Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TERAPI ANTI AGING DAN KOMPLEMENTER PADA LANSIA

DISUSUN KELOMPOK 1:

1. Annisa Maulani A. NIM: 111711003


2. Debby Listiyorini NIM: 111711005
3. Johanes Paulus P. NIM: 111711009
4. Satya Gihan P. NIM: 111711031

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Syamilatul Khoiriroh, S.Kep, M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

TANJUNGPINANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena penyusun telah berhasil
menyelesaikan sebuah modul pembelajaran dengan judul “Terapi Anti Aging dan
Komplementer pada Lansia”.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih :.

1. Ibu Dr. Syamilatul Khoiriroh, S.Kep, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
membantu ,mengarahkan serta membimbing sehingga modul pembelajaran ini dapat
selesai.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materil.
3. Teman – teman yang telah memberikan dorongan semangat kepada penyusun.
Terwujudnya modul pembelajaran ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi
penyusun, namun penyusun menyadari bahwa modul pembelajaran ini masih jauh dari
sempurna yang dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena
itu kritik dan saran dari para pembaca akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan
modul pembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Demikianlah yang dapat tim penyusun sampaikan atas perhatianya tim
penyusun ucapkan terimakasih.

Tanjungpinang, 19 April 2020

Penulis

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................i

Daftar isi..................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang......................................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................................1
C. Tujuan penulisan..................................................................................................1
D. Manfaat penulisan................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi lansia.......................................................................................................2
B. Aging....................................................................................................................4
C. Terapi komplementer...........................................................................................9

BAB III : PENUTUP

A. kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menua merupakan masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun
psikologi akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang
berbeda dengan usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan
dukungan dari orang di sekitarnya
Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena iu
diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan saran bagi lansia yang dapat
memelihara kesehatannya yaitu porsyandu lansia.
Pada sebagian besar lansia banyak yang mengalami perubahan berbagai fungsi tubuh
baik secara fisiologis, psikologis, dan perubahan psikososial. Dari perubahan-
perubahan tersebut timbulah suatu keluhan-keluhan pada tubuhnya tetapi belum
mengetahui penyakitnya secara pasti. Dengan ditunjang oleh pola perilaku yang
kurang tepat, seperti makan-makanan yang tinggi garam, tinggilemak, merokok,
minum kopi, dan lain-lain semakin mena,bah kompleksitas masalah lansia
Selain terapi anti aging yang dilakukan pada lansia juga ada terapi komplementer
yang juga perlu dilakukan pada lansia. Dimana tugas perawat yaitu selalu
mendampingi lansia setiap melakukan terapi. Itu dikarenakan peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lansia. Adapun komplementer yang biasa
dilakukan pada lansia antara lain seperti terapi rekreasi, terapi berkebun, terapi
keagamaan, dan masih banyak lagi.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari lansia?
2. Apa saja itu aging (penuaan)?
3. Bagaimana terapi komplementer untuk lansia?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan
mengenai “terapi anti aging dan komplementer pada lansia”

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa/I dan pembaca
mendapat informasi dan pemahaman mengenai “terapi anti aging dan komplementer
pada lansia”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI LANSIA
Lansia adalah seseorang yang telah menempai usia 60 tahun keatas, menurut UU RI
No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lansia menjadi 4, yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90
tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). Lansia
merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita, yang
masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk
mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi
dirinya (Tamher, 2009)
Menurut Siti Maryam (2009), lansia dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
1. Pralansia (presenilis): seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia: seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi: seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 atau lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial: lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
5. Lansia tidak potensial: lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada orang lain

Tipe yang ada pada lansia tergantung oleh karakter, pengalaman hidup, ligkungan,
kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam SIti Maryam,
2009):
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000), yaitu:
1. Perubahan fisiologis
a. Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
intraseluler menurun
b. Sistem pernafasan: saraf pancaindra mengecil, sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang
berhubungan dengan stress
c. Sistem pendengaran: gangguan pendengaran karena membrane timpani
menjai atrofi, tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan
d. Sistem penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun dan katarak
e. Sistem kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat
f. Sistem pengaturan suhu: hipotalamus dianggap sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkan suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
sering ditemui antara lain temperature tubuh menurun secara fisiologik
akibat metabolism menurun, keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas
g. Sistem respirasi: otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas
h. Sistem gastrointestinal: esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan peristaltic menurun. Ukuran lambung mengecilserta fungsi
organ aksesori menurun, sehingga menyebabkan berkurangnya produksi
hormone dan enzim pencernaan
i. Sistem genitourinaria: ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun
j. Sistem kulit: leriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun, vaskularisasi menurun,
rambut memutih, kelenjar keringat menurun
k. Sistem musculoskeletal: cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh,
bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, tremor
2. Perubahan mental
Didalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat berupa sikap yang
semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak akan sesuatu.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan

3. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial meliputi pension yang merupakan produktivitas dan
identitas yang dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, merasakan atau sadar
akan kematian, perubahan dalam cara hidup, ekonomi akibat dari pemberhentian
dari jabatan, dan penyakit kronis

B. AGING (PENUAAN)
Penuaan (aging) adalah perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia kronologis dan akan terjadi pada semua organisme. Pada penuaan
terjadi disfungsi bertahap semua organ yang terjadi pada manusia, tumbuhan, hewan,
dan juga organisme bersel satu. Penuaan mulai terjadi saat manusia baru
lahir.Fenomena fisiologis yang terjadi adalah berkurangnya jumlah sel jaringan,
menurunnya laju metabolisme, juga menigkatnya kejadian penyakit. Penuaan juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti stress, olahraga berlebihan, merokok, dan
adanya radiasi sinar ultraviolet (Pangkahila, 2007).
Pada penuaan terjadi perubahan fisiologis lanjut yang menyangkut disfungsi organ
vital seperti kerusakan organ kardiopulmonar, persarafan, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan juga fungsi motorik. Karena itu, munculnya faktor risiko seperti
hipertensi, hiperlipidemia, perubahan metabolisme glukosa, obesitas, kebiasaan gaya
hidup tidak sehat, alkohol, dan stress menyebabkan penyakit yang bervariasi pada
berbagai sistem tubuh, antara lain : penyakit degeneratif, stroke, katarak, hilangnya
komunikasi sistem saraf, arteriosklerosis, gagal jantung, aritmia, emfisema paru,
ulkus lambung, diabetes, gagal ginjal, osteoporosis, arthritis, dan apabila ada luka,
infeksi, atau tumor, dapat terjadi penuaan lanjut secara patologis (Park dan Yeo,
2013).
Pada dasarnya, semua teori itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori wear and tear
dan teori program. Hipotesis kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas termasuk
dalam teori wear and tear, sedangkan teori program diantaranya terbatasnya replikasi
sel, proses imun, dan teori neuroendokrin (Pangkahila, 2007).
1. Teori Wear and Tear
Teori “pakai” dan “rusak” ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi apabila sel dan
jaringan tubuh yang telah digunakan atau disalahgunakan terus menerus menjadi
habis atau rusak. Teori ini diperkenalkan oleh Dr. August Weismann, seorang
biologis dari Jerman pada tahun 1882 (Pangkahila, 2007).
a. Teori DNA Damage
Kerusakan DNA terjadi terus menerus pada sel organisme hidup. Sebagian
kerusakan ini dapat diperbaiki, tetapi sebagian terakumulasi pada saat DNA
Polimerase dan mekanisme perbaikan lain tidak dapat memperbaiki defek
secepat saat pertama kali muncul kerusakan. Akumulasi kerusakan DNA
juga terjadi pada sel mamalia yang tidak dapat membelah. Mutasi genetik
terjadi seiring penambahan usia, menyebabkan malfungsi sel. Kerusakan
DNA mitokondrial juga menyebabkan disfungsi mitokondria (Park dan Yeo,
2013).
b. Glikosilasi
Glikosilasi merupakan proses penting pada penyakit degeneratif seperti
diabetes. Glikosilasi merupakan ikatan kovalen antara gula darah dan
hemoglobin pada sel darah merah. Pada keadaan normal non diabetes, hanya
sedikit atau sekitar 4,5% sampai 6% gula darah yang berikatan dengan
hemoglobin. Banyaknya ikatan kovalen ini dapat dilihat dengan mengukur
Hemoglobin A1c (HbA1c). Apabila kadar HbA1c ini terlalu banyak akan
memperburuk fungsi dan struktur sel. Glukosa akan diabsorbsi dengan
mudah oleh organ-organ tidak tergantung insulin, seperti ginjal, pembuluh
darah, saraf perifer, dan lensa mata sehingga terjadi kekakuan arteri,
hilangnya fungsi saraf, dan katarak. Proses penuaan pada diabetes ini
merupakan role model dari proses penuaan pada kondisi lainnya
(Pangkahila, 2007).
c. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Makromolekul seperti asam nukleat, lipid,
gula, dan protein mudah diserang oleh radikal bebas. Ikatan single- dan
double- asam nukleat dapat rusak dan berikatan dengan molekul lain, serta
dapat berikatan dengan basa atau kelompok gula lain (Pangkahila, 2007).
2. Teori Program
Teori ini mengatakan bahwa penuaan mengikuti suatu jam biologik,
kemungkinan adalah lanjutan dari sistem yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan masa kecil. Pengaturan ini bergantung pada perubahan ekspresi
gen yang berpengaruh pada respon pemeliharaan, perbaikan, dan pertahanan.
Teori ini terdiri dari tiga subkategori :
a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel
Kehidupan sel dipengaruhi oleh panjang telomere (enam nukleotida sekuen
DNA yaitu TTAGGG) yang terletak pada ujung chromosome strands.
Telomere berpengaruh pada fungsi sel punca pada organ yang pergantian
selnya tinggi. Dengan setiap replikasi sel, telomere memendek pada setiap
pembelahan sel. Setelah sejumlah pembelahan sel, telomere telah dipakai
dan pembelahan sel berhenti. Mekanisme telomere menentukan rentang usia
sel dan pada akhirnya juga rentang usia organisme sendiri (Pangkahila,
2007).
b. Teori Immunologi
Sistem imun telah terprogram untuk berkurang seiring waktu, yang akan
menyebabkan tubuh semakin rentan terhadap penyakit infeksi dan
menyebabkan penuaan serta kematian. Efektivitas sistem imun terbaik
adalah saat pubertas dan perlahan menurun seiring bertambahnya usia
c. Teori Neuroendokrin
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan
hipofise dan organ tertentu, contohnya poros hipotalamus-hipofise-testis,
poros hipotalamus-hipofisesuprarenalis, dan lain-lain. Pada usia muda,
fungsi hormonal lebih optimal dibandingkan dengan usia tua (Pangkahila,
2007).

Menurut Medical online Dictionary, penuaan pada kulit adalah suatu mekanisme
biologis yang ditandai dengan adanya perubahan struktur maupun elastisitas kulit,
yang terjadi bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses penuaan fisiologis
(intrinsik) maupun yang dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik).
1. Faktor penuaan intrinsik (intrinsic Aging, Chronologic Aging), merupakan
proses menua fisiologik yang berlangsung secara alamiah, disebabkan berbagai
faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal maupun rasial.
2. Faktor penuaan ekstrinsik, terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. Faktor
lingkungan seperti radiasi ultraviolet (UV) sinar matahari, kelembaban udara,
suhu dan berbagai faktor luar lainnya dapat mempercepat proses penuaan kulit
sehingga terjadi penuaan dini kulit. Selain itu, kulit adalah organ yang
mengalami kontak langsung dengan lingkungan sehingga sangat terpengaruh
oleh faktor lingkungan.

Proses penuaan ekstrinsik berbeda dengan proses penuaan intrinsik baik secara klinis
maupun secara histologis. Secara klinis pada penuaan ekstrinsik (terutama akibat
radiasi sinar UV), kulit menjadi kering, kasar, tidak merata, warnanya tidak merata
(hipo/hiperpigmentasi), terjadi kerutan yang dalam atau atrofi yang parah, timbul
teleangiektasis, pembentukan lentigo solaris, timbulnya lesi kulit premalignant, tidak
elastis dan kaku, serta leathery appearance (Helfrich et al., 2008). Ditambah tanda-
tanda lain seperti elastosis (kulit menjadi kasar, kuning dan timbul cobblestone
effect) serta actinic purpura (kulit menjadi mudah memar yang disebabkan oleh
rapuhnya dinding pembuluh darah) (Durai et al., 2012).
Sebaliknya penuaan kulit intrinsik (chronologic skin aging), ditandai oleh timbul
kerutan halus, xerosis, kusam, dan timbulnya berbagai tumor kulit jinak kulit seperti
seborrhoic keratosis dan cherry angioma (Yaar dan Gilchrest, 2008). Penuaan
ekstrinsik, secara histologis memiliki karakteristik berupa massa elastin yang kusut
dan kemudian mengalami degradasi membentuk massa yang amorfik, jaringan
penyangga kulit yang sebagian besar terdiri dari glikosaminoglikan dan proteoglikan
meningkat. Sementara itu, jumlah serat kolagen berkurang karena degradasinya
meningkat akibat peningkatan enzym matriks metallo proteinase dan pelepasan
sitokin, ditambah lagi dengan kontraksi pada septa di lemak subkutan sehingga
timbul kerutan. Kompaksi stratum korneum meningkat, lapisan sel granular di
epidermis menebal, epidermis menipis akibatnya kulit jadi kering dan kasar.
Melanosit yang mengalami hipertrofi meningkat jumlahnya, begitu pula kadar
melanin per unit nya, akibatnya muncul frecless dan hiperpigmentasi (Yaar dan
Gilchrest, 2008)
Berkurangnya ketebalan dermis sebanyak 20%pada orang tua berkaitan dengan
hilangnya serat elastindan kolagen. Kolagen dan elastin adalah komponenutama
lapisan dermis. Hilangnya serat-serat iniberdampak buruk terhadap kelembaban dan
ketegangankulit sehingga menimbulkan kerut/keriput.Kolagen merupakan
komponen utama di epidermis,dengan 75% berat kering dan 18-30% volume
lapisanepidermis. Kolagen kaya akan asam aminohidroksiprolin, hidroksilisin, dan
glisin.Fibroblast dermis memproduksi prekursor yang dikenal sebagai pro
kolagen.Pro kolagen ini mengandung terdiri dari 300-400 asam amino tambahan
pada setiapcabangnya, tambahan ini dipindahkan setelah sekresi menghasilkan
molekul kolagen. Hal ini lah yang menyebabkan kulit mengkerut atau mengkeriput.
Adapun faktor-faktor yang mempercepat penuaan, antara lain
1. Faktor lingkungan
a. Pencemaran linkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga) akan
mempercepat penuaan.
b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian
ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin
dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
akan meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan.
d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannnya sehingga
menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung
melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism).
e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.
2. Faktor diet/makanan.
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ
hati.
3. Faktor genetic
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor
genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam
makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.
4. Faktor psikik
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
5. Faktor organic
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola makan
kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan
melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan
circandian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang
pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang
sejalan dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).

Berikut cara-cara pengobatan dampak penuaan dan photoaging, sebagai berikut:


1. Injeksi Toksin Botulinum
Ahli dermatologis telah mengumpulkan efek biologis yang berguna dari toksin
botulinum untuk mengobati efek dari penuaan seperti garis-garis pada dahi dan
keriput pada wajah. Ahli dermatologis menggunakan toksin botulinum yang
dimurnikan dalam jumlah yang sangat sedikit untuk diinjeksikan pada target di
wajah. Hasilnya saraf yang memblokade otot menyebabkan imobilisasi lokal
pergerakan otot. Imobilisasi ini mencegah pembentukan garis-garis kerut dan
keriput ketika pasien mengerutkan dahi. Hasil pengobatan ini bertahan 3-4 bulan.
Untuk hasil yang maksimal, pengobatan dengan toksin botulinum ini diulangi
selama beberapa kali dan dikombinasikan dengan program training
membiasakan otot untuk meminimalisir ekspresi kerutan wajah. Pengobatan
dengan toksin botulinum dilakukan kurang lebih 30 menit di kantor ahli
dermatologis. Harga yang mahal, risiko besar, tidak praktis merupakan
kekurangan dari injeksi ini.
2. Injeksi Kolagen
Kolagen merupakan zat yang terdiri atas serat protein dari jaringan manusia dan
binatang. Kolagen memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, tulang, dan
ligamen. Sebagian besar kolagen yang digunakan untuk pengobatan cara ini
berasal dari binatang. Bagaimanapun orang yang alergi terhadap kolagen sapi
atau zat mirip kolagen dapat donor sendiri dari pasien atau jaringan donor. Ahli
dermatologis akan memeriksa apakah pasien alergi terhadap kolagen sapi. Efek
injeksi kolagen dapat bertahan 3-12 bulan. Sama dengan injeksi botulinum,
harga yang mahal, risiko besar, tidak praktis, dan dapat menimbulkan alergi
merupakan kekurangan dari injeksi ini.
3. Produk-produk OTC (Over-the-counter)
mengandung retinol (keluarga vitamin A), AHA, antioksidan seperti vitamin C
dan E serta pelembab dapat mengurangi munculnya garis-garis halus dan keriput.
Produk yang digunakan secara topikal ini relatif lebih praktis dan aman sehingga
lebih disukai.
C. TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi modalitas atau komplementer adalah terapi yang berfokus pada keperawatan
jiwa seseorang untuk mengubah perilaku dari maladaptif menjadi perilaku adaptif
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh seseorang (modal-modality) sebagai tolak
ukur terapi (penyembuhan).
Terapi modalitas ini dapat ditujukan untuk individu seperti lansia atau keluarga yang
mempunyai gangguan jiwa atau perilaku maladaptif. Pada dasarnya terapi modalitas
ini diberikan untuk orang yang:
1. Gangguan jiwa yang tidak merusak kepribadian dan perilaku.
2. Memiliki tingkah laku yang masih dapat diarahkan dan dibina.
3. Memiliki tingkah laku yang selalu mengindahkan (tidak menjalankan perindah).
4. Mempunyai sikap atau tekanan secara sosial yang memengaruhi perilaku.
5. Ditujukan untuk pemulihan fungsi fisik, mental, emosional dan sosial yang
dilakukan secara holistik.
Setidaknya terdapat 5 jenis terapi modalitas untuk orang tua yang telah berumur lebih
dari 60 tahun. Beberapa manula akan menghadapi perubahan hidupnya hingga 180
derajat, jika hal ini tidak segera diasuh dan dirawat dengan baik maka berisiko lansia
mengalami depresi.
1. Terapi Rekreasi
Terapi rekreasi dapat dilakukan dengan melibatkan beberapa anggota keluarga
untuk melakukan rekreasi seperti berlibur ke tempat wisata, mengunjungi
saudara, melakukan akvitas kelompok seperti senam, berenang dan lain
sebagainya. Tujuan diterapkannya terapi rekreasi kepada lansia adalah untuk
membuatnya tetap aktif, kreatif dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya.
Dampingilah lansia dan ajaklah untuk melakukan terapi rekreasi yang ringan
namun tetap mengasikkan seperti berjalan di taman atau olahraga di pagi hari
dan lain-lain. Buatlah lansia merasa tetap dibutuhkan dan jangan biarkan dia
merasa bosan atau jenuh.
2. Terapi Berkebun
erapi berkebun atau hortikultura ternyata cukup efektif untuk meningkatkan
kesehatan mental dan fisik lansia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
kepada 69 partisipan diajak untuk melakukan bercocok tanam sebanyak sepekan
sekali selama 12 pekan. Selama itu, para lansia diajak untuk mengunjungi
berbagai taman yang berbeda-beda untuk berkebun dan sesekali mengikuti kelas
seperti membuat kerajinan tangan menggunakan bunga. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa terapi berkebun atau terapi hortikultura dapat
meningkatkan kesejahteraan psikologis para lansia, hal ini diungkapkan oleh
para peserta yang mengaku puas dengan kehidupannya.
3. Terapi Keagamaan
Terapi ini juga disebut dengan terapi religius yang mana tujuan utamanya adalah
untuk mendamaikan jiwa dan membuat lansia semakin dekat dengan agama.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Komariah dan Kokom dalam
Thesis yang berjudul “Terapi religius sebagai peningkatan motivasi hidup usia
lanjut” di Universitas Islam Negeri Gunung djati Bandung memaparkan bahwa
sebagian besar lansia merasa mendapatkan motivasi hidup, ketenangan dan
kedamaian setelah rutin melakukan aktivitas keagamaan. Ada pun contoh dari
terapi keagamaan ini dapat berupa suatu kegiatan bakti sosial, sedekah,
mengikuti pengajian atau ceramah dan lain-lain.
4. Terapi Keluarga
Beberapa anak yang kerepotan untuk merawat orang tua sering kali memilih
panti jompo sebagai solusi untuk membuat orang tua menjadi lebih terawat.
Padahal hal ini justru akan membuat orang tua merasa tidak lagi dibutuhkan dan
disayangi lagi oleh anaknya. Terapi keluarga dihadirkan bersama dengan seluruh
anggota seperti anak-anak dari orang tua tersebut. Jalinan kasih sayang dari anak
kepada orang tua sangat dibutuhkan, berikanlah beberapa perhatian walau itu
kecil. Harap diingat bahwa fokus dari terapi keluarga bukanlah kepada individu
saja melainkan kepada seluruh keluarga.
5. Terapi Kognitif
Terapi kognitif dilakukan untuk merangsang sistem kerja kognitif seperti cara
berpikir, mengambil keputusan dan membuat solusi dengan cara tetap fokus,
aktif dan meningkatkan daya ingat yang lebih baik. Beberapa contoh permainan
yang dapat mengasah otak lansia adalah menyusun puzzle, bermain catur atau
bermain kartu.

Beberapa layanan kesehatan home care saat ini telah mempunyai layanan jasa
perawat lansia yang dapat membantu lansia untuk mendapatkan seluruh terapi khusus
lansia. Perawat lansia tidak hanya memberikan terapi saja melainkan juga
bertanggung jawab dalam segala hal terhadap lansia yang ia rawat seperti
memandikan, membuatkan makan, memberikan kegiatan untuk mengasah otak
hingga mengajaknya untuk melakukan kegiatan yang lansia inginkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita,
yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk
mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi
dirinya (Tamher, 2009)
Pada penuaan terjadi perubahan fisiologis lanjut yang menyangkut disfungsi organ
vital seperti kerusakan organ kardiopulmonar, persarafan, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan juga fungsi motorik. Karena itu, munculnya faktor risiko seperti
hipertensi, hiperlipidemia, perubahan metabolisme glukosa, obesitas, kebiasaan gaya
hidup tidak sehat, alkohol, dan stress menyebabkan penyakit yang bervariasi pada
berbagai sistem tubuh, antara lain : penyakit degeneratif, stroke, katarak, hilangnya
komunikasi sistem saraf, arteriosklerosis, gagal jantung, aritmia, emfisema paru,
ulkus lambung, diabetes, gagal ginjal, osteoporosis, arthritis, dan apabila ada luka,
infeksi, atau tumor, dapat terjadi penuaan lanjut secara patologis (Park dan Yeo,
2013).
Berkurangnya ketebalan dermis sebanyak 20%pada orang tua berkaitan dengan
hilangnya serat elastindan kolagen. Kolagen dan elastin adalah komponenutama
lapisan dermis. Hilangnya serat-serat iniberdampak buruk terhadap kelembaban dan
ketegangankulit sehingga menimbulkan kerut/keriput.Kolagen merupakan komponen
utama di epidermis,dengan 75% berat kering dan 18-30% volume lapisanepidermis.
Kolagen kaya akan asam aminohidroksiprolin, hidroksilisin, dan glisin.Fibroblast
dermis memproduksi prekursor yang dikenal sebagai pro kolagen.Pro kolagen ini
mengandung terdiri dari 300-400 asam amino tambahan pada setiapcabangnya,
tambahan ini dipindahkan setelah sekresi menghasilkan molekul kolagen. Hal ini lah
yang menyebabkan kulit mengkerut atau mengkeriput.
Adapun cara-cara pengobatan dampak penuaan dan photoaging, sebagai berikut:
Injeksi Toksin Botulinum, Injeksi Kolagen, dan Produk-produk OTC (Over-the-
counter).
Terapi modalitas atau komplementer adalah terapi yang berfokus pada keperawatan
jiwa seseorang untuk mengubah perilaku dari maladaptif menjadi perilaku adaptif
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh seseorang (modal-modality) sebagai tolak
ukur terapi (penyembuhan). Terapi modalitas ini dapat ditujukan untuk individu
seperti lansia atau keluarga yang mempunyai gangguan jiwa atau perilaku maladaptif.
Setidaknya terdapat 5 jenis terapi modalitas untuk orang tua yang telah berumur lebih
dari 60 tahun. Beberapa manula akan menghadapi perubahan hidupnya hingga 180
derajat, jika hal ini tidak segera diasuh dan dirawat dengan baik maka berisiko lansia
mengalami depresi.
Berikut terapi komplementer yang dilakukan untuk lansia, antara lain: Terapi
Rekreasi, Terapi Berkebun, Terapi Keagamaan, Terapi Keluarga, dan Terapi Kognitif
Beberapa layanan kesehatan home care saat ini telah mempunyai layanan jasa
perawat lansia yang dapat membantu lansia untuk mendapatkan seluruh terapi khusus
lansia. Perawat lansia tidak hanya memberikan terapi saja melainkan juga
bertanggung jawab dalam segala hal terhadap lansia yang ia rawat seperti
memandikan, membuatkan makan, memberikan kegiatan untuk mengasah otak
hingga mengajaknya untuk melakukan kegiatan yang lansia inginkan.

B. SARAN
Semoga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Serta dapat
mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar baik dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat dan juga dengan adanya makalah ini pembaca dapat menerapkan
serta dapat mengaplikasikan apa yang telah dipaparkan oleh penulis
DAFTAR PUSTAKA

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/f5abe2e648992caefc3716080e0e6c3d.pdf

https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/download/6398/3416

http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/200/311

Anda mungkin juga menyukai