Anda di halaman 1dari 23

MODUL PEMBELAJARAN

ETIKA KEWIRAUSAHAAN

DISUSUN KELOMPOK 4:

1. Andrian NIM: 111711002


2. Annisa Maulani A. NIM: 111711003
3. Dimas Ferry Liskiansyah NIM: 111711006
4. Kerin Nurul Ramadanty NIM: 111711010
5. Lisna Rahmawati A.N.T NIM: 111711012
6. M. Yudi Pratama H. NIM: 111711014
7. Hanas Andra NIM: 101611015

DOSEN PEMBIMBING:

Ernawati, S.Psi, M.Si

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

TANJUNGPINANG

2019/2020
PENDAHULUAN

Etika wirausaha dalam istilah lebih populernya adalah etika bisnis. Mengapa etika bisnis
ini diangkat menjadi salah satu kajian adalah seorang wirausaha dalam menjalankan
bisanisnya ditengah-tengah masyarakat harus mempunyai etika yang baik. Kunci
suksesnya suatu usaha adalah bagaimana mengedapankan etika dan kejujuran dalam usaha,
kepercayaan mempunyai peranana yang sangat besar dalam membesarkan usaha.
Pengusaha besar dalam membina pengusaha kecil UKM lebih mengedepankan kejujuran
dan kepercayaan, modal usaha akan dapat diperoleh dengan mudah ketika orang telah
mempercayai dan dapat dipercaya.

Dalam dunia bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur
dari sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi moral yang tinggi.
Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri.
Masalahnya ialah tidak ada hukuman yang tegas terhadap pelanggaran etika tersebut,
karena nilai etika hanya ada dalam hati nurani seseorang. Etika mempunyai kendali intern
dalam hati, berbeda dengan aturan hukum yang mempunyai unsur paksaan ekstern. Akan
tetapi bagi orang-orang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan
mengetahui bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam
kehidupannya baik dalam dunia nyata sekarang apalagi dalam kehidupan nanti diakhirat.
Hendaknya kehidupan dunia terutama dalam bisnis, tidak terlepas dari kehidupan dihari
kemudian itu. Kelompok konglomerat yang sudah berhasil banyak menyatakan bahwa
modal dasar dari perkembangan usahanya dimulai dari kejujuran. Apabila sudah bertemu
pelaku bisnis dengan pelaku bisnis yang lain yang jujur, mereka saling memberitahu, dan
akhirnya mereka berkelompok dihati masing-masing menjadi partner yang setia, dan
mereka juga saling menginformasikan jika menemukan pelaku bisnis yang tidak jujur, agar
terhindar dari penipuan

Dari penjelasan di atas, untuk memudahkan mempelajari Etika kewirausahaan, maka


system pembelajaran ini terbagi menjadi beberapa topik pembahasan, sebagai berikut:

1. TOPIK 1: Budaya perusahaan


2. TOPIK 2: Macam-macam regulasi dalam bisnis
3. TOPIK 3: Pengertian etika wirausaha
4. TOPIK 4: Pinsip etika wirausaha
5. TOPIK 5: Penerapan etika wirausaha
6. TOPIK 6: Tujuan dan manfaat etika wirausaha
7. TOPIK 7: Sikap dan perilaku wirausaha
8. TOPIK 8: Ciri-ciri wirausaha yang berhasil

Setelah mempelajari Etika Kewirausahaan, diharapkan anda dapat mengetahui dan


memahami sub pokok bahasan, sebagai berikut:

1. Memahami dan mengetahui tentang budaya perusahaan


2. Memahami dan mengetahui tentang macam-macam regulasi dalam bisnis
3. Memahami dan mengetahui tentang pengertian etika wirausahaan
4. Memahami dan mengetahui tentang prinsip etika wirausaha
5. Memahami dan mengatahui tentang penerapan etika wirausaha
6. Memahami dan mengetahui tentang tujuan dan manfaat etika wirausaha
7. Memahami dan mengetahui tentang sikap dan perilaku wirausaha
8. Memahami dan mengetahui tentang ciri-ciri wirausaha yang berhasil
TOPIK 1
BUDAYA PERUSAHAAN

Untuk menanamkan kebiasaan baik pada karyawan, maka perlu dikembangkan budaya
perusahaan dalam sebuah organisasi. Apa yang dimaksudkan dengan Budaya Perusahaan:

1. Company culture is the system of shared values and beliefs employment have about
the standards and criteria used in the firm to judge achievement, individual
contribution, and expertise (W. F. Schoell, 1196: 289)
2. Organization culture refers to a system of shared meaning held by members that
distinguishes the organization from other organizations (Robbins, 1996: 206)
3. Corporate culture define as the shared experiences, stories, beliefs and norms that
characterize an organization (Kotler, 1997: 67)

Budaya Perusahaan ialah karakteristik suatu organisasi perusahaan yang mencakup


pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang dianut oleh seluruh
jajaran perusahaan. Misalnya pada sebuah perusahaan dapat kita lihat, bagaimana
karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu, pengaturan kantor, dsb. Jika pada
sebuah perusahaan ada kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, ini harus cepat diubah.
Kemampuan mengubah budaya perusahaan merupakan kunci keberhasilan menyusun dan
melaksanakan strategi perusahaan untuk masa depan. Dalam hal ini contoh suritauladan
dari unsur pimpinan akan ditiru langsung oleh karyawan. Jadi faktor pimpinan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan budaya perusahaan.

Budaya perusahaan ini dapat membuat karyawan gairah, termotivasi, disiplin, suka,
memiliki moral tinggi atau malahan sebaliknya tidak bergairah, tidak disiplin, santai,
malas, selalu mengharap imbalan, dsb. Perbedaan latar belakang budaya dari setiap orang
dari berbagai etnis, akan membuat perbedaan pula dalam cara mereka bertindak.
Adakalanya budaya perusahaan merupakan suatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat
berpengaruh terhadap pikiran, perasaan dan tindakan seseorang dalam bekerja.

Oleh sebab itu pengembangan budaya perusahaan harus dilakukan, karena sangat
bermanfaat untuk: meningkatkan sense of identity, sense of belonging, komitmen bersama,
stabilitas internal perusahaan, pengendalian sifat-sifat yang kurang baik, dan akhirnya akan
menjadi pembeda satu perusahaan dengan perusahaan lain, dan akhirnya akan
menimbulkan citra tersendiri bagi kemajuan perusahaan.
TOPIK 2

MACAM-MACAM REGULASI DALAM BISNIS

A. Regulasi Bisnis di Bidang Merek


Setiap produk dalam sebuah bisnis pasti memiliki merek yang menjadi nama atau
ciri khas dari produk tersebut. Dalam kepemilikan merek tersebut perusahaan tentu
harus mematenkan hak ciptanya agar tidak terklaim oleh pengusaha lain. Terkait
dengan berbagai kasus merek yang terjadi perlu untuk diketahui pengertian dari merek
itu sendiri. Pengertian dari merek secara yuridis tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UU
No. 15 tahun 2001 yang berbunyi:
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”.
Indonesia adalah negara hukum dan hal itu diwujudkan dengan berbagai regulasi
yang telah dilahirkan untuk mengatai berbagai masalah.Berkaitan dengan kasus-kasus
terkait merek yang banyak terjadi.Tidak hanya membuat aturan-aturan dalam negeri,
negeri seribu ini juga ikut serta dalam berbagai perjanjain dan kesepakatan
internasional. Salah satuya adalah meratifikasi Kovensi Internasional tentang TRIPs
dan WTO yang telah diundangkan dalam UU Nomor 7 Tahun 1994 Tentang
Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) sesuai dengan kesepakatan internasional
bahwa pada tanggal 1 Januari 2000 Indonesia sudah harus menerapkan semua
perjanjian-perjanjian yang ada dalam kerangka TRIPs (Trade Related Aspects of
Intellectual Property Right, Inculding Trade in Counterfeit Good), penerapan semua
ketentuan-ketentuan yang ada dalam TRIPs tersebut adalah merupakan konsekuensi
Negara Indonesia  sebagai anggota dari WTO (Word Trade Organization).

B. Regulasi Bisnis di Bidang Perlindungan Konsumen


Peraturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Pada tanggal 30 Maret 1999,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati rancangan undang-undang
(RUU) tentang perlindungan konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah
selama 20 tahun diperjuangkan.RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada
tanggal 20 April 1999.Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat
sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa dijadikan sebagai dasar hukum adalah
sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah
Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan
Kota Makassar.

Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu :


1. Perlindungan Priventif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut
akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa
tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang
dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau
menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu
dan merek tertentu tersebut.
2. Perlindungan Kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan
atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh
dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya
konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini
seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau
pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia
mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian.

C. Regulasi Larangan Praktek Monopoli


Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menurut UU no.5
Tahun 1999 tentang Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu
atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran
atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat
dan dapat merugikankepentingan umum.
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan
demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.Tujuan yang
terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Kegiatan yang dilarang


Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan
atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. (2) Pelaku usaha
patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
1. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
2. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

D. Regulasi di Bidang Hukum Dagang


Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad pertengahan eropa
(1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di
Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa,
Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat
itu hokum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara
dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum baru di samping hokum Romawi yang
berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang berlaku bagi golongan yang disebut
hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya mengatur perkara di bidang
perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum pedagang ini bersifat unifikasi.
Pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hokum
dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan
peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673.Dan pada tahun 1681 disusun
ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur tenteng kedaulatan.
Pada tahun 1807 di Perancis di buat hokum dagang tersendiri dari hokum sipil yang
ada yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance du commerce
(1673) dan ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands menginginkan
adanya hokum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada tahun 1819
drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan khusus . lalu
pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda berdasarkan azas konkordansi
KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi pemmbuatan KUHD di Indonesia pada
tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19 Prof. molengraaff merancang UU kepailitan
sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku
1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang dagang
umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.
TOPIK 3
PENGERTIAN ETIKA WIRAUSAHA
Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang/lembaga dalam
rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama. Etika wirausaha merupakan sebuah
turunan dari etika bisnis yang didalamnya mengatur tentang perilaku (etika) seorang
pengusaha/wirausahawan dalam memulai, menjalankan, hingga mengembangkan
bisnis/usahanya.
Etika Bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaaan atau berusaha.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika wirausaha adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana seorang
wirausaha menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak
tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar
yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan
bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,
yaitu:
1. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach: Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dalam etika wirausaha ini juga erat kaitannya dengan Regulasi bisnis. Regulasi bisnis
merupakan suatu aturan dalam bisnis yang disepakati dan bersifat mengikat yang harus
diperhatikan oleh para pengusaha dalam menjalankan usahanya. Regulasi dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas
pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui asosiasi
perdagangan.

Dalam etika berwriausaha perlu ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya, yaitu:


a. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam
suatu negara atau masyarakat.
b. Penampilan yang ditunjukan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama
dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.
c. Cara berpakaian pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu
yang berlaku.
d. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata
karma, tidak menyinggung atau mencela orang lain.
e. Gerak-gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan
gerak-gerik yang dapat mencurigakan.

Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusa adalah sebagai
berikut:
a. Kejujuran
Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun
bertindak. Jujur perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan.
Tanpa kejujuran usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya konsumen atau mitra
kerjanya.
b. Bertanggung jawab
Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam
bidang usahnya. Kawajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan.
Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh
karyawannya, masyarakat, dan pemerintah.
c. Menepati janji
Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran,
pengiriman barang atau penggantian. Sekali saja seorang pengusaha ingkar janji,
hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten
terhadap apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.
d. Disiplin
Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan usahnya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan
usahanya.
e. Taat hokum
Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hokum yang berlaku, baik yang berkaitan
dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hokum dan peraturan
yang telah dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan menjadi
beban moral bagi penguasaha apabila tidak diselesaikan.
f. Suka membantu
Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan
bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat dalam berbagai
cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi banyak orang.
g. Komitmen dan menghormati
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai
komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjunjung tinggi komitmen
terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.
h. Mengejar prestasi
Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin.
Tujuannya agar perusaaan dapat terus bertahan dari waktu kewaktu. Prestasi yang
berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, pengusaha juga harus tahan
mental dan tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang
dihadapinya.
TOPIK 4
PRINSIP ETIKA WIRAUSAHA
Prinsip Etika dalan wirausaha antara lain :

1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan atau


pengusaha. Membangun kepercayaan bisa dimulai dengan perilaku etis. perilaku
sangat penting bagi wirausahawan karena dapat memberikan efek positif sebagai
berikut:
a. Staf akan meniru perilaku pimpinannya
b. Standar etis akan membentuk kerangka kerja yang positif
c. kepercayaan pelanggan meningkat, sehingga dapat menjadi elemen dalam bisnis
jangka panjang.
2. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan. Untuk
perencanaan bisnis jangka panjang , seorang wirausaha harus mampu bertanggung
jawab demi perusahaannya, bertanggung jawab dalam artian tidak hanya dilingkungan
sosial tetapi juga di ekonomi masyarakat
3. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di mana-mana
ketidakjujuran dalam berbisnis akan menyebabkan usaha tidak berjalan dengan jangka
panjang. karena, tentu akan mempengaruhi juga dalam pengambilan keputusan
4. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut tindakan yang benar
dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja apabila etika wirausaha dilanggaran
akan mengakibatkan :
a. Masalah citra public
b. Tuntutan hukum yang mahal
c. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.
TOPIK 5

PENERAPAN ETIKA WIRAUSAHA

Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:

1. Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen


Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling
banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara
baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja:
a. Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau
mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
b. Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi
didalamnya, sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi serta
kandungan atau zat-zat yang terdapat didalam produk itu.
c. Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat
etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya
yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau
mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.

2. Hubungan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan
bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan
karyawannya.Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni:
Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer,
demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan/PHK (pemutusan
hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan
yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil
seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang
berasal dari anggota keluarga sendiri.
Disamping itu tidak jarang seorang manajer yang mencoba menaikkan
pangkat para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya sangat potensial dalam
rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tersebut mendapat
protes keras dari karyawan dari generasi tua. Masalah lain lagi dan yang paling
rawan adalah masalah pengeluaran karyawan atau dropout. Masalah DO atau PHK
ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari para manajer karena hal ini menyangkut
masalah tidak saja etik akan tetapi juga masalah kemanusian. Karyawan yang di
PHK –kan tentu saja akan kehilangan mata pencahariannya yang menjadi tumpuan
hidup dia bersama keluarganya.

3. Hubungan antar bisnis


Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahan yang lain Hal ini bisa terjadi hubungn antara perusahaan dengan
saingannya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya, dengan pengecernya, agen
tunggalnya maupun distributornya.Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan
tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antar kedunya.Dalam
hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai
contoh sebuah penerbit yang ingin menyalurkan buku-buku terbitanya kepada para
grosir yang bersedia membeli secara kontan dalam jumlah besar dan kontinyu
dengan memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur.
Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras dari para
penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tersebut akan sangat
merugikan para penyalur sedangkan omset dari para penyalur sendiri dalam beberapa
tahun tidak meningkat. Contoh lain adalah adanya perebutan tenaga kerja ahli atau
manajer profesional oleh para pengusaha, persaingan harga yang saling menjatuhkan
diantara bisnismen dan sebagainya.

4. Hubungan dengan Investor


Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau
telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari
bisnisnya kepada para insvestor atau calon investornya.Informasi yang tidak jujur
akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan investasi yang
keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di
Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari
para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada
masyarakat.
Pada pihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk
menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat berharga
yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat
calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi informasi secara lengkap
dan benar terhadap prospek perusahan yang gopublic tersebut. Jangan sampai terjadi
adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.

5. Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan


Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan pajak pada
umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial.Hubungan ini
merupakan hubungn yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang
berupa neraca dan laporan Rugi dan Laba misalnya.Laporan finansial tersebut
haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah
penggelapan pajak misalnya.Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis
yang tidak baik.
Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan
kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi, ekonomi,
sosial, budaya,perintah maupun masyarakat Internasional. Bisnis yang menerapkan
tanggung jawab sosial itu merupakan bisnis yang menjalankan etika bisnis,
sedangkan bisnis yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial itu merupakan
penerapan yang tidak etis.
Penerapan etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “ Stake
Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock Holder”.
Pengusaha yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha untuk mementingkan
kepentingan para pemengang saham (Stockholder) saja, di mana para pemegang
saham tentu saja akan mementingkan kepentinganya yaitu penghasilan yang tinggi
baginya yaitu yang berupa deviden atau pembagian laba serta harga saham dipasar
bursa.
Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan mereka akan
tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan merupakan kenaikan
kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya tersebut dapat dijual dengan harga yang
lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu
sering kali mengabaikan kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga
terlibat dalam kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak
hanya para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak lagi seperti:
a. Pekerja/ karyawan
b. Konsumen
c. Kreditur
d. Lembaga-lembaga keuangan
e. Pemerintah
TOPIK 6
TUJUAN DAN MANFAAT ETIKA WIRAUSAHA
1. TUJUAN
Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan, ada beberapa tujuan etika
yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan, yaitu:
a. Untuk persahabatan dan pergaulan
Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah menjadi
persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan, pelanggan,
dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi lebih mudah
dan lancer.
b. Menyenangkan orang lain
Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita
ingin dihormati, maka hormatilah orang lain. Menyenangkan orang berarti
membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan yang diberikan.
Jika pelanggan merasa senang dan puas atas pelayanan yang diberikan,
diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu waktu.
c. Membujuk pelanggan
Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang calon
pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk membujuk calon pelanggan, salah satunya
dengan cara melalui etika yang ditunjukan seluruh karyawan perusahaan.
d. Mempertahankan pelanggan
Ada anggapan mempertahankan planggan jauh lebih sulit daripada mencari
pelanggan, dan ada juga yang beranggapan bahwa mempertahankan
pelanggan lebih mudah karena merka sudah merakan produk atau layanan
yang diberikan.
e. Membina dan menjaga hubungan
Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari
adanya perbedaan paham atau konflik. Dengan etika ciptakan hubungan
dalam suasana akrab dan lebih baik.
2. MANFAAT
Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernahtimbul dimasa
lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok,
menerima hadiah,sumbangan dan sebagainya. Latar belakang pembuatan etika
bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan
kegiatan perusahaan. Bila Perusahaan memiliki etika sendiri,mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya. Manfaat Etika
Bisnis bagi Perusahaan :
a. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang
karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan
adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis
yang sama, sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap
kasus sejenis yang timbul.
b. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan
dalam melindungi lingkungan hidup).
c. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
d. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan
untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
e. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan
harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut.
f. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan
g. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat
menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).
TOPIK 7
SIKAP DAN PERILAKU WIRAUSAHA
Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan, dan diberikan
kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu. Ada beberapa sikap dan perilaku yang
harus dijalankan oleh pengusaha dan seluruh karyawan, yaitu:

1. Jujur dalam bertindak dan bersikap


Sikap jujur merupakan modal utama seorang karyawan dalam melayani pelanggan.
Kejujuran dalam berkata, berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah
yang akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
2. Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas
Seorang karyawan dituntuk untuk rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam
melayani pelanggan dan tidak boleh malas dalam bekerja.
3. Selalu murah senyum
Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang karyawan harus selalu murah senyum,
jangan sekali-kali bersikap murung atau cemberut. Dengan senyum kita mampu
meruntuhkan hati pelanggan untuk menyukai produk atau perusahaan kita.
4. Lemah-lembut dan ramah-tamah
Dalam bersikap dan berbicara pada saat melayani pelanggan atau tamu hendaknya
dengan suara lemah lembut dan sikap yang tamah tamah. Ini dapat menarik minat
tamu dan membuat pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
5. Sopan santu dan hormat
Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan hendanya selalu bersikap sopan dan
hormat. Dengan demikian pelanggan juga akan menghormati pelayanan yang
diberikan karyawan tersebut.
6. Selalu ceria dan padai bergaul
Sikap selalu ceria yang ditunjukan karyawan dapat memecahkan kekakuan yang ada,
sedangkan sikap pandai bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat
akrab dan merasa seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.
7. Fleksibel dan suka menolong pelanggan
Dalam menghadapi pelanggan, karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau
mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jala
keluarnya dengan cara yang fleksibel. Karyawan diharapkan suka menolong
pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.
8. Serius dan memiliki rasa tanggung jawab
Dalam melayani pelanggan karyawan harus serius dan sungguh-sungguh, tabah dalam
menghadapi pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan juga
harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya samapi pelanggan merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan.
9. Rasa memiliki persahaan yang tinggI
Rasa kepemilikan ini akan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan,
disamping itu karyawan juga harus memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia
terhadap perusahaan.
TOPIK 8
CIRI-CIRI WIRAUSAHA YANG BERHASIL
Berwirausaha tidak selalu emberikan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan
pengusaha, ada pengusaha yang mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut, dan ada juga
pengusaha yang awalnya hidup sederhana menjadi sukses dengan ketekunannya. Ada
beberapa ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil, yaitu:

1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas


Berfungsi untuk menebak kemana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat
diketahui apa yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut.\
2. Inisiatif dan selalu proaktif
Merupakan cirri mendasar dimana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi,
tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai
kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi
Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi
sebelumnya, seperti mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan
menjadi perhatian utama.
4. Berani mengambil risiko
Merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapan pun dan dimanapun,
baik dalam bentuk uang maupun waktu.\
5. Kerja keras
Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, dimana ada peluang disitu ia datang.
Kadang-kadang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya, karna selalu
memikirkan kemajuan usahanya, dan ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja
keras meralisasikannya.
6. Bartanggung jawab terhadap segala aktiitas yang dijalankannya, baik sekarang
maupun yang akan datang. Tanggung jawabnya tidak hanya pada material tetapi juga
moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan cirri yang harus diipegang teguh dan harus
ditepati.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang
berhubungan lansung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak, seperti kepada para
pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai