Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO C BLOK 17

Disusun oleh: KELOMPOK G4


Tutor: dr.Legiran.
Nabila Rizki Sakinah 04011381722168
Farah Azizah Putri 04011381722180
Alvinia Fadhillah 04011381722181
Maurizka Juwita S. 04011381722185
Sella Vanessa Lie 04011381722188
Nafrah Ardita 04011381722189
Nanda Safira Alisa 04011381722192
Sarah Shania 04011381722211
Muhammad Bariq Taqi 04011381722215
Slyvia Wanda Stephanie S. 04011381722218
Carolina Maria Sidabutar 04011381722219
Sandora Rizky Mailani 0401138172226
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Skenario A Blok 17” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan
terimakasih kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr.Legiran, selaku tutor kelompok G4, serta
3. teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD GAMMA 2017
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan
Tuhan.

Palembang, September 2019

Penulis

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ 2


Daftar Isi 3
..................................................................................................................
Kegiatan Diskusi ..................................................................................................... 4
Skenario 6
...................................................................................................................
I. Klarifikasi Istilah
..............................................................................................
II. Identifikasi Masalah
.........................................................................................
III. Analisis Masalah
..............................................................................................
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
.......................................................................
V. Kerangka Konsep
.............................................................................................
VI. Sintesis
.............................................................................................................
VII. Kesimpulan ......................................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................................

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 3


KEGIATAN DISKUSI

Tutor : dr. Legiran


Moderator : Nabila Rizki Sakinah
Sekretaris 1 : Sella Vanessa Lie
Sekretaris 2 : Nafrah Ardita
Presentan : Carolina Maria Sidabutar
Pelaksanaan : Senin,17 September 2019 (10.00 – 12.30 WIB)
Rabu, 19 September 2019 (10.00 – 12.30 WIB)

Peraturan selama tutorial :


1. Jika bertanya atau mengajukan pendapat harus mengangkat tangan terlebih dahulu,
2. Jika ingin keluar dari ruangan izin dengan moderator terlebih dahulu,
3. Boleh minum,
4. Tidak boleh ada forum dalam forum,
5. Tidak memotong pembicaraan orang lain,
6. Menggunakan hp saat diperlukan.

Prosedur tutorial:
1. Tutorial tahap 1
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin doa sebelum tutorial.
d. Moderator menyebutkan peraturan selama tutorial.
e. Moderator membacakan skenario.
f. Anggota mengklarifikasi istilah dalam scenario.
g. Anggota menentukan fakta dan masalah dalam skenario, lalu menentukan prioritas
masalahnya disertai dengan alasan yang logis.
h. Anggota saling mengajukan pertanyaan di analisis masalah.
i. Anggota mendiskusikan mengenai kaitan antar masalah.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 4


j. Anggota menentukan Learning issue dan moderator membagi LI ke masing-masing
anggota kelompok.
k. Tutorial ditutup oleh moderator.
2. Belajar mandiri
3. Tutorial tahap 2
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin doa sebelum tutorial.
d. Moderator mempersilakan kepada masing-masing anggota untuk memaparkan hasil
belajarnya. Moderator mengatur diskusi yang meliputi mempersilakan anggota lain
menambahkan ide dan sesi tanya-jawab.
e. Anggota merancang kerangka konsep bersama-sama dan membuat resume dari
kerangka konsep.
f. Anggota menjawab pertanyaan yang ada di analisis masalah.
g. Anggota menarik kesimpulan dari LI dan skenario yang ada.
h. Tutorial ditutup oleh moderator.
4. Penyusunan laporan pleno

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 5


SKENARIO C BLOK 17

Tn. Rizki, 20 tahun berobat ke poliklinik saraf karena nyeri pada tumit dan telapak
kaki kanan. Sejak 3 minggu lalu penderita mengalami nyeri pada tumit dan telapak kaki
kanan. Nyeri dirasakan seperti tajam dan kadang seperti ditusuk, nyeri hilang timbul,
memberat saat berjalan atau berdiri lama, dan berkurang saat istirahat. Nyeri tidak menjalar,
intensitas nyeri ringan sampai sedang, sehingga aktivitas penderita kerap terganggu.
Terdapat gangguan sensibilitas berupa rasa baal pada tumit dan telapak kaki kanan.
Riwayat pekerjaan sebagai atlit lompat jauh sejak usia 16 tahun. Riwayat jatuh/
terkilir tidak ada. Riwayat kencing manis tidak ada. Riwayat tumor atau benjolan tidak ada.
Penyakit ini dialami untuk pertama kalinya.

Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : GCS 15
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 22x/menit, Tempt 36.8 C

Pemeriksaan neurologis :
Pada pemeriksaan didapatkan :
- Tes tinel sign (+) kanan
- Tes dorsoversi eversi kanan (+)
- Triple compression test kanan (+)
- Pemeriksaan sensorik dengan uji raba halus dan uji nyeri pada telapak kaki kanan
didapatkan hipoesthesi pada tumit hingga telapak kaki

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 6


I. Klarifikasi istilah
No. Istilah Pengertian

1. Baal Mati rasa, kondisi dimana tidak dapat merasakan


apapun. Yang terjadi ketika tidak tersalurkannya
rangsangan pada saraf.
2. Tarsal tinel sign Tes yang dilakukan dengan cara perkusi
mengetuk ringan atau perkusi di atas saraf untuk
memperoleh sensasi kesemutan atau “pin and
needles” dalam distribusi saraf. Tes dikatakan
positif ketika ada tekanan neuropati pada saraf
seperti di kaki atau di tangan.
3. Triple compression test To elicit stress on posterior tibial nerve and its
branches in an attempt to provoke sign of its
entrapment.
4. Gangguan sensibilitas Berkurangnya kepekaan perasaan, kemampuan
untuk merasakan atau mengenali, kepekaan
terhadap berbagai stimulus seperti nyeri, tekanan,
pergerakan, dan lain-lain.
5. Uji raba halus Tes yang dilakukan dengan menggunakan
sepotong kapas atau ujung jari pemeriksa yang
disentuhkan ke kulit pasien untuk melihat
rangsangannya
6. Hipoesthesi Kepekaan yang menurun abnormal terutama
pada sentuhan.
7. Tes dorsoversi

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 7


II. Identifikasi Masalah
No. Fakta Prioritas
Tn. Rizki, 20 tahun berobat ke poliklinik saraf karena nyeri pada
tumit dan telapak kaki kanan. Sejak 3 minggu lalu penderita
mengalami nyeri pada tumit dan telapak kaki kanan. Nyeri dirasakan
seperti tajam dan kadang seperti ditusuk, nyeri hilang timbul,
1. memberat saat berjalan atau berdiri lama, dan berkurang saat VVVV
istirahat. Nyeri tidak menjalar, intensitas nyeri ringan sampai sedang,
sehingga aktivitas penderita kerap terganggu. Terdapat gangguan
sensibilitas berupa rasa baal pada tumit dan telapak kaki kanan.

Riwayat pekerjaan sebagai atlit lompat jauh sejak usia 16 tahun.


Riwayat jatuh/ terkilir tidak ada. Riwayat kencing manis tidak ada.
2.
Riwayat tumor atau benjolan tidak ada. Penyakit ini dialami untuk VV
pertama kalinya.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : GCS 15
3. V
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR
22x/menit, Tempt 36.8 C
Pemeriksaan neurologis :
Pada pemeriksaan didapatkan :
- Tes tinel sign (+) kanan
- Tes dorsoversi eversi kanan (+)
4. - Triple compression test kanan (+) VVV
- Pemeriksaan sensorik dengan uji raba halus dan uji nyeri pada
telapak kaki kanan didapatkan hipoesthesi pada tumit hingga
telapak kaki

2.1 Alasan prioritas


Kami memilih masalah pertama untuk dijadikan sebagai prioritas masalah
karena hal ini merupakan keluhan yang membawa Tn. Rizki datang ke poliklinik.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 8


III. Analisis Masalah
1. Tn. Rizki, 20 tahun berobat ke poliklinik saraf karena nyeri pada tumit dan telapak
kaki kanan. Sejak 3 minggu lalu penderita mengalami nyeri pada tumit dan telapak
kaki kanan. Nyeri dirasakan seperti tajam dan kadang seperti ditusuk, nyeri hilang
timbul, memberat saat berjalan atau berdiri lama, dan berkurang saat istirahat. Nyeri
tidak menjalar, intensitas nyeri ringan sampai sedang, sehingga aktivitas penderita
kerap terganggu. Terdapat gangguan sensibilitas berupa rasa baal pada tumit dan
telapak kaki kanan.
a. Apa saja penyebab yang dapat menimbulkan nyeri pada tumit dan telapak kaki?
Sella, icha, olin

o Rematik

o Metatarsalgia

o Morton’s neuroma

o Bunion

o Keseleo dan tegang otot

o Ukuran sepatu lebih kecil

o Gout arthritis

o Tendinitis

o Hammertoe

o Asam urat

o Kapalan

o Cantengan

o Penggunaan hak tinggi

b. Bagaimana klasifikasi nyeri pada kasus? Nafrah, Sylvia, bariq, sella

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 9


Nyeri neuropatik

A. Berdasarkan sumbernya

 Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.


Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)

ex: terkena ujung pisau atau gunting

 Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada cutaneus

ex: sprain sendi

 Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen,
cranium dan thoraks. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan

B. Berdasarkan penyebab:

 Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)

 Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari


emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya)
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

C. Berdasarkan lama/durasinya

 Nyeri akut

Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat
sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan
adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 10


hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area
yang rusak. Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat
agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius
mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas
perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa

 Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap


sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan
biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh
kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena
gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian.
Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien
yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang
sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri
ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampuan
fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat
klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis.
Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak
aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke
hari.
Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik

Nyeri akut Nyeri kronik


 Lamanya dalam hitungan  Lamanyna sampai
menit hitungan bulan,
 Ditandai peningkatan BP, lebih dari 6 bulan
nadi, dan respirasi  Fungsi fisiologi
 Respon pasien: Fokus pada bersifat normal
nyeri, menyetakan nyeri  Tidak ada keluhan
menangis dan mengerang nyeri
 Tingkah laku menggosok  Tidak ada aktifitas
bagian yang nyeri fisik sebagai respon
terhadap nyeri

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 11


D. Berdasarkan lokasi/letak

 Radiating pain

Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)

 Referred pain

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari jaringan
penyebab

 Intractable pain

Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)

 Phantom pain

Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh yang
diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis

c. Apa makna nyeri tajam dan kadang seperti ditusuk, nyeri hilang timbul,
memberat saat berjalan atau berdiri lama, dan berkurang saat istirahat pada
kasus? (faktor risiko) sandora, alvi, sarah
Faktor Risiko
(a) traksi atau penarikan pada bundle neurovaskular melalui septa fibrosa dari

retinaculum fleksor yang mana melekat pada bundle,

(b) vaskularisasi letak tinggi pada terowongan tarsal lebih rentan terhadap efek

cedera local vascular, dan

(c) penyakit lokal dari lipoma, ganglion cyst , farktur, tenosynovitis dan atrofi

synovial.

Lainnya: DM, obese, arthritis, vericosities, tumit varus atau valgus

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 12


d. Mengapa nyeri tidak menjalar pada kasus? Nanda , bella, farah
Karena dia inervasi dari nervus femoralis bercababng jdi tibialis poosteriro dan
fibula dan menyatu kembali di plantar, karena kl menjalar itu lgsg ke flexus tp
kl pada kasus di perifernya.
e. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan kaki terasa baal pada kasus? Olin,
sella, icha
- Plantar fasciitis
- Memar pada lemak tumit
- Pengapuran tumit = plantar fasciitis terjadi berulang
- Achilles tendinitis
- Bursitis

Kondisi medis yang dapat menyebabkan mati rasa di kaki Anda termasuk:

 Alkoholisme atau penyalahgunaan alkohol


 Penyakit Charcot-Marie-Tooth
 Diabetes dan neuropathy diabetes
 Frostbite
 Sindrom Guillain-Barré
 Herniasi disk
 Penyakit Lyme
 Neuroma Morton
 Multiple sclerosis
 Penyakit arteri perifer
 Penyakit pembuluh darah perifer
 Linu panggul
 Shingles atau herpes zoster
 Efek samping dari obat kemoterapi
 Cedera tulang belakang
 Vaskulitis atau radang pembuluh darah

1. Postur yang salah

Pada sebagian besar kasus, penyebab mati rasa paling sering terjadi karena
postur yang salah. Berdiri atau duduk dengan tumpuan satu kaki tertentu lebih

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 13


berat dari yang lain, begitu pula saat Anda tidur dan tumpuan tangan satu lebih
berat dari tangan yang lainnya, tentu akan memberikan tekanan yang lebih besar
terhadap tangan dan kaki yang menjadi titik tumpuan tersebut.

2. Diabetes

Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang berperan


dalam mengalirkan rangsangan menuju tangan dan telapak kaki Anda. Ini terjadi
karena diabetes dapat mempengaruhi sirkulasi darah yang berperan dalam
pengiriman rangsangan. Kondisi ini sebenarnya dapat berbahaya, karena tangan
dan kaki Anda jadi tidak bisa merasakan apabila tersentuh sesuatu dengan suhu
yang tinggi.

3. Tarsal tunnel syndrome

Tekanan yang berlebihan pada jemari dan pergelangan tangan, dapat


menyebabkan timbulnya gejala mati rasa pasien tarsal tunnel syndrome. Kondisi
ini akan semakin sering Anda alami, bila Anda sering melakukan gerakan
berulang tertentu, yang menyebabkan tekanan terus menerus pada pergelangan
tangan Anda.

4. Multiple sclerosis

Kerusakan pada selubung mielin yang berfungsi untuk melindungi jalur utama
pengiriman ransangan pada sistem saraf, dapat terjadi ketika Anda
terserang multiple sclerosis. Selain selubung mielin, multiple sclerosis juga
mampu memperlambat pengiriman sinyal rasa, dari dan menuju saraf.

5. Kekurangan vitamin B12

Vitamin B12 memiliki peranan dalam membentuk selubung mielin (selubung


yang berfungsi melindungi jalur utama rangsangan pada saraf). Kurangnya
ketersediaan vitamin B12 tentu akan menghambat pembentukan selubung ini
dan pengiriman rangsangan pada saraf.

f. Bagaimana mekanisme gangguan sensibilitas berupa rasa baal pada tumit dan
telapak kaki kanan? Bariq, Nafrah, alvi
Penekanan n. tibialis posterior ↓ aliran darah dan iskemik  kerusakan
endoneurial mikrovaskuler  edema, fibrosis dan demyelinisasi

Anda juga mungkin mengalami mati rasa di kaki setelah duduk yang terlalu

lama. Kehilangan sensasi ini sering disebut "going to sleep" kondisi ini terjadi
karena saraf yang mengarah ke kaki ditekan saat Anda duduk.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 14


Ketika Anda berdiri dan aliran darah kembali, kaki Anda mungkin terasa

seperti mati rasa. Sensasi pin-and-needles (kondisi seperti tertusuk jarum)

biasanya terjadi sebelum sirkulasi dan sensasi kembali ke kaki

Baal adalah rasa kebal sehingga tidak lagi merasakan dingin, sakit, dan
sabagainya; mati rasa., atau dalam istilah medis disebut hipestesia yang
merupakan gangguan sensorik negatif. Gangguan sensorik superficial atau
gangguan ekteroseptif yang negatif merupakan salah satu manifestasi sindrom
neurologic. Secara singkat gangguan sensorik negatif itu disebut defisit sensorik.
Hal tersebut tergantung pada kedudukan lesi apakah di saraf perifer, di radiks
posterior, atau dilintasan sentralnya. Untuk mempermudah pembahasan deficit
sensorik, maka istilah anesthesia dan hipestesia digunakan sebagai sinonim dari
deficit sensori.

Hipestesia yang dirasakan sesisi tubuh saja adalah hemihipestesia. Ditinjau


dari sudut patofisiologik, maka keadaan itu terjadi karena korteks sensori primer
tidak menerima impuls sensorik dari belahan tubuh kontralateral. Di dalam klinik,
hemihipestesia merupakan gejala utama atau gejala pengiring “Cerebrovascular
Disease”. Infark menduduki seluruh krus posterior kapsula interna sesisi. Biasanya
sumbatan terjadi pada arteri lentikulostriata. Bila cabang kecil dari kelompok arteria
lentikolostriata saja yang tersumbat, mungkin bagian diujung belakang krus
posterior kapsula interna saja yang terkena infark. Hal itu dapat dimengerti karena
kawasan itu hanya dilintasi serabut-serabut aferen yang berproyeksi pada korteks
sensori primer.
Infark disebabkan oleh adanya interupsi local aliran darah. Kelainan ini
merupakan bentuk tersering penyakit serebrovaskular (70-80%) dari semua
cerebrovascular accident atau “stroke”. Aterosklerosis otak merupakan penyebab
tersering infark otak, dan factor yang mempermudah seseorang mengalami
aterosklerosis adalah hipertensi, diabetes mellitus, dan merokok.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 15


Hal tersebut dapat diperkuat oleh pasien pada skenario yang merokok. Survei
Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat
penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat
pertama). Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah
jantung serta hipertensi.

Pada keadaan merokok, pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan


mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi
supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu
jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah
meningkat. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Rokok juga akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Wardoyo, 1996).
DrPipe, seorang ilmuwan, menuturkan bahwa rokok menyebabkan penumpukan
kotoran pada bagian dalam pembuluh darah (aterosklerosis), kondisi ini memberikan
kemungkinan yang lebih besar terhadap pembentukan bekuan atau gumpalan.

Infark paling sering terjadi di daerah yang diperdarahi oleh cabang-cabang


arteri serebri media. Infarks di region ini bermanifestasi sebagai hemiparesis dan
spastisitas kontralateral; berkurangnya sensasi di sisi tubuh yang berlawanan
dengan infark dan kelainan lapangan pandang.

Arteri karotis interna mempercabangkan arteri serebri media, arteri serebri


media mempercabangkan arteri lentikulostriata, arteri ini mensuplai daerah nukleus
kaudatus, putamen, globus pallidus dan kapsula interna. Daerah-daerah tersebut di
atas merupakan lokasi tersering terjadinya perdarahan intraserebral, area-area
tersebut merupakan area motorik kontralateral pada otak.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 16


Pada skenario terjadi baal pada sebeblah kiri, kemungkinan kelainan berupa
penyempitan pembuluh darah terdapat pada arteri di otak sebelah kanan, sehingga
kosteks sensori primer sebelah kanan tidak menerima impuls dari belahan tubuh
kontralateral.

g. Mengapa nyeri hanya dirasakan pada kaki kanan? Sarah, sandora, bella

2. Riwayat pekerjaan sebagai atlit lompat jauh sejak usia 16 tahun. Riwayat jatuh/
terkilir tidak ada. Riwayat kencing manis tidak ada. Riwayat tumor atau benjolan
tidak ada. Penyakit ini dialami untuk pertama kalinya.
a. Apa hubungan usia, riwayat pekerjaan dengan keluhan yang dialami pasien
dalam kasus? Farah, nanda, sella
Tidak ada hubungan usia pada kasus ini. Riwayat pekerjaan mempengaruhi
kesehatan kaki pasien dikarenakan ia seorang atlet lompat jauh yang sudah
berlangsung selama 4 tahun, selama 4 tahun itu ia menekan otot sekitar ankle
dan membuat terowongan tarsal menjadi lebih sempit dari yang sebelumnya
serta mengubah sudut dari telapak kaki itu sendiri. Akibat dari menyempitnya
terowongan, saraf tibial akan mengalami kompresi dan menyebabkan rasa nyeri
itu muncul.
b. Apa makna riwayat jatuh/ terkilir tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada,
riwayat tumor atau benjolan tidak ada pada kasus? Icha, olin, nafrah
Untuk menyingkirkan diagnosis banding. Karena dengan adanya riwayat
jatuh/terkilir dapat menyebabkan osteosarcoma jika tidak ditindakanjuti dengan
sebaik-baiknya. Riwayat kencing manis juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding seperti terjadinya diabetic foot yang membuat kaki menjadi nyeri.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 17


c. Apa makna penyakit yang baru pertama kali dialaminya pada kasus? Sylvia,
bariq, sandora
Yang berarti pasien tidak pernah mengalami penyakit apapun pada kasus, dan
menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan seperti osteosarcoma dikarenakan
riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.

3. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : GCS 15
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 22x/menit, Tempt
36.8 C
a. Apa interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus? Alvi, sarah, olin
4. Pemeriksaan neurologis:
Pada pemeriksaan didapatkan :
Tes tinel sign (+) kanan
Tes dorsoversi eversi kanan (+)
Triple compression test kanan (+)
Pemeriksaan sensorik dengan uji raba halus dan uji nyeri pada telapak kaki kanan
didapatkan hipoesthesi pada tumit hingga telapak kaki
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan neurologis pada kasus? Bella, farah,
bariq
IV. N Hasil Pemeriksaan Interpretasi Gambar
o
.
1. Tarsal tinel sign kanan ( + ) Abnormal

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 18


2. Tes dorsoversi eversi kanan ( + ) Abnormal

3. Triple compression test kanan ( + ) Abnormal

4. Pemeriksaan sensorik dengan uji Abnormal


raba halus & uji nyeri pada telapak
kaki kanan :
hipoesthesi pada tumit hingga
telapak kaki

a. Bagaimana mekanisme abnormalitas pemeriksaan tes tinel sign pada kasus?


Sella, icha, sarah

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 19


Tarsal tunnel syndrome terjadi bila syaraf tibial posterior yang terletak pada
pergelangan kaki terjebak atau tertekan, faktor yang membuat syaraf tersebut
tertekan adalah gerakan overpronation (menggerakan rotasi kaki kedalam).

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas pemeriksaan tes dorsoversi pada kasus?


Nafrah, Sylvia, farah
Saraf tibial pada terowongan tarsal akan mengalami kompresi saat melakukan
gerakan dorsofleksi dan eversi sehingga ia akan merasakan nyeri.
Membuat metatarsal = di jempol kaki dan
c. Bagaimana mekanisme abnormalitas pemeriksaan Triple compression test pada
kasus? Sandora, alvi, icha
d. Bagaimana mekanisme abnormalitas pemeriksaan sensorik dengan uji raba
halus dan uji nyeri pada telapak kaki pada kasus? Nanda, bella, sylvia
e. Bagaimana prosedur Tes tinel sign? Olin, sella, alvi
Tanda Tinel:

Caranya: peralatan yang digunakan hanya hammer medic ataupun


tangan terapis. Pada tinel sign dilakukan dengan cara perkusi nervus tibia
posterior yang terletak pada pergelangan kaki bagian medial dan kaki dalam
posisi dorsofleksi. Tinel sign positif jika terdapat nyeri atau rasa kesemutan
pada telapak kaki dalam waktu 5-10 detik

Tarsal tunnel syndrome terjadi bila syaraf tibial posterior yang terletak
pada pergelangan kaki terjebak atau tertekan, faktor yang membuat syaraf
tersebut tertekan adalah gerakan overpronation (menggerakan rotasi kaki
kedalam). Tetapi terkadang tarsal tunel syndrome terjadi oleh karena kasus
osteoarthritis, rheumatoid arthritis, tenosinovitis dan lain-lainnya.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 20


f. Bagaimana prosedur Tes dorsoversi? Bariq, nafrah, bella
Pada pemeriksaan dorsofleksieversion test kaki berada pada posisi dorsofleksi
dan eversi ditahan selama 5-10 detik sehingga terjadi pemanjang pada
metatarsophalangeal sendi (MTP), apabila postifi akan terasa nyeri pada bagian
tumit.

g. Bagaimana prosedur Triple compression test? Sarah, sandora, sella


Cara: Maksimalkan plantarflex pergelangan kaki pasien, bawa kaki dan tumit ke
dalam inversi maksimal dan tekan saraf tibialis posterior posterior ke medial

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 21


malleolus dengan jari pemeriksa. Kompresi ini diterapkan selama 30 detik. tes
ini positif jika pasien mengeluh mati rasa.

h. Bagaimana prosedur pemeriksaan sensorik dengan uji raba halus dan uji nyeri
pada telapak kaki? Farah, nanda, nafrah
Dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan sentuhan ringan, atau dengan
menggunakan tusukan peniti, yang mana pasien akan merasakan hiperalgesia
atau hipoatheisa pada area nervus plantar medial dan pada area nervus plantar
lateral jarang ditemukan atau pada seluruh telapak kaki.

Hasil pemeriksaan tambahan:

Hipotesis:
Tn. Rizki, 20 tahun, mengalami nyeri pada tumit dan telapak kaki kanan sejak 3 minggu lalu
diduga menderita Tarsal Tunnel Syndrome dengan faktor risiko riwayat pekerjaan.

Learning Issues
1. Anatomi dan fisiologi ekstremitas bawah (dengkul ke bawah)
2. Tarsal Tunnel Syndrome

a. Apa algoritma penegakan diagnosis dari kasus? Sella, olin, icha

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 22


b. Apa saja diagnosis banding pada kasus? Nafrah, bariq, Sylvia
Diagnosis banding sindrom terowongan tarsal luas, membuat diagnosis menjadi
sulit. DD termasuk plantar fasciitis, sindrom persimpangan FHL (flecxor dan
FDL di simpul Henry, Achilles tendonitis, bursitis retrocalcaneal,
polyneuropathy, kompresi akar saraf L5 dan S1, metatarsalgia Morton, sindrom
kompartemen kompartemen fleksor dalam, klaudikasio intermittent neurologis,
perubahan degeneratif, perubahan degeneratif (taji kalkanealis, artrosis sendi
kaki), dan kondisi radang ligamen dan fasia kaki dan pergelangan kaki
c. Apa diagnosis kerja pada kasus? Sandora, sarah, alvi
Tarsal Tunnel Syndrome
d. Apa definisi penyakit pada kasus? Nanda, farah, bella
Tarsal tunnel adalah ruang sempit yang terletak di bagian dalam pergelangan
kaki sebelah tulang pergelangan kaki. Terowongan ditutupi dengan ligament
tebal (flexor retinakulum yang melindungi dan memelihara struktur yang
terkandung dalam terowongan-arteri,vena,tendon dan saraf. Salah satu struktur
ini adalah saraf tibialis posterior, yang merupakan focus dari sindrom
terowongan tarsal.
Tarsal tunnel syndrome adalah kompresi pada saraf tibialis posterior yang
menghasilkan gejala dimana saja I sepanjang jalur saraf. Tarsal tunnel syndrome
mirip dengan carpal tunnel syndrome, yang terjadi dipergelangan tangan. Kedua
gangguan timbul dari kompresi saraf dalam ruang tertutup.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 23


e. Bagaimana etiologi dari penyakit? Olin, icha, sella
Tarsal tunnel syndrome memiliki etiologi intrinsik dan ekstrinsik.
 Faktor ekstrinsik meliputi sepatu yang tidak pas, trauma, kelainan anatomis-
biomekanik (koalisi tarsal, valgus atau varus hindfoot), jaringan parut pasca
operasi, penyakit sistemik, edema ekstremitas bawah umum, artropati
inflamasi sistemik, diabetes, dan jaringan parut pasca operasi.
 Faktor intrinsik termasuk tendinopati, tenosinovitis, fibrosis perineural,
osteofit, retinakulum hipertrofik, dan lesi efek massa-ruang (pembesaran
atau varises, kista ganglion, lipoma, neoplasma, dan neuroma). Insufisiensi
arteri dapat menyebabkan iskemia saraf.

f. Bagaimana epidemiologi dari penyakit? Bariq, Sylvia, nafrah


Insiden sindrom terowongan tarsal tidak diketahui. Ini adalah penyakit yang
relatif jarang dan sering tidak terdiagnosis. Ini lebih tinggi pada wanita daripada
pada pria dan dapat dilihat pada usia berapa pun.

g. Bagaimana klasifikasi dari penyakit? Sarah, alvi, sandora


h. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi dari penyakit? Farah, bella, olin
Patogenesis
 Penyebab TTS adalah kompresi saraf di terowongan tarsal. Ini dapat
timbul atas dasar idiopatik atau posttraumatic; Itu juga dapat diproduksi
oleh lesi massa.
 Pasien sering (17% hingga 43%) memiliki riwayat trauma sebelumnya,
misalnya, fraktur di dekat pergelangan kaki atau keseleo pergelangan
kaki dengan cedera ligamen medial. Arthrosis, tenosynovitis, dan
rheumatoid arthritis juga dikatakan menyebabkan sebanyak 10% dari
semua kasus. Tumor seperti schwannoma n. tibialis pada tingkat
terowongan tarsal jarang terjadi, seperti halnya ganglia (hingga 8%);
Pembuluh yang berbelit-belit lebih sering dideskripsikan (hingga 17%).
 Otot-otot hipertrofik atau tambahan (mis., Abductor hallucis) dan tendon
(mis. Tendo flexor digitorum longus) dapat mengenai terowongan tarsal
dan menekan saraf.
 Diabetes mellitus, hipotiroidisme, asam urat, mucopolysaccharidosis,
dan (sangat jarang) hiperlipidemia juga telah digambarkan sebagai
penyebab pencetus.
 TTS akut sering dijumpai setelah perlombaan maraton sebagai efek akut
dari stres mekanik yang tidak biasa.
Patofisiologi
Terowongan tarsal adalah ruang fibro-osseous sempit yang berjalan
di belakang dan lebih rendah dari medial malleolus. Hal ini dibatasi oleh
medial malleolus anterosuperior, oleh talus posterior dan kalkaneus

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 24


lateral, dan ditahan terhadap tulang oleh retinakulum fleksor yang
memanjang dari medial malleolus ke medial calcaneus dan mencegah
perpindahan medial isinya.
Terowongan tarsal mencakup banyak struktur penting. Ini berisi
tendo tibialis posterior, flexor digitorum longus (FDL), dan m. flexor
hallucis longus (FHL). A. tibialis posterior dan vena, serta n. tibialis
posterior (L4-S3), juga melewatinya. Orientasi struktur ini dalam
terowongan tarsal patut diperhatikan. Dari medial ke lateral, mereka
adalah tendo posterior tibialis, tendo FDL, arteria et vena tibialis
posterior, n. tibialis posterior, dan tendo FHL.
Nervus tibialis posterior melewati antara musculus FDL dan FHL
sebelum bercabang di terowongan tarsal, membentuk saraf plantar
medial dan lateral. Pada 5% orang, bifurkasi terjadi sebelum terowongan
tarsal. Saraf plantar medial melewati jauh ke abductor hallucis dan otot
FHL dan memberikan sensasi pada setengah medial kaki dan 3,5 digit
pertama dan fungsi motorik ke lumbricals, abductor hallucis, flexor
digitorum brevis, dan flexor hallucis brevis. Saraf plantar lateral
melewati langsung melalui otot perut abductor hallucis dan memberikan
persarafan sensorik medial calcaneus dan tumit lateral dan fungsi
motorik ke flexor digitorum brevis, quadratus plantae, dan abductor
digiti minimi. N. calcaneus medialis biasanya bercabang dari saraf
tibialis posterior proksimal ke terowongan tarsal dan memberikan
persarafan sensorik ke tumit posteromedial. Pada 25% pasien, itu
bercabang dari saraf plantar lateral atau berjalan superfisial ke
retinaculum flexor.
TTS dihasilkan dari kompresi saraf tibialis posterior atau salah satu
dari dua cabangnya, saraf plantar lateral atau medial, dalam terowongan
tarsal. Hingga 43% pasien memiliki riwayat trauma termasuk kejadian
seperti keseleo pergelangan kaki. Biomekanik abnormal dapat
berkontribusi pada perkembangan penyakit.
Menurut Upton dan McComas (1973), muncullah sebuah hipotesis
double-crush phenomenon. Hipotesis di balik fenomena ini dapat
dinyatakan sebagai berikut: Kerusakan lokal pada saraf di satu situs
sepanjang perjalanannya mungkin cukup mengganggu keseluruhan
fungsi sel-sel saraf (aksonal). Flow), sehingga sel-sel saraf menjadi lebih
rentan terhadap trauma kompresi di situs-situs distal daripada yang
biasanya terjadi.
Saraf bertanggung jawab untuk mentransmisikan sinyal aferen dan
eferen sepanjang mereka, dan mereka juga bertanggung jawab untuk
memindahkan nutrisi mereka sendiri, yang sangat penting untuk fungsi
optimal. Pergerakan nutrisi intraseluler ini dicapai melalui sejenis
sitoplasma di dalam sel saraf yang disebut axoplasma (merujuk pada
sitoplasma akson). Axoplasma bergerak bebas di sepanjang saraf. Jika
aliran aksoplasma (yaitu, aliran aksoplasma) tersumbat, jaringan saraf
yang distal ke tempat kompresi dicabut secara nutrisi dan lebih rentan
terhadap cedera.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 25


Upton dan McComas lebih lanjut menyarankan bahwa sebagian besar
(75%) dari pasien dengan satu lesi saraf perifer, pada kenyataannya,
memiliki lesi kedua di tempat lain. Para penulis menyiratkan bahwa
kedua lesi berkontribusi pada gejala pasien. Lesi ini awalnya dipelajari
dalam kasus cedera pleksus brakialis dengan peningkatan insiden
neuropati terowongan karpal. Contoh analog dari fenomena double-
crush di kaki adalah kompresi akar saraf S1, menghasilkan kemungkinan
peningkatan neuropati kompresi di saluran tarsal.

i. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit? Icha, sella, bariq


 Tigling (kesemutan) dan atau mati rasa disekitar pergelangan kaki dan pada
permukaan punggung kaki hingga kearah jari-jari kaki.
 Nyeri dapat terasa seperti terbakar atau nyeri tumpul, tetapi di ekspresikan
sebagai kram. Nyeri dirasakan memberat ketika sedang beraktifitas dan berdiri.
Namun, nyeri akan hilang, ketika beristirahat.
 Pada kasus tarsal tunnel syndrome yang berat akan didapatkan kelemahan pada
otot plantar yang menyebabkan susah untuk jari-jari kaki terbuka (menyebar).

j. Bagaimana pemeriksaan fisik pada kasus? Sylvia, nafrah, sarah


Pasien-pasien umumnya dengan gejala yang tidak jelas pada nyeri kaki,
dimana terkadang dihubungkan dengan plantar fasitis. Adanya nyeri, parestesia,
dan rasa tebal merupakan gejala yang tidak jelas. Pada beberapa kasus, adanya
atropi pada otot intrinsik kaki dapat ditemukan, meskipun secara klinik sulit
untuk dapat dipastikan. Eversion dan dorsofleksi dapat menimbulkan gejala
yang bertambah berat.4,1
Tanda Tinel (nyeri yang menyebar dan parestesi sepanjang perjalanan dari
saraf) dapat timbul pada bagian posterior dari maleolus medial. Gejala-gejala
tersebut umumnya akan berkurang saat beristirahat, meskipun tidak semua
gejala tersebut hilang seluruhnya. (Perkusi dari saraf bagian distal dengan
manifestasi berupa parestesia dikenal sebagai tanda Tinel. Hal ini jangan sampai
dibingungkan dengan tanda dari Phalen, yaitu kompresi saraf selama 30 detik,
dengan timbulnya kembali gejala-gejala tersebut).4,1

Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penurunan sensitivitas akan tekanan


ringan, tusukan dengan peniti, dan suhu pada pasien-pasien dengan distal
symmetric sensorimotor neuropathy. Pemeriksaan dengan radiografi pada

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 26


pasien-pasien dengan gangguan pada anggota geraknya menunjukkan adanya
pengurangan dari densitas tulang, penipisan pada phalang, atau adanya bukti
akan neuropathy (contoh: Charcot disease) pada long-standing neuropathies.
Sebagai tambahan adanya perubahan-perubahan pada anggota tubuh seperti pes
cavus, rambut rontok, dan ulkus. Penemuan-penemuan tersebut sangat
berhubungan dengan diabetes, amyloid neurophaty, leprosy, atau hereditary
motor sensory neurophaty (HMSN) disertai dengan gangguan sensorik.
Menipisnya jaringan perineural ditemukan juga pada kasus-kasus leprosy dan
amyloid neuropathy.
k. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus? Alvi, sandora, farah
 Pemeriksaan Electromyography (EMG) dan nerve conduction velocity
(NCV) dapatlah berguna untuk mengevaluasi penyebab dari tarsal tunnel
syndrome dan untuk memastikan adanya neuropathy. Sebagai tambahan,
dapat membedakan dari tipe-tipe dari jaringan saraf (sensorik, motorik atau
keduanya) dan patofisiologi (aksonal vs demyelinating dan simetrik vs
asimetrik) dari pemeriksaan EMG dan/atau NCV. Pemeriksaan ulang dari
EMG seharusnya dilakukan dalam waktu 6 bulan setelah tindakan operasi
yang biasanya memberikan hasil yang baik setelah penderita menjalani
tindakan dekompresi.
 Magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasonography dapat cukup
membantu yang berhubungan dengan kasus soft-tissue masses dan space-
occupying lesion lainnya pada tarsal tunnel. Sebagai tambahan, MRI
berguna dalam menilai suatu flexor tenosynovitis dan unossified subtalar
joint coalitions.
 Plain radiography juga berguna untuk mengevaluasi pasien-pasien dengan
dasar kelainan struktur dari kaki, fraktur, bony masses, osteophytes, dan
subtalar joint coalition.

l. Bagaimana tatalaksana (kajian, informasi, dan edukasi) dari penyakit pada kasus?
Bella, olin, icha
Terapi Medik
Terapi medik dari tarsal tunnel syndrome dapat dengan memberikan suntikan
lokal steroid ke dalam tarsal canal. Tindakan konservatif yang dapat diterima

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 27


pada awal terapi dari tarsal tunnel neuropathy termasuk penggunaan lokal
anestesi dan steroid, dimana dapat mengurangi nyeri. Terapi ini dapat
menghilangkan gejala, tetapi harus diberikan secara bijaksana, karena dapat
menyebabkan kerusakan pada saraf sebagai akibat dari jarum suntikan tersebut.
Physical therapy juga berguna dalam mengurangi local soft-tissue edema,
karena dapat menimbulkan tekanan pada kompartemen tersebut.
Juga pada pasien dengan gejala kontraktur pada otot gastrocnemius dari
triceps surae, stretching exercises berguna untuk meningktakan fleksibilitas dari
gastrocnemius. Pada beberapa kasus tertentu dimana pasien dengan tipe kaki pes
planovalgus, diperlukan suatu desain kaki orthosis untuk mengurangi
ketegangan dari nervus tibialis dengan mengurangi beban pada medial column.
Hal ini terbukti dengan memberikan medial longitudinal posting dengan orthosis
pada kedua hindfoot dan forefoot. Penggunaan night splints pada kaki dengan
plantar valgus foot. Penggunaan dalam jangka panjang akan meningkatkan
efektivitas, dimana hal ini terbukti pada penelitian-penelitian saat ini, tetapi hal
ini sering kali hanya digunakan pada clinical practice.
Terapi operasi
Ketika konservatif terapi dinyatakan gagal dalam mengurangi gejala-gejala
pada pasien, maka intervensi operasi dapatlah diperhitungkan. Space-
occupaying masses harusnya dihilangkan. Beberapa didapatkan adanya
neurilemoma pada saraf tibial, dimana hal ini juga harus dihilangkan.
Pengetahuan yang cukup akan anatomi haruslah dibutuhkan sebelum dilakukan
tindakan pembebasan tersebut yang nantinya akan mempunyaiefek terhadap
saraf tersebut.

External neurolysis pada saraf dapatlah dibutuhkan jika tindakan operasi


eksplorasi didapatkan adanya pelekatan atau adanya jaringan parut yang dapat
menyebabkan mengenai jaringan saraf. Terlebih lagi apabila jaringan parut atau
entrapment encapsulates mengenai dari jaringan saraf, maka tindakan external
neurolysis dengan membebaskan dari epineurium dapatlah dipertimbangkan.
Tindakan preoperasi
Pasien dalam keadaan terlentang atau posisi terlentang miring untuk
memfasilitasi bagian medial lapangan operasi. Penggunaan pneumatic
tourniquet sangatlah dibutuhkan.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 28


Tindakan Intraoperasi
Insisi berbentuk kurva haruslah 1 cm posterior dari tibia distal dan menuju
kearah plantar, sejajar dengan terowongan dan malleolus dan masuk kedalam
sustentaculum tali. Retinaculum haruslah dapat di identifikasi dan secara hati-
hati dilepaskan seluruhnya. Saraf tibialis posterior harus dapat diketahui, dilihat,
dan jangan diganggu sepanjang tindakan operasi sampai mencapai bifurcation
dari porta pedis. Dalam tindakan operasi tersebut harus dilakukan secara teliti
untuk menghindari terpotongnnya dari small calcaneal branches ini sering sekali
dikelilingi oleh jaringan lemak dan sangatlah sulit terlihat. Cabang dari medial
plantar dari saraf tibialis posterior harus dapat diidentifikasi sepanjang batas dari
sarung flexor hallucis longus. Cabang lateral harus pula diikuti sepanjang
abductor hallucis. Beberapa ikatan jaringan ikat juga dikatakan dapat
menimbulkan penarikan dari saraf dan harus secara hati-hati dibebaskan.
Setelah proses pembebasan tersebut semua cabang-cabang dari saraf tibial
haruslah terbebas dari semua permukaan yang menutupinya. Tourniquet
haruslah digunakan untuk mengobservasi dan mengontrol perdarahan. Lapisan
penutup harus digunakan, termasuk permukaan subdermal tetapi bukan flexor
retinaculum. Pada proses pelepasan dari tarsal tunnel, permukaan penutup dari
lluka operasi haruslah dilakukan dengan hati-hati dari extensor retinaculum,
karena merupakan penyebab terbanyak yang menimbulkan entrapment
neuropathy.

Tindakan Post-operatif
Suatu kompresi ringan dan immobilisasi awal haruslah dilakukan pada area yang
dioperasi dengan menggunakan splint selama 3 minggu tanpa pemberat. Setelah
splint dibuka, pasien dapat menggerakkan sendinya dan kembali ke aktivitas
semula.
Kontraindikasi
Tindakan operasi dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat kesehatan
yang belum stabil untuk dilakukan tindakan operasi. Sebelumnya pasien-pasien
harus dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelumnya apabila mereka akan
dilakukan tindakan operasi. Pada beberapa kondisi dengan gejala yang mirip
atau bersamaan dengan tarsal tunnel neuropathy. Tindakan operasi harus
dilakukan secara akurat pada kondisi yang mirip seperti tarsal tunnel syndrome

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 29


tetapi dikatakan tidak terbukti memberikan hasil yang baik setelah dilakuakn
tindakan surgical decompression. Diferensial diagnose dari tarsal tunnel
syndrome dapat termasuk adalah fasitis plantaris, stress fracture dari hindfoot,
yang paling sering adalah calcaneus, herniated spinal disk, peripheral
neurophaties seperti yang disebabkan karena diabetes atau alcohol, dan
inflammatory arthritidies seperti Reiter syndrome atau rheumatoid arthritis.
Follow-up
Pasien haruslah tidak menggunakan beban selama 3 minggu, yang berguna
untuk penyembuhan yang baik. Mobilisasi awal harus dimulai untuk
mengurangi formasi dari jaringan parut, di mana hal tersebut akan nantinya
menimbulkan compression neuropathy. Penggunaan sepatu operasi berguna
untuk mengurangi tekanan pada tempat operasi. Fisioterapi juga cukup
membantu pasien dalam meningkatkan kekuatan otot dan gerakan dan untuk
mengurangi timbulnya kembali nyeri. Setelah jahitan dibuka, pasien
diperbolehkan menggunakan sepatu yang ringan, tindakan penggunaan sepatu
yang berat dapat menyebabkan tekanan atau iritasi pada bekas operasi. Pada
pasien-pasien dengan planus foot type, penggunaan orthosis harus
dipertimbangkan untuk menstabilkan medial column.

m. Apa saja komplikasi dari penyakit pada kasus? Sella, bariq, Sylvia
Karena dari segi anatomi mempunyai efek pada area tersebut, maka beberapa
komplikasi dari tindakan dekompresi setelah dilakukan tindakan operasi akan
muncul kemudian. Kebanyakan dari semua komplikasi tersebut dapat
diminimalkan dengan diseksi yang teliti dan hati-hati dengan memperhatikan
anatominya. Laserasi dari saraf atau arteri posterior dapat secara signifikan
mempunyai efek langsung yang mengganggu fungsi kaki. Kegagalan dari
pelepasan retinaculum sepanjang perjalanan saraf dapat menimbulkan hasil post
operasi yang buruk. Hal ini merupakan penyebab tersering dari gagalnya
tindakan operasi. Akhirnya nantinya dihubungkan dengan fasitis plantaris yang
dapat menimbulkan nyeri persisten dari region medial heel setelah dilakukan
tindakan dekompresi. Pada sebuah kasus penelitian oleh Kim dan Dellon
memperlihatkan bahwa neuroma dari bagian distal saraf saphenous dapat

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 30


difikirkan sebagai penyebab dari nyeri yang terjadi terus-menerus setelah
tindakan operasi.

n. Bagaimana prognosis dari penyakit ini? Nafrah, sarah, alvi


Dekompresi yang dilakukan dengan benar dapat menghasilkan hasil yang
memuaskan. Penurunan awal yang ditandai pada nyeri dan parestesia dapat
terjadi, diikuti oleh pengurangan gejala sejauh pasien mungkin dapat
mentoleransi gejala. Penyelesaian gejala secara tuntas mungkin tidak
dimungkinkan karena gangguan ini memiliki banyak etiologi dan karena
kemungkinan kerusakan saraf ireversibel. Namun, peningkatan rasa sakit setelah
dekompresi sangat jarang terjadi.
Studi oleh Mann menunjukkan bahwa sekitar 75% pasien yang menjalani
dekompresi bedah memiliki penghilang rasa sakit yang cukup besar, dan 25%
mendapatkan sedikit atau tidak sama sekali. Mann juga menyatakan bahwa
eksplorasi bedah berulang dari pelepasan kanal tarsal sebelumnya jarang
menyebabkan manfaat yang cukup besar bagi pasien.
Ad vitam : bonam

o. Apa SKDI dari penyakit pada kasus? Sandora, farah, bella


Tingkat Kemampuan 3A – Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 31


II. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
What I
What I don’t
Learning Issues What I know Have to How I learn
know
prove
Jurnal,
Anatomi dan Internet,
Fisiologi Mata Atlas
Anatomi
Manusia
Glaukoma
Sobotta Edisi
23, Kamus
Saku
Kedokteran
Dorland Edisi
29, dan Ilmu
Penyakit
Dalam FKUI
Edisi VI.

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 32


III. Kerangka Konsep

IV. Sintesis

V. Kesimpulan

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 33


DAFTAR PUSTAKA

Laporan Tutorial Skenario C Blok 17 Page 34

Anda mungkin juga menyukai