Anda di halaman 1dari 51

1.

Satria, seorang anak laki-laki usia 2 tahun 4 bulan, dibawa ibunya ke


fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) karena terdapat demam
sejak dua minggu yang lalu, demam tidak tinggi, naik turun, turun
dengan obat penurun panas. Terdapat anoreksia. Tidak ada muntah,
batuk dan sesak nafas. Buang air besar (BAB dan kecil (BAK) tidak ada
keluhan.
a. Apa saja penyakit yang dapat menyebabkan demam 2 minggu pada
kasus? 1 12 11
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang
jelas, diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik,
pemeriksaan fisis, dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya
tonsilitis akut.
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik
tidak dapat ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis,
namun dapat ditelusuri dengan tes laboratorium, misalnya demam
tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah
sindrom virus.
b. Bagaimana mekanisme demam pada kasus? 2 1 12
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau
oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan
pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi akibat mikro
organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE
(faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor
necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada
hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk
prostaglandin. Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point
hipotalamus. Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah
dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber
pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain. Kemampuan anak
untuk beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis
demam sangat tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin
kecil kemampuan untuk merubah set-point dan memproduksi panas.
Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai dengan gejala
demam.
c. Apa makna Tidak ada muntah, batuk dan sesak nafas? 3 2 1
Yang berarti ia tidak ada infeksi pada saluran pencernaan serta tidak ada
manifestasi ke saluran pernapasannya.
d. Apa saja yang dapat menyebabkan anoreksia pada kasus ini? 4 3 2
anorexia

-komplikasi dr gizi buruk sehingga gizi buruknya yg menyebabkan


anoreksia.
-Penyakit infeksi tidak diketahui menyebabkan anoreksia (TB) jd malah
gizi buruk.
-Picky eater
Gejala kesulitan makan pada anak

(1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan
lunak atau cair,

(2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di


mulut anak,

(3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan,

(4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup
mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari
orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7), Kebiasaan makan
yang aneh dan ganjil.

PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN


Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ
tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat
dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat
berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat
dalam usia anak.

Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3
faktor, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut
dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi
sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya
nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang
dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau
sangat jarang.

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab


utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai
dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan).
Tampilan gangguan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu
minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan sering sisa
atau hanya sedikit atau mengeluarkan dan menyembur-nyemburkan makanan di
mulut. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya
atau tidak mau makan dan minum sama sekali. Berkurang atau hilangnya nafsu
makan ini sering diakibatkan karena gangguan fungsi saluran cerna.

Gangguan fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada
gangguan. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah
perut kembung, sering “cegukan”, sering buang angin, sering muntah atau seperti
hendak muntah bila disuapin makan. Gampang timbul muntah terutama bila
menangis, berteriak, tertawa, berlari atau bila marah. Sering nyeri perut sesasaat,
bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar (bila buang air besar ”ngeden”, tidak
setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari).
Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat (seperti kotoran
kambing) atau cair disertai bentuk seperti biji lombok, pernah ada riwayat berak
darah. Gangguan tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau
menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Lidah tampak
kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau

Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul bintik-
bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit
berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi
sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan
sebagainya.

Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering terjadi pada
banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut
merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin
berkaitan dengan kesulitan makan pada anak.

GANGGUAN PROSES MAKAN ATAU GANGGUAN ORAL MOTOR


Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan
menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di
sekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik
tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan
oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar
mulut. Gangguan proses makan di mulut atau gangguan oral motor tersebut
seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.
Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak
bisa makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun,
tidak bisa makan daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila
anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang
masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak
sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti
krupuk atau biskuit tidak terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan.
Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkani kejadian tergigit
sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.

Kelainan lain yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah


keterlambatan bicara dan gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat
sehingga sulit dimengerti). Gangguan motorik proses makan ini biasanya disertai
oleh gangguan keseimbangan dan motorik kasar lainnya seperti tidak mengalami
proses perkembangan normal duduk, merangkak dan berdiri. Sehingga terlambat
bolak-balik (normal usia 4 bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan)
atau tidak merangkak tetapi langsung berjalan, keterlambatan kemampuan
mengayuh sepeda (normal usia 2,5 tahun), jalan jinjit, duduk bersimpuh leter “W”.
Bila berjalan selalu cepat, terburu-buru seperti berlari, sering jatuh atau menabrak,
sehingga sering terlambat berjalan. Ciri lainnya biasanya disertai gejala anak tidak
bisa diam, mulai dari overaktif hingga hiperaktif. Mudah marah serta sulit
berkonsentrasi, gampang bosan dan selalu terburu-buru.

Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting


dalam gangguan proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan
teori ”Gut Brain Axis”. Teori ini menunjukkan bahwa bila terdapat gangguan
saluran cerna maka mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat atau otak. Gangguan
fungsi susunan saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan
neurofungsional. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan
koordinasi motorik kasar mulut.

Kelainan bawaan adalah gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis
organ tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan.Diantaranya
adalah kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok
terbelah, fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, Laringomalasia, trakeomalasia,
kista laring, tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung,
ginjal dan organ lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan.

Bila fungsi otak tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan
terpengaruh. Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaan
atau gangguan lainnya seperti serebral palsi, miastenia gravis, poliomielitis.. Bila
kelainan susunan saraf pusat ini terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir biasanya
disertai dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangan
lainnya.

GANGGUAN PSIKOLOGIS
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan
pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam
menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis
dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan
makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab
utama kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik
pada anak. Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis
memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah terjadi sebelumnya.

Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu
waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor
psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik.
Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat
dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya
mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.

Pakar psikologis menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap negatifisme,


menarik perhatian, ketidak bahagian atau perasaan lain pada anak, kebiasaan rewel
pada anak digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan yang sangat
diinginkannya, sedang tertarik permainan atau benda lainya, meniru pola makan
orang tua atau saudaranya reaksi anak yang manja.

Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak dengan
orang tua, antara ayah dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga lainnya
dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak. Misalnya bila hubungan antara orang
tua yang tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga lainnya tidak baik atau
suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi
akan mengakibatkan anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih
atau depresi. Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa
membuat anak menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga termasuk
aktifitas makannya

Sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak sangat menentukan untuk
terjadinya gangguan psikologis yang dapat mengakibatkan gangguan makan.
Beberapa hal tersebut diantaranya adalah : perlindungan dan perhatian berlebihan
pada anak, orang tua yang pemarah, stress dan tegang terus menerus, kurangnya
kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas, urangnya pengertian dan
pemahaman orang tua terhadap kondisi psikologis anak, hubungan antara orang tua
yang tidak harmonis, sering ada pertengkaran dan permusuhan.

e. Apa makna tidak adanya BAB dan BAK pada kasus? 5 4 3


- BAB tidak ada keluhan
Menandakan anak ini belum sampai ke keluhan diare.
- BAK tidak ada keluhan
Menandakan anak ini belum sampai ke keluhan muntah dan diare, biasanya
apabila mengalami diare dan muntah, urin yang dikeluarkan menjadi sedikit
karena volume cairan dalam tubuh berkurang.
Diare dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi. Artinya kedua kondisi tadi
bukan penyebab anak ini mengalami dehidrasi.
f. Apa makna demam tidak tinggi,naik turun, turun dengan obat penurun
panas? 6 5 4

2. Anak sudah pernah mendapat imunisasi BCG, skar BCG ada, DPT Hib
Hep B 2x, dan polio oral 2x.
a. Apa saja imunisasi yang didapatkan pada anak usia 2 tahun 4 bulan dan
bagaimana kondisi pada kasus? 7 6 5

DPT  harusnya 4x, tapi kalo 3x gpp


Hib  harusnya 3x
Hep B 2x  harusnya 4x
polio oral 2x  harusnya 4x
kurang : Campak, MMR, PCV, Rotavirus
b. Apa makna Skar BCG pada kasus? 8 7 6
Skar BCG itu hanya menandakan ia telah imunisasi BCG. Tidak ada
pengaruh apa-apa terhadap imunitas bayi.
c. Apa hubungan riwayat imunisasi dengan kondisi pada kasus? 9 8 7
Akibat dari imunisasi yang tidak lengkap yaitu anak mudah sakit dan
mudah tertular penyakit. Antibodi anak umumnya masih lemah sehingga
dibutuhkan imunisasi yang lengkap. Imunisasi memperkuat sistem daya
tahan tubuh anak.

3. Riwayat perkembangan: tengkurap usia 4 bulan, duduk usia 6 bulan,


berdiri 8 bulan dan berjalan usia 1 tahun. Saat ini anak hanya
berbaring saja. Anak sudah bisa berkomunikasi dengan lancar.
a. Bagaimana Interpretasi perkembangan pada kasus? 10 9 8
Normal semua
Kecuali ia sekarang hanya bisa berbaring saja.
b. Bagaimana tahapan perkembangan pada anak yang normal? 11 10 9
c. Apa yang menyebabkan anak hanya berbaring saja pada kasus? 12 11 10
Pada anak yang kekurangan gizi, ia mengalami banyak penurunan berat
badan sehingga lemak di tubuhnya akan berkurang. Prinsip energi pada
tubuh kita ialah ia akan memberikan perfusi O2 dan nutrisi ke jaringan
yang vital terlebih dahulu utk diberikan O2 atau nutrisi. Organ-organ
vital seperti kesadaran, jantung (HR) dan paru-paru (RR)
Nah pada kasus ini, ia kekurangan gizi sehingga harus mengambil
cadangan lemak yang ada. Lalu setelah lemak di tubuh habis, ia akan
mengambil energi dari otot yang dimana ia akan menyebabkan atrofi otot
dan membuat anak utk tidak bisa bergerak dan hanya berbaring saja.

4. Riwayat keluarga: ayah usia 35 tahun, tamat SD dan bekerja sebagai petani.
Ibu usia 24 tahun, tidak tamat SD dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Pasien anak kedua dari dua bersaudara. Tidak ada keluhan yang sama pada
anggota keluarga yang lain.
a.Bagaimana pekerjaan orang tua Satria terhadap penyakit yang diderita
sekarang? 1 12 11
Pekerjaan orang tua satria pada kasus ini termasuk yang menengah ke bawah
sehingga kecukupan nutrisi yang diberikan juga tidak optimal.

b. Apa makna tidak ada keluhan yang sama pada anggota keluarga
yang lain? 2 1 12

c.Bagaimana edukasi tentang penyakit ini pada keluarga 3 2 1

5. Riwayat nutrisi sebelumnya: usia 0-2 bulan diberikan ASI saja, mulai usia 2
bulan sampai 1 tahun diberikan ASI dan susu formula standar (67 kkal/100
ml). MPASI diberikan saat usia 8 bulan karena menurut ibunya pasien tidak
mau makan. Saat ini minum susu pertumbuhan (1-3 tahun) 1-2 kali sehari
@100ml (75 kkal/100 ml). Dalam membuat susu, si ibu biasa mencampur susu
1 sendok takar (1 sendok takar=35 g) dengan air panas dicampur air dingin.
Satria makan nasi biasa 3x sehari sebanyak 2-3 sendok makan dengan lauk
1⁄2-1 butir telur per hari, atau ikan sungai ukuran sedang 1/3 potong sekali
makan. Snack sering diberikan berupa kerupuk, permen dan wafer.

a. Bagaimana pola pemberian ASI dan MPASI yang optimal


berdasarkan usia Satria? 4 3 2

b. Bagaimana tahapan pemberian nutrisi yang baik dari usia 0-2 tahun 4
bulan? 5 4 3
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) (2018)
1. Menu Makanan Bayi 0-5 Bulan
Hanya asi (asi eksklusif) atau ditambah pasi bila asi tidak mencukupi, jumlah asi+pasi
sekitar 750-800 cc perhari

2. Menu Makanan Bayi 6 Bulan


MpASI : 1 kali sehari untuk minggu pertama ( bisa berupa bubur
tepung beras, puree buah, puree sayur + ASI/ sufor ). Minggu seterusnya bisa
diberikan 2 kali sehari, tergantung kemampuan bayi.
Porsi : 2-3 sendok makan ( 30-45 ml/ porsi )
Jenis makanan : makanan lumat, bubur halus.

Tawarkan makanan antara atau setelah umpan susu. Mulailah dengan menggunakan sendok
plastic lembut dengan menakuk. Makanan padat bayi pertama harusnya bertekstur encer dan
halus serta mempunyai rasa yang ringan. Sereal beras adalah makanan yang sangat baik jika
digunakan sebagai makanan padat pertama karena teksturnya halus dan kandungan besi yang
tinggi. Campur dengan sedikit ASI atau susu formula.
Makanan bubur lainnya yang bisa diperkenalkan adalah sayuran seperti labu, kentang,
wortel, dan zucchini, buah seperti apel, pir, melon, dan pisang. Mulailah dengan 1-2 sendok the
makanan padat. Tingkatkan kuantitas menjadi 2-3 sendok makan, dan kemudian tingkatkan
hingga tiga kali sehari sesuai dengan kemampuan bayi.

3. Menu Makanan Bayi 7-8 Bulan


ASI : sesuka bayi
MpASI : 2-3 kali sehari + camilan 1-2 kali ( bisa berupa jus, pudding, atau cookies )
Porsi : 2-3 sendok makan ( 30-45 ml-120 ml/ porsi )
Jenis makanan : Makanan lembut, bisa bubur tim saring atau bubur tim tanpa saring.

Setelah bayi berusia sekitar delapan bulan, mereka sudah makan sereal beras dan beberapa
buah-buahan serta sayuran yang berbeda. Cobalah makanan lain dengan protein dan kadar besi
yang lebih tinggi dengan tekstur tebal seperti :
 Daging
 Telur
 Kacang polong kering, lentil, kacang buncis, kacang merah
 Sereal berbasis gandum
 Sertakan setidaknya 2-3 pilihan makanan yang berbeda setiap kali makan. Cobalah untuk
menawarkan secara terpisah, tidak selalu dicampur bersama. Hal ini memungkinkan anak
untuk mengembangkan preferensi makanan untuk selera yang berbeda.

CATATAN : Jika keluarga memiliki sejarah alergi yang kuat, bicarakanlah dengan hal ini
dengan dokter Anda.
Antara usia enam sampai Sembilan bulan, bayi mulai mengunyah ( walau mereka belu punya
gigi ). Selama waktu ini, penting untuk memberikan peningkatan tekstur makanan dari makanan
halus ke tekstur yang lebih kasar dan kemudian ke tekstur makanan cincang/ cincang halus.
Memperkenalkan makanan yang dicincang bisa mendorong anak untuk mengunyah dan
menggigit, yang pada akhirnya akan membantu kemampuan bicara anak.

Petunjuk :
Menyiapkan makanan dalam jumlah besar dan membekukan di freezer bisa menghemat waktu.

4. Menu Makanan bayi umur 9-10 Bulan


ASI : sesuka bayi
MpASI : 3-4 kali sehari + 1-2 kali camilan
Porsi : sedikitnya 100-120 ml/ porsi
Jenis makanan : Makanan lembut yang lebih padat, bisa berupa nasi tim saring
Dengan usia Sembilan bulan, pemberian ASI/ susu formula secara bertahap akan berkurang
karena asupan makanan padat yang dimakan per setiap makan akan bertambah. Mulailah
menawarkan makanan padat sebelum pemberian susu karena makanan merupakan sumber gizi
yang lebih utama. Tingkatkan terus veriasi makanan yang ditawarkan.
Menawarkan air putih sebagai minuman lebih baik daripada jus buah. Jus harus diencerkan
dengan air dengan perbandingan 50:50 dan hanya diberikan dalam jumlah kecil. Ajak bayi untuk
mencoba minum dari cangkir dibandingkan botol ( bisa menggunakan spout cup )
Ketika bayi mulai suka mengambil sesuatu dengan tangan mereka ( sekitar 9 bulan ) maka
inilah saat yang tepat untuk mengenalkan finger food atau makanan jari, seperti :
 Potongan-potongan kecil keju
 Strip tipis ayam, daging, atau ham
 Roti
 Pasta
 Potongan buah-buahan baik dimasak dan sayuran seperti apel, pir, kentang, wortel, labu
 Potongan buah mentah lembut seperti peach dan pisang.
Untuk mencegah tersedak, awasi mereka saat makan dan usahakan agar bayi selalu duduk tegak.

Bagaimana dengan susu sapi ?


ASI atau susu formula harus menjadi sumber utama susu sampai usia satu tahun. Setelah itu
baru susu sapi dapat digunakan sebgai pengganti. Produk susu lainnya seperti pudding, yoghurt,
dan keju juga dapat digunakan pada waktu ini.

Makanan yang harus dihindari:


 Potongan buah atau sayuran mentah atau kurang matang ( seperti apel dan wortel ) karena
dapat menyebabkan tersedak pada bayi.
 Makanan keras lainnya kecil seperti popcorn dan permen.
 Seluruh kacang ( sampai usia 5 tahun )

5. Menu makanan Bayi 12 Bulan


ASI sesuka bayi
MpASI : 3-4 sehari + camilan 1-2 kali sehari
Porsi : ¾ - 1 cup ( 200-250 ml/ porsi )
Jenis makanan : Makanan keluarga, bisa dihaluskan seperlunya
 Doronglah bayi agar mulai bisa makan sendiri dan berikan minuman dan cangkir.
 Anak bisa makan makanan keluarga dengan porsinya sendiri.
 Sebagaian besar nutrisi bayi berasal dari makanan dan sisanya dari ASI/ susu formula
 Sekitar 500-600 ml susu formula, 3 sampai 4 kali per hari adalah jumlah yang cukup.
 Terus tawarkan berbagai macam makanan

 Usia 12-24 Bulan

1. Mulai memperkenalkan makanan yang berbentuk padat atau biasa disebut


dengan makanan keluarga, tetapi tetap mempertahankan rasa
2. Menghindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan,
seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak.
3. Finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget atau
potongan sayuran rebus atau buah baik diberikan untuk melatih keterampilan
dalam memegang makanan dan merangsang pertumbuhan giginya
4. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua tahun.
5. Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali sehari makanan
selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian ASI. Jumlah setiap
kali makan : semangkuk penuh berukuran 250 ml

c. Apakah nutrisi yang diberikan sudah benar dan mencukupi kebutuhan


satria? 6 5 4
Menu Makanan Bayi 6 Bulan
MpASI : 1 kali sehari untuk minggu pertama ( bisa berupa bubur
tepung beras, puree buah, puree sayur + ASI/ sufor ). Minggu seterusnya bisa
diberikan 2 kali sehari, tergantung kemampuan bayi.
Porsi : 2-3 sendok makan ( 30-45 ml/ porsi )
Jenis makanan : makanan lumat, bubur halus.

Tawarkan makanan antara atau setelah umpan susu. Mulailah dengan menggunakan sendok
plastic lembut dengan menakuk. Makanan padat bayi pertama harusnya bertekstur encer dan
halus serta mempunyai rasa yang ringan. Sereal beras adalah makanan yang sangat baik jika
digunakan sebagai makanan padat pertama karena teksturnya halus dan kandungan besi yang
tinggi. Campur dengan sedikit ASI atau susu formula.
Makanan bubur lainnya yang bisa diperkenalkan adalah sayuran seperti labu, kentang,
wortel, dan zucchini, buah seperti apel, pir, melon, dan pisang. Mulailah dengan 1-2 sendok the
makanan padat. Tingkatkan kuantitas menjadi 2-3 sendok makan, dan kemudian tingkatkan
hingga tiga kali sehari sesuai dengan kemampuan bayi.

Menu Makanan Bayi 7-8 Bulan


ASI : sesuka bayi
MpASI : 2-3 kali sehari + camilan 1-2 kali ( bisa berupa jus, pudding, atau
cookies )
Porsi : 2-3 sendok makan ( 30-45 ml-120 ml/ porsi )
Jenis makanan : Makanan lembut, bisa bubur tim saring atau bubur tim tanpa saring.

Setelah bayi berusia sekitar delapan bulan, mereka sudah makan sereal beras dan beberapa
buah-buahan serta sayuran yang berbeda. Cobalah makanan lain dengan protein dan kadar besi
yang lebih tinggi dengan tekstur tebal seperti :
 Daging
 Telur
 Kacang polong kering, lentil, kacang buncis, kacang merah
 Sereal berbasis gandum
 Sertakan setidaknya 2-3 pilihan makanan yang berbeda setiap kali makan. Cobalah untuk
menawarkan secara terpisah, tidak selalu dicampur bersama. Hal ini memungkinkan anak
untuk mengembangkan preferensi makanan untuk selera yang berbeda.

CATATAN : Jika keluarga memiliki sejarah alergi yang kuat, bicarakanlah dengan hal ini
dengan dokter Anda.
Antara usia enam sampai Sembilan bulan, bayi mulai mengunyah ( walau mereka belu punya
gigi ). Selama waktu ini, penting untuk memberikan peningkatan tekstur makanan dari makanan
halus ke tekstur yang lebih kasar dan kemudian ke tekstur makanan cincang/ cincang halus.
Memperkenalkan makanan yang dicincang bisa mendorong anak untuk mengunyah dan
menggigit, yang pada akhirnya akan membantu kemampuan bicara anak.
Petunjuk :
Menyiapkan makanan dalam jumlah besar dan membekukan di freezer bisa menghemat waktu.

6. Menu makanan Bayi 12 Bulan


ASI sesuka bayi
MpASI : 3-4 sehari + camilan 1-2 kali sehari
Porsi : ¾ - 1 cup ( 200-250 ml/ porsi )
Jenis makanan : Makanan keluarga, bisa dihaluskan seperlunya
 Doronglah bayi agar mulai bisa makan sendiri dan berikan minuman dan cangkir.
 Anak bisa makan makanan keluarga dengan porsinya sendiri.
 Sebagaian besar nutrisi bayi berasal dari makanan dan sisanya dari ASI/ susu formula
 Sekitar 500-600 ml susu formula, 3 sampai 4 kali per hari adalah jumlah yang cukup.
 Terus tawarkan berbagai macam makanan

d. Apa yang menyebabkan Satria tidak mau makan sehingga baru


diberikan MPASI pada usia 8 bulan? 7 6 5
Klasifikasi :
1. inappropriate feeding practice  tpi pada kasus ini ia malah
memiliki keterlambatan memberi makan pada usia 8 bulan.
2. Small eatres
Menurut Chatoor, anak yang termasuk dalam kelompok ini memiliki
respons otonomik yang berbeda. Onset penolakan makan umumnya
terjadi pada saat transisi ke makanan pendamping ASI atau makan
mandiri, yaitu pada usia 6 bulan sampai 3 tahun.11 Anak yang
termasuk small eaters adalah anak aktif, perkembangan normal,
seringkali lebih tertarik pada lingkungan dibandingkan makanan, dan
tidak memiliki masalah medis yang mendasari. Orangtua yang
memiliki anak dengan masalah ini umumnya menjadi cemas dan
mengompensasi makan yang sedikit dengan pemberian camilan, yang
justru menurunkan selera terhadap makanan utama dan pada akhirnya
menyebabkan orangtua memaksa anak makan.
3. Food preference
Neofobia yang merupakan fase normal dalam perkembangan seorang
anak dapat berlanjut menjadi penolakan berkepanjangan dan konsisten
terhadap makanan tertentu sehingga menimbulkan masalah makan
berupa food preference, yang memiliki spektrum mulai dari picky
eater sampai selective eater. 32,33 Picky eater umumnya didefi
nisikan sebagai anak yang mau mengonsumsi berbagai jenis makanan
baik yang sudah maupun belum dikenalnya tetapi Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia 11 menolak mengonsumsinya dalam
jumlah yang cukup.38-40 Selain kuantitas makanan yang tidak
adekuat,41 picky eating juga mencakup masalah rasa dan tekstur
makanan. Sedangkan food neophobia adalah terminologi yang
menyatakan penolakan terhadap jenis makanan yang belum dikenal.
Pada dasarnya, picky eater dibedakan dari food neophobia melalui
novelty makanan (apakah makanan tersebut baru bagi sang anak).32
Pada rekomendasi ini, food preference dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan kelengkapan kelompok makanan yang dikonsumsi, yaitu
picky eater dan selective eater. Picky eater didefi nisikan sebagai anak
yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, namun masih
mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan,
yaitu karbohidrat, protein, sayur/buah, dan susu, sedangkan selective
eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam
kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan
sumber protein.32, 42 Picky eater masih merupakan fase normal
dalam perkembangan seorang anak, sedangkan selective eater
merupakan food preference yang patologis karena menyebabkan
hilangnya asupan salah satu dari keempat kelompok makanan
sehingga anak berisiko mengalami defi siensi makronutrien atau
mikronutrien tertentu.40 Selective eater umumnya terjadi pada anak
dengan gangguan perkembangan tertentu, misalnya autistic spectrum
disorder, posttraumatic feeding disorder, gangguan menelan,
keterlambatan oromotor, dan kelainan gastrointestinal
4. Parental misperception
Parental misperception didefinisikan sebagai anak yang menurut
pendapat orangtua memiliki masalah makan, namun setelah
dianamnesis lebih lanjut orangtua/pengasuh sudah menerapkan
feeding rules dengan benar dan anak memiliki status gizi baik. Pada
kasus ini, diberikan reassurance dan apresiasi pada orangtua bahwa
status gizi anak sudah baik dan orangtua sudah menerapkan feeding
rules dengan benar.

e. Bagaimana pemberian kalori yang cukup pada satria saat usia 0-2
tahun 4 bulan? 8 7 6
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) (2018)
f. Bagaimana perhitungan kalori yang satria konsumsi saat ini? 9 8 7
Nutrisi Susu Nasi biasa Telur Ikan Kerupuk Normal Interpretasi
pertumbuha rebus
n
Kalori 100 ml = 75 1 sdm = 1 butir = 1 potong ikan 15 kal 1350 kkal 419 kkal
kkal 24 kal 77 kal = 84 kalori  tidak
2 kali sehari 3 sendok 2 butir = 1/3 = 28 terpenuhi
= 150 kkal = 72 kal 154 kal kalori

Protein 100 ml = 100 ml = 1 butir = 1 potong ikan 0.22 gram 20 gram 25.44 gram
3.39 gram
3,39 gram 6.26 gram = 17.76 gram (terpenuhi)
2x sehari =
2 kali sehari 6.78 gram 2 butir = 1/3 = 5.92
= 6,78 gram 12.52 gram
gram
Lemak 100 ml = 1 sdm = 0 1 butir = 1 potong ikan 0. 76 45 gram 18.4 gram
2,06 gram gram 5.28 gram = 0.92 gram gram (tidak
2 kali sehari terpenuhi)
= 6,78 gram 2 butir : 0.92 /3= 0.3
5.28 x 2 = gram
10.56
gram

g. Bagaimana efek dari pemberian susu formula mulai usia 2 bulan? 10 9 8


Susu formula memiliki kandungan yang berbeda dari ASI, protein
dalam ASI lebih mudah diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan
susu formula yang mengandung protein kasein yang lebih sulit
dicerna.
Dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu
formula, antara lain : Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare),
Meningkatkan kejadian karies gigi, Menurunkan perkembangan
kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko obesitas, Meningkatkan
resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, meningkatkan resiko
infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar, meningkatkan
kurang gizi.

gi
h. Apa hubungan riwayat nutrisi yang diberikan dengan keluhan yang
dialami satria? 1110 9
1. Gizi yang didapat oleh satria tidak sesuai. Seperti di umurnya
sekarang yang seharusnya ia mendapatkan
Kalori : 1350  tapi pada kasus ia hanya mendapat sebanyak 416
Protein : 20  pada kasus ini terpenuhi
Lemak : 45 gram  pada kasus ini tidak terpenuhi

2. Serta ia mendapatkan MPASI yang terlambat, dimana MPASI harusnya


sudah diberikan pada umur 6 bulan. Akibat keterlambatan ini, Gizi pada
MPASI yang seharusnya sudah terpenuhi saat ia umur 6 bulan itu tidak
tercukupi.
Energi : 800 kkal
Protein : 15 gram
Dimana kandungan ASI hanya 400 kalori dan 10 gram protein, dan dia
masih memerlukan energi sebanyak 400 kalori dan protein sebanyak 5 gram
lagi. Pada hal ini susu formula hanya 75 kkal dan jika diberi pada anak ini
juga belum mencukupi nutrisinya serta susu formula mengandung protein
kasein yang lebih sulit dicerna. Sehingga seharusnya ia sudah mendapatkan
MPASI untuk memenuhi gizinya.
3. Dan juga ia telah mendapatkan susu formula lebih dulu yaitu saat
usia 2 bulan, yang mana Susu formula memiliki kandungan yang
berbeda dari ASI, protein dalam ASI lebih mudah diserap oleh
usus bayi dibandingkan dengan susu formula yang mengandung
protein kasein yang lebih sulit dicerna.

i. Apa akibat pemberian MPASI yang terlambat? 12 11 10


MP-ASI biasanya diberi pada usia 6 bulan karena ASI tidak mampu
lagi mencukupi kebutuhan gizi anak secara optimal. Sehingga
dibutuhkan MP-ASI agar membantu dalam mencukupi kandungan
gizi yang dibutuhkan anak. MP-ASI tidak diberikan sejak 6 bulan
dapat mengakibatkan kurang optimalnya kandungan gizi yang didapat
oleh anak.
Anak yang terlambat dikenalkan dengan makanan padat (>10 bulan)
lebih sulit untuk makan dan cenderung lebih pemilih.
Bayi harus diberi makanan padat untuk dikunyah pada saat dia siap
menerimanya sesuai perkembangan keterampilan makan. Umumnya
terjadi pada usia 6 – 9 bulan. Bila tidak diberi makanan padat, anak-
anak akan sangat sulit untuk menerima makanan tersebut, tidak
terampil mengunyah, menolak makanan padat, muntah.

6. Riwayat sosiodemografi: ekonomi menengah ke bawah, rumah mengontrak,


2
ukuran 4x6 m dengan 1 kamar tidur, 1 ruang depan, dapur dan kamar
mandi yang bersebelahan. Sumber air PDAM.
a. Apa hubungan riwayat sosiodemografi dengan kondisi satria? 1 12 11
Rumah yang sempit serta dapur dan kamar mandi dapat mendukung untuk
penyebaran bakteri dari kamar mandi. Maka dari itu, pada kasus ini anak
rentan infeksi dikarenakan posisi kamar mandi yang berdekatan dengan
dapur akan mempengaruhi makanan.

7. Keadaan umum: tampak sangat kurus, ada pucat, tidak ada dispnea, sianosis
dan ikterus. Kesadaran compos mentis, denyut nadi 120x/menit, isi dan
0
tegangan cukup, pernapasan 24x/menit, suhu 35,5 C, TD tidak diukur. Hasil
pengukuran antropometri: berat badan 8kg, panjang badan 82 cm, LiLA 11
cm
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik? 2 1 12
b. Apa yang menyebabkan suhu menurun/ hipotermi pada
kasus?3 2 1
hipotermi gara gara gizi buruk —> jadi dia tu
lemaknya kan sedikit, nah fungsi lemak itu
kan utk menghangatkan tubuh. makanya dia
suhunya rendah.
c. Bagaimana pertumbuhan satria berdasarkan Chart WHO? 4 3
2
BB/U 8 kg
Di bawah – 3 = Severely underweight

PB/U 82 cm
Di antara -2 dan -3 = Stunted

BB/PB
Di bawah -3 = Severely wasted

IMT/U
8 / 0.822 = 11.89
Di bawah -3 = Severely Wasted

LiLA = 11 cm
Di bawah -3 = Gizi buruk

d. Bagaimana status gizi pada kasus? 5 4 3


- BB/U  8 kg
Di bawah – 3 = Severely underweight
- PB/U  82 cm
Di antara -2 dan -3 = Stunted
- BB/PB 
Di bawah -3 = Severely wasted

- IMT/U
8 / 0.822 = 11.89
Di bawah -3 = Severely Wasted

- LiLA = 11 cm
Di bawah -3 = Gizi buruk

8. Keadaan spesifik: tidak ada wajah seperti orang tua, warna rambut seperti
rambut jagung. Kelopak mata cekung, conjunctiva palpebra anemis, mukosa
bibir kering, tampak papil lidah atrofi dan angular cheilitis. Pemeriksaan
dada tampak iga gambang, jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen
tampak cekung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal.
Turgor kulit kembali lambat, wasting ada. Pada ekstremitas tidak ada edema,
telapak tangan dan kaki pucat, teraba dingin, CRT<3 detik.
a. bagaimana interpretasi keadaan spesifik pada kasus? 6 5 4

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas keadaan spesifik warna rambut seperti


rambut jagung. 7 6 5
Rambut yang mudah dicabut di daerah temporal (Signo de
la bandera) terjadi karena kurangnya protein menyebabkan
degenerasi pada rambut dan kutikula rambut yang rusak.
Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein) sehingga
kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada
rambut. Warna rambut yang merah (seperti jagung)
dapat diakibatkan karena kekurangan vitamin A, C, E.
Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi
rambut

c. Bagaimana mekanisme abnormalitas Kelopak mata cekung, conjunctiva


palpebra anemis, mukosa bibir kering, tampak papil lidah atrofi dan angular
cheilitis? 8 7 6
Dehidrasi dan anemia
d. Bagaimana mekanisme abnormalitas keadaan spesifik pemeriksaan dada
tampak iga gambang? 9 8 7
Pada kasus ini, ia diberi asupan nutrisi yang kurang sehingga lemak pada
anak ini semakin lama akan semakin menipis. Lemak pada subkutan akan
terus menerus digunakan sehingga iga akan terlihat menonjol dikarenakan
lemak habis.
e. Bagaimana mekanisme abnormalitas keadaan spesifik abdomen tampak
cekung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Turgor kulit kembali lambat,
wasting ada? 10 9 8
Asupan nutrisi kurang → kekurangan kalori kronis, tidak adekuatnya
penyedian kalori dan nutrisi → kebutuhan kalori terus meningkat sesuai
pertambahan usia → cadangan makanan berupa lemak subkutan terus
menerus digunakan → lemak di perut menghilang → perut cekung dan
kadang gambaran usus dapat terlihat.
f. Bagaimana mekanisme abnormalitas keadaan spesifik telapak tangan dan
kaki pucat, teraba dingin, CRT<3 detik? 11 10 9
- Anemia (kekurangan Hb), hb bawa oksigen. Anemia disebabkan karena
dia kekurangan nutrisi krn ia cuma makan telur, ikan, tidak ada asupan
sayuran hijau atau daging merah, hati ayam. Nah karena pada kasus ini,
Hb akan membawa O2 ke organ-organ vital terlebih dahulu sehingga
telapak tangan dan kaki akan pucat serta dingin dikarenakan nutrisi
tidak sampai untuk ke daerah ekstremitas.
- Anemia def besi akibat infeksi yg lama atau karena nutrisinya.
- Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi)
- Defisiensi nutrisi dan kalori → defisisensi zat besi atau Fe → Fe
merupakan bahan yang esensial dalam proses sistesis hemoglobin →
hemoglobin sedikit terbentuk → anemia

g. Apa makna Kelopak mata cekung, conjunctiva palpebra anemis, mukosa


bibir kering, tampak papil lidah atrofi dan angular cheilitis?12 11 10
Dehidrasi dan anemia.
h. Apa makna tidak adanya wajah seperti orang tua? 1 12 11
i. Apa makna Pada ekstremitas tidak ada edema? 2 1 12
Tidak disertai edema pitting, dikarenakan pada marasmus ketersediaan asam
amino, yang merupakan hasil katabolisme protein, biasanya jumlahnya masih
dalam batas normal, sehingga hati masih dapat untuk membentuk albumin.
j. Apa makna Turgor kulit kembali lambat? 3 2 1
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi).
k. Apa makna telapak tangan dan kaki pucat, teraba dingin, CRT<3 detik? 4 3
2

9. Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb 7,2 g/dL, leukosit 15.200/mm3, hitung jenis 0/1/76/15/8.

a. bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas darah rutin? 5 4 3

Normal Kasus Interpretasi

Hb 11 g/ dl 7,2 g/dL Anemia


Leukosit 5.000- 15.200/mm3 Leukositosis
10.000
mm 3

Hitung Basofil : 0 0 Normal


jenis -1

Eosinofil : 1 Normal
0-3

Neutofil : 76 Normal

Seg : 23-
45

Batang :
5-11

Limfosit : 15 Limfositopeni
36 - 35

Monosit : 8 Meningkat
3-6

- Defisiensi nutrisi dan kalori → defisisensi zat besi atau Fe → Fe merupakan


bahan yang esensial dalam proses sistesis hemoglobin → hemoglobin
sedikit terbentuk → anemia
- Leukositosis akibat infeksi  Pada proses infeksi, sel-sel endotel,
fibroblast, adiposit, matriks ekstraselular, monosit, makrofag, dan sel-sel
endotel dapat memproduksi zat yang menjadi faktor yang dapat
menstimulasi pertumbuhan sel-sel induk, sel-sel bakal, dan sel-sel darah
yang lain. Zat-zat seperti ini disebut faktor perangsang koloni (colony
stimulating factor-CSF) dan faktor pertumbuhan hemopoetik (hemopoetic
growth factor-HGF). Seperti pada skema 1, tumor necrosis factor (TNF),
interleukin-1 (IL-1), granulocyte monocyte-colony stimulating factor (GM-
CSF), granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF), dan monocyte-
colony stimulating factor (M-CSF) merupakan faktor-faktor yang dibentuk
oleh sel makrofag yang teraktivasi di jaringan yang terinfeksi dan sebagian
kecil dibentuk oleh sel-sel jaringan yang meradang. Peningkatan produksi
leukosit oleh sumsum tulang disebabkan oleh tiga faktor perangsang
koloni, yakni GM-CSF, G-CSF, dan M-CSF. Ketiga faktor ini merangsang
pembentukan granulosit dan monosit terus menerus selama ketiga faktor
ini masih diproduksi oleh makrofag secara masif. Dengan diproduksinya
kedua sel ini, sel-sel darah putih dalam jumlah besar ini diharapkan dapat
menghilangkan agen-agen penyebab infeksi.

- Limfositopeni, monosit menigkat  shift to the right

Kronik

10.Feses rutin: warna kuning, lunak, amoeba (-), eritrosit 1-2, lekosit 0-1,
bakteri (+), jamur (-), telur cacing (-), sisa makanan (-).

a. Bagaimana interpretasi dari feses rutin? 6 5 4

Eritrosit dan bakteri (+)

Feses rutin ada eritrosit itu abnormal tetapi perlu cek lagi darah samar
pada feses. secara mikroskopis ada eritrosit bisa saja perdarahan di usus
halus atau usus besar bagian proximal. usus bagian ascenden dan
transcenden

b. apa makna feses berwarna kuning dan lunak? 7 6 5

Normal

c. Apa yang menyebabkan terdapat bakteri pada feses? 8 7 6

d. Bagaimana klasifikasi dari feses secara umum? 9 8 7

11. Urinalisis: warna kuning jernih, BJ 1.010, pH 6, protein (-), ascorbic acid (-),
glukosa (-), keton (-), Nitrit (-), lekosit esterase (-), sedimen urine: epitel (-),
lekosit 20-30/lpb, eritrosit 0-1/lpb, silinder (-), kristal (-), bakteri (-).

a. bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari urinalisis? 10 9 8

Leukositosis

b. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus? 11 10


9

- pemeriksaan gram

- cek elektrolit : Natrium kalium


- kimia darah : albumin globulin

Hipotesis : satria, 2 tahun 4 bulan mengalami gizi buruk dengan tipe marasmus dengan
komplikasi anemia, dehidrasi, anoreksia, infeksi

a. Apa algoritma penegakan diagnosis dari kasus? 1 4 7

 Anamnesis
Pada anamnesis, dapat ditanyakan kepada kedua orang tua pasien tanda-tanda dan gejala dari
marasmus, sehingga dapat menentukan variasi dan durasi dari kekurangan energi pada anak
tersebut. Marasmus biasanya ditandai dengan anak yang menyusui lebih sering. Gagal
tumbuh juga merupakan manifestasi awal dari marasmus. Diare kronik merupakan gejala
tersering yang terdapat pada marasmus, dan biasanya anak akan mengalami gangguan makan.
Gejala klinis juga mungkin didapatkan tanda dari infeksi akut. Saat anamnesis, dapat juga
ditanyakan apa terdapat tanda bahaya, seperti tanda syok (ujung jari dingin, penurunan
kesadaran, rejatan), letargis, muntah dan atau diare yang menandakan adanya tanda dehidrasi
(seperti kapan BAK terakhir?). Kemudian dapat ditanyakan anamnesis untuk mengetahui
faktor penyebab terjadinya gizi buruk, seperti riwayat kehamilan & kelahiran usia kehamilan,
BB lahir, riwayat pemberian makan (pola makan), riwayat imunisasi dan pemberian vit A,
riwayat penyakit penyerta/penyulit, riwayat tumbuh kembang, riwayat kematian pada saudara
kandung untuk mencari kemungkinan faktor penyakit genetik, status sosial pasien, ekonomi
dan budaya keluarga, dan sebagainya.

 Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik, biasanya didapatkan anak mengalami wasting. Pengukuran
antropometri juga berguna dalam mendeteksi secara cepat tipe dan tingkat keparahan dari
malnutrisinya. Hasil pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan pada marasmus ialah
berkurangnya massa otot dan massa lemak subkutan. Beberapa kelompok otot, seperti
bokong dan otot-otot ekstremitas atas, merupakan otot yang paling sering terkena dampaknya
daripada otot lain. Otot pada wajah juga terlihat tirus dan memanjang, sehingga sering
disebut sebagai ‘wajah orang tua’. Massa lemak wajah yang berkurang menunjukkan tingkat
keparahan yang tinggi pada marasmus. Selain itu, juga ditemukan anoreksia dan mengganggu
proses intake nutrisi lebih lanjut. Anak yang gelisah, atau tampak tidak nyaman bisa jadi
dapat ditemukan pada pemeriksaan fisiknya. Apatis atau tampak lesu pada marasmus
mengindikasikan gejala yang serius. Beberapa gejala klinis yang menandakan tingkat
keparahan marasmus yang tinggi harus diobservasi lebih lanjut, untuk mengetahui apakah
sudah terjadi komplikasi atau tidak, khususnya komplikasi yang mengarah kepada infeksi.
Pemeriksaan fisik harus benar-benar diobservasi. Walaupun tingkat abnormalitasnya rendah,
namun bisa jadi mempunyai dampak klinis yang signifikan. Suhu tubuh normal yang
meningkat menjadi demam, dan batuk-batuk kecil bisa saja merupakan tanda infeksi
pneumonia. Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan, kemudian mendiagnosis tipe
dan tingkat keparahan dari malnutrisi, setelah itu mengidentifikasi apakah ada penyakit
penyerta atau komplikasi terhadap organ atau sistem tubuh tertentu, seperti sistem
gastrointestinal, saraf, atau kardiovaskuler. Dari pemeriksaan fisik, biasanya pasien tampak
sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel,
kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada karena dipakai sebagai
sumber energi (tanda seperti pakai celana longgar/baggy pants). Perut umumnya cekung, dan
tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”).
 Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis marasmus, sebenarnya tidak ada pemeriksaan pemeriksaan
penunjang yang spesifik. Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendeteksi apakah ada perubahan pada fungsional tubuh, seperti komposisi tubuh dan
metabolik tubuh. Adapun pemeriksaan laboratorium yang biasanya digunakan mencangkup:
a) Gula darah: untuk identifikasi tanda-tanda hipoglikemia
b) Pemeriksaan apusan darah: untuk identifikasi apakah terdapat parasit tertentu yang
menandakan ada infeksi
c) Pemeriksaan Hb: untuk identifikasi apakah mengalami anemia berat atau kelainan
hemoglobin lainnya
d) Pemeriksaan kultur urin dan leukosit urin: untuk identifikasi apakah terdapat infeksi
saluran kemih atau tidak (termasuk pemeriksaan nitrit)
e) Pemeriksaan feses: untuk identifikasi apakah terdapat parasit tertentu (identifikasi tanda
disentri)
f) Pemeriksaan albumin: walaupun tidak berguna dalam diagnosis, namun berguna dalam
menentukan prognosis; jika kadar albumin kurang dari 35 g/L, sintesis protein biasanya
terganggu secara masif.
g) Tes HIV: bukan merupakan pemeriksaan yang rutin, namun untuk melihat apakah ada
penyakit penyerta tertentu
h) Elektrolit: untuk identifikasi apakah ada kelainan/ketidakseimbangan elektrolit,
misalnya hipernatremia.
b. Apa diagnosis kerja pada kasus? 2 5 8
Gizi Buruk tipe marasmus, anemia defisiensi besi.

c. Apa definisi penyakit pada kasus? 3 6 9

d. Bagaimana etiologi dari penyakit? 4 7 10


e. Bagaimana epidemiologi dari penyakit? 5 8 11

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita
menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi
buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk
tingkat berat.
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan
BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional
untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%,
maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui.

f. Apa saja faktor risiko dari penyakit? 6 9 12

g. Bagaimana klasifikasi dari penyakit? 7 10 1


h. Bagaimana patofisiologi dari penyakit? 8 11 2

i. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit? 9 12 3

 Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada
tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
 Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau
mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
 Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.
Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
 Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek.
 Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat
pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
 Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga
dikenal signo de bandero.

j. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus? 10 1


4

k. Bagaimana tatalaksana dari penyakit pada kasus? 11 2 5


10 Langkah Tatalaksana Anak Gizi Buruk
1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
Setiap anak dengan gizi buruk harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. Apabila
fasilitas tidak memadai, maka setiap anak dengan gizi buruk dianggap mengalami
hipoglikemia dan dirawat sesuai tatalaksana hipoglikemia. Hipoglikemia bila kadar glukosa
darah < 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl.
Pada Satria, masih sadar, terapi yang diberikan adalah larutan glukosa 10% oral atau NGT
(bolus) sebanyak 50 ml.
Pemantauan

 Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran gula darah setelah 30 menit.
 Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian glukosa atau
gula 10%.
 Jika suhu rektal <35,5oC atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia
disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai
keadaan (hipotermia dan hipoglikemia)

2. Mencegah dan mengatasi hipotermia


Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0oC (Ukur selama 5 menit).
Pada keadaan Hipotermia cadangan energi anak gizi buruk sangat terbatas
sehingga anak tidak mampu memproduksi panas untuk mempertahankan suhu
tubuh. Menghangatkan tubuh merupakan upaya untuk menghemat cadangan
energi. Suhu tubuh Satria adalah 35,5°C, maka harus dilakukan hal-hal berikut
ini:
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
Untuk menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk dapat digunakan 4 tanda
utama yaitu letargis, anak haus, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor
kulit perut lambat. Tanda dehidrasi lain yang mungkin ditemukan adalah anak
gelisah dan rewel, tidak ada air mata, mulut dan lidah kering, diuresis
berkurang. Tidak mudah menentukan dehidrasi pada anak gizi buruk, karena
letargis, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor kulit perut lambat sering
ditemukan pada anak gizi buruk.
Cara mencegah dan mengatasi dehidrasi:
Beri ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition), yang terbuat dari oralit
yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral mix.
Oralit:
Pemberian oralit pada anak gizi buruk harus diencerkan 2 (dua) kali agar kadar
Natrium menjadi lebih rendah untuk menghindari terjadinya retensi air, edema
dan gagal jantung.
Gula:
Untuk menambah energi dan mencegah hipoglikemia
Larutan elektrolit/mineral mix:
Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit dan mineral seperti kalium,
magnesium, cuprum dan seng/Zinc. Bila larutan elektrolit/mineral mix tidak
tersedia, sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat dibuat cairan
pengganti ReSoMal.
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
Pada anak gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Tubuh
anak gizi buruk relatif mengandung kadar natrium (Na) lebih tinggi dan kalium
(K) lebih dibanding anak normal. Karena itu pemberian cairan tidak boleh yang
mengandung Na tinggi dan harus mendapat tambahan K. Untuk mengatasi
gangguan keseimbangan elektrolit tersebut, diberikan mineral mix yang
dicampurkan ke dalam formula khusus (F75, F100) dan ReSoMal.

5. Mengobati infeksi
Jika tidak ditemukan komplikasi atau infeksi yang jelas, berikan kotrimoksasol
oral setiap 12 jam selama 5 hari. Jika terdapat komplikasi, berikan ampisilin
iv/im setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan amoksisilin setiap 8 jam selama 5
hari. Apabila keadaan tidak membaik dalam 48 jam, berikan kloramfenikol
iv/im setiap 6 jam selama 10 hari. Berikan antibiotik khusus jika jenis bakteri
diketahui.
6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
Pada Satria berikan mikronutrien berupa:

a. Vitamin A selama 3 hari, berikan 1 kapsul merah (200.000 SI) setiap hari
b. Vitamin C 100 mg/hari (2 tablet)
c. Vitamin B kompleks 1 tablet/hari
d. Asam folat 5 mg pada hari pertama dan 1 mg/hari untuk hari-hari berikutnya
e. Jika terdapat anemia: Zat besi hanya diberikan setelah minggu kedua (pada fase
rehabilitasi), berikan sirup besi (sulfas ferosus 150 ml) 1 kali sehari sebanyak 0,5
sendok teh (2,5 ml)

7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi


a. Fase stabilisasi
Pada fase stabilisasi, rawat dan berikan cairan serta makanan berdasarkan kondisi
anak. Anak gizi buruk mengalami gangguan metabolisme dan fungsi organ, khususnya
sistem pencernaan, hati dan ginjal. Sistem pencernaan anak gizi buruk mengalami
gangguan karena terjadinya atrofi mukosa usus sehingga produksi enzim pencernaan
berkurang, khususnya enzim laktase. Oleh karena itu, perlu diberi makanan khusus
pada fase stabilisasi berupa Formula 75 dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Energi: 80-100 kkal/kgBB/hari
2) Protein: 1 – 1,5 g/kgBB/hari
3) Cairan: 130 ml/kgBB/hari, atau 100 ml/kgBB/hari bila ditemukan edema ber

b. Fase transisi
Pada fase transisi diberikan Formula 100 dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Energi: 100 – 150 kkal/kgBB/hari
2) Protein: 2 -3 g/kgBB/hari
3) Cairan 150 ml/kgBB/hari

8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar


a. Fase rehabilitasi
Pada fase rehabilitasi terjadi replesi (pemulihan) jaringan tubuh sehingga diperlukan
energi dan protein yang cukup, yaitu:
1) Energi: 150 – 220 kkal/kgBB/hari
2) Protein: 4 – 6 g/kgBB/hari
Pemantauan fase rehabilitasi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan anak, yang dapat
dilakukan dengan:
1. Menimbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
2. Menghitung kenaikan berat badan setiap minggu dengan interpretasi:
(a) Baik: bila kenaikan BB ≥ 50 g/KgBB/minggu, selama 2 minggu berturut-
turut,
(b) Kurang: bila kenaikan BB < 50 g/KgBB/minggu, perlu reevaluasi secara
menyeluruh.
b. Fase tindak lanjut
Berikan makanan keluarga + PMT-P / Program Makanan Tambahan Pemulihan (energi
350 kkal dan protein 15 g)

9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang


Stimulasi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan
umur anak terhadap empat kemampuan aspek dasar anak; gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi
dilakukan terstruktur selama 15 – 30 menit/hari.

10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah


I. FASE STABILISASI (RENCANA III)
1. Segera berikan D10% atau 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10% lewat
oral/NGT
2. 2 Jam I:
o Berikan ReSoMal secara oral/NGT setiap 30 menit dengan dosis 5 ml/kgBB
tiap pemberian
o Catat frekuensi nadi dan nafas setiap 30 menit (Tabel 4)
o Jika membaik, lanjutkan pada pengobatan 10 jam berikutnya.
o Jika memburuk (terdapat renjatan/syok), segera infus/IVFD dengan
RENCANA I tanpa pemberian bolus glukosa.
3. 10 jam berikutnya:
o Teruskan pemberian ReSoMal selang-seling dengan F-75 setiap 1 jam.
o Dosis ReSoMal: 5-10 ml/kgBB tiap pemberian
o F-75 setiap 2 jam dengan dosis menurut BB (BB Satria: 8 kg): 90ml/1x
makan
(12x/hari)
o Catat frekuensi nadi dan napas setiap 1 jam (Tabel 4)
o Bila sudah rehidrasi:
 Diare (-): hentikan ReSoMal teruskan F-75 setiap 2 jam
 Diare (+): tiap diare berikan ReSoMal (Usia < 2 tahun: 50-
100ml/setiap diare. Usia ≥ 2 tahun: 100-200 ml/setiap diare)
o Berikan ASI antara pemberian F-75
4. A. Bila diare/muntah berkurang: Habiskan F-75 dengan pemberian setiap 3 jam
(BB: 8kg  130 ml/1x makan)  8x/hari
B. Bila tidak ada diare: Habiskan F-75 dengan pemberian setiap 4 jam. (BB: 8kg
 175 ml/1x makan)  6x/hari

II. FASE TRANSISI DAN REHABILITASI


1. Fase Transisi:
o F-75 diganti dengan F-100, diberikan setiap 4 jam dengan dosis sesuai F- 75
berdasarkan BB (BB: 8kg  175 ml/1x makan) dipertahankan selama 2
hari.
o Ukur dan catat nadi, pernafasan dan asupan F-100 (Tabel 7)
o Hari ke-3, mulai diberikan F-100 dengan dosis sesuai F-100 berdasarkan BB
(BB: 8kg  minimum: 200 ml/4 jam)  6x/hari
4 jam berikutnya, dosis dinaikkan 10 ml hingga anak tidak mampu
menghabiskan jumlah yang diberikan. Dengan catatan tidak melebihi
dosis maksimal. (BB: 8kg  129 ml/4 jam)  6x/hari
o Hari ke-4, berikan F-100 setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB berkisar
antara dosis minimal dan dosis maksimal dengan ketentuan tidak boleh
melampaui dosis maksimal. Dipertahankan sampai hari ke 7 – 14 (hari
terakhir fase transisi).
2. Fase Rehabilitasi:
o Kriteria pulang dari RS

o BB < 7kg  berikan F-100 + makanan bayi/lumat dari sari buah  berikan
sampai tercapai BB/PB > -2 SD Standar WHO 2005 (kriteria sembuh)

III. FASE TINDAK LANJUT

Hal penting yang harus diperhatikan:


 Jangan berikan Fe sebelum minggu ke-2
 Jangan berikan cairan intra vema kecuali syok atau dehidrasi berat
 Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
 Jangan berikan diuretik pada penderita kwashiokor

Pencegahan dan edukasi


l. Bagaimana kajian informasi dan edukasi (KIE) pada kasus? 12 3 6

m. Apa saja komplikasi dari penyakit pada kasus? 1 4 7

n. Bagaimana prognosis dari penyakit ini? 2 5 8


Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering
disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena
infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat
pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya
pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin
disebabkan perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.

o. Apa SKDI dari penyakit pada kasus 3 6 9


4A

Anda mungkin juga menyukai