(1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan
lunak atau cair,
(4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup
mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari
orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7), Kebiasaan makan
yang aneh dan ganjil.
Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3
faktor, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut
dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi
sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya
nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang
dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau
sangat jarang.
Gangguan fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada
gangguan. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah
perut kembung, sering “cegukan”, sering buang angin, sering muntah atau seperti
hendak muntah bila disuapin makan. Gampang timbul muntah terutama bila
menangis, berteriak, tertawa, berlari atau bila marah. Sering nyeri perut sesasaat,
bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar (bila buang air besar ”ngeden”, tidak
setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari).
Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat (seperti kotoran
kambing) atau cair disertai bentuk seperti biji lombok, pernah ada riwayat berak
darah. Gangguan tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau
menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Lidah tampak
kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau
Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul bintik-
bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit
berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi
sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan
sebagainya.
Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering terjadi pada
banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut
merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin
berkaitan dengan kesulitan makan pada anak.
Kelainan bawaan adalah gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis
organ tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan.Diantaranya
adalah kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok
terbelah, fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, Laringomalasia, trakeomalasia,
kista laring, tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung,
ginjal dan organ lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan.
Bila fungsi otak tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan
terpengaruh. Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaan
atau gangguan lainnya seperti serebral palsi, miastenia gravis, poliomielitis.. Bila
kelainan susunan saraf pusat ini terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir biasanya
disertai dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangan
lainnya.
GANGGUAN PSIKOLOGIS
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan
pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam
menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis
dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan
makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab
utama kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik
pada anak. Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis
memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah terjadi sebelumnya.
Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu
waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor
psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik.
Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat
dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya
mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.
Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak dengan
orang tua, antara ayah dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga lainnya
dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak. Misalnya bila hubungan antara orang
tua yang tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga lainnya tidak baik atau
suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi
akan mengakibatkan anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih
atau depresi. Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa
membuat anak menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga termasuk
aktifitas makannya
Sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak sangat menentukan untuk
terjadinya gangguan psikologis yang dapat mengakibatkan gangguan makan.
Beberapa hal tersebut diantaranya adalah : perlindungan dan perhatian berlebihan
pada anak, orang tua yang pemarah, stress dan tegang terus menerus, kurangnya
kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas, urangnya pengertian dan
pemahaman orang tua terhadap kondisi psikologis anak, hubungan antara orang tua
yang tidak harmonis, sering ada pertengkaran dan permusuhan.
2. Anak sudah pernah mendapat imunisasi BCG, skar BCG ada, DPT Hib
Hep B 2x, dan polio oral 2x.
a. Apa saja imunisasi yang didapatkan pada anak usia 2 tahun 4 bulan dan
bagaimana kondisi pada kasus? 7 6 5
4. Riwayat keluarga: ayah usia 35 tahun, tamat SD dan bekerja sebagai petani.
Ibu usia 24 tahun, tidak tamat SD dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Pasien anak kedua dari dua bersaudara. Tidak ada keluhan yang sama pada
anggota keluarga yang lain.
a.Bagaimana pekerjaan orang tua Satria terhadap penyakit yang diderita
sekarang? 1 12 11
Pekerjaan orang tua satria pada kasus ini termasuk yang menengah ke bawah
sehingga kecukupan nutrisi yang diberikan juga tidak optimal.
b. Apa makna tidak ada keluhan yang sama pada anggota keluarga
yang lain? 2 1 12
5. Riwayat nutrisi sebelumnya: usia 0-2 bulan diberikan ASI saja, mulai usia 2
bulan sampai 1 tahun diberikan ASI dan susu formula standar (67 kkal/100
ml). MPASI diberikan saat usia 8 bulan karena menurut ibunya pasien tidak
mau makan. Saat ini minum susu pertumbuhan (1-3 tahun) 1-2 kali sehari
@100ml (75 kkal/100 ml). Dalam membuat susu, si ibu biasa mencampur susu
1 sendok takar (1 sendok takar=35 g) dengan air panas dicampur air dingin.
Satria makan nasi biasa 3x sehari sebanyak 2-3 sendok makan dengan lauk
1⁄2-1 butir telur per hari, atau ikan sungai ukuran sedang 1/3 potong sekali
makan. Snack sering diberikan berupa kerupuk, permen dan wafer.
b. Bagaimana tahapan pemberian nutrisi yang baik dari usia 0-2 tahun 4
bulan? 5 4 3
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) (2018)
1. Menu Makanan Bayi 0-5 Bulan
Hanya asi (asi eksklusif) atau ditambah pasi bila asi tidak mencukupi, jumlah asi+pasi
sekitar 750-800 cc perhari
Tawarkan makanan antara atau setelah umpan susu. Mulailah dengan menggunakan sendok
plastic lembut dengan menakuk. Makanan padat bayi pertama harusnya bertekstur encer dan
halus serta mempunyai rasa yang ringan. Sereal beras adalah makanan yang sangat baik jika
digunakan sebagai makanan padat pertama karena teksturnya halus dan kandungan besi yang
tinggi. Campur dengan sedikit ASI atau susu formula.
Makanan bubur lainnya yang bisa diperkenalkan adalah sayuran seperti labu, kentang,
wortel, dan zucchini, buah seperti apel, pir, melon, dan pisang. Mulailah dengan 1-2 sendok the
makanan padat. Tingkatkan kuantitas menjadi 2-3 sendok makan, dan kemudian tingkatkan
hingga tiga kali sehari sesuai dengan kemampuan bayi.
Setelah bayi berusia sekitar delapan bulan, mereka sudah makan sereal beras dan beberapa
buah-buahan serta sayuran yang berbeda. Cobalah makanan lain dengan protein dan kadar besi
yang lebih tinggi dengan tekstur tebal seperti :
Daging
Telur
Kacang polong kering, lentil, kacang buncis, kacang merah
Sereal berbasis gandum
Sertakan setidaknya 2-3 pilihan makanan yang berbeda setiap kali makan. Cobalah untuk
menawarkan secara terpisah, tidak selalu dicampur bersama. Hal ini memungkinkan anak
untuk mengembangkan preferensi makanan untuk selera yang berbeda.
CATATAN : Jika keluarga memiliki sejarah alergi yang kuat, bicarakanlah dengan hal ini
dengan dokter Anda.
Antara usia enam sampai Sembilan bulan, bayi mulai mengunyah ( walau mereka belu punya
gigi ). Selama waktu ini, penting untuk memberikan peningkatan tekstur makanan dari makanan
halus ke tekstur yang lebih kasar dan kemudian ke tekstur makanan cincang/ cincang halus.
Memperkenalkan makanan yang dicincang bisa mendorong anak untuk mengunyah dan
menggigit, yang pada akhirnya akan membantu kemampuan bicara anak.
Petunjuk :
Menyiapkan makanan dalam jumlah besar dan membekukan di freezer bisa menghemat waktu.
Tawarkan makanan antara atau setelah umpan susu. Mulailah dengan menggunakan sendok
plastic lembut dengan menakuk. Makanan padat bayi pertama harusnya bertekstur encer dan
halus serta mempunyai rasa yang ringan. Sereal beras adalah makanan yang sangat baik jika
digunakan sebagai makanan padat pertama karena teksturnya halus dan kandungan besi yang
tinggi. Campur dengan sedikit ASI atau susu formula.
Makanan bubur lainnya yang bisa diperkenalkan adalah sayuran seperti labu, kentang,
wortel, dan zucchini, buah seperti apel, pir, melon, dan pisang. Mulailah dengan 1-2 sendok the
makanan padat. Tingkatkan kuantitas menjadi 2-3 sendok makan, dan kemudian tingkatkan
hingga tiga kali sehari sesuai dengan kemampuan bayi.
Setelah bayi berusia sekitar delapan bulan, mereka sudah makan sereal beras dan beberapa
buah-buahan serta sayuran yang berbeda. Cobalah makanan lain dengan protein dan kadar besi
yang lebih tinggi dengan tekstur tebal seperti :
Daging
Telur
Kacang polong kering, lentil, kacang buncis, kacang merah
Sereal berbasis gandum
Sertakan setidaknya 2-3 pilihan makanan yang berbeda setiap kali makan. Cobalah untuk
menawarkan secara terpisah, tidak selalu dicampur bersama. Hal ini memungkinkan anak
untuk mengembangkan preferensi makanan untuk selera yang berbeda.
CATATAN : Jika keluarga memiliki sejarah alergi yang kuat, bicarakanlah dengan hal ini
dengan dokter Anda.
Antara usia enam sampai Sembilan bulan, bayi mulai mengunyah ( walau mereka belu punya
gigi ). Selama waktu ini, penting untuk memberikan peningkatan tekstur makanan dari makanan
halus ke tekstur yang lebih kasar dan kemudian ke tekstur makanan cincang/ cincang halus.
Memperkenalkan makanan yang dicincang bisa mendorong anak untuk mengunyah dan
menggigit, yang pada akhirnya akan membantu kemampuan bicara anak.
Petunjuk :
Menyiapkan makanan dalam jumlah besar dan membekukan di freezer bisa menghemat waktu.
e. Bagaimana pemberian kalori yang cukup pada satria saat usia 0-2
tahun 4 bulan? 8 7 6
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) (2018)
f. Bagaimana perhitungan kalori yang satria konsumsi saat ini? 9 8 7
Nutrisi Susu Nasi biasa Telur Ikan Kerupuk Normal Interpretasi
pertumbuha rebus
n
Kalori 100 ml = 75 1 sdm = 1 butir = 1 potong ikan 15 kal 1350 kkal 419 kkal
kkal 24 kal 77 kal = 84 kalori tidak
2 kali sehari 3 sendok 2 butir = 1/3 = 28 terpenuhi
= 150 kkal = 72 kal 154 kal kalori
Protein 100 ml = 100 ml = 1 butir = 1 potong ikan 0.22 gram 20 gram 25.44 gram
3.39 gram
3,39 gram 6.26 gram = 17.76 gram (terpenuhi)
2x sehari =
2 kali sehari 6.78 gram 2 butir = 1/3 = 5.92
= 6,78 gram 12.52 gram
gram
Lemak 100 ml = 1 sdm = 0 1 butir = 1 potong ikan 0. 76 45 gram 18.4 gram
2,06 gram gram 5.28 gram = 0.92 gram gram (tidak
2 kali sehari terpenuhi)
= 6,78 gram 2 butir : 0.92 /3= 0.3
5.28 x 2 = gram
10.56
gram
gi
h. Apa hubungan riwayat nutrisi yang diberikan dengan keluhan yang
dialami satria? 1110 9
1. Gizi yang didapat oleh satria tidak sesuai. Seperti di umurnya
sekarang yang seharusnya ia mendapatkan
Kalori : 1350 tapi pada kasus ia hanya mendapat sebanyak 416
Protein : 20 pada kasus ini terpenuhi
Lemak : 45 gram pada kasus ini tidak terpenuhi
7. Keadaan umum: tampak sangat kurus, ada pucat, tidak ada dispnea, sianosis
dan ikterus. Kesadaran compos mentis, denyut nadi 120x/menit, isi dan
0
tegangan cukup, pernapasan 24x/menit, suhu 35,5 C, TD tidak diukur. Hasil
pengukuran antropometri: berat badan 8kg, panjang badan 82 cm, LiLA 11
cm
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik? 2 1 12
b. Apa yang menyebabkan suhu menurun/ hipotermi pada
kasus?3 2 1
hipotermi gara gara gizi buruk —> jadi dia tu
lemaknya kan sedikit, nah fungsi lemak itu
kan utk menghangatkan tubuh. makanya dia
suhunya rendah.
c. Bagaimana pertumbuhan satria berdasarkan Chart WHO? 4 3
2
BB/U 8 kg
Di bawah – 3 = Severely underweight
PB/U 82 cm
Di antara -2 dan -3 = Stunted
BB/PB
Di bawah -3 = Severely wasted
IMT/U
8 / 0.822 = 11.89
Di bawah -3 = Severely Wasted
LiLA = 11 cm
Di bawah -3 = Gizi buruk
- IMT/U
8 / 0.822 = 11.89
Di bawah -3 = Severely Wasted
- LiLA = 11 cm
Di bawah -3 = Gizi buruk
8. Keadaan spesifik: tidak ada wajah seperti orang tua, warna rambut seperti
rambut jagung. Kelopak mata cekung, conjunctiva palpebra anemis, mukosa
bibir kering, tampak papil lidah atrofi dan angular cheilitis. Pemeriksaan
dada tampak iga gambang, jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen
tampak cekung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal.
Turgor kulit kembali lambat, wasting ada. Pada ekstremitas tidak ada edema,
telapak tangan dan kaki pucat, teraba dingin, CRT<3 detik.
a. bagaimana interpretasi keadaan spesifik pada kasus? 6 5 4
9. Pemeriksaan laboratorium:
Darah rutin: Hb 7,2 g/dL, leukosit 15.200/mm3, hitung jenis 0/1/76/15/8.
Eosinofil : 1 Normal
0-3
Neutofil : 76 Normal
Seg : 23-
45
Batang :
5-11
Limfosit : 15 Limfositopeni
36 - 35
Monosit : 8 Meningkat
3-6
Kronik
10.Feses rutin: warna kuning, lunak, amoeba (-), eritrosit 1-2, lekosit 0-1,
bakteri (+), jamur (-), telur cacing (-), sisa makanan (-).
Feses rutin ada eritrosit itu abnormal tetapi perlu cek lagi darah samar
pada feses. secara mikroskopis ada eritrosit bisa saja perdarahan di usus
halus atau usus besar bagian proximal. usus bagian ascenden dan
transcenden
Normal
11. Urinalisis: warna kuning jernih, BJ 1.010, pH 6, protein (-), ascorbic acid (-),
glukosa (-), keton (-), Nitrit (-), lekosit esterase (-), sedimen urine: epitel (-),
lekosit 20-30/lpb, eritrosit 0-1/lpb, silinder (-), kristal (-), bakteri (-).
Leukositosis
- pemeriksaan gram
Hipotesis : satria, 2 tahun 4 bulan mengalami gizi buruk dengan tipe marasmus dengan
komplikasi anemia, dehidrasi, anoreksia, infeksi
Anamnesis
Pada anamnesis, dapat ditanyakan kepada kedua orang tua pasien tanda-tanda dan gejala dari
marasmus, sehingga dapat menentukan variasi dan durasi dari kekurangan energi pada anak
tersebut. Marasmus biasanya ditandai dengan anak yang menyusui lebih sering. Gagal
tumbuh juga merupakan manifestasi awal dari marasmus. Diare kronik merupakan gejala
tersering yang terdapat pada marasmus, dan biasanya anak akan mengalami gangguan makan.
Gejala klinis juga mungkin didapatkan tanda dari infeksi akut. Saat anamnesis, dapat juga
ditanyakan apa terdapat tanda bahaya, seperti tanda syok (ujung jari dingin, penurunan
kesadaran, rejatan), letargis, muntah dan atau diare yang menandakan adanya tanda dehidrasi
(seperti kapan BAK terakhir?). Kemudian dapat ditanyakan anamnesis untuk mengetahui
faktor penyebab terjadinya gizi buruk, seperti riwayat kehamilan & kelahiran usia kehamilan,
BB lahir, riwayat pemberian makan (pola makan), riwayat imunisasi dan pemberian vit A,
riwayat penyakit penyerta/penyulit, riwayat tumbuh kembang, riwayat kematian pada saudara
kandung untuk mencari kemungkinan faktor penyakit genetik, status sosial pasien, ekonomi
dan budaya keluarga, dan sebagainya.
Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik, biasanya didapatkan anak mengalami wasting. Pengukuran
antropometri juga berguna dalam mendeteksi secara cepat tipe dan tingkat keparahan dari
malnutrisinya. Hasil pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan pada marasmus ialah
berkurangnya massa otot dan massa lemak subkutan. Beberapa kelompok otot, seperti
bokong dan otot-otot ekstremitas atas, merupakan otot yang paling sering terkena dampaknya
daripada otot lain. Otot pada wajah juga terlihat tirus dan memanjang, sehingga sering
disebut sebagai ‘wajah orang tua’. Massa lemak wajah yang berkurang menunjukkan tingkat
keparahan yang tinggi pada marasmus. Selain itu, juga ditemukan anoreksia dan mengganggu
proses intake nutrisi lebih lanjut. Anak yang gelisah, atau tampak tidak nyaman bisa jadi
dapat ditemukan pada pemeriksaan fisiknya. Apatis atau tampak lesu pada marasmus
mengindikasikan gejala yang serius. Beberapa gejala klinis yang menandakan tingkat
keparahan marasmus yang tinggi harus diobservasi lebih lanjut, untuk mengetahui apakah
sudah terjadi komplikasi atau tidak, khususnya komplikasi yang mengarah kepada infeksi.
Pemeriksaan fisik harus benar-benar diobservasi. Walaupun tingkat abnormalitasnya rendah,
namun bisa jadi mempunyai dampak klinis yang signifikan. Suhu tubuh normal yang
meningkat menjadi demam, dan batuk-batuk kecil bisa saja merupakan tanda infeksi
pneumonia. Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan, kemudian mendiagnosis tipe
dan tingkat keparahan dari malnutrisi, setelah itu mengidentifikasi apakah ada penyakit
penyerta atau komplikasi terhadap organ atau sistem tubuh tertentu, seperti sistem
gastrointestinal, saraf, atau kardiovaskuler. Dari pemeriksaan fisik, biasanya pasien tampak
sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel,
kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada karena dipakai sebagai
sumber energi (tanda seperti pakai celana longgar/baggy pants). Perut umumnya cekung, dan
tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”).
Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis marasmus, sebenarnya tidak ada pemeriksaan pemeriksaan
penunjang yang spesifik. Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendeteksi apakah ada perubahan pada fungsional tubuh, seperti komposisi tubuh dan
metabolik tubuh. Adapun pemeriksaan laboratorium yang biasanya digunakan mencangkup:
a) Gula darah: untuk identifikasi tanda-tanda hipoglikemia
b) Pemeriksaan apusan darah: untuk identifikasi apakah terdapat parasit tertentu yang
menandakan ada infeksi
c) Pemeriksaan Hb: untuk identifikasi apakah mengalami anemia berat atau kelainan
hemoglobin lainnya
d) Pemeriksaan kultur urin dan leukosit urin: untuk identifikasi apakah terdapat infeksi
saluran kemih atau tidak (termasuk pemeriksaan nitrit)
e) Pemeriksaan feses: untuk identifikasi apakah terdapat parasit tertentu (identifikasi tanda
disentri)
f) Pemeriksaan albumin: walaupun tidak berguna dalam diagnosis, namun berguna dalam
menentukan prognosis; jika kadar albumin kurang dari 35 g/L, sintesis protein biasanya
terganggu secara masif.
g) Tes HIV: bukan merupakan pemeriksaan yang rutin, namun untuk melihat apakah ada
penyakit penyerta tertentu
h) Elektrolit: untuk identifikasi apakah ada kelainan/ketidakseimbangan elektrolit,
misalnya hipernatremia.
b. Apa diagnosis kerja pada kasus? 2 5 8
Gizi Buruk tipe marasmus, anemia defisiensi besi.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita
menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi
buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk
tingkat berat.
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan
BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional
untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%,
maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui.
Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada
tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau
mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.
Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,
tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan
lembek.
Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat
pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho
lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga
dikenal signo de bandero.
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran gula darah setelah 30 menit.
Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian glukosa atau
gula 10%.
Jika suhu rektal <35,5oC atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia
disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai
keadaan (hipotermia dan hipoglikemia)
5. Mengobati infeksi
Jika tidak ditemukan komplikasi atau infeksi yang jelas, berikan kotrimoksasol
oral setiap 12 jam selama 5 hari. Jika terdapat komplikasi, berikan ampisilin
iv/im setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan amoksisilin setiap 8 jam selama 5
hari. Apabila keadaan tidak membaik dalam 48 jam, berikan kloramfenikol
iv/im setiap 6 jam selama 10 hari. Berikan antibiotik khusus jika jenis bakteri
diketahui.
6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
Pada Satria berikan mikronutrien berupa:
a. Vitamin A selama 3 hari, berikan 1 kapsul merah (200.000 SI) setiap hari
b. Vitamin C 100 mg/hari (2 tablet)
c. Vitamin B kompleks 1 tablet/hari
d. Asam folat 5 mg pada hari pertama dan 1 mg/hari untuk hari-hari berikutnya
e. Jika terdapat anemia: Zat besi hanya diberikan setelah minggu kedua (pada fase
rehabilitasi), berikan sirup besi (sulfas ferosus 150 ml) 1 kali sehari sebanyak 0,5
sendok teh (2,5 ml)
b. Fase transisi
Pada fase transisi diberikan Formula 100 dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Energi: 100 – 150 kkal/kgBB/hari
2) Protein: 2 -3 g/kgBB/hari
3) Cairan 150 ml/kgBB/hari
o BB < 7kg berikan F-100 + makanan bayi/lumat dari sari buah berikan
sampai tercapai BB/PB > -2 SD Standar WHO 2005 (kriteria sembuh)