Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT MNS MULTI NABATI SULAWESI

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 86

LAMHOT PASARIBU

PENYELENGGARA

PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI

Manado, 24 Oktober – 05 November

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah yang Maha Kuasa dimana telah melimpahkan hikmat serta
karuniannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktek kerja
lapangan terkait K3 di PT.MULTI NABATI SULAWESI. Penulisan laporan Praktek
Kerja Lapangan ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
program Pembinaan Calon Ahli K3 Umum (AK3U) yang diselenggarakan oleh PT.
INDOTAMA JASA SERTIFIKASI. Selama pelaksanaan praktek kerja lapangan dan
penyusunan laporan, penyusunan mendapatkan bimbingan, dukungan serta pihak
dari PT. di PT. Multi Nabati Sulawesi yang terlibat dalam kelancaran pembuatan
laporan PKL serta pelatihan Calon Ahli K3 Umum. Penyusun menyadari bahwa
pembuatan laporan praktek kerja lapangan masih terdapat kekurangan, sehingga
kritik dan saran dari berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan ini sangat
diharapakn oleh penyusun. Sehingga menjadi bahan berbaikan untuk
menyempurnakan laporan ini.

Penyusun

Lamhot Pasaribu

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
dan produktivitas nasional. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksud untuk
menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar
apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Pada dasarnya setiap
pekerjaan tidak dapat terlepas dari resiko bahaya, adapun yang termasuk dalam
resiko yaitu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Untuk menghindari resiko
tersebut terdapat beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan, salah
satunya dengan menerapkan ilmu (K3) di setiap proses kerjanya.

Penerapan (K3) merupakan hal yang wajib bagi setiap proses pekerjaan di
tempat kerja, seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. penerapan (K3) di tempat kerja merupakan cara yang tepat
untuk mengatasi dampak negative dari proses industry dan efektif untuk
meningkatkan produktivitas kerja di perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja terhadap pekerja yang berkaitan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara bekerja. Dengan
adanya pengetahuan tentang (K3) diharapkan dapat mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. penyakit akibat kerja dapat mengakibatkan
penurunan produktivitas kerja, kerugian berupa cacat atau cidera yang bersifat
sementara maupun permanen atau bahkan terjadi kematian serta kerusakan
property dan lingkungan.

PT Multi Nabati Sulawesi (MNS) merupakan salah satu perusahaan yang


bergerak di industry minyak kelapa dan minyak sawit mentah yang berproduksi sejak
tahun 1992 dalam upaya melakukan pengolahan bahan mentah menjadi bahan siap
produksi. PT Multi Nabati Sulawesi harus selalu memperhatikan proses pengolahan
yang di laksanakan oleh tenaga kerja agar supaya bisa menghasilkan produk yang
berkualitas agar siap bersaing di pasaran, bersamaan dengan hal tersebut PT. Multi

3
Nabati Sulawesi juga harus menerapkan kebijakan dan norma-norma (K3) untuk
melindungi setiap tenaga kerja yang ada karena mengingat proses produksi yang
dilakukan menggunakan alat dan mesin yang berpotensi menyebabkan resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. dalam penerapan kebijakan
dan norma-norma (K3) di tempat kerja harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 50 tahun 2012 yaitu Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3).

Berdasarkan uraian diatas, sebagi calon Ahli (K3) Umum diperlukan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) untuk menganalisis dan mengetahui penerapan (K3) di
sebuah perusahaan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktek Kerja Lapangan bagi calon Ahli K3 Umum sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan pengalaman calon
Ahli K3 dalam mempersiapkan diri untuk memasuki ruang lingkup dunia kerja.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Sebagai bahan seminar dan salah satu syarat menyelesaikan pelatihan
calon Ahli K3 Umum sehingga bisa mengaplikasikan teori dan praktik
dilapangan.
2. Mengetahui tugas dan wewenang dari seorang tenaga Ahli K3 Umum
diperusahaan tempatnya bekerja, sehingga dapat memastikan penerapan
K3 di perusahaan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
1.3 Ruang Lingkup
Kegiatan praktik kunjungan lapangan ini berorientasi sesuai dengan ruang
lingkup tugas dan fungsi dari ahli K3 Umum pengawasan peraturan
perundangan K3 bidang pengawasan SMK3, mekanik (alat angkat angkut) dan
tenaga produksi serta Pesawat uap dan Bejana Tekan, K3 konstruksi bNGUNn,
K3 penaggulangan kebakaraan instalasi listrik, K3 kesehatn lingkungan kerja
serta bahan bahaya dan beracun di PT. Multi Nabati Sulawesi.

4
1.4 Dasar Hukum
1.4.1 Dasar Hukum Pengawasan SMK3

1. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang


Penerapan Sistem Manajemen K3
2. Peraturan Menteri tenaga kerja RI No. Per-26/MEN/2014 Tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajement
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.155/MEN/1984
Tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Nomor KEP.125/MEN/82, Tentang Pembentukan,
Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Nasional, Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Wilayah Dan Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

1.4.2 Dasar Hukum Pengawasan K3 Mekanik dan tenaga produksi


1. Undang-undang Uap 1930
2. Peraturan Uap Tahun 1930
3.Permenaker No.01/Men/1988 Tentang Kulasifikasi Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
4. Permenakertrans No.37 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekan Dan Tangki Timbun.

1.4.3 Dasar Hukum Pengawasan K3

1.4.4 Dasar Hukum Pengawasan K3

5
BAB II

KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Multi Nabati Sulawesi bergerak di bidang usaha pengolahan minyak


Nabati, minyak kelapa. PT. Multi Nabati Sulawesi merupakan salah satu dari anak
perusahaan WILMAR Grup yang berlokasi di Bitung, Sulawesi Utara.PT. Multi
Nabati Sulawesi adalah satu perusahaan investasi asing yang terlibat dalam
industri minyak kelapa (CCNO ) dan minyak sawit mentah (CPO)dan memiliki
fasilitas sebagai pabrik pengolahan kopra dan pabrik pengolahan sawit. Selain
pabrik berlokasi di Madidir, juga memiliki pengolahan kopra yang terletak di
Gorontalo Desa Maleo, dan Luwuk Desa Kilongan. PT. Multi Nabati Sulawesi pada
awal memiliki nama Bukit Zaitun, kemudian pada tahun 1992 menjadi PT.
Sirontalo Perkasa sampai tahun 2000, kemudian tahun 2000 yang berganti lagi
menjadi PT. Multi Nabati Sulawesi Unit Maleo sampai dengan sekarang.
2.2 Lokasi Perusahaan

PT. Multi Nabati Sulawesi terletak di lokasi Jl. Raya Madidir, Madidir
Tengah, Kota Bitung. Anda juga dapat menghubungi bisnis ini melalui telepon di
nomor 0438-30391. PT. Multi Nabati Sulawesi dapat
dijangkaudenganmudahmelaluitransportasiumummaupunpribadi.

6
Gambar2.2.1PT.Multi Nabati Sulawesi Manado

Gambar2.2.2LokasiPT.Multi Nabati Sulawesi Manado


Sumber:MapsGoogle
3.3 Visi dan Misi
1. Visi
 Menjadi perusahaan kelas dunia yang dinamis dibisnis agrikultur dan
industry terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap
mempertahankan posisinya sebagai pimpinan pasar dunia melalui
kemitraan dan manajemen yang baik.
 Menjadi perusahaan yang dinamis dibidang industry melalui sinergi dan
konsistensi pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (LK3) dan social pada setiap kegiatan bisnis.
 Nihil

Kecelakaan Kerja dan Nihil Pencemaran Lingkungan

7
2. Misi
 Menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak dipercaya bagi stakeholder
 Menerapkan system manajemen LK3 secara berkesinambungan
 Membangun system LK3 dan social yang berintegrasi dengan system
operasional untuk tujuan tercapainya kinerja yang optimal

2.4 Jumlah Karyawan PT. Multi Nabati Sulawesi Manado


BerikutmerupakanjumlahkaryawandiPT.Multi Nabati Sulawesi Manado
yangterdiridari :
1. Operator : 600 orang
2. Karyawan : 400 orang

2.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan suatu gambaran hubungan antara pemilik


usaha dengan bawahannya. PT. Multi Nabati Sulawesi telah memiliki struktur
organisasi secara tertulis dan telah menetapkan pembagian tugas operasional
dalam perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 2. Struktur
Organisasi PT. Multi Nabati Sulawesi sebagai berikut :

8
Gambar2.5StrukturOrganisasiPT.Multi Nabati Sulawesi Manado
Sumber:PT.Multi Nabati Sulawesi Manado

2.6 Alat Mekanik


2.6.1 Syarat – Syarat K3 Pengawasan Mekanik
a) Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pengaman mesin yang
akanharus dianalisa sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam model
Codeof Safety Regulations for Industrial Establishment. Dalam regulasi
82dari model kode ini dijelaskan sebagai berikut;
b) Pengaman-pengaman harus direncanakan, dibuat dan dipakaisehingga
memenuhi kebutuhan perlindungan yang positif.
 Tidak menggangu keamanan dan ketenangan bagi operator.
 Mencegah pendekatan terhadap semua wilayah berbahaya.
 Tidak mengganggu jalannya produksi.
 Dapat dipergunakan secara otomatis atau dengan sedikit usaha.
 Sesuai untuk pekerjaan dan mesin.
 Lebih disenangi dalam bentuk sudah terpasang (built in).
 Tidak mengganggu kebutuhan merawat.

9
 Tahan terhadap pemakaian jangka Panjang
 Tahan terhadap pemakaian secara normal dan dalam keadaan
 shock.
 Tahan lama, tahan api dan tahan korosi.
 Tidak menimbulkan bahaya.
 Melindungi kecerobohan pemakaian yang tidak terduga.
 Pengaman dan biaya produksi.
 Pengaman mesin yang langsung terpasang.
 Perlengkapan Keselamatan Kerja Keran Angkat; dynamometer dan
 Load indicator
2.6.2 Pemeriksaan dan Pengujian Mekanik
1. Beberapa persyaratan pemeriksaan dan pengujian pesawat tenaga
danproduksi,antara lain
a) Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan,
pengujiandan penerbitan pengesahan pemakaian pesawat;
 Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pembuatan
(fabrikasi).
 Pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan dan
ataupemasangan.
 Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pemakaian (berkala
ataukhusus)
 Pemeriksaan dan pengujian berkaitan dengan reparasi
ataumodifikasi.
 Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan
penerbitanpengesahan pemakaian, termasuk pemakaian
baru
b) Prosedur pemeriksaan dan pengujian
 Prosedur kegiatan pemeriksaan dan pengujian pada
tahappembuatan.
 Prosedur pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan
ataupemasangan.
 Prosedur pemeriksaan berkala atau khusus pada tahapan
pemakaian.
10
 Ketentuan khusus pada pemeriksaan dan pengujian.
2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian serta
PenerbitanPengesahanPemakaian Pesawat Angkat dan Angkut,
adalah;
a) Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian;
 Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pembuatan dan
pengujian
 Pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan dan
ataupemasangan.
 Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pemakaian (berkala
ataukhusus).
 Pemeriksaan dan pengujian berkaitan dengan reparasi
ataumodifikasi.
b) Prosedur pemeriksaan dan pengujian kegiatan pemeriksaan dan
pengujian pada tahap pembuatan
 Prosedur pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan
ataupemasangan.
 Prosedur pemeriksaan berkala atau khusus pada
tahapanpemakaian. Ketentuan khusus pada pemeriksaan dan
pengujian.
c) prosedur penerbitan pengesahan pemakaian pesawat tenaga dan
produksi, pengesahan pemakaian baru
2.7 Pesawat Angkat Angkut

Peralatan angkat adalah alat yang dikontruksikan atau dibuat khusus untuk
mengangkat naik dan menurun muatan. Pesawat angkat dan angkut adalah
alat yangdigunakan untukmengankat atau memindahkan sebuah benda
dengan jarak, besardan berat tertentu yang sulit untuk dilakukan ataupun
tidak mungkin dilakukandengan tenaga manusia.

Pesawat angkat angkut dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan


cara mekanisme angkutnya, seperti:

11
a) Hydraulic handling device Hydraulic handling device
merupakanpesawat angkut dengan carapengangkutan dengan
menggunakan mediaberupa cairan atau liquidsebagai media
pengangkutan.
b) Pneumatic handling system Pneumatic handling system merupakan
pesawat angkut dengan carapengangkutan dengan menggunakan
media berupa udara, gas sebagaisarana pengangkutannya.
c) Mechanical cara pengangkutan dengan menggunakan tenaga dari
mesin sebagai saranapengangkutannya, contoh conveyor belt
menggunakan tenaga mesin sebagai pengangkutanya

2.7.1 Syarat-syarat K3 Pesawat Angkat Angkut


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alat angkat angkut jika akan
dipakai di area produksi meliputi
a) Konstruksi harus kuat.
b) Layak dioperasikan.
c) Safety devices terpasang dan berfungsi dengan baik disertai contoh
gambar.
d) Dilakukan pemeriksaan dan pengujian
e) Dilakukan perawatan dengan baik
f) Dioperasikan sesuai dengan SOP dan oleh operator yang memiliki
sertifikat.
g) Operatornya harus dilengkapi dengan alat pelindung diri

2.7.2 Pemeriksaan K3 Pesawat Angkat Angkut


a) Jenis pemeriksaan dan pengujian berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang di dalamnya membahas tentang
 Pemeriksaan dan pengujian dalam pembuatan.
 Pemeriksaan dan pengujian pertama.
 Pemeriksaan dan pengujian berkala.
b. Tahapan pemeriksaan dan pengujian pesawat tenaga produksi
 Pemeriksaan data.

12
 Pemeriksaan visual dengan menggunakan checklist terhadap
seluruh komponen dan pengecekan dimensi.

Pemeriksaan NonDestructive Testing (NDT) terhadap seluruh


komponen yang menerima beban dan atau komponen yang
diragukan kekuatannya.

 Pengujian pada kondisi dinamis dan lingkungan kerja


 Laporan hasil pemeriksaan dan pengujian dengan
menggunakan formulir.
2.8 Pesawat Uap dan Bejana Tekan
Pesawat uap adalah ketel uap dan peralatan lainnya baik tersambung
langsung maupun tidak langsung, berhubung dengan suatu ketel uap dan
diperuntukkan bekerja dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan udara
2.8.1 Syarat- Syarat K3 Pengawasan Pesawat Uap dan Bejana Tekan
Pemeriksaaan dan pengujian dilakukan mulai tahap fabrikasi
(pembuatan)pada tahap perakitan atau pemasangan, tahap
pemakaian, tahap reparasi ataumodifikasi serta pemasangan kembali
karena pemindahan pesawat uap. Penerbitanijin pesawat uap
dikeluarkan untuk pemakaian baru dan saat mutasi ijin
pemakaiankarena penjualan atau pemindahan pesawat uap jenis
berpindah. Pemeriksaan danpengujian dilakukan oleh pegawai
pengawas atau ahli K3 pesawat uap dan bejanatekanseperti halnya
pada pesawat uap, pedoman ini diperuntukan untuk bejana tekandan
harus diketahui oleh semua pihak terkait terutama pemerintah daerah
kabupatendan kota yang menangani langsung pelaksanaan
pengawasan keselamatan dankesehatan kerja di lapangan menurut
UU No.22 tahun 1999. Pemeriksaan ataupengujian dilakukan oleh Ahli
K3 Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan.Sedangkan pengesahan
pemakaian baru harus ditangani oleh kepala dinas setelah di paraf oleh
pegawai pengawas dan atasan langsung pegawai pengawas.
2.8.2 Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Uap dan Bejana Tekan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemeriksaan
danpengujiandari pesawat uap dan bejana tekan, adalah:

13
1. Jenis pemeriksaan dan pengujian berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2. Pemeriksaan dan penguian dalam proses pembuatan.
 Pemeriksaan dokumen teknik yang disyaratkan untuk pembuatan
 Pemeriksaan bahan baku material yang akan digunakan untuk
pembuatan unit atau komponen pemeriksaan awal.
 Pemeriksaan pada saat dan atau pada akhir pekerjaan
pembuatan unit ataukomponen.
 Pengujian
 Pembuatan data
 teknik pembuatan dan laporan pengawasan
 pembuatan unit atau komponen.
3. Pemeriksaan dan pengujian pertama
 Pemeriksaan dokumen teknik yang disyaratkan untuk
pemasangan dan atau pemeriksaan.
 Pemeriksaan unit atau komponen.
 Pemeriksaan teknis menyeluruh saat perakitan dan akhir
perakitan.
 Pengujian-pengujian.
 Pencatatan pada buku akte izin Pemakaian.
4. Pemeriksaan dan pengujian berkala
 Pengecekan dokumen teknik terkait syarat pemakaian.
 Pemeriksaan kondisi fisik serta perlengkapannya.
 Pembuatan laporan pemeriksaan dan atau pengujian berkala
atau pemeriksaan khusus
 Pencacatan pada buku akte izin Pemakaian.
5. Pemeriksaan khusus modifkasi reparasi
Pemeriksaan kondisi fsik pesawat uap yang akan dilakukan
reparasi modifkasi.
 Pemeriksaan dokumen teknik terkait dengan syarat pekerjaan.
 Pemeriksaan pada saat dan akhir pekerjaan.
 Pengujian seperlunya

14
2.9 TEMUAN LAPANGAN PT. MULTI NABATI SULAWESI
2.9.1 Temuan Positif di PT. Multi Nabati Sulawesi
1. Bejana Tekan sudah memiliki mesin control untuk mengukur bejana
tekan
2. Sudah memiliki Loader
3. Sudah memiliki Steam Boiler memiki kode produksi dan tahun
pembuatan
4. Memiliki hand pallet dengan kapasitas mengangkat 3 ton
5. Memiliki tanda bahaya peringatan percikan api dari tungku boiler
6. Boiler telah di lakukan riksa uji awal dan berkala
7. Tangki Storage untuk menampung minyak
8. Sudah memiliki Gudang penyimpanan
9. Tangki boiler penyimpanan air
10.

2.9.1 Temuan Negatif di PT. Multi Nabati Sulawesi

1. Kondisi Forklif tidak layak tidak dioperasikan


2. Mekanisme kerja tidak sesuai SOP
3. Pipa yang sudah tidak sesuai standard dan berpotensi menyebabkan
kebocoran gas
4. Mesin produksi tidak dirawat dengan baik
5. kait (hook) tidak dilengkapi dengan kunci pengaman
6. Terlihat warna cat pada tabung sudah berkarat
7. Mesin produksi (boiler) tidak memiliki plat papan nama
8. Bejana tekan ditempatkan di tempat terbuka tanpa pelindung dari terik
matahari
9. Posisi parker forklift tidak pada tempatnya

15
BAB III ANALISA
(dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan)
3.1 Analisa Penemuan Negatif

No Foto Lokas Temuan Analisis Saran/ Dasar Hukum


i Rekomenda
si
1. PT. Kondisi Apabila Seharusnya Permenaker RI No.5
MNS Forklif tidak tetap di jika forklif Tahun 1985 tentang
layak tidak operasikan sudah tidak pesawat angkat angkut
dioperasika dapat layak di pasal 138 ayat 4”
n menyebabk operasikan, pemeriksaan dan
an lebih baik pengujian ulang
kecelakaan dihentikan pesawat angkat dan
kerja pemakaianny angkut dilaksanakan
a selambat-lambatnya 2
tahun setelah
pengujian pertama dan
pemeriksaan pengujian
ulang selanjutnya
dilaksanakan 1 tahun
sekali
2. PT. Mekanisme Hal ini Sebaiknya
MNS kerja tidak dapat bekerja
sesuai SOP menyebabk sesuai SOP
an potensi dan
bahaya menggunaka
kecelakaan n alat kerja
kerja yang sesuai

16
3. PT. Pipa yang Hal ini Sebaiknya undang undang uap
MNS sudah tidak dapat cepat tahun 1930 pasal 19
sesuai menyebabk diperbaiki poin 6 mengenai
standard an potensi supaya tidak pemeliharaan dan
dan bahaya mengakibatk pengeladenan pada
berpotensi kecelakaan an kebocoran peswat uap dan alat-
menyebabk kerja gas dan alat perlengkapan
an mengakibatk lainnya.
kebocoran an
gas kecelakaan
kerja di area
tersebut.

4. PT. Pipa yang Hal ini Pipa Permen no 04 tahun


MNS tidak sesuai dapat seharusnya 1985 Pasal 35 yaitu
tempatnya menyebabk di simpan semua alat pelindung
an pada tempat harus direncakan,
penyimpanan dibuat, dipasang, dan
pipa digunakan sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku

5. PT. Kait (hook) Berpotensi Kait Permenaker No. Per


MNS tidak terjadi sebaiknya 05/Men/1995 pasal 14
dilengkapi kejadian dlengkapi ayat 2 yangberisi: Kait
dengan yang dengan kunci harus dilengkapi
kunci berbahaya pengaman dengan kunci
pengaman Karen untuk pengamanan
beban menjegah
angkut kecelakaan
terlepas kerja

17
6. PT. Terlihat Bisa Sebaiknya Permenaker No. Per.
MNS warna cat mengakibat dilakukan 37/Men/2016 pasal 4
pada kan pengecatan berisi pelaksanaan
tabung tertukarnya sesuai syarat;syarat K3 bejana
sudah tabung peruntukkann tekanan atau tangki
berkarat yang ingin ya timbun sebagaimana
digunakan dimaksud dalam pasal
2 meliputi kegiatan
perencanaan,
pembuatan,
pemasangan,
pengisian,
pengangkutan,
pemakaian,
pemeliharaan,
perbaikan modivikasi,
penyimpanan, dan
pemeriksaan
sertaapengujian
7. PT. Mesin Dengan Sebaiknya Undang-undang No.38
MNS produksi tidak dilakukan Tahun 2016 tentang
(boiler) adanya pemasangan kesehatan keselamatan
tidak papan tentang kerja pesawat produksi
memiliki nama bisa pemberitahu pada pasal 15” setiap
plat papan mengakibat an plat pesawat tenaga dan
nama kan papan nama produksi harus diberi
terjadinya agar bisa plat nama yang
potensi mencegah memuat data pesawat
kecelakaan terjadinya tenaga dan produksi
kerja kecelakaan
kerja

8. PT. Bejana Kondisi ini Sebaiknya Permenakertrans No.37


MNS tekan menyebabk dibuatkan Tahun 2016 tentang K3
ditempatkan an potensi pelindung bejana tekan dan
di tempat merusak bejana tekan tangki timbun pasal 43
terbuka peralatan dari terik
tanpa matahari
pelindung
dari terik
matahari

18
9. PT. Posisi Forklif yang Sebaiknya Pemenakertrans No.8
MNS parker digunakan forklift yang Tahun 2020 tentang K3
forklift tidak di parker di digunakan pesawat angkat angkut
pada depan pintu seharusnya bab 5 pasal 126 ayat 2
tempatnya sehingga di parker di point b tentang alat
menghalan area khusus bantu angkat dan
gi jalan agar tidak angkut harus disimpan
masuk menghalangi ada tempat khusus
jalan yang melindungi dari
panas, cairan, bahan
berbahaya, dan
memiliki sirkulasi udara
yang baik

10. PT. Mesin Bisa Sebaiknya Permenaker No.38


MNS produksi mengakibat perawatan Tahun 2015 tentang
tidak kan harus keselamatan dan
dirawat korsleting dilakukan kesehatan kerja
dengan baik lisrtik yang secara pesawat tenaga
diakibatkan berkala produksi pasal 5 ayat 4
oleh jarring- “ pemakaian atau
jaring laba pengoperasian pesawat
tenaga dan produksi
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 harus
dilakukan pemeriksaan
dan pengujian sebelum
digunakan serta
dilakukan
pemeliharaaan secara
berkala

3.2 Analisa Penemuan Positif

No Foto Lokas Temuan Analisis Saran/ Dasar Hukum


i Rekomen
dasi
1. PT. Bejana Mesin control Sudah UU Uap 1930
MNS tekan pengukur baik Permen No 1 tahun 1982
sudah bejana tekan dantetapdi tentang bejana tekan Bab
memiliki dapat pertahank 1 pasal 1 bagian e
mesin berfungsi an
control dengan baik
untuk dan layak di
mengukur operasikan
bejana
tekan
2. PT. sudah Denganadan Sudah Permenaker 08 tahun
MNS memiliki yaloeder baik 2020 pasal 1 poin 3 yaitu
loeder dapatmempe dantetapdi pesawat angkat angkut

19
rmudahmeng pertahank adalah pesawat atau
angkutmateri an. peralatan yang dibuat dan
al. konstruksi untuk
memindahkan benda atau
muatan atau orang secara
horizontal vertical diagonal
dengan menggunakan
kemudi baik bergerak
diatas landasan
permukaan maupun rel
atau secara terus menerus
dengan menggunakan
bantuan ban atau rantai
atau rol
3. PT. Steam Dengan Sudah UU Uap 1930 pasal 8 dan
MNS boiler adanya label baik 9. Pasal 8 akte ijin
memiliki kode dantetapdi diberikan stelah pesawat
kode produksi dari pertahank uapnya oleh jabatan
produksi salah satu an. pengawasan keselamatan
dan tahun perlengkapan kerja diperiksa dan diuji
pembuata dalam menurut yg di tetapkan
n pesawat uap dalam pasal 9
maka sudah pemeriksaan pesawat uap
jelas bahwa yang dimaksud dalam
dalam pasal sebelum ini terdiri
kegunaan atas semua tindakan atau
alat tersebut pekerjaan yg di perlukan
sudah sesuai untuk mendapatkan
standar kepastian bahwa pada
pembuatan dan
perlengkapan dari
pesawat uap
4. PT. Perusaha Dengan Sudahbaik Permenaker no 8 tahun
MNS an adanya hand dantetapdi 2020 pasal 1 no 2 yaitu
memiliki pallet dapat pertahank pesawat angkat adalah
hand mempermud an. pesawat atau peralatan
Pallet ah yang dibuat dan dipasang
dengan memindahka untuk
kapasitas n mengangkat,menurunkan,
mengangk barang/baha mengatur posisi dan atau
at 3 ton n dari satu menahan benda kerja atau
tempat ke muatan, alat bantu angkat
tempat yang dan angkut adalah yang
lainnya. berfungsi untuk mengikat
benda kerja atau muatan
kepesawat angkat dan
angkut pada proses
pengangkatan
pemindahan dan
penurunan benda kerja
muatan

5. PT. Memiliki Dengan Sudahbaik


MNS tanda adanya dantetapdi
bahaya peringatan pertahank

20
peringatan dari percikan an.
percikan api dari
api dari tungku
tungku tersebut
boiler sehingga
orang orang
yang
melintas di
sekitaran
tungku boiler
bisa
mengetahui
bahaya
percikan dari
tungku boiler
tersebut.
6. PT. Boiler Dengan Sebaiknya Undang undang Uap
MNS telah adanya di tahun1930 pasal 10- 27
dilakukan wawancara pertahan pemeriksaan pesawat-
riksa uji bahwa telah dalm pesawat uap seperti yang
awal, dan dilakukan meriksa uji dimaksud dalam pasal
berkala. riksa uji, boiler dan sebelum ini terdiri atas
sehingga untuk semua tindakan atau
boiler dapat bukti riksa pekerjaan yang diperlukan
dipergunakan uji untuk mendapatkan
dengan baik sebaiknya kepastian bahwa pada
dan layak dokumen pembuatan dan
sesuai SOP. riksa uji perlengkapan dari peswat-
harus pesawat uap itu
transparan memenuhi yang
agar bisa ditetapkan.
di percaya
7. PT. Tangki Untuk Sudah Permenaker 37 tahun
MNS storage menyimpan bagus, 2016 pasal 2 yaitu meliputi
untuk fluida dalam tetap kegiatan perncanaan,
penyimpa jumlah yang pertahank pembuatan, pemasangan,
nan fluida besar. Tangki an pengisian, pengangkutan,
timbun harus pengawas pemakaian,
memiliki an dan pemeliharaan,perbaikan
dinding yang pemelihar modifikasi penyimpanan
kuat untuk aannya. dan pemeriksaan serta
menahan pengujian
suatu
tekanan,
maka tangki
tersebut tidak
mengalami
kerusakan,

21
8. PT. Gudang
MNS penyimpa
nan kopra

9. PT. Tangki
MNS boiler
penyimpa
nan air

10. PT.
MNS

22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan kami mengenai K3 Mekanik, Pesawat


Angkat Angkut, K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan di PT Multi Nabati
Sulawesi di bitung :Penerapan pengawasan K3 di bidang pesawat
mekanik, pesawat angat danangkut, K3 Pesawat uap dan bejana tekan
sudah berjalan cukup baik hanya saja Kondisi Forklif tidak layak tidak
dioperasikan, Mekanisme kerja tidak sesuai SOP, Pipa yang sudah tidak
sesuai standard dan berpotensi menyebabkan kebocoran gas, Mesin
produksi tidak dirawat dengan baik, kait (hook) tidak dilengkapi dengan
kunci pengaman, Terlihat warna cat pada tabung sudah
berkarat,danMesin produksi (boiler) tidak memiliki plat papan nama masih
harus diperhatikan lagi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, masih ada
beberapa alat atau bahan yang tidak tersimpan pada tempatnya sesuai
ketentuan, Kebersihan dan kerapian namun sudah lumayan dan perlu di
tingkatkan lagi.

4.2 Saran

Perlu di tingkatkan lagi pengawasan k3 di tempat kerja dan segera


diperhatikan semua temuan negative yang di temui dan segera melakukan
perbaikan, pemeliharaan, dan selalu memperhatikan lingkungan kerja
agar supaya tidak terjadinya hal-hal beresiko yang dapat menyebabkan
kecelakan kerja di tempat kerja.

23
BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 yaitu Sistem Manajemen


Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3).
2. Permenaker No. 38 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pesawat Tenaga dan Produksi.
3. Permenaker No.8 Tahun 2020, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
4. Permenakertrans No.02/Men/1982 Tentang Kwalifikasi Juru Las di Tempat
Kerja
5. Permenaker No.01/Men/1988 Tentang Kulasifikasi Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap.
6. Permenakertrans No.37 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
KerjaBejana Tekan Dan Tangki Timbun.
7. Permenaker RI No.5 Tahun 1985 tentang pesawat angkat angkut
8. Permen no 04 tahun 1985
9. Permenaker No. Per 05/Men/1995
10. Undang-undang Uap 1930
11. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
12. Undang-Undang No 13 tahun 2003

24
25

Anda mungkin juga menyukai