Anda di halaman 1dari 19

Learning Issues

Farah Azizah Putri


Gamma 2017/04031722180

1. Anatomi dan Fisiologi Mata

Gambar anatomi mata

Bagian-bagian dalam organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju
ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Fungsi organ dalam mata sebagai
berikut :

1. Kornea
Kornea adalah bagian terluar mata, kornea tembus terhadap cahaya. Fungsi dari kornea
adalah menerima serta meneruskan cahaya yang masuk ke mata dan memberikan
perlindungan terhadap bagian sensitif mata yang ada di bawahnya. cahaya yang
diterima kornea akan diteruskan ke bagian dalam mata yang kemudian berakhir di
retina. Terdapat lima lapisan pada kornea, yaitu epitel, membran bowman, stroma,
membran descemet dan endotelium.
a. Epitel : Kerusakan pada epitel bisa sembuh dengan waktu yang relatif. Epitel peka
terhadap sentuhan dan berfungsi sebagai proteksi.
b. Membran bowman : Terletak di bawah epitel. Bila terjadi kerusakan akan sembuh
dengan terbentuknya jaringan parut.
c. Stroma : Lapisan kornea yang paling tebal. Meliputi 90% tebal konea. Stroma
merupakan jaringan fibrosa berwarna bening.
d. Membran descemet : Terletak di bawah stroma yang merupakan lapisan tipis, kuat,
sangat lentur.
e. Endotelium : Merupakan selapis sel yang berfungsi mengatur jumlah cairan dakam
kornea.
2. Sklera
Sklera adalah bagian putih mata yang mengelilingi kornea. Hal ini terdiri dari
jaringan berserat, dan memberikan perlindungan kepada bagian dalam mata. Ini adalah
jaringan yang biasa disebut putih mata. Sklera sebagai dinding bola mata merupakan
jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm. . Sklera
mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola
mata.1 Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut
kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan
dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat
episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid
oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar
ruangan suprakoroid. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus,
atau merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.
3. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak


dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus.
Konjungtiva ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) & konjungtiva bulbi
(menutupi bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva adalah proteksi pada sklera &
memberi pelumasan pada bola mata. Konjungtiva mencegah benda-benda asing di
dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak agar tidak tergelincir ke belakang mata.
Bersama-sama dengan kelenjar lakrimal yang memproduksi air mata, konjuntiva turut
menjaga agar cornea tidak kering. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
4. Pupil dan iris
Pupil adalah lubang kecil di tengah iris yang berfungsi mengatur banyaknya
cahaya yang masuk kedalam bola mata. Bila cahaya terlalu terang, pupil akan mengecil,
dan sebaliknya bila cahaya kurang (gelap) pupil akan membesar. Besar-kecilnya pupil
dibentuk oleh iris. Otot akomodasi berfungsi menarik dan mendorong lensa mata
sehingga lensa mata dapat menebal dan menipis.
Iris merupakan bagian mata yang mengatur besar- kecilnya pupil ,Iris juga
memberi warna pada mata seperti hitam dan coklat untuk orang asia, biru dan hijau
untuk orang eropa. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya. Iris berfungsi
sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata, terletak
di belakang kornea, tepat di depan lensa. Iris terdiri dari jaringan halus yg mengandung
sel-sel pigmen, otot polos, pembuluh darah dan saraf. Otot pada iris adalah otot polos
yg tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil,
dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yg sangat kuat.
Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya
lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk memasukkan cahaya lebih
banyak.
5. Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam
sklera. Mengandung banyak pembuluh darah & sel-sel pigmen yg memberi warna
gelap. Fungsi dari koroid adalah memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, mencegah
refleksi internal cahaya.
6. Badan siliar
Menghubungkan koroid dg iris. Tersusun dlm lipatan-lipatan yg berjalan radier
ke dalam, meyusun prosesus siliaris yg mengelilingi tepi lensa. Prosesus ini banyak
mengandung pembuluh darah & saraf.
7. Badan kaca dan Aquous humor
Tekanan mata dipengaruhi tekanan badan kaca pada posterior mata dan aquous
humor yang mengisi bilik depan. Aquous humor bertanggung jawab mengatur tekanan
intraokuler. Badan kaca merupakan jaringan albuminosa setengah cair yg bening, yang
mengisi ruang antara lensa dan retina. Mengisi 4/5 bagian belakang bola mata &
mempertahankan bentuk bola mata & mempertahankan retina utk mengadakan aposisi
dengan koroid.
Aquous humor adalah cairan yg diproduksi scr terus menerus oleh kapiler
venosa dlm prosesus siliar.
8. Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi
lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik
kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh, lensa mata akan menipis. Sedangkan
untuk melihat objek yang dekat, lensa mata akan menebal. Letak lensa mata di depan
badan kaca & di belakang iris.Lensa dibungkus suatu kapsul, yg merupakan membran
bening yg menutup lensa dengan erat dan tebal pada permukaan anterior.Sifat fisik
lensa sesuai usia. Pada fetus,lensa hampir sferis dan agak lunak. Pada dewasa,
permukaan anterior kurang cembung dibandingkan permukaan posterior dan lebih
keras. Pada umur 40-45 tahun, lensa bertambah besar & pipih, warna kekuningan, lebih
keras.
9. Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior
berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu
penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang
berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak
mengkilat yang merupakan reflek fovea.

Retina terdiri atas lapisan:

a) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
c) Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga
lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
d) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
e) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis
ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
f) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar,
sel amakrin dengan sel ganglion
g) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
h) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
i) Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
10. Saraf Optik
Fungsi saraf untuk rangsangan cahaya yang datang dari retina ke otak. Selain itu
fungsinya adalah melanjutkan bahwa rangsangan cahaya ke otak. Saraf optik membawa
semua informasi untuk diproses di otak. Pada akhirnya kita dapat melihat sebuah benda
atau objek.
Fisiologi Humor Akueus
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi
kamera anterior dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 μL/menit. Tekanan osmotik
sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan plasma kecuali
bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan
protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.

Humor akueus diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma
prosessus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosessus sekretorius epitel siliaris.
Setelah masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke kamera anterior
lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran
diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokuler
dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor akueus plasmoid
dan sangat mirip dengan serum darah.

Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus
oleh sel-sel traabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin
mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke
dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan
drainase humor akueus juga meningkat. Aliran humor akueus ke dalam kanalis Schlemm
bergantung pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran
eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan
cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor akueus keluar dari mata antara berkas otot
siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).

2. Glaucoma
2.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optik yang ditandai oleh pencekungan (cupping)
diskus optikus dan adanya defek lapang pandang, yang biasanya disertai peningkatan
tekanan intraokular. Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang
perifer pada tahap awal dan kemudian akan mengganggu penglihatan sentral.
Glaukoma ini dapat tidak bergejala karena kerusakan terjadi lambat dan tersamar.
2.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tinggi.
Sekitar 2 % dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma
juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak diserang
daripada wanita.
Insidensi POAG diperkirakan 2,4 juta orang pertahun. Prevalensi terjadinya
kebutaan untuk semua tipe glaukoma diperkirakan lebih dari 8 juta orang, dengan 4
jutanya disebabkan oleh POAG. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua
setelah katarak, dan merupakan penyebab kehilangan penglihatan yang ireversibel.
Kerusakan penglihatan karena glaukoma membuat beban yang berat pada beberapa
negara bagian, dan berefek lebih banyak terhadap usia dewasa daripada anak-anak dan
lebih banyak pada wanita daripada pria.
2.3 Etiologi
Glaukoma terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengaliran humor akueus. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit mata lain
(glaukoma primer). Sedangkan pada kasus lainnya, peningkatan tekanan intraokular,
terjadi sebagai manifestasi penyakit mata lain (glaukoma sekunder).
2.4 Faktor risiko

Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :

1. Tekanan darah rendah atau tinggi


2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia di atas 45 tahun
5. Keluarga mempunyai riwayat glaukoma
6. Miopia atau hipermetropia
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :

1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat


2. Makin tua usia, makin berat
3. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
4. Kerja las, resiko 4 kali lebih sering
5. Keluarga penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6. Tembakau, resiko 4 kali lebih sering
7. Miopia, resiko 2 kali lebih sering
8. Diabetes melitus, resiko 2 kali lebih sering

2.5 Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma :
a. Glaukoma primer
a. Dewasa
A. Glaukoma simpleks (glaukoma sudut terbuka, glaukoma kronis)
B. Glaukoma akut (sudut tertutup)
b. Kongenital/juvenil

Glaukoma kongenital atau infantil dapat tidak disertai kelainan mata lain
(primer) dan dapat bergabung dengan suatu sindrom, pasca trauma, pasca
operasi, dan radang. Glaukoma kongenital primer disebabkan oleh gagal atau
pembentukan tidak normal dari anyaman trabekulum.Glaukoma ini biasanya
berjalan sporadik. Terdapat 10% dengan pola herediter dan diduga bersifat
autosomal resesif. Prognosis buruk bila gejala telah terlihat sejak lahir.
Biasanya glaukoma kongenital mengenai anak laki.Gejala mulai dilihat oleh
ibu pasien dengan tanda-tanda :

a. Bola mata membesar


b. Edema atau kornea keruh akibat endotel kornea sobek
c. Bayi tidak tahan sinar matahari
d. Mata berair
e. Silau
f. Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata dengan bantal Pengobatan atau
pembedahan sangat perlu segera dilakukan.

2. Glaukoma sekunder
a. Sudut terbuka

Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada


orang normal jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma
sudut terbuka terjadi pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan
tertimbun sehingga tekanan bola mata akan meningkat.

Pada glaukoma sudut terbuka, cairan mata setelah melalui pupil masuk
ke dalam bilik mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum.
Keadaan ini mengakibatkan tekanan bola mata naik yang akan merusak saraf
optik. Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular yang disebabkan oleh
mekanisme sudut terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekula,
termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan
endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses penuaan normal.
Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular mendahului
kelainan-kelainan diskus optikus dan lapangan pandang. Terdapat hubungan
yang jelas antara besarnya tekanan intraokular dengan keparahan penurunan
penglihatan. Glaukoma sudut terbuka dapat dalam bentuk primer dan sekunder.
Pada glaukoma sekunder maka penyebabnya dapat diketahui, seperti trauma
dan penyakit mata lainnya.

Biasanya glaukoma sudut terbuka mulai timbul keluhan pada usia 40


tahun, walaupun bisa saja terjadi pada usia berapa saja. Penglihatan biasanya
baik dan tidak terdapat rasa sakit pada mata. Akan tetapi bila proses berjalan
lanjut maka pasien akan merasakan penglihatannya menurun. Benda yang
terletak di bagian sentral masih terlihat jelas akan tetapi yang terletak di perifer
tidak terlihat sama sekali. Pada keadaan ini lapang penglihatan secara perlahan-
lahan menyempit. Bila keadaan ini berlanjut penglihatan akan terus berkurang
sehingga dapat menjadi buta sama sekali.

Pada pemeriksaan gonioskopi pemeriksaan sudut bilik mata dengan


goniolens dapat dilihat sudut bilik mata depan tempat mengalirnya cairan mata
keluar terbuka lebar. Bila sudut ini terbuka lebar sedangkan tekanan bola mata
tinggi maka dapat diduga pembendungan cairan mata keluar berada jauh di
dalam atau di belakang sudut pengeluaran ini. Daerah penyaringan keluar cairan
mata ini disebut anyaman trabekulum.

Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan pada


anyaman trabekula akan tetapi mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula
atau jumlahnya kurang akibat bertambahnya usia atau adanya gangguan dari
enzim pada trabekula.

b. Sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah mengalami penyempitan
anatomik sudut kamera anterior (dijumpai terutama pada hipermetrop).
Serangan akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan
pembesaran lensa kristalina yang berkaitan dengan penuaan. Terdapat 2 tipe
glaukoma sudut tertutup yaitu : akut dan kronis
1) Sudut tertutup akut : Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi penutupan
pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini
akan memberikan rasa sakit yang sangat, yang dapat mengakibatkan
timbulnya rasa muntah dan mual. Kepala seakan-akan dipukul dengan martil
pada sisi mata yang dapat serangan akut.Mata menjadi merah, kornea keruh
dan edematus, penglihatan kabur disertai dengan adanya halo (pelangi
disekitar lampu).
2) Sudut tertutup kronik : Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur
menutupi jalan keluar tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini perlahan-
lahan terbentuk jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan mata.
Tekanan bola mata akan naik bila terjadi gangguan jumlah cairan keluar
akibat bertambahnya jaringan parut. Dengan pengobatan pilokarpin maka
serangan akut tidak akan terjadi dengan bentuk kronis yang tetap berjalan.
Pengobatan hanya menghindarkan kebutaan yang dapat terjadi pada
glaukoma.
2.6 Patofisiologi
Glaukoma merupakan sebuah proses dimana hilangnya sel ganglion retina
memberikan karakteristik abnormalitas nervus optikus dan lapang pandang.
Deteksi kerusakan glaukoma biasanya melalui observasi dari papil nervus optikus
dan retinal nerve fiber layer (RNFL) dan pengukuran lapang pandang dengan
perimetri; namun, lapang pandang dan observasi perubahan papil nervus optikus
adalah pemeriksaan subyektif yang cenderung bervariasi.
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti
dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi
atrofi disertai pembesaran cawan optik. Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh
peningkatan tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin
besar kerusakan saraf pada bola mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler
memiliki kisaran 10-22 mmHg. Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup
akut dapat mencapai 60-80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus
optikus.
2.7 Gejala Klinis

Gejala klinis glaukoma dibagi berdasarkan kelainan anatominya, glaukoma sudut


tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Tiga kelainan yang terjadi pada glukoma
adalah :
1. Peningkatan TIO
2. Kematian serabut saraf optik dan kerusakan diskus optikus
Defek lapang pandang yang progresif
2.8 Pemeriksaan glaukoma

Pemeriksaan tekanan bola mata

Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan bola mata


seseorang berdasarkan fungsinya dimana tekanan bola mata merupakan keadaan
mempertahankan mata bulat sehingga tekanan bola mata yang normal tidak akan
memberikan kerusakan saraf optik atau yang terlihat sebagai kerusakan dalam
bentuk kerusakan glaukoma pada papil saraf optik. Batas tekanan bola mata tidak
sama pada setiap individu, karena dapat saja tekanan ukuran tertentu memberikan
kerusakan pada papil saraf optik pada orang tertentu. Untuk hal demikian yang dapat
kita temukan kemungkinan tekanan tertentu memberikan kerusakan. Dengan
tonometer Schiotz tekanan bola mata penderita diukur.

Dikenal 4 bentuk cara pengukuran tekanan bola mata:

1. Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.


2. Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.
3. Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.
4. Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di
ruang terbuka.
Pada keadaan normal tekanan bola mata tidak akan mengakibatkan kerusakan
pada papil saraf optik. Reaksi mata tidak sama pada setiap orang, sehingga tidaklah
sama tekanan normal pada setiap orang. Tujuan pemeriksaan dengan tonometer atau
tonometri untuk mengetahui tekanan bola mata seseorang. Tonometer yang ditaruh
pada permukaan mata atau kornea akan menekan bola mata ke dalam. Tekanan ke
dalam ini akan mendapatkan perlawanan tekanan dari dalam bola mata melalui
kornea.

b. Pemeriksaan kelainan papil saraf optik

Oftalmoskopi. pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang


dinamakan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat diiihat saraf optik didalam mata
dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik.
Saraf optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf
optik pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma.

Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat terlihat :

a. Kelainan papil saraf optik

- Saraf optik pucat atau atrofi

- Saraf optik bergaung

b. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarria hijau
c. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar
c. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata

Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik


sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata
seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma
penderita apakah glaukoma sudut terbuka atau glaukoma sudut tertutup, dan
malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder. Pada gonioskopi
dipergunakan goniolens dengan suatu sistem prisma dan penyinaran yang dapat
menunjukkan keadaan sudut bilik mata. Dapat dinilai besar atan terbukanya sudut:

Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan iris,
disebut sudut tertutup.

Derajat 1, bila tidak terlihat 1/2 bagian trabekulum sebelah belakang, dan garis
Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat sempit sangat mungkin
menjadi sudut tertutup

Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang kelainan
ini mempunyai kemampuan untuk tertutup

Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk skleral spur,
disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup.

Derajat 4. bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka.

d. Pemeriksaan Lapangan Pandang

Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur penting untuk diagnosis


dan tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma itu
sendiri tidak spesifik, karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf
yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan
lapangan pandang, sifat progresivitasnya, dan hubungannya dengan kelainan-
kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini. Gangguan lapangan pandang
akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah.
Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Berbagai cara untuk
memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah layar singgung, perimeter
Goldmann, Friedmann field analyzer, dan perimeter otomatis.

2.9 Komplikasi
Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke anyaman trabekular (sinekia
anterior) sehingga menimbulkan oklusi sudut COA irreversible yang memerlukan
tindakan bedah untuk memperbaikinya. Sedangkan jika tidak diobati akan dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan yang progresif,biasanya melalui tahapan blind
spot dan bisa menjadi kebutaan total.
2.10 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila
tidak mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi
dalam waktu yang pendek sekali. Pengawasan dan pengamatan bagian mata
yang tidak mendapat glaukoma sangat diperlukan karena dapat memberikan
keadaan yang sama seperti mata yang glaukoma.
2.11 SKDI

3A. Bukan gawat darurat Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

Analisis Masalah
1. A. . Bagaimana hubungan usia dengan keluhan utama ?
Terdapat hubungan yaitu semakin tua usia maka akan timbul hipermetropi
dan presbiopia

B. Apa saja kelainan yang dapat muncul dari keluhan yang dialami ?

Katarak, glaukoma, Retinopati anemia, retinopati DM dan PVD

C. Apa yang menyebabkan hilangnya penglihatan secara perlahan ?


Penurunan tajam penglihatan secara perlahan dapat disebabkan oleh
organik maupun nonorganik.
Organik : katarak, glaukoma, kelainan pada saraf mata, kelainan pada
media refraksi
Anorganik : miopia, hipermetropia, presbiopia, astigmatisme.
D. Apa hubungan antara pasien sering tersandung saat berjalan dengan
penglihatan yang kabur secara perlahan ?
E. Apa diagnosis yang dapat disingkirkan dengan hasil riwayat ?
F. Apa penyebab dan bagaimana mekanisme sakit kepala ?
Sakit kepala disebabkan tekanan intraokuli meningkat menekan meningen
selaput otak sehingga pasien jadi sakit kepala.
2. a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan oftalmologi?
b. Bagaimana abnormalitas dari hasil pemeriksaan Snellen Rating?
c. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari hasil pemerikaan TIO (Tonometri
Schiotz atau Tonometri Aplanasi Goldman)?
d. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan segmen anterior?
e. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan Funduskopi?
f. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan perimetri/lapang pandang?
Tekanan yang tinggi pada intraokular menyebabkan saraf pada sekitar mata ikut
tertekan sehingga mengalami kerusakan, pada penyakit glaukoma sudut terbuka,
peningkatan tekanan intraokular meningkat secara perlahan seiring waktu sehingga
kerusakan saraf juga semakin buruk seiring waktu yang menyebabkan gangguan
penglihatan bersifat progresif
g. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan Gonioskopi?
h. Bagaimana prosedur pemeriksaan Snellen Rating?
1. Letakkan papan pada jarak 20 kaki atau 6 meter.
2. Letakkan penutup mata pada mata yang tidak diperiksa. Pemeriksaan pertama
dilakukan pada mata yang menurut penderita penglihatannya lebih jelek.
3. Mulailah dengan optotip yang besar dan terus ke optotip yang kecil. Penderita
harus menyebutkan setiap huruf yang terlihat dengan keras.
4. Jika hasil pemeriksaan tidak mencapai 20/20 atau 6/6, pemeriksaan dengan
menggunakan pinhole harus dilakukan.
5. Ganti penutup mata pada mata sebelahnya dan mulai lagi sperti awal.
i. Bagaimana prosedur pemeriksaan Tonometri Schiotz atau Tonometri Aplanasi
Goldman?
a. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuaan dari pemeriksaan.
b.Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
c. Melakukan kalibrasi tonometer sebelum penggunaan dengan menggunakan plat
logam bulat kecil yang menyertainya. Skala harus menunjukan angka 0.
d.Melakukan desinfeksi telapak tonometer dengan alkohol.
e.Pasien ditidurkan dengan posisi terlentang (suppine).
f.Mata ditetesi dengan obat anestesi topikal seperti pantocain 0,5%.
g.Membuka kelopak mata pasien dengan telunjuk dan ibu jari (tidak menekan
bola mata pasien).
h.Meminta pasien meletakkan ibu jari tangannya didepan matanya dengan jarak 1
lengan pasien atau melihat satu titik pada langit-langit ruangan.
i. Dengan tangan lain letakkan telapak tonometer Schiotz pada permukaan kornea.
j. Konversikan hasil skala yang ditunjukkan oleh tonometer ke dalam tabel.

j. Bagaimana prosedur pemeriksaan segmen anterior?


Inspeksi secara menyeluruh untuk mengevaluasi mata kanan kiri dan struktur yang
berhubungan.
b. Evaluasi pemeriksaan segmen anterior dengan menggunakan senter, perhatikan
keadaan mata kanan dan mata kiri.
1) Palpebra, evaluasi adanya kelainan-kelainan seperti asimetris,
bengkak, kemerahan, ketombe, benjolan/ massa, jaringan parut,lipatan
kelopak mata, arah tumbuhnya bulu mata, madarosis,dan lainnya.
2) Konjungtiva, evaluasi adanya kelainan-kelainan sepertihiperemi,
bendaasing, folikel, sekret, membran, subconjunctival bleeding, jaringan
fibrovaskular, benjolan/massa, luka dan lainnya.
3) Kornea, evaluasi adanya kelainan-kelainan seperti kekeruhan akibat
edema/sikatrik, erosi, infiltrat, ulkus, benda asing, dan lainnya.
Untuk evaluasi kelainan permukaan kornea dilakukan pemeriksaan
fluorescein eye stain dengan cairan fluorescein 1%. Pemeriksaan lebih detail
menggunakan slit lamp.
4) Bilik mata depan, menggunakan cahaya dengan mengarahkan senter pada
mata dari arah samping atau depan untuk mengevaluasi kedalaman bilik
mata dan kelainan seperti hifema/koagulum/hipopion. Untuk
mengevaluasi kedalaman dengan menggunakan cahaya senter dengan
posisi sejajar dengan iris dari arah samping ke arah nasal.Perhatikan baik-
baik sisi nasal dari iris, jika 2/3 atau lebih dari iris tertutup bayangan,
berarti bilik mata depan termasuk dangkal atau sudut sempit
5) Iris, evaluasi warna, bentuk, adanya perlekatan atau tidak, adanya
massa, atrofi, dan lainnya.
6) Pupil, evaluasi dengan cara mengarahkan cahaya senter pada pupil untuk
mengetahui reflex pupil, diameter pupil,isokor/anisokor, bentuk pupil, dan
lainnya.
7) Lensa, evaluasi dimulai dengan melihat apakah ada kekeruhan pada lensa.
Derajat kekeruhan pun bisa dilihat dengan menyinari lensa dari samping.
Apabila pada lensa terlihat bayangan iris (Iris Shadow), berarti kekeruhan
lensa pada tahap imatur. Apabila sudah matur, maka iris shadow akan
menghilang. Pada pasie-npasien yang telah menjalani penggantian
lensa,maka lensa buatan akan terlihat mengkilat.

k. Bagaimana prosedur pemeriksaan Funduskopi? (posterior)


a. Beritahu pasien untuk mengambil posisi duduk yang nyaman. Dengan cahaya
ruangan yang diturunkan,instruksikan pasien untuk melihat satu titik pada tembok
di depannya, usahakan untuk tidak menggerakan bola mata.
b. Atur roda fokus pada +8. Roda apertur pada cahaya besar, bulat dan putih
c. Mulailah dengan melihat mata kanan dengan jarak kurang lebih 1 kaki dari
pasien. Gunakan mata kanan dengan ophtalmoskop di tangan kanan. Lihatlah lurus
ke arah pupil, sejajar dengan garis penglihatan pasien,maka reflex fundus akan
terlihat.
d. Letakkan tangan kiri pada dahi atau bahu pasien untuk menopang dan
menstabilkan tubuh kita.
e. Perlahan-lahanmendekat ke arah pasien dengan 15 derajat ke arah temporal
dari garis penglihatan pasien. Usahakan untuk tetap melihat pupil. Putarroda fokus
ke arah negatif menyesuaikan dengan keadaan refraksi pasien dan pemeriksa untuk
mendapatkan fokus pada retina.
f. Saat pembuluh darah retina sudah terlihat, ikuti sampai pembuluh darah
terlihat melebar ke arah diskus optik, yang letaknya ke arah nasal dari tengah
retina.
g. Periksa dengan urutan diskus optik, pembuluh darah retina, latar belakang
retina dan macula.
h. Ulangi pemeriksaan untuk mata kiri, dengan tangan kiri memegang
ophtalmoskop dan melihat dengan mata kiri.
i. Nilai.Dapat dilihat keadaan normal dan patologik pada fundus mata.Refleks
fundus yang normal berwarna orange kemerahan tanpa ada bayangan atau
apapun yang menghalangi di depannya.
l. Bagaimana prosedur pemeriksaan perimetri/lapang pandang?
Pasien dan pemeriksa atau dokter berdiri berhadapan dengan bertatapan mata pada
jarak 60 cm. Pemeriksa memeriksa mata kanan pasien dengan menggunakan
mata kanannya dan memegang funduskopi dengan tangan kanan. Pemeriksa
menggerakkan jari dari arah temporalnya dengan jarak yang sama dengan mata
pasien kearah sentral. Bila pemeriksa telah melihat benda atau jari dalam lapang
pandangannya, maka bila lapang pandang pasien normal ia juga dapat melihat
benda tersebut. Bila lapangmpandang pasien menyempit maka akan melihat benda
atau jari tersebut bila benda telah berada lebih ketengah dalam lapang pandang
pemeriksa. Dengan cara ini dapat dibandingkan lapang pandang pemeriksa
dengan lapang pandang pasien pada semua arah. Selain itu apabila pasien
memiliki skotoma fokal, maka biasanya pasien akan mengatakan jari sempat
terlihat, namun menghilang untuk beberapa saat, sebelum akhirnya terlihat lagi. Hal
ini tergantung dimana posisi titik butanya.

Tambahan
a. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Glaukoma primer sudut terbuka.
b. Apa definisi penyakit pada kasus?
Glaukoma adalah suatu neuropati optik yang ditandai oleh pencekungan (cupping)
diskus optikus dan adanya defek lapang pandang, yang biasanya disertai
peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada
lapang pandang perifer pada tahap awal dan kemudian akan mengganggu
penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak bergejala karena kerusakan terjadi
lambat dan tersamar.

c. Bagaimana etiologi dari penyakit?


Glaukoma terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengaliran humor akueus. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit mata
lain (glaukoma primer). Sedangkan pada kasus lainnya, peningkatan tekanan
intraokular, terjadi sebagai manifestasi penyakit mata lain (glaukoma sekunder).
d. Bagaimana epidemiologi dari penyakit?
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tinggi.
Sekitar 2 % dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma.
Glaukoma juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak
diserang daripada wanita.

e. Bagaimana klasifikasi dari penyakit?


Glaukoma primer
a. Dewasa
G. Glaukoma simpleks (glaukoma sudut terbuka, glaukoma kronis)
H. Glaukoma akut (sudut tertutup)
b. Kongenital/juvenil
Glaukoma sekunder
a. Sudut terbuka
b. Sudut tertutup

f. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi dari penyakit?


Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel ganglion
retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina
serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai
pembesaran cawan optik. Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan
tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan
saraf pada bola mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler memiliki kisaran
10-22 mmHg. Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut dapat
mencapai 60-80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada
iris yang disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus optikus.

g. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit?


Gejala klinis glaukoma dibagi berdasarkan kelainan anatominya, glaukoma sudut
tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Tiga kelainan yang terjadi pada glukoma
adalah :
1. Peningkatan TIO
2. Kematian serabut saraf optik dan kerusakan diskus optikus
Defek lapang pandang yang progresif
h. Bagaimana tatalaksana (kajian, informasi, dan edukasi) dari penyakit pada kasus?
- Golongan β-adrenergik Bloker
- Golongan α2-adrenergik Agonis
- Penghambat Karbonat Anhidrasea

i. Apa saja komplikasi dari penyakit pada kasus?


j. Bagaimana prognosis dari penyakit ini?
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila tidak
mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadidalam
waktu yang pendek sekali. Pengawasan dan pengamatan bagian matayang tidak
mendapat glaukoma sangat diperlukan karena dapat memberikankeadaan yang
sama seperti mata yang glaucoma
k. Apa SKDI dari penyakit pada kasus?
3A. Bukan gawat darurat Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

Daftar Pustaka
Ilyas, S. & Yulianti , S.R. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2014.
Kementerian Kesehatan RI. InfoDATIN : Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta; 2015:3.
Salmon, J.F. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2013.
Halaman 212-218

Anda mungkin juga menyukai