SKENARIO A BLOK 25
Oleh: KELOMPOK G5
Tutor: dr. Eka Febri Zulissetiana, M. Bmd
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Skenario A Blok 25 Tahun 2020” sebagai tugas kompetensi
kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terima kasih
kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Eka Febri Zulissetiana, M. Bmd selaku tutor kelompok G5,
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD GAMMA 2017
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan
Tuhan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kegiatan Diskusi 4
…………………………………………………………………
Skenario ................................................................................................................. 5
I. Klarifikasi 6
Istilah .........................................................................................
II. Identifikasi 7
Masalah ....................................................................................
III. Analisis 8
Masalah .........................................................................................
IV. Keterbatasan Ilmu 33
Pengetahuan ..................................................................
V. Kerangka 34
Konsep .........................................................................................
VI. 35
Sintesis ........................................................................................................
VII. 59
Kesimpulan ................................................................................................
Daftar 60
Pustaka ........................................................................................................
3
KEGIATAN DISKUSI
4
SKENARIO A BLOK 25 Tahun 2020
Tn. L berusia 36 tahun, alamat Palembang, dibawa ke rumah sakit karena demam hilang
timbul sejak 8 hari ini. Demam berulang setelah 2 hari bebas demam. Sebelum demam
didahului menggigil, dan setelah demam diikuti dengan berkeringat banyak. Saat bebas
demam, Tn. L dapat beraktifitas seperti biasa. Keluhan lainnya berupa mual, lesu, sakit
kepala, Tn. L adalah seorang tentara yang baru pindah tugas ke Palembang 10 hari yang lalu,
sebelumnya bertugas di Bengkulu selama 1 tahun. 6 bulan yang lalu Tn. L pernah mengalami
sakit yang sama dan dirawat di RS di Bengkulu.
Pemeriksaan fisikKeadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 112 x/menit (isi dan tegangan cukup), pernafasan 22 x/menit,
temperatur axilla 39°C.
Tidak ada ruam kulit. Konjungtiva palpebra tampak pucat, sklera tidak ikterik. Tidak ada
pembesaran KGB. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal. Pada abdomen
didapatkan hepatosplenomegali ringan. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
5
I. Klarifikasi istilah
No Istilah Pengertian
.
1. Demam Peningkatan temperatur tubuh di atas normal
(>37,5°C).
2. Hepatosplenomegali Keadaan di mana pembesaran pada hati dan limfa.
3. Plasmodium vivax Spesies dari genus sporozoa yang bersifat parasit
pada sel darah merah di hewan dan manusia.
Plasmodium ini juga dapat menyebabkan malaria
tertiana.
4. Rapid diagnostic test RDT merupakan alat yang digunakan untuk
menguji ada tidaknya malaria pada pasien yang
memiliki gejala-gejala menyerupai malaria dengan
mendeteksi antigen yang berasal parasit pada darah
pasien. (WHO, 2010)
5. Menggigil Bergemetar tubuh atau suara karena kedinginan,
demam, dan takut.
6. Hemolitik Lisisnya sel darah merah sebelum waktunya.
7. Ruam kulit Perubahan nyata pada tekstur dan warna kulit yang
disebabkan oleh peradangan.
8. Ikterik Keadaan yang tidandai dengan kulit dan sklera
berwarna kuning yang disebabkan oleh akumulasi
bilirubin pada kulit dan membrane mukosa.
9. Apusan darah tipis Preparat yang dibuat dari setetes darah yang
diapuskan seluas area kaca objek sehingga dapat
menentukan kepadatan dan jenis parasit.
6
II. Identifikasi Masalah
dirawat di RS di Bengkulu.
7
Hasil pemeriksaan RDT.
8
pertama, pola panas tidak beraturan, baru kemudian polanya yang klasik tampak
sesuai spesiesnya.
Pada malaria vivax dan ovale (tersiana) skizon setiap brood (kelompok)
menjadi matang setiap 48 jam sehingga periode demamnya bersifat tersiana, pada
malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, hal ini terjadi
dalam 72 jam sehingga demamnya bersifat kuartan. Masa tunas intrinsik berakhir
dengan timbulnya serangan pertama (first attack). Tiap serangan terdiri atas
beberapa serangan demam yang timbulnya secara periodik, bersamaan dengan
sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga tergantung pada jumlah parasit
(cryogenic level, fever treshold). Berat infeksi pada seseorang ditentukan dengan
hitung parasit (parasite count) pada sediaan darah. Demam biasanya bersifat
intermitten (febris intermitten), dapat juga remitten (febris remitens) atau terus
menerus (febris continua).
9
- Anemia (pucat): dikarenakan sel darah merah banyak yang dihancurkan
oleh spleen sehingga mengakibatkan penurunan jumlah, hal ini
mengakibatkan terjadinya anemia.
10
2. Tn. L adalah seorang tentara yang baru pindah tugas ke Palembang 10 hari
yang lalu, sebelumnya bertugas di Bengkulu selama 1 tahun. 6 bulan yang lalu
Tn. L pernah mengalami sakit yang sama dan dirawat di RS di Bengkulu.
a. Bagaimana hubungan penyakit sebelumnya dengan keluhan sekarang?
Pada infeksi P. vivax dan P. ovale, beberapa parasit dapat dalam fase di hati
selama beberapa bulan hingga sekitar 4 tahun setelah seseorang digigit nyamuk
yang terinfeksi. Ketika parasit ini keluar dari hibernasi dan mulai menyerang sel
darah merah kembali (relaps), akan terjadi infeksi ulang.
11
- Keadaan umum: Semua gejala yang terjadi pada malaria tertiana
Menyebabkan keadaan umum tampak sakit sedang.
- Tekanan darah: merozoit menempel di RBC rupturnya eritrosit
hematokrit menurun tekanan darah menurun.
12
- Nadi: Kompensasi tubuh akibat hemolysis dan kenaikan suhu tubuh
Takikardi.
- Suhu: Inflamasi plasmodium memicu keluarnya sitokin demam.
4. Tidak ada ruam kulit. Konjungtiva palpebra tampak pucat, sklera tidak ikterik.
Tidak ada pembesaran KGB. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas
normal. Pada abdomen didapatkan hepatosplenomegali ringan. Pemeriksaan
lain dalam batas normal.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik spesifik?
No. Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
1. Kulit Tidak ada ruam kulit (-) Normal
13
Sporozoit-sporozoit yang tidak berhasil dicerna oleh sel Kupffer Akan
menginvasi hepatosit dengan interaksi antara ligan di permukaan parasit
yaitu TRAP (thrombospondin-related anonymous protein) dengan
reseptornya di permukaan hepatosit yaitu sulfated heparan glycan
Hepatosit yang sudah terinfeksi akan membentuk vakuola khusus di dalam
sitoplasmanya yaitu vakuola parasitoforus, sebagai tempat berkembangnya
sporozoite Banyaknya sporozoit yang bersirkulasi menuju sinusoid hati
akibat cocoknya reseptor di hepatosit dengan ligan pada parasite Hepar
melakukan kompensasi dengan memperbanyak jumlah sel Menyebabkan
sinusoid-sinusoid hati melebar Dilatasi sinusoid paling berperan dalam
pembesaran jaringan hepar Hepatomegali.
14
b. Bagaimana mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan laboratorium?
- Anemia dan Apusan darah tepi hemolitik: Merozoit berikatan dengan
reseptor duffy antigent pada permukaan sel darah merah menginvasi
retikulosit berkembang biak secara aseksual dalam retikulosit
mengalami proses skizogoni menjadi tropozoit imatur stadium cincin
terjadi maturasi tropozoit berkembang menjadi skizon eritrosit ruptur
Hemolitik anemia Apusan darah tepi terdapat gambaran hemolitik.
15
2) Biarkan apusan darah tebal dan tipis mengering pada tempat yang
datar dan terlindung dari debu, lalat, dan sengatan panas.
16
Pemeriksaan: Normal: Interpretasi:
Apusan darah tipis Tidak ada Abnormal
gambaran parasit (ring form dan schuffner
dots)
17
Mekanisme abnormalitas:
- Pemeriksaan rapid diagnostic test abnormal: Infeksi Plasmodium
vivax Saat stadium aseksual akan dihasilkan Plasmodium vivax-
specific lactate dehydrogenase (LDH) sebagai antigen dari P.vivax
pada sirkulasi darah perifer Pemeriksaan RDT menggunakan
darah tepi antigen ditangkap oleh antibodi monoclonal terjadi
perubahan warna yang tervisualisasi dalam bentuk garis merah jambu
RDT positif jenis Plasmodium vivax.
18
Hipotesis:
Tn. L diduga mengalami demam malaria vivax relaps.
19
Coma
- Ensefalitis viral
- Meningoencephalitis bakterial
- Meningitis fungal dan protozoal
- Typhoid cerebral
- Abses otak
- Heat stroke
- Leptospirosis
- Glomerulonehritis
Kuning dan Hepatomegali
- Hepatitis viral
- Demam kuning
- CMV dan EBV
- Leptospirosis
b) Berdasarkan manifestasi klinis
P. falciparum P. vivax P. ovale P. malariae
Siklus
ekoeritrosit 5-7 8 9 14-15
primer (hari)
Siklus aseksal
dalam darah 48 48 50 72
(jam)
Masa prepaten 6-25 8-27 12-20 18-59
(hari)
Masa inkubasi 7-27 13-17 14 23-69
(hari)
Keluarnya
gametosit 8-15 5 5 5-23
(hari)
Jumlah
merozoit per 30.000-40.000 10.000 15.000 15.000
skizon jaringan
Siklus
20
sporogoni 9-22 8-16 12-24 16-35
dalam nyamuk
(hari)
Ukuran 1/4-2/3
tropozoit 1/5-1/3 1/4-2/3 1/4-2/3 diameter
dibandingkan diameter diameter diameter eritrosit, tetapi
diameter eritrosit eritrosit eritrosit biasanya
eritosit tampak bentuk
sabuk (band)
Gambaran Tetap tidak Membesar Membesar, Tetap tidak
eritrosit berubah dan berwarna oval dengan berubah atau
terinfeksi pucat ujungnya menjadi lebih
yang bergigi kecil dan
kadangkala
berwarna leih
gelap
Dots pada Biasanya tidak
eritrosit ada. Pada
terinfeksi beberapa sel Kecil Selalu
yang terinfeksi kemerahan nampak besar Tidak ada
tropozoit tua, (Schuffer (James dots)
butiran besar dots)
kemerahan
(Maurer clefts)
Stadium yang Tropozoit atau
ditemukan gametosit atau Semua Semua Semua
keduanya stadium stadium stadium
bersama. ditemukan ditemukan ditemukan
Beberapa pada 1 pada 1 pada 1 sediaan
tropozoit dapat sediaan darah sediaan darah darah yang
ditemukan yang sama yang sama sama
dalam 1 sel.
21
3. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Jawaban:
Malaria vivax relaps tanpa komplikasi et causa infeksi Plasmodium vivax.
22
Maluku, Irian Jaya, dan Lombok sampai Nusa Tenggara Timur. Beberapa daerah
di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi, dan Batam juga terdapat jumlah
kasus malaria yang cenderung meningkat.
23
Pekerjaan petani/nelayan/buruh memiliki prevalensi yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok orang yang tidak bekerja, wiraswasta, pegawai, dan
profesi lainnya. Hal ini akibat besarnya peluang kelompok ini untuk terpapar
dengan vector malaria.
Penduduk yang tinggal di pedesaan memiliki prevalensi 7,1% untuk kasus malaria
dibandingkan penduduk di perkotaan. Hal ini juga disebabkan oleh fakta bahwa
habitat vector malaria adalah wilayah pedesaan.
Berdasarkan kelompok umur dapat diketahui bahwa kelompok usia 25-34 tahun
memiliki prevalensi tertinggi. Hal ini diasumsikan sebagai kelompok usia
produktif sehingga memiliki peluang yang lebih tinggi untuk tertular malaria
melalui gigitan nyamuk di luar rumah.
Tentara juga kemungkinan berpeluang untuk terkena malaria karena pekerjaannya
yang lebih banyak diluar rumah, terlebih berada di wilayah endemis
24
plasmodium dari famili plasmodidae, ordo Eucoccidiorida, kelas Sporozoasida, dan
filum Apicomplexa.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi sel darah merah dan mengalami
pembiakan aseksual dijaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh
nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium, sementara
itu ada empat plasmodium dapat menginfeksi manusia, yang sering dijumpai ialah
plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, dan plasmodium
ovale, dan plasmodium knowlesi.
Infeksi parasite malaria dimulai saat anopheles betina menggigit manusia dan
melepasan sporozoite ke dalam pembuluh darah dan berkembang di sel parenkim hati
dalam bentuk aseksual skizon intrahepatic. Pada spesies tertentuyaitu P. vivax dan P.
ovale sebagian parasite didalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan
sampai bertahun-tahun yang dapat menyebabkan relaps malaria.
25
membesar membentuk tropozoit. Tropozoit berkembang biak secara aseksual yang
kemudian ruptur dan mengeluarkan eritrositik merozoit, yang secara klinis ditandai
dengan demam. Beberapa dari merozoit ini berkembang menjadi gametosit jantan dan
gametosit betina, sekaligus melengkapi fase siklus aseksual pada manusia. Gametosit
jantan dan gametosit betina ini dicerna oleh nyamuk Anopheles betina saat mengisap
darah dari manusia. Dalam perut nyamuk, gametosit jantan dan betina ini bergabung
untuk membentuk zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus
dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar, nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke
manusia.
26
9. Bagaimana pemeriksaan fisik dari penyakit pada kasus?
Jawaban:
a) Anamnesis
Riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke daerah
endemis malaria, dan trias malaria (keadaan menggigil yang diikuti dengan
demam dan kemudian timbul keringat yang banyak; pada daerah endemis
malaria, trias malaria mungkin tidak ada, diare dapat merupakan gejala utama).
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
1) Keluhan: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegalpegal.
2) Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
3) Riwayat berkunjung ke daerah fokus atau endemis tinggi malaria.
4) Riwayat tinggal di daerah fokus atau endemis tinggi malaria.
Setiap penderita dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu
ditanyakan riwayat kunjungan ke daerah endemis malaria.
Kriteria diagnosis menurut rekomendasi WHO tahun 2010:
27
b) Pemeriksaan fisik
1) Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
2) Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3) Sklera ikterik
4) Pembesaran Limpa (splenomegali)
5) Pembesaran hati (hepatomegali)
28
1) Malaria Falsiparum dan Malaria Vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivax,
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja
dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan
dosis 0,25 mg/kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah
dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk
malaria vivaks.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari,
dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan
primakuin
29
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta
primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
30
WHO menetapkan prinsip langkah pencegahan malaria adalah:
(A) Awareness (Pengetahuan)
Kewaspadaan terhadap risiko malaria dengan cara mengetahui segala hal yang
berisiko untuk terkena malaria, habitat nyamuk Anopheles, sedari masa inkubasi
dan gejala utamanya.
(B) Bites prevention (Pencegahan gigitan nyamuk)
a) Hindari gigitan nyamuk terutama menjelang senja hingga fajar dengan cara:
- Membatasi aktivtas luar saat menjelang senja hingga fajar.
- Memakai pakaian yang sesuai, misalnya dengan memakai baju lengan
panjang dan celana panjang.
- Tutup jendela dan pintu rapat-rapat atau menggunakan kelambu yang
menggunakan insektisida.
- Menggunakan spray atau losion anti nyamuk yang mengandung
diethyltoluamide (DEET)
b) Bersihkan daerah-daerah yang memungkinkan untuk menjadi sarang nyamuk:
- Menutup rapat tempat penampungan air.
- Menguras bak mandi dan membuang/mengganti genangan-genangan air
secara rutin.
- Mengubur kaleng bekas atau wadah kosong ke dalam tanah.
(C) Chemoprophylaxis (Kemoprofilaksis)
Pemberian obat profilaksis. Doksisiklin: diberikan 1-2 hari sebelum
keberangkatan, diminum pada waktu yang sama pada setiap harinya, sampai 4
minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Obat ini tidak boleh diberikan
kepada anak-anak <8 tahun dan ibu hamil.
- Dosis dewasa: 1x100mg
- Dosis anak 28 tahun: 2mg/kgBB/hari, maksimum 100mg
Untuk daerah dengan infeksi P.vivax:
Primakuin dengan cara pemberian yang sama dengan pemberian obat
malaron. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien defisiensi G6PD, ibu
hamil dan menyusui (kecuali bayi yang disusui mempunyai bukti dokumen
dengan level G6PD yang normal).
- Dosis dewasa: primakuin basa 1x30mg
31
- Dosis anak: primakuin basa 0,5mg/kgBB/hari, maksimum 30mg/hari,
dikonsumsi saat makan.
Sebagai terapi anti relaps pada infeksi P.vivax dan P.ovale:
Primakuin diberikan pada orang-orang yang telah terkena eksposur yang
lama terhadap P.vivax dan P.ovale. Obat ini diberikan selama 14 hari setelah
meninggalkan daerah endemis malaria dan tidak boleh diberikan pada pasien
defisiensi G6PD, ibu hamil dan menyusui (kecuali bayi yang disusui
mempunyai bukti dokumen dengan level G6PD yang normal).
- Dosis dewasa: primakuin basa 1x30mg
- Dosis anak: primakuin basa 0,5mg/kgBB/hari, maksimum 30mg/hari
(D) Diagnosis dan treatment
Meskipun upaya pencegahan (A, B dan C) telah dilakukan, risiko tertular
malaria masih mungkin terjadi. Oleh karena itu jika muncul gejala malaria segera
berkonsultasi ke fasilitas kesehatan untuk memastikan apakah tertular atau tidak.
Diagnosis malaria secara dini dan pengobatan yang tepat sangat penting. Segera
dapatkan diagnosis dan terapi apabila mengalami gejala malaria yang muncul 1
minggu setelah memasuki daerah rawan malaria sampai 3 bulan setelah
meninggalkan daerah tersebut.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan
kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan
dosis 100mg/hari. Obat ini diminum 1 hari sebelum bepergian, selama berada di
daerah tersebut sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu
hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 3
(tiga) bulan.
Pemberian obat kemoprofilaksis diutamakan pada orang dengan risiko
tinggi terkena malaria karena pekerjaan dan perjalanan ke daerah endemis tinggi
dengan tetap mempertimbangkan keamanan dan lama dari obat yang digunakan
tersebut.
32
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
33
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
1. Malaria Algoritme - -
penegakan
diagnosis, definisi,
epidemiologi,
etiologi, faktor
risiko, klasifikasi,
patofisiologi,
patologi, diagnosis,
pemeriksaan fisik, Jurnal,
pemeriksaan textbook,
penunjang, internet
tatalaksana,
komplikasi,
prognosis, SKDI
2. Plasmodium Jenis-jenis dan - -
gejala
34
V. Kerangka Konsep
35
VI. Sintesis
A. Malaria
2. Alur Penegakan Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis (anamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap
penderita dengan demam harus dilakukan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria WHO.
Untuk anak <5 tahun diagnosis menggunakan MTBS namun pada daerah endemis
rendah dan sedang ditambahkan riwayat perjalanan ke daerah endemis dan
transfusi sebelumnya. Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau pucat
untuk dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Diagnosis pasti malaria harus
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji
diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test=RDT).
A. Anamnesis
Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka
anamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap
pasien dengan demam harus dilakukan. Keluhan utama pada malaria
adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal. Pada anamnesis
juga perlu ditanyakan :
1) Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
2) Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
3) Riwayat sakit malaria / riwayat demam.
4) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
5) Riwayat mendapat transfusi darah.
6) Riwayat menginap / tinggal di hutan.
B. Pemeriksaan fisik
1. Demam (>37,5ºC aksila).
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Pembesaran limpa (splenomegali) pada keadaan kronik.
4. Pembesaran hati (hepatomegali) pada keadaan kronik
36
C. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan dengan mikroskopik merupakan gold standard
(baku emas) untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan
mikroskopik dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan
tipis. Pemeriksaan ulang darah dapat sampai 72 jam (untuk
antisipasi P.vivax). Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis di
rumah sakit / puskesmas / laboratorium untuk menentukan:
a. Ada tidaknya parasit malaria;
b. Spesies dan stadium plasmodium;
c. Jumlah parasit / kepadatan parasit.
Semi Kuantitatif
a. (-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
b. (+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)
c. (++) = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)
d. (+++) = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)
e. (++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
37
Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan adalah :
a. Hematologi rutin.
b. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan
SGPT, alkali fosfatase, albumin / globulin, ureum, kreatinin,
natrium dan kalium, analisis gas darah).
c. Urinalisis.
d. Foto toraks.
e. Lumbal punksi pada penurunan kesadaran atau gangguan
neurologis.
Pemeriksaan ulang darah dapat sampai 72 jam (untuk antisipasi
P.vivax). Gejala klinis berupa demam atau pucat. Pengobatan yang
diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia termasuk
stadium gametosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk
mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan
rantai penularan.
38
3. Definisi
Penyakit malaria ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit
plasmodium di dalam eritrosit. Infeksi malaria dibuktikan dengan pemeriksaan
mikroskopik yang positif, adanya antigen malaria dengan tas cepat, ditemukan
RNA/DNA parasit pada pemeriksaan PCR. Infeksi malaria dapat memberikan
gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Penyakit ini dapat
berlangsung akut ataupun kronis. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria
berat.
4. Epidemiologi
Peta penyebaran Malaria tahun 2016 dalam World Malaria Report 2016
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk
endemik malaria menurut World Health Organization (WHO). Selain itu, angka
Annual Parasite Incidence (API) atau jumlah kasus positif malaria per 1.000
penduduk dalam 1 tahun, yang dimuat dalam Infodatin Malaria 2016,
39
menunjukkan bahwa rata-rata angka API Indonesia tahun 2015 adalah sebesar 0.85
(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016)
5. Klasifikasi
Terdapat lima jenis malaria, yaitu:
Malaria Falsiparum (malaria tropika)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul
intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria
berat yang menyebabkan kematian.
Malaria Vivaks (malaria tersiana)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax.
Malaria Ovale
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya
bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
Malaria Malariae (malaria kuartana)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium malariae. Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 3 hari.
Malaria Knowlesi
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai
malaria falsiparum.
6. Etiologi
40
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yang menginfeksi
manusia yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,
Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi.
7. Faktor Resiko
1. Tinggal di daerah endemis malaria.
2. Berpergian menuju daerah endemi malaria.
a. Tanpa profilaksis
b. Tanpa perlindungan diri
Obat obatan (profilaksis)
Berada di luar ruangan (terpapar nyamuk)
Tidak menggunakan obat nyamuk
Tidak menakan kelambu, kawat nyamuk
Keluar rumah pada senja, atau saat fajar (waktu aktif nyamuk)
3. Wanita hamil (penekanan sistim imun selama kehamilan)
4. Anak kecil (sistem imun belum sebaik orang dewasa).
5. Orang tua
6. Imunosupressed, orang dengan splenektomi
41
menjaga keseimbangan oksigen dan menjaga kelembaban udara di dalan
rumah.
c) Suhu udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni
atau masa inkubasi ekstrinsik.Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi
ekstrinsik dan sebaliknya makin rendah suhu siklus ekstrinsik makin tinggi.
d) Musim
Terdapat hubungan langsung antara musim dan perkembangan larva
nyamuk anopheles menjadi bentuk dewasa. Nyamuk anopheles akan lebih
cepat berkembang pada musim hujan apalagi pada hujan yang deras dengan
jumlah hari hujan yang cukup lama sebab hal itu akan mempengaruhi tempat
nyamuk anopheles atau tempat perindukannya berkembang.
e) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan
saat terbangnya kedalam atau keluar rumah adalah salah satu faktor yang ikut
menentukan jumlah kontak antara manusia dengan nyamuk.
f) Saluran pembuangan air limbah
Saluran pembuagan air limbah juga dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit malaria, apabila saluran air limbah tersebut tidak diperhatikan dengan
baik keadaan sanitasinya serta aliran limbahnya apakah tergenang atau tidak
sebab nyamuk anopheles menyukai tempat yang airnya statis atau mengalir
sedikit. Air limbah yang tidak diolah dengan baik akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup diantaranya menjadi
transmisi atau media berkembang biak nyamuk.
g) Berpergian ke daerah dimana ada penyakit malaria malaria dan tidak
minum obat untuk mencegah malaria sebelum, selama, dan setelah perjalanan,
atau tidak minum obat dengan benar. Berada di luar, terutama di daerah
pedesaan, pada waktu senja dan fajar (malam hari), yaitu waktu aktif dari
nyamuk yang menularkan malaria. Tidak mengambil langkah pencegahan
untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk.
h) Kebanyakan orang dewasa yang tinggal di daerah yang ada penyakit
malaria, telah mengembangkan kekebalan parsial terhadap penyakit ini karena
pernah terinfeksi, sehingga hampir tidak pernah berkembang menjadi penyakit
parah. Namun anak-anak yang tinggal di daerah ini dan wisatawan yang
42
datang ke daerah ini berisiko terkena malaria karena mereka belum
mempunyai kekebalan terhadap malaria.
i) Wanita hamil lebih mungkin terkena malaria berat dibandingkan
wanita yang tidak hamil, karena sistem kekebalan tubuhnya ditekan selama
kehamilan. Wanita hamil, anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang
memiliki masalah kesehatan lain, lebih mungkin mengalami komplikasi serius
ketika mereka terkena malaria.
j) Orang yang limpanya diangkat (splenektomi) dapat terkena malaria
yang lebih parah.
44
Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax.
1. Siklus hidup plasmodium
Pada saat nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama
kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi
tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-
30.000 merozoit hati (tergantung speciesnya). Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.
Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat imunitas tubuh menurun, akan
menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
45
speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina).
9. Diagnosis Banding
a. Demam tifoid
Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare,
obstipasi), lidah kotor, bradikardia relatif, roseola, leukopenia, limfositosis
relatif, aneosinofilia, uji serologi dan kultur.
b. Demam dengue
Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala,
nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan
jumlah trombosit dan kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit dan tes
serologi (antigen dan antibodi).
c. Leptospirosis
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival
injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri betis yang
mencolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau
tes serologi positif.
d. Cikungunya
Demam tinggi, sakit kepala, atralgia dan mialgia.
46
10. Manifestasi klinis
Pada malaria demam merupakan gejala utama. Pada permulaan sakit, dapat
dijumpai demam yang tidak teratur. Sifat demam akut (paroksismal) yang
didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian
berkeringat banyak. Periodisitas gejala demam tergantung jenis malaria. Selain
gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah,
diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Pada orang-orang yang tinggal di daerah
endemis (imun) gejala klasik tidak selalu ditemukan.
Gejala klasik malaria disebut dengan ‘Trias Malaria’ yang secara berurutan:
- fase dingin (15-60 menit) : pasien menggigil dan sering kali membungkus
tubuhnya dengan selimut, perasaan sangat dingin, gigi gemertak, nadi cepat
tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiruan (sianotik), kulit kering dan
terkadang muntah
- fase panas (2-4 jam): Demam adalah gejala utama malaria dengan sifat demam
akut (paroksismal) mengikuti jenis parasitnya pasien merasakan demam,
merasa kepanasan, muka merah, kulit kering, sakit kepala, dan sering kali
muntah. Nadi kembali kuat, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat
meningkat hingga 41⁰C.
Demam pada malaria falsiparum dapat terjadi setiap hari; demam pada malaria
vivax/ovale yang terjadi setiap 3 hari dengan interval 2 hari bebas demam;
47
demam pada malaria kuartana terjadi setiap 4 hari dengan interval 3 hari bebas
demam.
- Fase berkeringat (2-4 jam): pasien berkeringat sangat banyak dan temperatur
tubuh turun kadang sampai di bawah normal dan penderita merasa sehat
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatograi. Sebelum menggunakan RDT perlu
dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan
RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi.
13. Tatalaksana
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan simptomatik dan radikal
malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh
manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis
dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
48
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
a. Pengobatan Simptomatik
Pemberian antipiretik pada anak demam untuk mencegah hipertermia
dengan dosis paracetamol 15 mg/kgBB/dosis setiap 4-6 jam. Apabila terjadi
hipertermia (suhu rektal >40°C), berikan paracetamol dosis inisial 20
mg/kgBB/dosis dilanjutkan dengan dosis rumatan 15 mg/kgBB/dosis. Pada
anak kejang, sebaiknya berikan diazepam intravena perlahan dengan dosis 0,3-
0,5 mg/kgBB/dosis atau diazepam rektal 5 mg (berat badan <10 kg) atau 10
mg (berat badan >10 kg), dan segera rujuk ke rumah sakit, karena kejang
merupakan salah satu gejala malaria berat yang membutuhkan penanganan
lanjutan. Suplementasi zat besi dengan atau tanpa zinc secara bermakna
meningkatkan kadar hemoglobin pada penderita malaria tropikana di daerah
endemis. Namun, pemberian zat besi pada malaria dengan anemia ringan tidak
dianjurkan, kecuali bila disebabkan oleh defisiensi besi.
b. Pengobatan Malaria
49
- Malaria Falsiparum dan Malaria Vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT
ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan
malaria vivax, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada
hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks
selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Primakuin tidak boleh
diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
50
dan Primakuin
Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin
51
- Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
- Tabel 3. Pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax/P.ovale dengan
DHP + Primakuin
Catatan:
a) Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila penimbangan
berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur.
b) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c) Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
d) Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
14. Komplikasi
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria
berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi Plasmodium falciparum
dengan salah satu lebih komplikasi yang terdiri dari malaria serebral (koma),
asidemia/asidosis, anemia berat, gagal ginjal akut dan hipoglikemia. Patogenesis
malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh
darah. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan
menyebabkan anemia. Beratnya anemia tidak sebanding dengan parasitemia, hal
ini menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Diduga
terdapat toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian
52
eritrosit pecah saat melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
menyebabkan anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
15. Prognosis
Sebagian besar anak dengan malaria tanpa komplikasi akan menunjukkan
perbaikan dalam 48 jam setelah mulai pengobatan dan bebas demam setelah 96
jam. Apabila malaria dapat dideteksi dini dan diberi pengobatan yang tepat,
prognosis malaria tanpa komplikasi pada anak umumnya baik.
16. SKDI
B. Plasmodium
Ciri M. falcifarum M. tertiana M. kuartana M. ovale
Interval
Panas 48jam 72 jam 48jam
24,36,48jam
Relaps - Vv Vv V
53
Recrudensi Vv - - V
Jarang
Splenomegali Jarang
Splenomegali splenomegali
splenomegali
Jarang
Anemiahemolysis Anemia kronik anemia Anemia kronik
Jarang terjadi
Manifestasi klinis Syok Jarang terjadi syok Jarang terjadi syok
syok
Gejala serebral;
edema paru;
hipoglikemi.
54
C. Apusan Darah Tipis
I. Tata Cara Pengambilan Darah Jari
1) Posisikan telapak tangan kiri pasien menghadap ke atas, pilih jari ke tiga dari
ibu jari. (Pada bayi, ibu jari kaki dapat digunakan sedangkan pada orang
dewasa dan anak-anak, ibu jari tidak boleh digunakan)
a) Gunakan sarung tangan
b) Bersihkan jari dengan kapas alkohol
55
c) Keringkan jari menggunakan kapas yang bersih
d) Tusuk ujung jari dengan lancet, sambil menekan dengan lembut ujung jari
56
4) Pegang ujung kaca sediaan, tekan sedikit ujung jari dan keluarkan satu tetes
darah, kira-kira sebesar ini ●, ke bagian tengah kaca untuk sediaan darah
tipis
5) Tekan sedikit lagi, ambil dua atau tiga tetes yang lebih besar untuk sediaan
darah tebal
57
5) Apusan Darah Tebal
a) Gunakan sudut kaca penggeser, campurkan 3 tetes darah dengan cepat dan
merata. Sebarkan dengan gerakan memutar 3 sampai 6 gerakan.
6) Biarkan apusan darah tebal dan tipis mengering pada tempat yang datar dan
terlindung dari debu, lalat, dan sengatan panas.
58
7) Apusan darah yang sudah mengering dibungkus dengan rapi dan dikirim ke
laboratorium Puskesmas secepat mungkin disertai formulir catatan pasien.
59
VII.Kesimpulan
Tn. L usia 36 tahun, mengalami malaria vivax relaps tanpa komplikasi et causa infeksi
Plasmodium vivax.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam, Reza, Rosaline NI Krimadi, Rustam Siregar, Endang Dewi Lestari, Harsono
Salimo. 2016. Profil Infeksi Plasmodium, Anemia dan Status Nutrisi pada Malaria
Anak di RSUD Scholoo Keyen, Kabupaten Sorong Selatan. Sari Pediatri, Vol. 17, No.
6.
CDC. 2017. “Malaria”. Diakses dari https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html pada 25
Agustus 2020.
Cook GC, Zumla AI. 2009. Manson’s Tropical Disease Twenty-Second Edition. British
(London): British Library Cataloguing in Publiction Data
Depkes RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Ditjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI.
Fauci, A.S. and Kasper, D.L., 2013. Harrison's Infectious Diseases. McGraw-Hill.
Gillet et al. 2010. External quality assessment on the use of malaria rapid diagnostic tests in a
non-endemic setting. Malaria Journal, 9:359.
Global Health, Division of Parasitic Diseases and Malaria. 2019. Malaria.
https://www.cdc.gov/malaria/about/disease.html. Diakses 25 Agustus 2020 pukul 19.02
WIB.
Herdiana H, Cotter C, Coutrier FN, Zarlinda I, Zelman BW, Tirta YK, Greenhouse B,
Gosling RD, Baker P, Whittaker M, Hsiang MS. 2016. Malaria risk factor assessment
using active and passive surveillance data from Aceh Besar, Indonesia, a low endemic,
malaria elimination setting with Plasmodium
Kasper, D. L., Fauci, A. S., Hauser, S. L., Longo, D. L. 1., Jameson, J. L., & Loscalzo, J.
2018. Harrison’s principles of internal medicine (20th ed.). McGraw Hill Education.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria. Jakarta:
Kemenkes.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2019. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia
Rinawati, Weny dan Henrika, Fify. 2019. Diagnosis Laboratorium Malaria. Jakarta:J Indon
Med Assoc, Volum: 69, Nomor: 10.
P. Vivax Information Hub. 2016. P. Vivax relapse. https://www.vivaxmalaria.org/p-vivax/p-
vivax-relapses. Diakses 25 Agustus 2020 pukul 19.12 WIB.
Pratamawati, D. A. et al. (2019) ‘Potensi Penularan Malaria Pada Prajurit Tentara Nasional
61
Indonesia (Studi Pada Batalyon Infantri 411 Kota Salatiga)’, Vektora : Jurnal Vektor
dan Reservoir Penyakit, 11(1), pp. 53–62. doi: 10.22435/vk.v11i1.1594.
Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes
RI. Eksplorasi P. knowlesi pada primata telah dilakukan sejak tahun 2006 dan infeksi
pada primata mulai ditemukan pada tahun 2012.
Setiadi W, Sudoyo H, Trimarsanto H, Sihite BA, Saragih RJ, Juliawaty R, Wangsamuda S,
Asih PB, Syafruddin D. 2016. A zoonotic human infection with simian malaria,
Plasmodium knowlesi, in Central Kalimantan, Indonesia. Malar J. 15:218. doi:
10.1186/s12936-016-1272-z.
Sulistyaningsih E, Fitri LE, Löscher T, Berens-Riha N. 2010. Diagnostic difficulties with
Plasmodium knowlesi infection in humans. Emerg Infect Dis. 16(6):1033-4. doi:
10.3201/eid1606.100022. WHO (2020) Malaria. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malaria.
The USAID Quality Assurance Project (QAP), University Research Co., LLC, and the World
Health Organization (WHO), Bethesda, MD, and Geneva. 2009. How to use a rapid
diagnostic test (RDT): A guide for training at a village and clinic level (Modified for
training in the use of the Generic Pf-Pan Test for falciparum and non-falciparum
malaria).
Triajayanti, Ade dan Oktarlina, Rasmi Zakiah. 2017. Peran Antioksidan pada Buah Delima
dan Buah Merah (Pandanus conoideus) terhadap Splenomegali pada Penderita Malaria.
Lampung: Medula, Volume 7, Nomor 4 hal. 94.
62