PENDAHULUAN
1
yang naik berat badannya sebanyak 72.468 anak (82,59%) dari balita yang ditimbang dan
Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 967 anak (1,1%) (Dinkes Semarang, 2017).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh konseling gizi dan PGS (Peran Gizi Seimbang) terhadap
tingkat pengetahun dan pola asuh pada ibu balita agar status gizi balita baik di
Puskesmas Kelurahan Karanganyar.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh konseling gizi terhadap tingkat pengetahuan dan
pola asuh ibu balita di Puskesmas Kelurahan Karanganyar.
b. Untuk menganalisis pengaruh konseling gizi dan pola asuh terhadap tingkat
pengetahuan ibu balita di Puskesmas Kelurahan Karanganyar.
c. Untuk menganalisis tingkat pengetahuan dan pola asuh dengan kejadian balita gizi
kurang di Puskesmas Kelurahan Karanganyar
1.3 Manfaat
a. Untuk peneliti
Dapat mengaplikasikan teori yang telah dipelajari serta meningkatkan peningkatan
wawasan dan keterampilan.
b. Untuk masyarakat
Dapat memberikan pemahaman mengenai besaran masalah gizi kurang pada balita di
Kelurahan Karanganyar.
c. Untuk peneliti lain
Dapat memberikan informasi tentang prevalensi dan penyebab kejadian gizi kurang
pada balita.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MANAJEMEN
Manajemen adalah proses untuk mengatur sesuatu secara efektif dan efisien dengan
dan melalui orang lain. Efektif berarti mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right
things) sehingga sebenarnya dalam melakukan tugas dapat membantu organisasi
mencapai visinya. Efesiensi berarti mengerjakan atau menggunakan sesuatu dengan benar
(doing things right). Efesiensi dalam menggunakan SDM, dana dan peralatan
1) Perencanaan
Planning, bekerja dengan mendefinisikan tujuan organisasi dan cara untuk
mencapainya.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian berarti menyusun dan membuat struktur kerja untuk mengatur
peran.
3
3) Penunjukkan / Delegasi
Penunjukan/delegasi berarti mengarahkan aktivitas dalam mencapai tujuan.
4) Pengendalian
Pengedalian berupa monitoring, membandingkan dengan standar (SOP), dan
koreksi kinerja.
Desentralisasi perencanaan kesehatan sebagai salah satu faktor esensial dalam proses
desentralisasi merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan kerjasama yang
harmonis di antara penentu kebijakan, perencana, tenaga administrasi dan masyarakat.
Oleh karena itu, dibutuhkan tekad yang kuat dan kesiapan yang cukup matang untuk
menata dan memperkuat sistem perencanaan kesehatan pada masing-masing
kabupaten/kota.
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang diatur dan diurus oleh pemerintah
daerah, yang pada awalnya bersifat top down (dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah) sekarang menjadi bottom up (dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat).
Otonomi daerah bidang kesehatan memberikan kesempatan yang banyak kepada
pemerintah darerah untuk mengeksplorasi kemampuan daerah dari berbagai aspek, mulai
dari komitmen pemimpin dan masyarakat untuk membangun kesehatan, sistem kesehatan
daerah, manajemen kesehatan daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai,
sehingga diharapkan kesehatan masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi
(Hamdi,2010).
Dalam perencanaan program gizi, proses perencanaan program gizi terintegrasi pada
perencanaan puskesmas dengan memaanfaatkan data. Pengumpulan pemgolahan dan
analisis data dapat diambil dari data IKS dalam PIS-PK, data kinerja program kesehatan
dan gizi, data hasil surveilans kesehatan dan gizi, hasil survei kesehatan terbaru dan
sumber data lain. Sumber data lain seperti Riset Kesehatan Nasional, RISKESDAS, PSG,
BPS, POLDES, profil desa dan lainnya.
4
2.3 GIZI KURANG
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi
yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit
dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007).
KEP adalah keadaan dimana kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan
gizi (AKG). Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi kurang yang
berdasarkan indikator BB/U dengan nilai z-score <-2SD sampai -3SD (Manjoer Arif,
2000).
5
Tabel Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Menurut Depkes RI
Kategori Cut of Point (Laki-laki dan perempuan sama)
Gizi Lebih > 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Baik 80% - 120% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Sedang 70% - 79,9% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Kurang 60% - 69,9% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Buruk <60% Median BB/U baku WHO- NCHS, 1983
6
Gemuk > +2 SD
Berat Badan menurut
Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD
Tinggi Badan
Kurus (Wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD
(BB/TB)
Kurus Sekali < -3 SD
SD = Standar Deviasi
1) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam penyediaan pangan yang baik
untuk mencapai keadaan gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi didukung oleh
pendidikan gizi yang cukup.
a. Tingkat pengetahuan gizi sangat penting peranannya dalam usaha peningkatan
status gizi.
b. Setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakan cukup untuk
pertumbuhan pemeliharaan dan energi tubuh.
c. Ilmu gizi yang dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi seseorang
dimana ilmu gizi tersebut dapat memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga
dapat menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum dijumpai disetiap negara didunia. Penyebab penting dari
gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kemampuan untuk
menerapkan informasi-informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
serta kesukaan ibu terhadap jenis makanan tertentu sangat berpengaruh terhadap
hidangan yang disajikan, pada kenyataan sehari-hari sering dijumpai anak yang
kurang mempunyai selera makan (Suharjo, 1989).
2) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki diri dalam
melangsungkan kehidupan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan
semakin tinggi pulla tingkat pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya
sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh
anggota keluarganya.
7
3) Pekerjaan
Status pekerjaan ibu digunakan untuk mengetahui penggunaan waktu sehari-hari ibu
balita, karena mengetahui pekerjaan (ibu bekerja atau tidak) akan dapat dijadikan
sebagai latar belakang penelitian dan sikap ibu tersebut.
4) Ketersediaan Pangan
Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor
penting dalam masalah kurang gizi. Keterbatasan apapun yang diakibatkan
kemiskinan dan kekurangan pangan kecuali dalam keadaan tertentu, penggunaan
yang lebih baik dari pangan yang tersedia dapat dilakukan penduduk yang
memahami penggunaannya untuk membantu peningkatan status gizi, sehingga
membantu penduduk untuk belajar cara menanam, menyimpan dan menggunakan
pangan untuk memperbaiki konsumsi makanan.
5) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan
keluarga tahap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti :
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, imunisasi
penyuluhan kesehatan, serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu,
puskesmas, bidan dan dokter rumah sakit serta air bersih (Depkes, 2000).
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa, 2013).
1) Antropometri
Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai
jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak
dibawah kulit
8
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain adalah : darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot.
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur
dan jaringan.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu,
survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2013).
9
2.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Kurang
a. Perilaku Ibu
Pada pemenuhan gizi seorang balita, ibu meme-gang peranan yang sangat penting.
Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak, orang pertama yang
berhubungan dengan anak, dan yang memberikan alokasi waktu lebih banyak dalam
pengasuhan anak (Byrd-Bredbenner, Abbot, & Cussler, 2008; Wong, Hockenberry-
Eaton,Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2001).
Menurut Green (1980 dalam Notoatmodjo, 2007), pengetahuan dan sikap yang
dimiliki seseorang merupakan faktor predisposisi yang memengaruhiperilaku.Jika
ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi balita, diharapkan ibu juga akan
memilikisikap dan perilaku yang baik pula dalam pemenuhan gizi balita.
Pengetahuan ibu mengenai gizi akan berpengaruh terhadap hidangan dan mutu
makanan yang disajikan untuk anggota keluarga termasuk balita.Sikap ibu dalam
memenuhi kebutuhan gizi balita juga sangat penting.Sikap merupakan faktor yang
memengaruhiperilaku kesehatan seseorang. Perubahan sikap secara berkelanjutan
dapat memengaruhiperilaku seseorang, dimana perilaku pemenuhan gizi yang baik
dapat meningkatkan status gizianak (Apooh, Yaa, & Krekling, 2005)
b. Pola Asuh
Persoalan gizi buruk di Indonesia berkurang, tetapi tidak akan pernah selesai,
walapun kemiskinan sudah terentaskan. Pasalnya, kasus gizi buruk tidak hanya
disebabkan kemiskinan, tetapi pada budaya masyarakat yang sangat menentukan
pemenuhan gizi balita. Pola asuh anak turut berpengaruh secara signifikan terhadap
timbulnya gizi buruk. Hanya saja selama ini banyak anggapan di masyarakat bahwa
kasus gizi buruk banyak dialami balita dalam rumah tangga miskin.
Balita yang besar dalam keluarga miskin akan tumbuh sehat apabila anak diasuh
oleh orang tua yang memahami pentingnya kesehatan. Contohnya ada anak yang
kedua orang tuanya bekerja sebagai PNS yang berkecukupan ternyata mengalami
gizi buruk. Hal tersbut terjadi karena pengasuhan anak diserahkan pada nenek yang
memiliki keterbatasan pengetahuan akan pentingnya pemberian makanan berigizi.
10
Guna mengantisipasi bertambahnya kasus gizi buruk, lanjutnya, diperlukan
peningkatan pengetahuan akan pola asuh anak yang baik dan benar. Selain itu,
meningkatkan keterampilan kader posyandu yang masih tergolong rendah juga perlu
dilakukan (Nisa, 2013).
11
2.3.6 Dampak Gizi Kurang
Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan
pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak
yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap
akan lebih terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso, 2003). Dampak
yang mungkin muncul dalam pembangunan bangsa di masa depan karena masalah
gizi antara lain :
1) Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal ini
berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di masa depan. Kekurangan
gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja
manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan
fasilitas kesehatan.
2) Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak - anak. Akibatnya
diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi semasa anak dikandung
sampai umur kira-kira tiga tahun. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini,
berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan
bagi pembangunan bangsa.
3) Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang
berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia. Kekurangan gizi
pada umumya adalah menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Masalah gizi
masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi makanan rakyat.
12
Baik : ≥ 100% AKG
Sedang : 80-90% AKG
Kurang : 70-80% AKG
Defisit : <70% AKG
b. Energi
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein, dan lemak. Setiap
gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan karbohidrat 4 kalori.
Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet (balanced diet)
ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan
energi yang tetap setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat
badan 500 gram dalam seminggu (Soediaoetama, 2004).
Tabel Angka Kecukupan Energi untuk Balita
d. Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan tetapi dalam
praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari asalnya. Protein hewani biasanya
mempunyai nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan protein nabati. Protein
telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein.
Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam makanan orang
Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari pada nilai gizi protein telur
(Soediaoetama, 2004).
13
Tabel Angka Kecukupan Protein untuk Balita (gr/kgBB/hari)
e. Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang dibutuhkan
oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire & Beerman, 2011).
Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai
fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah
trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping
mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan
energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial
(Mahan & Escott-Stump, 2008)
Tabel Tingkat Kecukupan Lemak untuk Balita
Umur Gram/Hari
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 tahun 44
4-6 tahun 62
14
Menurut Almatsier (2001), vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut
dalam air (vitamin A, D, E dan K). Menurut Soerdarmo dan Sediaoetama (1977),
satuan untuk vitamin yang larut dalam lemak dikenal dengan Satuan Internasional
(S.I) atau I.U (International Unit). Sedangkan yang larut dalam air maka berbagai
vitamin dapat diukur dengan satuan milligram atau mikrogram.Mineral merupakan
bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh,
baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan,
berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam
aktivitas enzim-enzim (Almatsier, 2001).
Tabel Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral untuk Balita
15
dengan makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi
kecukupan gizi (Almatsier,2002).
16
BAB III
METODE SURVEI
Jenis metode pengambilan data adalah observasional deskriptif. Pada penelitian ini
menggunakan data sekunder masalah gizi di Puskesmas Karanganyar Kecamatan Tugu
Kota Semarang.
Data dikelompokkan dan dikategorikan menurut gizi kurang dan BGM kemudian
mengidentifikasi masalah. Melakukan analisis situasi dengan cara merumuskan masalah.
Data yang telah dikelompokkan tersebut dianalisis untuk menentukan prioritas masalah.
Penentuan prioritas masalah menggunakan teknik non skoring dengan metode Delphi
Technique. Analisis penyebab masalah, strategi dan alternatif pemecahan masalah
disusun menggunakan metode pohon masalah yang menjelaskan tentang penyebab,
dampak, tujuan dan alternaltif masalah. Setelah itu menyusun manajemen program gizi
dengan menyusun indikator-indikator pencapaian tujuan jangka pendek sampai jangka
panjang dengan menentukan visi, misi dan tujuan, dari perencanaan, pengorganisasian
implementasinya sampai dengan monitoring evaluasi. (Munif,2012).
17
3.5 Data Gizi Kurang
Data gizi kurang dan Bawah Garis Merah (BGM) yang terdapat di Puskesmas Karang
Anyar Kecamatan Tugu, yaitu :
18
BAB IV
19
2. Kependudukan
20
ke tahun dapat dikatakan semakin melambat dari 1,36 persen pada tahun 2010
menjadi 0,65 persen di tahun 2015. Pertumbuhan penduduk yang terakhir,
dimungkinkan memiliki korelasi, baik dengan tingkat kelahiran kasar dan tingkat
migrasi masuk yang juga menurun, maupun dengan tingkat migrasi keluar yg nilainya
meningkat. Bila dilihat pertumbuhan penduduk menurut kecamatan pada periode
2010-2015 kondisinya sangat bervariasi. Hal ini terjadi karena dari 16 kecamatan
yang ada di Kota Semarang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda,
ada kecamatan yang terletak dipusat kota sehingga pertumbuhannya cenderung kecil
bahkan negatif, sebaliknya kecamatan-kecamatan di pinggir kota banyak diantaranya
merupakan pengembangan areal perumahan atau pengembangan industri sehingga
pertumbuhan penduduknya cukup tinggi. Yang mempunyai pertumbuhan penduduk
tertinggi yaitu Kecamatan Mijen sebesar 3,33 %, kemudian berturut-turut diikuti oleh
Kecamatan Genuk (2,44%), Kecamatan Gunung Pati (1,69 %), Kecamatan
Tembalang (1,40 %), Kecamatan Ngaliyan (1,31 %) dan Kecamatan Tugu (1,15 %).
Kecamatan-kecamatan diatas merupakan daerah pengembangan areal perumahan dan
areal industri sehingga banyak terjadi arus perpindahan penduduk masuk ke
kecamatan-kecamatan tersebut.
c. Komposisi Penduduk
Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus bisa
dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah jumlah penduduk menurut jenis
kelamin. Dari 1.595.267 penduduk Kota Semarang pada tahun 2015 terdiri dari
792.898 penduduk laki-laki dan 802.369 penduduk perempuan. Indikator dari variabel
jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara
penduduk laki-laki dan perempuan. Rasio jenis kelamin pada tahun 2015 di Kota
Semarang adalah 99 yang berarti jumlah penduduk perempuan 1% lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Sedangkan kecamatan yang mempunyai
rasio jenis kelamin diatas 100 ada 8 kecamatan, yang paling tinggi adalah kecamatan
Tembalang (103), Mijen dan kecamatan Gayamsari dengan rasio 102, yang berarti
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan
(Departemen Kesehatan RI. 2015).
22
Sedangkan angka CDR-nya sebesar 6,69 yang artinya setiap 1.000 penduduk
selama setahun jumlah penduduknya berkurang karena meninggal sebanyak 7 orang.
Demikian selisih dari keduanya adalah 7.32 atau jika dibulatkan menjadi 7 orang /
1000 bila dinyatakan dalam persen sebesar 0,72% merupakan angka pertumbuhan
penduduk alamiah atau Rate of natural increase (RNI).
Mengenai tingkat pertumbuhan karena migrasi atau perpindahan (net
migration) dihitung dengan melihat selisih antara angka penduduk yang datang atau
migrasi masuk (in migration) dan angka penduduk yang pergi atau migrasi keluar (out
migration). Pada tahun 2015 tingkat migrasi masuk sebesar 20,26 (yang berarti setiap
1.000 penduduk selama 1 tahun penduduk bertambah sebesar 20 orang), sedangkan
tingkat migrasi keluar sebesar 21,27 per 1.000 penduduk.
Bila migrasi masuk dikurangi dengan migrasi keluar diperoleh nilai sebesar -
1,05 persen yang berarti jumlah penduduk yang pindah/keluar lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk yang datang/masuk. Angka inilah yang dinamakan
dengan angka pertumbuhan penduduk karena migrasi (net migration rate). Pada tahun
2015 ada beberapa kecamatan yang tingkat migrasinya tinggi, antara lain Kecamatan
mijen dengan angka 20,45 , kecamatan Genuk 12,79 dan Kecamatan Gunung Pati
8,04. Selain itu banyak juga Kecamatan yang tingkat migrasinya negatif, diantaranya
Kecamatan Semarang Timur sebesar – 12,37, Kecamatan Candisari -11,42 , dan
Kecamatan Semarang Tengah sebesar -8,1. Hal ini antara lain disebabkan karena
kondisi geografis yang sudah padat ditambah dengan sebagian daerah yang terendam
oleh luapan air laut (Rob), sehingga penduduk mencari daerah baru yang lebih luas
dan tidak banjir (Departemen Kesehatan RI. 2015).
23
b. Lokasi Puskesmas
Puskesmas Karanganyar terletak di bagian Barat Kota Semarang, berlokasi di
Kecamatan Tugu yang mempunyai 7 kelurahan. Di satu Kecamatan Tugu terdapat
dua Puskesmas Induk yaitu Pukesmas Mangkang dengan tiga Kelurahan binaan
dan Puskesmas Karanganyar dengan empat Kelurahan binaan yang terdiri dari :
a) Kelurahan Randugarut
b) Kelurahan Karanganyar
c) Kelurahan Tugurejo
d) Kelurahan Jerakah
24
4.Memeliharan dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
d.Jumlah Penduduk
25
BAB V
26
2. Prioritas Masalah
Ada empat tahap penting dalam metode Delphi menurut Hanke (2005), yaitu :
a. Eksplorasi Pendapat
b. Merangkum pendapat para pakar dan mengkomunikasikannya kembali.
c. Mencari informasi mengenai alasan para pakar terkait atas pendapat yang
disampaikan
d. Evaluasi
tingginya angka
gizi buruk Dampak
rendahnya terbatasnya
terbatasnya Akibat
ketersediaan pelayanan
pengetahuan gizi
pangan kesehatan
27
Prestasi dan Kecerdasan Kuantitas SDM
produktivitas menurun berkurang
SDM menurun
28
4. Implementasi Program Gizi
a. Nama program : Penanganan Gizi Kurang Pada Blita
b. Visi : Terciptanya status gizi yang normal pada balita
c. Misi :
Meningkatkan pengetahuan mengenai gizi seimbang agar tercapai status gizi
yang normal.
Meningkatkan pola asuh yang baik dari ibu untuk anak.
Menekan kenaikan jumlah gizi kurang pada masyarakat.
d. Kegiatan :
Memberikan edukasi kepada ibu tentang pengetahuan gizi terkait gizi kurang
pada balita.
Pengukuran berat badan dan tinggi badan pada balita.
Peningkatan pengetahuan mengenai gizi kurang dan pesan gizi seimbang
melalui konseling gizi kepada ibu balita gizi kurang.
e. Tujuan Kegiatan :
Meningkatkan pengetahuan dan pola asuh ibu untuk meningkatkan status gizi
pada balita gizi kurang.
f. Output Objective :
Menyediakan proyektor, layar proyektor, dan sound sistem,untuk edukasi
pendidikan gizi terkait gizi kurang.
Menyediakan alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan untuk
balita.
Menyediakan lembar leaflet, Bahan Makanan Penukar, dan FFQ untuk
konseling.
Menyediakan pamflet tentang pesan gizi seimbang dan gizi kurang.
Adanya kerjasama dengan pihak terkait guna menunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan program penanganan gizi kurang di Kelurahan Karang
Anyar Kecamatan Tugu.
g. Outcome Objective : menekan jumlah balita yang terkena gizi kurang.
29
5. Monitoring dan Evaluasi
- Monitoring
Monitoring pemantauan dilakukan dengan pengamatan langsung yaitu
penanggung jawab dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.
- Evaluasi
Evaluasi program dilakukan sebagaimana pada tabel berikut:
Aktivitas Input Proses Output Outcome
Edukasi terkait - Mahasiswa Sasaran Sasaran Dapat diketahui
pesan gizi - Sie.Promkes (Dr. Sp mendengarkan memahami pengetahuan
seimbang dan gizi Anak) edukasi terkait edukasi terkait sasaran tentang
- Pamflet pesan gizi pesan gizi pesan gizi pesan gizi
kurang
seimbang dan gizi seimbang dan seimbang dan seimbang dan
gizi kurang gizi kurang gizi kurang.
kurang
Penilaian Status - Mahasiswa gizi Sasaran diperiksa Sasaran telah Hasil pengukuran
Gizi - Sie.Kesehatan diukur tinggi melakukan status gizi
- Alat-alat untuk badan, berat badan pengukuran terkait diketahui oleh
penilaian status gizi dan status gizi. gizi. petugas
kesehatan.
Konseling gizi - Mahasiswa gizi Petugas Sasaran telah Peningkatan
- Sie.Gizi melakukan diberi konseling pengetahuan gizi
- lembar leaflet tahapan konseling gizi dan pola asuh
- Bahan Makanan gizi terhadap yang baik
Penukar sasaran terhadap gizi
- Kuesioner Pola Asuh kurang.
Pembagian - Mahasiswa Gizi Sasaran diberikan Sasaran telah Peningkatan
Reward - Sie.Kesehatan reward menerima reward asupan balita
- Reward (makanan gizi kurang.
bernilai gizi tinggi
30
BAB VI
31
6.2 Saran
Pendekatan- pendekatan lain atau teori-teori yang belum di tulis penulis mungkin dapat
dieksplore lebih banyak sehingga dapat di gunakan untuk kegiatan perencanaan program gizi
selanjutnya. Penulis sangat berterimakasih apa bila pembaca program.
32
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. (2004). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Edisi kelima.
Jakarta : Dian Rakyat. Hal. 1-244.
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anggaraeni, dkk. 2016. Penyuluhan Penanganan Balita Bawah Garis Merah (BGM) Dengan
Pedoman Gizi Seimbang (Pgs) Di Posyandu Matahari, Kecamatan Tapos Kota Depok.
Program Studi S-1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta.
Apooh, Yaa, L., & Krekling, S. (2005). Maternal nutritional knowledge and child nutritional
status in the volta region of Ghana. London: Blackwell Publishing.
Byrd-Bredbenner, C., Abbot, J. M., & Cussler, E. (2008). Mothers of young children cluster
into 4 groups based on psychographic food decision influencers.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007.Jakarta : Depkes RI.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil kesehatan Indonesia 2015.Jakarta : Depkes RI.
Jakarta.
Hanke, J. E., and D.W. Wichern, 2005, Business Forecasting , 8th ed, Pearson Prentice Hall
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39345/Chapter%20II.p?sequence=3
Mahan, L. Kathleen, Escott-Stump, Sylvia. 2008. Krauses’s Food & Nutrition Therapy.
Canada: Saunders Elsevier)
Nisa, Fatma Zuhrotun. 2013. Pola Asuh Anak Salah Akibatkan Gizi Buruk.
https://ugm.ac.id/id/berita/8461-pola-asuh-anak-salah-akibatkan-gizi-buruk
33
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka.
Santoso, S, dkk, 2004. Kesehatan dan Gizi. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Supariasa, I.D.N. dkk. 2013. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit. Buku
Kedokteran EGC.
Wardlaw, G.M. & Jeffrey, S. H. 2007. Perspectives in Nutrition. Seventh Edition. Mc Graw
Hill Companies Inc, New York.
Whellwright, S. C., and S. Makridakis, 1980, Forecasting Methods for management, 3th
ed,John Wiley & Sons New York
34