremitas tidak ditemukan kelainan.

D. Status Neurologis
Sistem sensorik, motorik dan fungsi luhur dalam batas normal.

E. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Laboratorium pada pasien yaitu Hb 15 g/dL,
eritrosit: 5,25 juta/uL, leukosit 9700

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Tn. S, Laki-laki, 41 tahun, Islam, belum menikah, tidak bekerja, tinggal di
Talang Padang Kab. Tanggamus masuk ke RSJ Daerah Provinsi Lampung
pada tanggal 7 September 2018. Pasien diantar oleh kakak kandung
pasien, kakak ipar pasien dan keponakan pasien karena mengamuk dan
melempari rumah tetangga dengan batu. Pasien sering dirawat di RSJ sejak
tahun 1998 dan pernah dirawat di Yayasan swasta serta berobat ke dukun.
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala ataupun kejang. Pasien
tidak pernah mengkonsumsi alkohol maun zat psikotropika, namun
merokok. Keluhan seperti ini disebabkan karena pasien tidak
mengkonsumsi obat. Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien
berpenampilan sesuai usia, cukup terawat. Mood iritabel dan afek terbatas.
Terdapat halusinasi auditorik dan visual, serta ditemukan waham kejar.
Pasien cukup kooperatif, tilikan derajat 1. Pada pemeriksaan status
generalis tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS


Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak
ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya
ataupun kelainan organik. Tidak ditemukan adanya riwayat penggunaan
zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis
gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dari pasien dan
alloanamnesis dengan keluarga pasien yaitu kakak kandung pasien.

Pada pasien didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi (auditorik


dan visual), gangguan isi pikir berupa waham kejar. Gejala-gejala negatif
seperti penarikan diri dari sosial, hilangnya minat dan kegembiraan
(anhedonia) ditemukan. Semua gejala tersebut sudah dialami sejak sekitar
tahun 1998. Pasien pernah menjawalani perawatan di yayasan di daerah
kemiling dengan keluhan yang sama, yaitu adanya halusinasi auditorik,
halusinasi visual dan waham kejar. Namun tidak didapatkan adanya
perbaikan sehingga keluarga memutuskan untuk kembali di rawat di RSJ.
Pasien tidak teratur minum obat dan pasien kembali di rawat inap kembali
pada bulan September 2018. Dari data ini menjadi dasar untuk
mendiagnosis bahwa pasien menderita skizofrenia (F.20), sekaligus
menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik akut (F.23). Dari data ini
menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien ini didapatkan Aksis I
dengan skizofrenia paranoid remisi tak sempurna (F.20.04).

Pasien menyelesaikan pendidikan SMA sampai selesai dan sempat


melanjutkan kuliah di UBL hingga semester 7 namun tidak sampai selesai.
Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70) Selain itu pada
pasien tidak ditemukan tanda-tanda gangguan kepribadian sehingga
sampai saat ini belum ada diagnosis pada Aksis II. Pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik sejak pasien
kecil. Oleh karena itu Aksis III sampai saat ini belum ada diagnosis.
Pada anamnesis didapatkan informasi bahwa pemahaman keluarga
terhadap kondisi pasien masih kurang, Hal ini ditandai dengan kurangnya
kepatuhan pasien minum obat. Pasien mengalami putus obat dikarenakan
Ayah pasien yang belum sepenuhnya menerima keadaan pasien, sehingga
merawa anaknya atau pasien sudah sembuh dan tidak memerlukan
pengobatan lagi. Aksis IV dituliskan masalah keluarga yaitu pemahaman
yang kurang terhapat penyakit yang diderita oleh pasien atau “primary
support group” (keluarga).

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam


kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of
Functioning). Pada pasien ini didapatkan Aksis V, pada saat dilakukan
wawancara, skor GAF 70-61 (gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, sekolah, dll). Hal ini ditandai dengan
pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

VII. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I : F 20.04 Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna
Aksis II : Sampai saat ini belum ada diagnosis
Aksis III : Sampai saat ini belum ada diagnosis
Aksis IV : Kurangnya pemahaman keluarga
Aksis V : GAF Current 70-61
GAF HLPY 60-51

VIII. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter.

b. Psikologik
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi audiotorik dan visual.
Disertai adanya waham kejar (persekutorik) dan disertai gejala-gejala
negatif. Selain itu pasien dengan tanda dan gejala yang berulang
sehingga pasien membutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka.

c. Sosiologik
Pada pasien ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan
stigma buruk pada pasien sehingga keluarga dan lingkungan pasien
membutuhkan psikoedukasi.

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

X. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg
Trihexyphenidyl 2x2 mg
Chlorpomazine 1x25 mg

2. Psikoterapi
a. Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.
b. Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik serta
menganjurkan untuk minum obat teratur serta rutin kontrol.
c. Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan orang
sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan
lingkungan yang kondusif.

XI. DISKUSI
Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang merasa sehat dan bahagia,
mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya (yaitu dapat berempati dan tidak bersikap negatif
terhadap orang atau kelompok lain yang berbeda), dan mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kriteria gangguan jiwa yaitu
suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan
bermakna dan yang disertai dengan penderitaan (distress) pada
kebanyakan kasus, dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi
(disfungsi/hendaya) seseorang. Pada pasien ini mengalami gangguan jiwa
karena, ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna
serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya)
dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sesuai dengan pengertian
gangguan jiwa.1

Pada pasien didapatkan gangguan berupa mood iritabel dan afek terbatas.
Terdapat halusinasi auditorik dan visual, serta ditemukan waham
kejar..Gejala-gejala negatif seperti penarikan diri dari sosial ditemukan.
Semua gejala tersebut sudah dialami sejak tahun 1998. Pasien tidak
mengkonsumsi obat secara rutin sehingga gejala kemudian muncul
kembali dan pasien dibawa ke UGD RSJ untuk dilakukan pengobatan.
Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita
skizofrenia (F.20), sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan psikotik
akut (F.23).Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien
ini didapatkan dengan skizofrenia paranoid remisi tak sempurna (F.20.04).

Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis bervariasi, namun sangat


mengganggu,psikopatologi yang mencakup kognisi, emosi, persepsi, dan
aspek lain dari perilaku. Ekspresi dari manifestasi ini bervariasi pada
semua pasien dan dari waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit ini selalu
berat dan biasanya berlangsung lama.3 Untuk diagnosis Skizofrenia
menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-
III sebagai berikut1,2

i. Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada


sedikitnya satu gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas) dari gejala yang termasuk salah satu dari kelompok gejala (a)
sampai (d) tersebut di bawah, atau paling sedikit dua gejala dari
kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas selama
kurun waktu 1 bulan atau lebih.
(a) ‘thought echo’, ‘thought insertion atau withdrawal’, dan ‘thought
broadcasting’
(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi
(delusion of influence), atau passivity yang jelas merujuk kepada
pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran,
perbuatan atau perasaan (sensations) khusus : persepsi delusional
(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari
salah satu bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya
mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan
kemampuan ‘manusia super’ (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan
(interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
sikap tubuh tertentu (posturing), atu fleksibilitas serea,
negativisme, mutisme dan stupor
(h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis),
pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika
(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan,
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas,
sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri
secara sosial1
Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai
di negara manapun.Simptom utama dari skizofrenia paranoid adalah
delution, persecusion dan grandeur, dimana individu merasa dikejar-kejar.
Gambaran klinis di dominasi oleh waham-waham yang secara relatif
stabil, sering kali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-
halusinasi, terutama halusinasi pendengaran, dan gangguan-gangguan
persepsi lainya. Gangguan afektif, dorongan kehendak (volition) dan
pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol.6

Beberapa contoh dari gejala-gejala paranoid yang paling umum2


1. Waham-waham kejaran, rujukan (reference), “exalted birth” (merasa
dirinya tinggi, istimewa), misi khusus, perubahan tubuh atau
kecemburuan;
2. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
3. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
Rencana terapi yang diberikan saat ini yaitu, respiridon 2x2mg, lalu
dievaluasi selama dua minggu mengenai kondisi pasien, naikkan hingga
dosis optimal lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu lalu diturunkan
perlahan selama 2 minggu dipertahankan selama 6 bulan sampai dengan 2
tahun.3 Risperidone merupakan golongan anti psikosi atipikal dengan
mekanisme kerja adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan system
ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga berafinitas
terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists),
sehingga efektif untuk gejala negatif. Efek samping yang terjadi dapat
berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun),
dan gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut
kering, kesulitn miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstrapiramidal
(dystonia akut, akathisia, sindrom Parkinson seperti tremor, brdikinesia,
rigiditas), gangguan endokrin, hematologik biasanya pada pemakaian
jangka panjang. Risperidone diberikan sebagai pilihan pengobatan pasien
ini karena resiko terjadi efek samping dapat ditolerir.4

Trihexyphenidil diberikan dengan alasan jika terjadi efek samping berupa


sindrom ekstrapiramidal ditamah dengan rumah pasien yang cukup jauh
sehingga obat tersebut diberikanuntuk menghindari efek samping tersebut.
Trihexyphenidil merupakan antikolinergik yang bekerja dengan
menghambat pelepasan asetilkolin endogen dan eksogen. Menurut
penelitian pengobatan tidak cukup hanya dengan pengobatan secara
farmakologi tetapi harus diiringi dengan lingkungan keluarga yang
mendukung. Pada pasien ini diperlukan dorongan dari keluarga dan
lingkungan untuk mengurangi faktor pencetus. Pada pasien ini dilakukan
psikoterapi berupa edukasi mengenai penyakit pasien, obat, dan efek
sampingnya serta motivasi. Selain itu, diberikan psikoedukasi kepada
keluarga pasien. Dimana diharapkan dengan terapi tersebut tidak terjadi
kekambuhan (relaps) dan akan memberikan kesembuhan total kepada
pasien.5,6
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. 2011.
Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ. Jakarta : Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.
2. Kusumawardhani A,
Husain AB, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Lieberman JA. 2005.
Effectiveness ofantipsychotic drugs in patients withchronic schizophrenia. N
Engl J Med.; 353:1209-23.
4. Maslim R. 2007.
Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta.
5. Maramis WF. 2010.
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya: FK Unair..
6. Kaplan, H.I.,
Saddock, B.J., dan Grebb J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binanupa Aksara
LAMPIRAN
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Autoanamnesis

Tanggal 21 September 2018

Keterangan:

D : Dokter muda

P : Pasien

D : Selamat siang Mas. Boleh ngobrol-ngobrol sebentar disini?

P : Oh boleh dokter.

D : Sebelumnya perkenalkan yaa mas, nama saya dokter muda faridah dan
ini temen saya dokter muda irfan. Mas sendiri namanya siapa?

P : Safrudin dokter

D : Biasanya dipanggil apa mas safrudin?

P : Udin ada dok hehehe

D : Okee. Mas udin usianya berapa tahun?

P : Kelahiran tahun 77 dokter

D : Jadi usianya sekarang berapa tahun?

P : Berapa yaaa hmm sekitar 40 tahunanlah dok

D : Yakin usianya 40 tahun? Kalo tempat tanggal lahirnya inget gak mas
udin?

P : Sekitar segitulah dokter hehe. Inget dokter lahirnya di Talang padang


tahun 77 bulan 8 tanggal 1

D : Mas udin tinggal dimana?

P : Di Talang padang dokter sama bapak sama ibu

D : Tinggalnya Cuma ber 3 aja mas Udin?

P : Iya dokter ber 3 aja. Ada ayuk tinggal di Pringsewu

D : Mas udin sudah menikah?


P : Hehehehe belum dokter

D : Kok belum mas? Emangnya ga punya pacar?

P : Ada sih dokter yang Udin suka. Tapi udah punya anak sama suami
hehehe. Dulu waktu masih kuliah juga ada dokter

D : Mas udin punya berapa saudara? Anak keberapa?

P : Ada 5 dokter. Ayuk saya cewe semua. Udin anak ke 6 dokter

D : Ooh mas udin anak terakhir yaaa? Mas udin sukunya apa?

P : Iya anak terakhir dokter. Udin sukunya lampung dokter..

D : Mas udin terakhir sekolahnya apa?

P : Jadi gini loh dokter, jadi saya dulu pernah kuliah di UBL jurusan
FISIPOL. Terus ada temen orang aceh mau kuliah ke Kairo tapi uangnya
kurang untuk bayarin kuliah. Terus saya bilang sama bapak sama ayuk
katanya jangan, gausah ikut ke Kairo. Karena waktu itu mau KKN terus
nilai saya turun, jelek gitu dokter nilainya jadi udin Cuma kuliah sampe
semester 7 aja ga nerusin lagi

D : Kok ga diterusin lagi kuliahnya?

P : Iya kata bapak katanya suruh dirumah aja, padahal dirumah kerja juga
gaboleh. Kan bapak ada kebon gitu ya dokter bagi hasil sama yang kerja.
Kata bapak udah dirumah aja. Jadi saya di rumah ya cuma makan nonton
tv aja gaada kegiatan gitu

D : Ohh begituu. Mas udin agamanya apa?

P : Islam dokter

D : Mas udin sering solat ga?

P : Dulu sih sering dokter hehhe

D : Mas udin inget gak kesini sama siapa?

P : Sama ayuk, sama suami ayuk sama anaknya ayuk yang di pringsewu

D : Waktu itu inget ga mas udin kenapa dibawa kesini?

P : Jadi dokter karna udin marah-marah terus kesel jugaaa sama bingung.
Kayanya karna pergaulan disanaa..
D : Emangnya udin marah-marah sama siapa? Kesel kenapa? Sampe
ngerusak barang memangnya?

P : Hehehe udin kan kesel ya dokter bingung juga jadi udin lempar batu aja
kerumah orang. Soalnya udin bingung gitu dokter..

D : Rumah siapa yang udin lempar?

P : Rumah cewe yang udin suka itu dokter. Kan udin mau juga punya temen
ngobrol, udin suka. Tapi cewe itu udah ada suami, udah ada anaknya juga
dokter

D : Udin ngerasa ada yang nyuruh ngelempar batu gitu?

P : Karna udin bingung terus malu yaudah udin lempar batu aja dokter
kerumahnya

D : Mas udin ngerasa ga ada yang gasuka sama mas udin?

P : Yaa namanya orang ya dokter, pasti ada aja yang gasuka sama udin

D : Mas udin ngerasa ga ada orang yang mau ngejahatin mas udin?

P : Pernah dulu dokter. Kayanya ada temen udin yang gasuka sama udin mau
ngejahatin udin..

D : Kalo denger-denger bisikan gitu pernah ga?

P : Pernah dokter, biasanya kalo abis solat suka ada yang bisikin udin

D : Suaranya cewe atau cowo? Biasanya bisikannya ngomong apaa?

P : Bisikan-bisikan nyuruh tidur, solat kaya gitu-gitulah dokter

D : Kalo ngeliat yang kira-kira orang lain gabisa liat pernah ga mas udin?

P : Pernah dokter, kalo kebangun suka liat bayangan-bayangan terus jadinya


gabisa tidur lagi. Pernah juga liat rumah yang disebelahnya ada petir api
sampe ke langit dokter

D : Mas udin kalo boleh tau pekerjaannya sekarang apa?

P : Ga kerja mba. Gaboleh sama bapak. Kan bapak punya kebun tuh..
lumayan luas. Nah itu bagi hasil sama yang ngelola gitu mba jadi udin
gadibolehin kerja. Katanya ngapain kerja dirumah aja

D : Mas udin pernah ada perasaab mau bunuh diri atau mau bunuh orang
lain?
P : Gapernah lah dokter..

D : Mas udin akhir-akhir ini perasaannya gimana?

P : Yaa disini lumayan dokter banyak temen banyak yang diajak ngobrol

D : Jadi seneng apa sedih?

P : Yaa sedikit seneng, sedih juga

D : Mas udin inget ga tadi pagi sarapan pake apa aja?

P : Pake telorr, tempe, sama sayur bu dokter

D : Mas udin bisa itung –tungan ga?

P : Hahahaha bingung udin dokter kalo itung-itungan

D : Kalo 100 – 7 berapa?

P : Aduh berapa ya? Bingung udin dokter..

D : Kalo 10 -3 berapa?

P : 7 ya? Hehehe

D : kalo dikurangin lagi?

P : Dikurangin 3? 4 ya dokter?

D : Kalo dikurangin lagi?

P : 2 ya? Eh 1 dokter hehe

D : Kalo baca sama nulis bisa ga mas udin?

P : Bisa dokter..

D : *Pasien menulis nama orang tuanya. Kemudian membaca beberapa


kalimat*

P : Mas udin tau ga artinya ringan tanga?

D : Suka mukul dokter

P : Kalo panjang tangan?

D : Suka ambil barang orang hahaha

P : Mas udin kalo nemu dompet dijalan di apain?


P : Diambil dokter

D : Terus? Ga dibalikin?

P : Engga dokter. Uangnya aja ambil dompetnya tinggalin

D : Hahahha emangnya gak dosa?

P : Yaa ngga kan nemu dokter

D : Mas udin pernah kejang ga? Atau kecelakaan?

P : Pernah jatoh dari motor waktu mau ketempat ayuk dokter. Terus di rawat
di RSAM 2 hari

D : Terus setelah itu suka pusing atau kejang?

P : Ga pernah dokter

D : Mas pernah nyoba alkohol atau narkoba ga?

P : Gapernah Dokter.. kawan-kawan aku waktu kuliah dulu pernah

D : Mas udin berarti dirawat disini udah berapa kali mas?

P : Udah sering banget dokter dari tahung 1988

D : Emang tau ini ada dimana?

P : Di Rumah Sakit Jiwa Kutilang

D : Waktu kecil mas udin banyak ga temennya apa suka sendirian?

P : Banyak dokter. Aku dulu suka main-main sama temen aku kalau
sepulang sekolah

D : Waktu sekolah? Pernah tinggal kelas ga??

P : Gapernah dokter.. aku kan kata ayuk aku sedikit pinter gitu dokter hehe

D : Mas udin punya cita-cita ga?

P : Kalo kata ayuk aku, cita-cita aku jadi Presiden dokter. Biar bisa
ngelindungin keluarga

D : Emangnya udin tau urutan presiden sampe sekarang?

P : Soekarno, Soeharto, Habibi, Gusdur, Megawati, Susilo, Jokowi

D : Kalau sekarang pagi, siang sore atau malem mas?


P : Siang, jam 11

D : Kalau nama saya masih inget ga?

P : Dokter faridah

D : Wah masih inget yam as udin hehhe. Mas udin ngerasa sakit ga makanya
dibawa kerumah sakit ini

P : Ngga dokter aku gasakit

D : Okedeh mas udin cukup disini ya kita ngobrol-ngobrolnya nanti kalau


ada kesempatan kita ngobrol-ngobrol lagi yaa mas udin. Terimakasih ya
mas udin

P : Iya dokter sama-samaa


Alloanamnesis

Tanggal 22 September 2018

Keterangan

D : Dokter muda

K : Kakak kandung pasien

D : Assalamualaikum. Apa benar ini keluarga dari saudara Safrudin?

K : Ohiya benar. Ini dari RSJ ya? Ada apa ya bu?

D : Iya ibu perkenalkan saya dokter muda faridah. Izin mau bertanya-tanya
mengenai safrudin ibu, apa ibu ada waktu bu?

K : Iya ada dokter silahkan

D : Mohon maaf kalo boleh tau ini saya berbicara dengan siapa?

K : Saya Nur Hazizah dokter. Ayuk kandung pasien

D : Baik ibu, mau bertanya. Kemarin yang mengantar udin ke RSJ siapa saja
ya bu?

K : Yang antar saya sendiri, suami saya, supir sana nak saya yang
perempuuan dokter

D : Kalo boleh tau kenapa ya udin dibawa kembali ke RSJ bu?

K : Jadi seperti ini dokter, waktu bulan agustus sekitar tanggal 5 itu udin
ngelemparin rumah tetangga dengan batu. Rumah yang dilempari itu ada cewe
cantik, sudah berkeluarga, punya anak juga. Nah kayanya udin suka dengan cewe
itu karena cewe itu mirip dengan pacarnya yang dulu pernah ditinggal nikah
waktu kuliah. Makanya dia merasa marah atau kesal gitu ya dokter, dilempari lah
rumah itu dengan batu. Setelah ngelempari itu seperti ada perasaan puas seperti itu
dokter. Nah kemudian saya bawa ke Pringsewu dapat sekitar 10 hari kemudian
lebaran idul Adha, udin kembali pulang ke talang padang sana. Baru kemarin
tanggal 6 September ini dia lempari lagi rumah itu dengan batu. Sebetulnya
warga-warga sana sudah mau lapor polisi Cuma kan karena keadaan udin yang
stress jadi saya piker saya bawa aja ke RSJ dari pada kena amuk masyarakat
dokter. Itu juga dia ga mau ngaku dokter kalo dia ngelemparin rumah itu pake
batu, dia merasa dituduh jadinyaa
D : Kalo awal mula dibawa kesini tahun 1998 itu kenapa bu?

K : Ohiyaa betul. Jadi dokter udin itu kan kuliah di UBL kemudian dia
ngekos, terus ada temennya yang ngajak ke Kairo untuk kuliah tapi orang tua
sama saya juga kurang setuju dokter. Tapi ternyata udin itu di bohongin dokter
uang yang kita kasih ke udin sekitar 700 ribu jaman dulu itu udah besar banget
dokter, nah itu di pinjem temennya dan ga dibalikin. Sampai uang kosan ga
dibayar. Sempat suatu saat mau ngejenguk udin, dia udah gaada dikosan. Dan kata
yang punya kosan itu udin udah lama gak tinggal di kosan ini. Akhirnya kita tanya
sama kawan dekatnya, katanya udin ada di Masjid Babussalam di tanjung karang.
Kita samper kesana dokter, ternyata ada udin disana. Keadaannya itu kurus sekali,
bajunya berantakan di pinggiran Masjid. Akhirnya kita bawa pulang, sampai
dirumah itu tidak mau makan, tidak mau mandi, kalau solat itu dokter lamaa
sekali bisa sampai 3 jam. Kemudian akhirnya kita ajak berobat awalnya ke dukun
tapi ternyata gaada perubahan, akhirnya barulah kita bawa ke RSJ saat itu dokter

D : Setelah di rawat disini keadaannya seperti apa bu? Kemudian sering


kambuh-kambuhan?

K : Setelah dari sini lumayan dokter, sudah mau makan, mau mandi mau
diajak bicara. Kemudian kambuh-kambuhan lagi semenjak ibuku sakit dokter.
Disitu udin jadi sering kambuh-kambuhan lagi. Keluar masuk RSJ ini udah sering
sekali dokter sudah lebih dari 5 kali.

D : Dirumah memangnya obatnya ga teratur di minum atau gimana bu?

K : Jadi bapak saya awalnya ga terima dokter anaknya sakit seperti ini, ajdi
setiap obat abis keadaan udin keliatan seger dan enakan itu biasanya bapak ga
ngebolehin kontro. Karena menurut bapak itu udah sembuh dokter jadinya barulah
berobat kalo udin udah ngamuk, udah marah marah baru diajak berobat lagi
dokter. Terus semenjak ibu meninggal juga jarang ada yang ngingetin udin untuk
minum obat, dia juga kayanya ngerasa bosen karena udah bertahun-tahun minum
obat itu terus gitu dokter

D : Selama sekolah dulu udin pernah tinggal kelas gak bu? Atau
memperlihatkan gejala-gejala seperti mengurung diri?

K : Ngga dokter, ga sama sekali. Jadi udin dulu itu sekolahnya mulai umur 5
tahun karena ternyata dia pinter naik kelas terus. Waktu di sekolah juga temennya
banyak, ga pernah ada masalah selama SD, SMP, SMA itu dokter. Nah karena
lulus SMA lebih duluan dibandingin temen seumurannya, masukin lah udin kuliah
di UBL. Nah waktu awal-awal kuliah di UBL, ditempat kosannya itu dokter ada
anak yang perempuan yang punya kosan itu yang deket sama udin. Nah tapi
ternyata udin di tinggal nikah, makanya setiap ada perempuan yang mirip sama
perempuan yang ninggalin dia nikah biasanya udin suka marah-marah kesel gitu
dokter

D :Udin pernah cerita suka lihat sesuatu aau ada yang bisikin gitu gak bu?

K : Iya dokter, katanya suka takut karena ada yang bisikin makanya kadang
kalo di pringsewu tidurnya ditemenin sama suami saya dokter, katanya takut

D : kira-kira udin pernah minum alkohol atau pake narkoba gak bu?

K : Kayanya sih dokter dari cerita-cerita kayanya dia pernah coba pil koplo
itu dokter, tapi Cuma cerita-cerita aja gatau bener apa ngga

D : Udin pernah sakit keras atau di rawat dirumah sakit ga?

K : Pernah dirawat karena kecelakan itu dokter 2 hari di RSAM. Tapi kata
dokter waktu itu gapapa..

D : Waktu kecil mas udin itu lahirnya normal gak bu? Pernah kejang ga?

K : Normal dokter, karena dia anak terakhir jadi paling disayang lah gitu
istilahnya. Kejang juga gapernah dokter

D : Baik ibu, mungkin cukup segitu aja tanya-tanyanya. Ibu ada yang mau
ditanyakan?

K : Ngga ada dokter

D : Kalo gitu terimakasih ya bu sudah meluangkan waktu. Kalau bergitu saya


tutup ya ibu telfonnya. Terimakasih banyak bu

K : iya dokter sama-samaa

D : wassalamualaikum

K : waalaikumsalam warrohmatullah

Anda mungkin juga menyukai