Anda di halaman 1dari 166

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Manusia adalah makhluk paling mulia yang diciptakan oleh Allah

SWT. Kemuliaan manusia akan tampak apabila pada dirinya melekat akhlak

mulia. Sebaliknya manusia akan menjadi manusia yang paling rendah nilainya,

apabila manusia kehilangan kemanusiaannya yang dilekatkan oleh Allah

kepada manusia.

Akhlak adalah suatu “gerakan” dalam jiwa seseorang, yang menjadi

sumber perbuatannya yang bersifat alternatif baik atau buruk, bagus atau jelek

sesuai dengan pengaruh pendidikan yang diberikan kepadanya. Apabila jiwa ini

dididik untuk mengutamakan kemuliaan dan kebenaran, mencintai kebajikan,

menyukai kebaikan, dilatih untuk mencintai kebaikan dan membenci kejelekan,

maka dengan mudah akan lahir darinya perbuatan-perbuatan yang baik dan

tidak sulit baginya untuk melakukan apa yang disebut akhlak baik. Sebaliknya,

apabila jiwa itu ditelantarkan, tidak dididik dengan semestinya, tidak dibina

unsur-unsur baik yang ada padanya sehingga ia mencintai keburukan dan

membenci kebaikan, maka akan muncul darinya perkataan-perkataan dan

perbuatan-perbuatan yang hina dan cacat yang disebut sebagai akhlak buruk.1

Islam menekankan akhlak baik dan menyeru kaum muslim untuk

senantiasa membina serta menanamkannya di dalam jiwa manusia. Islam

mengukur iman seorang hamba berdasarkan keutamaan dirinya dan mengukur

keislaman seorang hamba berdasarkan kebaikan akhlaknya. Allah SWT sendiri

1
Abu Bakar Jabir El-Jazairi, Pola Hidup (Minhajul Muslim) Thaharah, Ibadah, dan
Akhlak, (Terj. Rachmat Djatnika, dkk), (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991), 337
2

memuji Rasul-Nya Muhammad SAW lantaran kebaikan beliau. Sebagaimana

dalam firman-Nya :

Artinya : “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar


berbudi pekerti Agung….” (Q.S. al-Qalam : 4)2.

Mengapa kita lahir di dunia ? Apakah yang menjadi tujuan hidup kita?

Kemana kita akan pergi setelah kita mati ? Pertanyaan-pertanyaan prinsip itu

seringkali mengusik pikiran kita, dan kita harus mampu menjawabnya. Apabila

gagal, tidak mustahil hal itu akan menyebabkan kita menderita konflik batin

yang rumit dan menanggung beban psikologis yang berat sepanjang hidup.

Bahkan, tidak tertutup kemungkinan hal itu menjadi sebuah stres yang

mendalam dan melahirkan sikap putus asa.

Danah Zohar dan Ian Marshall yang dikutib oleh Abd Wahab dan

Umiarso mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk

menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan

untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.3

Kecerdasan spiritual adalah salah satu upaya yang bisa digunakan

untuk menata spiritual manusia guna mencapai makna hidup. Kecerdasan

spiritual berfungsi mengintegrasikan Emotional Quotient (EQ) dan

2
R.H.A. Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 1971), 960
3
Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) 49
3

Intelligence Quotient (IQ) yang merupakan potensi dalam diri manusia,

sehingga manusia akan mempunyai nilai moralitas yang tinggi.4

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang mengajarkan nilai-

nilai kebenaran.5 Dengan kecerdasan emosional, membuat orang paham apa

yang dirasakan orang lain dan mendorong perilaku positif. Dan dengan

spiritual membuat orang bisa memaknai hidup dengan lebih bijaksana.

Gambaran hidup masyarakat modern sekarang ini dimana krisis global

yang sedemikian kompleks dan multidimensional yang segi-seginya sudah

merambah setiap sudut kehidupan kita mulai dari kesehatan, mata pencaharian,

kualitas lingkungan, hubungan sosial, ekonomi, teknologi, politik, dan bahkan

merasuk ke dalam krisis moral, intelektual, dan krisis spiritual sekaligus. 6

Krisis spiritual ini ditandai dengan hidup tak bermakna. Kehendak hidup

bermakna inilah yang sekarang menjadi visi hidup alternatif di tengah

meluasnya problem-problem spiritual yang menjangkit manusia modern

dewasa ini. Apabila gagal, mereka tidak saja gagap menjalani hidup secara

lebih bermakna, melainkan juga mereka sudah gelap dengan diri mereka

sendiri.

Seperti yang kita ketahui bahwa semakin lama kondisi moral atau

akhlak generasi muda mulai rusak atau hancur dikarenakan kurangnya adanya

pemahaman bagaimana mengelola kecerdasan yang dimilikinya terutama

kecerdasan spiritual. Hal ini dibuktikan dari data Pusat Pengendalian Sosial

DKI Jakarta, bahwa Pelajar SD, SMP dan SMA yang terlibat tawuran mencapai

4
Ibid..., 5
5
Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power : Sebuah Inner Journey melalui Al-Ihsan, (Jakarta :
Arga, 2003), 65
6
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Kecerdasan Spiritual ; Mengapa SQ Lebih
Penting Daripada IQ dan EQ, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 2-3
4

0,08 % atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta.

Bahkan, 26 siswa diantaranya meninggal dunia.7

Akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, maka misi Rasulullah SAW itu sendiri keseluruhannya adalah untuk

memperbaiki akhlak yang mulia. Jadi apabila akhlak menjadi dasar

pengembangan kecerdasan spiritual maka manusia akan dapat

menginternalisasikan moral dan budi pekerti yang baik dan sekaligus mampu

mengeksternalisasikannya ke dalam perilaku hidup sehari-hari karena muara

kecerdasan spiritual adalah akhlak yang mulia (perilaku yang baik). Akhlak

inilah yang membantu manusia lebih memaknai hidupnya, dan dapat

menghantarkan manusia kepada sumber kebahagiaan yang hakiki yaitu Allah

SWT. Hidup berbahagia adalah hidup sejahtera dan diridhai Allah SWT serta

disenangi oleh sesama makhluk.8

Data diatas merupakan salah satu contoh dari beberapa kasus yang

terjadi di Indonesia. Hal itu terjadi karena para pelajar belum bisa mengelola

kecerdasan spiritual yang telah dimilikinya dengan baik. Sehingga, tindakan

yang dilakukan dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain serta

lingkungan di sekitarnya.

Berangkat dari permasalahan diatas, pendidikan madrasah merupakan

pendidikan yang berperan aktif dalam proses pembentukan manusia insan

kamil. Karena pendidikan Islam adalah segala upaya proses pendidikan yang

dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik secara individual

maupun secara sosial, untuk mengarahkan potensi, atau fitrahnya melalui


7
Dharma Kesuma,dkk, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 3
8
Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Solo : Ramadhani, 1989), 2
5

proses intelektual maupun spiritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai

kehidupan dunia akhirat.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di MTsN

Kediri II dan MTsN Kanigoro dengan beberapa alasan diantaranya : MTsN

Kediri II adalah MTsN terbaik di wilayah Kota Kediri. Madrasah ini

merupakan madrasah unggulan yang sangat diminati oleh masyarakat karena

prestasinya yang luar biasa dalam mengantarkan peserta didiknya untuk

masuk ke MA/SMA fovorit. Prestasi yang lain yaitu banyak dari peserta

didiknya yang mampu menjuarai berbagai olimpiade maupun lomba karya

ilmiah di tingkat nasional, tidak hanya itu MTsN Kediri II ini juga memiliki

asrama yang siap membina kegiatan-kegiatan keagamaan yang mampu

mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang berbudi luhur. Hal inilah

yang menjadikan madrasah tersebut mempunyai citra positif di mata publik.

Demikian juga dengan MTsN Kanigoro, madrasah ini merupakan

salah satu madrasah yang mempunyai citra positif. Hal ini terbukti dari

banyaknya minat masyarakat yang menyekolahkan putra/putrinya di madrasah

tersebut. MTsN kanigoro mempunya asrama yang dapat secara maksimal

membimbing peserta didik dalam bidang keagamaan. MTsN Kanigoro mampu

mencatatkan dirinya sebagai lembaga yang mempunyai jumlah siswa yang

cukup besar meskipun lembaga tersebut terletak di daerah pedesaan dan tidak

dapat dijangkau dengan transportasi umum. Ini tentu menjadi daya tarik

tersendiri bagaimana sekolah yang berlokasi kurang strategis namun berhasil

menyaring banyak siswa dari berbagai kalangan. Selain itu, MTsN Kanigoro

mempunyai ciri khas tersendiri yaitu peserta didik dituntut untuk dapat
6

memiliki kemantapan aqidah, kekhusukan ibadah (spiritual quetient),

keluasan IPTEK (Intelegency Quetient), dan keluhuran akhlak (Emotional

Quotient).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis ingin menggali

data yang lebih otentik lagi tentang pentingnya akhlak dalam hubungannya

dengan kecerdasan spiritual dalam tesis yang berjudul : “Upaya Guru Dalam

Pembentukan Akhlak Melalui Pengembangan Kecerdasan Spiritual

Peserta Didik” (Studi Multisitus di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro

Kras Kediri).

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini di fokuskan pada proses pembentukan akhlak peserta

didik dalam pembelajaran di kelas, proses pembentukan akhlak peserta

didik dalam kegiatan ekstrakulikuler, proses pembentukan akhlak peserta

didik di luar sekolah di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas maka penulis merumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam pembelajaran di

kelas di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri ?

2. Bagaimana upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam kegiatan

ekstrakulikuler di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri ?


7

3. Bagaimana upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik di luar sekolah di

MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menjelaskan

1. Untuk menjelaskan bagaimana upaya guru dalam proses pembentukan

akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam

pembelajaran di kelas di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri.

2. Untuk menjelaskan bagaimana upaya guru dalam proses pembentukan

akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam

kegiatan ekstrakulikuler di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras

Kediri.

3. Untuk menjelaskan bagaimana upaya guru dalam proses pembentukan

akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik di luar

sekolah di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan

pikiran penulis ke dalam khazanah ilmiah mengenai upaya pembentukan

akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik.

2. Secara Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah


Hasil penelitian ini bagi Kepala Sekolah dapat digunakan sebagai acuan

dalam mengembangkan kualitas madrasah.


b. Bagi Guru
8

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi sebagai

masukan dalam pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik dalam membentuk pribadi yang

cerdas dan mempunyai spiritual tinggi

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah

wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat penting dan

berguna bagi dunia pendidikan

d. Bagi perpustakaan IAIN Tulungagung

Hasil penelitian ini berguna bagi perpustakaan IAIN Tulungagung,

yakni untuk dijadikan sebagai literatur dibidang pendidikan terutama

yang bersangkutan dengan pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari persepsi yang salah dalam memahami judul tesis

ini, maka peneliti perlu memperjelas istilah yang penting dalam judul proposal

tesis ini secara konseptual dan operasional. Adapun istilah tersebut

sebagaimana berikut:

1. Penegasan Konseptual

a. Pembentukan Akhlak

Pembentukan akhlak adalah proses atau cara membentuk sifat

yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara
9

spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau

pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.9

b. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual didefinisikan oleh Danah Zohar dan Ian

Marshall sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan

masalah makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan

perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan

lebih kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.10

Kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar Agustin adalah

kemampuan untuk memberikan makna terhadap setiap perilaku dan

kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,

menuju manusia seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pikiran tauhid

(integral-realistik) serta bersifat hanya kepada Allah.11

Dari uraian beberapa tokoh di atas, penulis menyimpulkan

bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi,

memecahkan, dan menempatkan pengalaman-pengalaman hidup yang

telah dialami ke dalam konteks yang lebih luas, lebih kaya, lebih

mendalam dan lebih bermakna demi sumber kebahagiaan sejati yaitu

Allah SWT.

2. Secara Operasional

9
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam/LPPI, 2004), 2
10
Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual... 49
11
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual : ESQ,
(Jakarta : Arga, 2002), 57
10

Adapun secara operasional upaya pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik adalah suatu tindakan atau

usaha seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak

sehingga terbentuklah akhlak karimah peserta didik agar supaya dapat

menjadi manusia yang berbudi luhur, beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT dan sebagai dasar untuk bekal kehidupan di dunia dan di akhirat.
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Akhlak

1. Definisi Akhlak

a. Menurut Bahasa

Akhlak secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang berarti

mencipta, membuat, atau menjadikan. Akhlak adalah kata yang

berbentuk mufrad, jamaknya adalah khuluqun, yang berarti perangai,

tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi,

akhlak secara etimologi berarti perangai, adat, tabiat atau sistem

perilaku yang dibuat oleh manusia.12

b. Menurut Istilah

Menurut Yanuhar Ilyas akhlak adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bila

diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih

dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Sedangkan

menurut Imam Al-Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan

mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.13

Disamping istilah akhlaq, juga dikenal istilah etika dan moral.

Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap

dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-

masing. Bagi akhlaq standarnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah; bagi


12
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 29
13
Yanuhar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam
(LPPI), 2011), 2
12

etika standarnya pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral

standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.14

Akhlak disebut tingkah laku yang melekat kepada

seseorang karena telah dilakukan berulang-ulang atau terus-menerus.

Akhlak atau sistem perilaku dapat diwujudkan melalui sekurang-

kurangnya dua pendekatan sebagai berikut:

1) Rangsangan

Rangsangan adalah perilaku manusia yang terwujud karena adanya

dorongan dari suatu keadaan. Keadaan dimaksud, terwujud karena

adanya: (1) latihan; (2) tanya jawab; (3) mencontoh, dan

sebagainya.

2) Kognitif

Kognitif adalah penyampaian informasi yang disadari oleh dalil-

dalil Al-Quran dan Al-Hadits, teori, konsep. Hal dimaksud dapat

diwujudkan melalui (1) dakwah; (2) ceramah; (3) diskusi dan

sebagainya.

Pembahasan-pembahasan pengertian akhlak bercirikan

sebagai berikut:

1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi

kepribadiannya.

2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran

14
Ibid... 3
13

3) Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan

yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada

paksaan atau tekanan dari luar.

4) Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan

yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau

karena bersandiwara.

5) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah.15

2. Pembagian Akhlak

Akhlak manusia terdiri atas akhlak yang baik (al-akhlaq al-

mahmudah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-mazmumah), sehingga

harus diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun dari tidurnya,

sejak bangun tidur sampai akan tidur kembali. Jadi akhlak seseorang

dapat digolongkan menjadi dua kategori,yaitu:16

1) Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah yaitu perbuatan-perbuatan baik yang

datang dari sifat-sifat batin yang ada dalam hati menurut syara’.

Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul, anbiya, aulia

dan orang-orang yang salih. Adapun syarat-syarat diterima tiap

amal salih itu dilandasi dengan sifat-sifat terpuji juga antara lain

sebagai berikut:

a) Ash-Shidiq (jujur/benar).

b) Berani
15
Aminuddin, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) 153
16
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),
238-240
14

c) Amanah (memelihara dan melaksanakan hak-hak Allah dan hak-

hak manusia).

d) At-Tawadlu (rendah hati atau tahu diri).

e) Tawakkal (berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam

menghadapi sesuatu pekerjaan atau keadaan).

f) Santun

g) At- taubat (kembali kepada kesucian setelah melakukan dosa).

h) At-Taqwa (melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi

larangan-larangan-Nya baik secara sembunyi-sembunyi maupun

terang-terangan).

i) Mendahulukan kebutuhan/kepentingan orang lain, sekalipun

dirinya membutuhkannya.

j) Berlaku sama tengah dalam semua urusan dan melaksanakannya

sesuai dengan ketentuan syari’at.17

k) Amar makruf dan nahi munkar (perbuatan yang dilakukan oleh

manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan

kemaksiatan dan kemungkaran. Sebagai implementasi perintah

Allah)

l) Syukur (berterima kasih terhadap nikmat yang telah

dianugrahkan Allah kepda manusia dan seluruh makhluknya)

m) Qana’ah (merasa cukup dan rela dengan pemberian yang

dianugrahkan oleh Allah.

2) Akhlak Mazmumah
17
Thaib Ismail. Risalah Akhlak. (Yogyakarta: CV Bina Usaha, 1992), hal. 57-75.
15

Akhlak mazmumah yaitu sifat-sifat tercela atau keji menurut

syara’ dibenci Allah dan Rasulnya yaitu sifat-sifat ahli maksiat kepada

Allah. Sifat-sifat itu sebagai sebab tidak diterimanya amalan-amalan

manusia, antara lain:

a) Melihat kebagusan dan kebajikan diri sendiri dengan ajaib hingga

dia memuji akan dirinya sendiri

b) Takabur (membesarkan diri atas yang lain dengan pangkat, harta,

ilmu dan amal)

c) Riya’ (beramal dengan tujuan ingin mendapatkan pangkat, harta,

nama, pujian, sebagai lawan dari ikhlas)

d) Suka harta dunia baik halal maupun haram

e) Egois

f) Kikir

g) Al-Hamr (peminum khamar)

h) Khianat

i) Aniaya

j) Pengecut

k) Dosa besar

l) Pemarah

m) Curang

n) Menipu, memperdaya

o) Adu domba

p) Dengki

q) Sombong
16

r) Homosex

s) Ingin mendengar kelebihannya

t) Al-Riba (makan riba)

u) Berolok-olok

v) Mencuri

w) Al-Syahwat (mengikuti hawa nafsu)

x) Boros

y) Membunuh

z) Berlebih-lebihan

aa) Berbuat kerusakan

bb) Dendam

cc) Merasa tidak perlu pada yang lain. 18

Dengan demikian, perbuatan manusia, perangai atau akhlak

dapat diklasifikasikan menjadi akhlak terpuji yakni yang

menguntungkan dan akhlak tercela yang merugikan.

3. Sumber dan Dasar Akhlak

Yang dimaksud dengan sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran

bauk dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber ajaran akhlak ialah al-

Qur’an dan hadist.19 Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh

suri tauladan bagi umat manusia semua. Ini ditegaskan oleh Allah dalam

firmannya yang berbunyi:

         
      

18
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 199
19
Yanuhar Ilyas, Kuliah Akhlaq..... 4
17

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab
ayat 21)20

Dalam Islam, yang menjadi dasar atau alat pengukur yang

menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau buruk, adalah Al-Qur’an

dan Sunnah. Apa yang baik menurut Al-Qur’an Sunnah, itulah yang baik

untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya apa

yang buruk menurut Al-Qur’an dan Sunnah, berarti itu tidak baik dan

harus dijauhi.21

Akhlak yang baik (terpuji) memiliki banyak keutamaan, di dunia

maupun di akhirat, baik bagi individunya maupun bagi masyarakatnya.

Diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah:

a. Bahwa akhlak yang terpuji merupakan realisasi perintah Allah SWT.

b. Merupakan bentuk ketaatan kepada Rasulullah SAW.

c. Akhlak yang terpuji bentuk keteladanan kepada Rasulullah SAW.

d. Akhlak terpuji adalah ibadah yang paling agung

e. Pengangkat derajat

f. Nafkah bagi hati

g. Mempermudah segala urusan

h. Akhlak yang terpuji akan memunculkan pembicaraan yang terpuji

i. Kecintaan kapada Allah SWT.

j. Selamat dari kejahatan mahluk

k. Dekat kepada majlis Nabi SAW pada hari kiamat.22

20
Al-Qur’an dan Terjemahnya..., hal. 670
21
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), 11
18

Al-Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak

yang baik yaitu sebagai berikut:

a. Mencari hikmah. Hikmah adalah keutamaan yang lebih baik.

b. Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan

kekuatan amarahnya dengan akal untuk maju.

c. Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat

mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama.

d. Berlaku adil. Adil yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi

haknya sesuai dengan fitrahnya, atau seseorang mampu menahan

kemarahannya dan nafsu syahwatnya untuk mendapatkan hikmah

dibalik peristiwa yang terjadi.23

4. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak dalam Islam


Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan

yang istimewa dan sangat penting. Hal ini dapat dilihat sebagaimana

berikut :24
a. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia

sebagai misi pokok risalah Islam. Beliau bersabda :


(‫ت قللتتلماَ لملكاَقرلم اخللخخللقق )رواه البيهقى‬ ‫ق ق‬
‫انلناَبتعثخ ت‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia.” (H.R. Baihaqi)

b. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga

Rasulullah Saw pernah mendefinisakan agama itu dengan akhlak yang

baik. Pendefinisian agama (Islam) dengan akhlak yang baik itu

sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wukuf di Arafah.

22
Muhammad Bin Ibrahim Al Hamad. Akhlak-akhlak Buruk: Fenomena sebab-sebab
terjadinya dan cara penobatannya.( Bogor: Pustaka Darul Ilmi. 2007), 107-111.
23
Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia,
Terj.Muhammad Al-Baqir (Bandung: Mizan, 2014), 33
24
Yanuhar Ilyas, Kuliah Akhlaq,... 6-11
19

Rasulullah Saw menyebutkan, “Haji adalah Wukuf di Arafah.” Artinya

tidak sah haji seseorang tanpa wukuf di Arafah.


c. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang

nanti pada hari kiamat. Rasulullah Saw bersabda:


....‫لماَقمخن لشخىءءألثَخيلقتل قف ق خمييلزاقن خاللعخبقداخلخؤقمقن يليخولم خالققلياَلمقةقمخن تحخسقن اللتلتقق‬
‫ت‬
(‫)رواه التمذى‬
“Tidak ada satupun yang akan lebih memberatkan timbangan
(kebaikan) seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari
akhlak yang baik... “ (H.R. Tirmidzi)

d. Rasulullah Saw menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai

ukuran kualitas imannya. Rasulullah Saw bersabda :


(‫ي أقخلياَقناَألخحلسنَتيتهخم تخلتققاَ )رواه التمذى‬ ‫قق‬
‫ألخكلمتل اخلتخؤمنَ خ ل‬
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya.” (H.R. Tirmidzi)

e. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari

ibadah kepada Allah Swt. Misalnya shalat, puasa, zakat, dan haji.

Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak dakan mengerjakan

segala perbuatan yang tergolong keji dan mungkar. Sebab apalah arti

shalatnya kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian dan

kemungkaran. Seorang yang benar-benar berpuasa demi mencari

Ridha Allah SWT. disamping menahan keinginannya untuk makan

dan minum, tentu juga akan menahan dirinya dari segala kata-kata

kotor dan perbuatan yang tercela. Sebab tanpa meninggalkan

perbuatan yang tercela itu dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari

puasanya kecuali hanya rasa lapar dan haus semata. Begitu juga

dengan ibadah zakat dan haji, dikaitkan oleh Allah SWT hikmahnya

dengan aspek akhlak. Ringkasnya, akhlak yang baik adalah buah


20

ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan

akhlak yang baik dan terpuji.


f. Nabi muhammad Saw selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan

akhlak beliau.
g. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan

dengan akhlak.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya

Akhlak

Pada dasarnya iman manusia itu berubah-ubah tidak seperti

malaikat, itu berarti bahwa pribadi manusia itu mudah dan dapat

dipengaruhi oleh sesuatu. Karena itu harus ada usaha untuk mendidik

kepribadian, membentuk pribadi yang berarti adalah yang berusaha untuk

memperbaiki kehidupan anak yang nampak kurang baik, sehingga menjadi

anak yang berakhlak baik.

Jika kita amati ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

akhlak

siswa yaitu dua bagian: Pertama, faktor-faktor umum. Kedua, faktor-

faktor khusus.

Faktor-faktor umum ialah lingkungan, baik keluarga maupun

masyarakat, di antaranya adalah:

1. Orang tua

Kedua orang tua merupakan contoh bagi anak-anaknya. Oleh

karena itu baik dan buruknya seorang anak tergantung kepada

pendidikan kedua orang tua, anak diibaratkan seperti kertas yang masih
21

bersih, kalau dihitamkan ia akan menjadi hitam, kalau diputihkan ia

akan menjadi putih.

2. Sekolah

Sekolah adalah faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

akhlak siswa setelah kedua orang tua karena sekolah merupakan tempat

untuk mendidik dan membentuk akhlak para siswanya.

Jika kita membahas tentang kedudukan sekolah di masyarakat

maka sekolahan berperan sebagai berikut:

a. Guru merupakan wakil wali murid di dalam mendidik anaknya dari

keterangan tersebut jelas bahwa sekolah tidak dapat menjalankan

peranannya kalau tidak ada kerja sama antara pihak sekolah dan wali

murid.

b. Sekolah merupakan wahana untuk membentuk fitrah akhlak/agama,

fitrah intelek, dan disini pula siswa cita-citanya dikembangkan dan

diarahkan seoptimal mungkin.

Adapun faktor yang berpengaruh dalam proses terbentuknya

akhlak pada siswa adalah menurut Djadmika Rahmat ada dua macam

yaitu:

a. Faktor dari luar dirinya

1) Lingkungan

2) Rumah tangga dan sekolah

3) Pergaulan taman dan sahabat

4) Penguasa atau pemimpin

b. Faktor dari dalam dirinya


22

1) Kepercayaan

2) Keiginan

3) Hati nurani

4) Hawa nafsu.25

Semua faktor-faktor tersebut menjadi satu sehingga dapat berperan

dalam pembentukan akhlak yang mulia. Segala tingkah yang dilakukan

oleh siswa baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar berarti itulah

yang lebih kuat dan lebih banyak memberi warna pada mental anak. Jika

lebih kuat berada pada ciri-ciri yang terdapat pada akhlak yang mulia

maka anak mempunyai akhlak yang mulia dan sebaliknya. Dan pribadi

(akhlak) siswa itu tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan yang dibawa

dari dalam yang sudah ada sejak lahir dan faktor lingkungan. Namun yang

jelas faktor-faktor diatas itu ikut serta dalam membentuk pribadi seorang

yang berada di lingkungan itu. Dengan demikian antara pribadi dan

lingkungan saling berpengaruh.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pada siswa itu

intinya ada dua macam yaitu faktor intern (dalam diri siswa sendiri) dan

ekstern (pengaruh dari lingkungan: baik keluarga, sekolah dan

masyarakat).

B. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence)


1. Pengertian Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence)
Sejak awal penciptaannya, manusia sering mencari jawaban dari

tiga pertanyaan fundamental, siapa Tuhan, siapa saya dan mengapa saya

lahir. Asal, tujuan dan identitas manusia merupakan pertanyaan yang


25
Djadmika Rahmat, Sistem Etika Islam Akhlak Mulia, (Surabaya: Pustaka Islami, 1987), 73
23

penting bagi kemanusiaan. Perkembangan spiritual merupakan proses

individu untuk menjawab pertanyaan tentang identitas, tujuan dan

makna kehidupan. Walaupun sejarah banyak yang mencatat berbagai

kelompok fanatik memaksakan kepercayaan mereka kepada orang lain,

dengan kekerasan, penyiksaan dan kematian, namun proses

perkembangan spiritualitas merupakan hal yang bersifat intrinsik dari

pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan sekarang mulai menyelidiki

gejala alamiah perkembangan spiritual manusia sebagai aspek esensial

dari kehidupan manusia.26


Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berarti prinsip

yang memfasilitasi suatu organisme, bisa juga dalam bahasa Latin

sapientia (Sophia dalam bahasa Yunani) yang berarti kearifan-

kecerdasan (wisdom intelligence). Sedangkan, spiritual berasal dari kata

spirit yang berasal dari bahasa Latin, yaitu spritus yang berarti napas.

Dalam istilah modern mengacu kepada energi batin yang non-jasmani

meliputi emosi dan karakter.27


Pengertian kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal sebagai

SQ (spiritual quotient), adalah kecerdasan nurani yang membimbing

manusia untuk berbuat kebaikan dan mengembangkan dirinya secara

utuh untuk menerapkan nilai-nilai positif.


Potensi besar yang dimiliki manusia, selain kecerdasan phisikal,

kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional, adalah kecerdasan

spiritual. Danah Zohar dan Ian Marshall yang dikutip R. Bambang

Sutikno mendefinisikan spiritual quotient sebagai kecerdasan untuk

26
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), 287
27
Toni Buzan, Kekuatan ESQ : 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Spiritual, Terj. Anan Budi Kuswandani, (Indonesia: PT Pustaka Delaptosa, 2003),6
24

menghadapi persoalan makna. Kecerdasan ini bertujuan menempatkan

perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kaya, dan

mendalam. Kecerdasan ini berguna untuk menilai bahwa tindakan atau

jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.28


Kecerdasan spiritual disebut juga kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan

yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri kita

secara utuh. Kecerdasan spiritual adalah kesadaran yang dengannya kita

tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi secara kreatif

menemukan nilai-nilai baru. Kecerdasan spiritual bukan doktrin agama

yang mengajak umat manusia untuk cerdas dalam memilih atau

memeluk salah satu agama yang dianggap benar. Kecerdasan spiritual

lebih merupakan konsep yang berhubungan dengan bagaimana

seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-

makna,nilai-nila, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya.

Kehidupan-kehidupan spiritual ini meliputi hasrat untuk hidup

bermakna (The Will To Meaning), yang memotivasi kehidupan manusia

untuk senantiasa mencari makna hidup (The Meaning Of Life), dan

mendambakan hidup bermakna (The Meaningfull Life).29


Spiritual quotient atau kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat

manusia menjalani hidup ini dengan penuh makna, selalu

mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua

yang dijalaninya selalu bernilai. Jadi, SQ dapat membantu seseorang

28
R. Bambang Sutikno, Sukses Bahagia dan Mulia dengan 5 Mutiara Kecerdasan
Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2014), 3
29
Abdul Majid, Yusuf Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islami, ( Jakarta : PT Raja
Grafindo Persana, 2002), 330
25

untuk membangun dirinya secara utuh. Semua yang dijalaninya tidak

hanya berdasarkan proses berpikir rasio saja, tetapi juga menggunakan

hati nurani karena hati nurani adalah pusat kecersadan spiritual. Dalam

konteks itulah hati menjadi elemen penting dalam kecerdasan spiritual.

Inilah suara yang relatif jernih dari hiruk-pikuk kehidupan kita, yang

tidak bisa ditipu oleh siapa pun, termasuk diri kita sendiri. Kebenaran

sejati sebenarnya lebih terletak pada suara hati nurani yang menjadi

pekik sejati kecerdasan spiritual (SQ). Oleh karena itu, kecerdasan

spiritual (SQ) menyingkap kebenaran sejati yang lebih sering

tersembunyi di tengah adegan-adegan hidup yang serba palsu dan

menipu.30

2. Tujuan Kecerdasan Spiritual

Krisis penyakit spiritual pada masyarakat modern sekarang ini, tidak

dapat diobati oleh kemampuan manusia dalam mengekspresikan kecerdasan

intelektual yang melahirkan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan tidak bisa

hanya diobati oleh kemampuan manusia dalam lingkungan kecerdasan

emosional saja. Kecerdasan spiritual yang dapat mengintegrasikan keduanya

yang dapat mengobati keadaan masyarakat tersebut, karena hanya

kecerdasan spiritual yang tidak bisa dimiliki oleh makhluk yang selain

manusia. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual bisa menyeimbangkan

antara nilai dan makna, dan menempatkan kehidupan manusia dalam

konteks yang lebih luas.

30
Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan Spiritual... 52
26

Para tokoh Kecerdasan Spiritual (SQ) ini termasuk Danah Zohar dan

Ian Marshall mempunyai tujuan yang sama dalam dataran teori, yaitu;

a. Supaya kehidupan manusia modern lebih arif dan bijaksana


b. Supaya manusia modern lebih mengerti makna dan tujuan hidup yang

sebenamya
c. Supaya manusia bisa mencapai kebahagiaan personal atau kebahagiaan

spiritual
d. Menghidupkan potensi pembawaan spiritual pada remaja, dewasa, dan

orang tua
e. Manusia bisa mengembangkan potensi pembawaan spiritual (Spiritual

Traits) pada anak-anak seperti keberanian, optimisme, keimanan,

perilaku konstruktif, empati, sikap mudah memaafkan, dan bijaksana

dalam menanggapi marah dan bahaya


f. Menjadikan manusia bisa kembali pada fitrahnya yang baik dan

mendapatkan kedamaian dalam diri dan kebahagiaan.31


3. Manfaat Kecerdasan Spiritual
Dukungan ilmu pengetahuan pada eksistensi Spiritual Quotient

(SQ) semakin hari semakin kuat dengan justifikasinya. Hal ini dibuktikan

dengan ilmu psikologi,sains,teknologi,seni, manajemen, dan kedokteran

yang kini tampaknya mengubah kepada fenomena spiritual atau SQ.


Menurut Abd. Wahab dan Umiarso ada beberapa manfaat yang

didapatkan dengan menerapkan SQ sebagimana berikut :32


a. SQ telah “menyalakan” manusia untuk menjadi manusia seperti adanya

sekarang dan memberi potensi untuk “menyala lagi” untuk tumbuh dan

berubah, serta menjalani lebih lanjut evolusi potensi manusiawi.


b. Untuk menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara

kratif.

31
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia ; Kecerdasan Spiritual; Mengapa SQ Lebih
Penting dari IQ dan EQ.... 50-57
32
Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Dan Kecerdasan Spiritual,... 58-60
27

c. Untuk berhadapan dengan masalah eksistensial, yaitu saat merasa

terpuruk,terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu

akibat penyakit dan kesedihan. SQ menjadikan sadar bahwa memiliki

masalah setidak-tidaknya bisa berdamai dengan masalah tersebut. SQ

memberi semua rasa yang “dalam” menyangkut perjuangan hidup.


d. Pedoman saat berada pada masalah yang paling menantang. SQ adalah

hati nurani kita.


e. Untuk menjadi cerdas secara spiritual dalam beragama.
f. Untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal,

serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain. SQ

membuat seseorang mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya,apa

makna segala sesuatu baginya, dan bagaimana semua itu memberikan

suatu tempat di dalam dirinya kepada orang lain dan makna-makna

mereka.
g. Untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena setiap orang

memiliki potensi untuk itu. SQ membantu tumbuh melebihi ego terdekat

diri dan mencapai lapisan yang lebih dalam yang tersembunyi di dalam

diri. Ia membantu seseorang menjalani hidup pada tingkatan makna yang

lebih dalam.
h. Untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati, dan

asal-usul sejati dari penderitaan dan keputus asaan manusia.


i. M. Quraisy Shihab dalam bukunya Dia Ada di Mana-mana mengatakan

bahwa kecerdasan spiritual melahirkan iman yang kukuh dan rasa

kepekaan yang mendalam. Kecerdasan semacam inilah yang menegaskan

wujud Allah yang dapat ditemukan di mana-mana. Kecerdasan yang

melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, memperluas

budi pekerti, dan dia juga yang melahirkan indra keenam bagi manusia.
28

Sementara itu, manfaat SQ yang terpenting adalah untuk dapat

memahami bahwa setiap saat, detik, dan desah napas selalu diperhatikan

Allah dan tidak pernah luput dari pengawasan Allah. Pada saat inilah timbuh

fenomena ihsan, yaitu ketika manusia bekerja merasa melihat Allah atau

merasa dilihat Allah. Ketika merasa dilihat Allah, seseorang akan melihat

Allah Yang Maha Paripurna tanpa sedikitpun kealpaan mengawasi setiap

jenis ciptaany-Nya. Ketika seseorang merasa dilihat Allah Yang Maha

Besar, dia akan merasa kecil sehingga kekuatan emosi dan intelektualnya

akan saling mengisi dan ini kemudian diwujudkan dengan munculnya

kekuatan dahsyat berupa tindakan yang positif dengan seketika. Pada

puncaknya, dengan kecerdasan spiritual seseorang akan mengenal dirinya,

mengenal Allah, dan selalu mendapatkan ridha-Nya. Tidak ada yang

melebihi keridhaan Allah.33

4. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual


Orang mempunyai kecerdasan spiritual, ketika menghadapi

persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan

rasional dan emosional saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna

kehidupan secara spiritual. Dengan demikian, cara meningkatkan

kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marhall yang dikutip

Abd. Wahab dan Umiarso adalah sebagai berikut:


Langkah 1 : Seseorang harus menyadari dimana dirinya sekarang
Langkah 2 : Merasakan dengan kuat bahwa dia ingin berubah
Langkah 3 : Merenungkan apakah pusatnya sendiri dan apakah motivasinya

yang paling dalam


Langkag 4 : Menemukan dan mengatasi rintangan
Langkah 5 : Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju
Langkah 6 : Menetapkan hati pada sebuah jalan

33
Ibid,...60
29

Langkah 7 : Dan akhirnya, sementara melangkah di jalan yang dipilih

sendiri, harus tetap sadar bahwa masih ada jalan-jalan yang lain.

Sementara itu, Sukidi memberikan langkah-langkah untuk

mengasah SQ menjadi lebih cerdas sebagai berikut :

a. Kenalilah diri anda, karena orang yang tidak bisa mengenal dirinya sendiri

akan lebih mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.


b. Lakukan introspeksi diri, atau yang dalam istilah keagamaan dikenal

sebagai upaya pertobatan.


c. Aktifkan hati secara rutin, yang dalam konteks orang beragama adalah

mengingat Tuhan karena Dia adalah sumber kebenaran tertinggi dan

kepada Dia-lah kita kembali. Cara yang gunakan adalah dengan berdzikir,

bertafakur, sholat malam, mengikuti tasawuf, dan lain sebagainya.


d. Setelah mengingat sang Khalik, kita akan menemukan keharmonisan dan

ketenangan hidup. Kita tidak lagi menjadi manusia yang rakus akan

materi, tetapi dapat merasakan kepuasan tertinggi berupa kedamaian dalam

hati dan jiwa, hingga kita mencapai keseimbangan dalam hidup dan

merasakan kebahagiaan spiritual.34

Ary Ginanjar menjelaskan cara untuk meningkatkan kecerdasan

emosi dan spiritual adalah seseorang harus melakukan 1 Ihsan, 6 Rukun

Iman, dan 5 Rukun Islam beliau menyebutnya “The ESQ Way 165”.

Bahwasannya Ihsan, Rukun Iman, dan Rukun Islam bukan hanya sebuah

ritual semata, melainkan memiliki makna mahapenting dalam pembangunan

kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) sebuah bangsa. Berikut adalah

gambaran tentang 1 Ihsan, 6 Rukun Iman, dan 5 Rukun Islam:

34
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ Lebih Penting
daripada IQ dan EQ ... 99
30

ZERO MIND PROSES 1

MENTAL BUILDING 6
6 Prinsip

MISSION STATEMENT
PENETAPAN MISI

CHARACTER BUILDING
PEMBANGUNAN KARAKTER

SELF CONTROLLING 5
PENGENDALIAN DIRI

STRATEGIC COLLABORATION
SINERGI

TOTAL ACTION
LANGKAH TOTAL

Gambar 2.1
1 Ihsan, 6 Rukun Iman, 5 Rukun Islam

Keterangan :

ZERO MIND PROSES : 1 Ihsan

MENTAL BUILDING : 6 Rukun Iman

MISSION STATEMENT : Syahadat

CHARACTER BUILDING : Shalat

SELF CONTROLLING : Puasa Ramadhan


31

STRATEGIC COLLABORATION : Zakat

TOTAL ACTION : Haji35

C. Penelitian Terdahulu

1. Muji Efendi, Upaya Madrasah Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah

Siswadi Mi Nurul Huda Ngletih Pesantren Kediri, Fakultas Tarbiyah,

Institut Agama Islam Tribakti Kediri, Tesis, 2013.36

2. Supriadi, Peranan Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama

Islam dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SMAN 7 Manado,

Konsentrasi: Pendidikan Agama Islam, Tesis.37

3. Fuadah, Harisahaq Layinul, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

Usia Dini Melalui Pembelajaran Dengan Metode Cerita Islami. Thesis,

Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.38

4. Elma’ruf Cholifatud Diniyah. Internalisasi Sikap Tawadlu’ Dan Sabar

Guru Dalam Menumbuhkan Akhlak Siswa (Studi Multisitus Di Smp Islam

Al-Ma’rifah Darujannah Dan Smp Islam Watulimo). Tesis, Program Studi

Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana IAIN Tulungagung,

2014.39

35
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ : The
ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: ARGA, 2008),
36
Muji Efendi, Upaya Madrasah Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswadi Mi
Nurul Huda Ngletih Pesantren Kediri, (Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Tribakti Kediri,
Tesis, 2013)
37
Supriadi, Peranan Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam dalam
Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SMAN 7 Manado, (Konsentrasi: Pendidikan Agama Islam,
Tesis.)
38
Fuadah, Harisahaq Layinul , Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini
Melalui Pembelajaran Dengan Metode Cerita Islami. (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia,
2013)
39
Elma’ruf Cholifatud Diniyah. Internalisasi Sikap Tawadlu’ Dan Sabar Guru Dalam
Menumbuhkan Akhlak Siswa (Studi Multisitus Di Smp Islam Al-Ma’rifah Darujannah Dan Smp
Islam Watulimo). Tesis, program studi pendidikan agama islam, program pascasarjana IAIN
Tulungagung, 2014.
32

5. Eko Budi Raharjo, Pendidikan Kecerdasan Spiritual Anak Menurut

Abdullah Nashih Ulwan Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam.

Thesis, Uin Sunan Kalijaga, 2013.40

Tabel 2.1 penelusuran hasil penelitian terdahulu yang relevan

Peneliti
No Hasil Penelitian
dan Fokus Penelitian
1. Muji Efendi, Fokus 1) Mengetahui kebijakan apa saja yang telah
penelitian ini adalah dilakukan oleh MI Nurul Huda terkait
deskripsi tentang bentuk pembentukan akhlak di sekolah. 2) Strategi
akhlakul karimah siswa di atau cara yang dilakukan oleh madrasah antara
MI Nurul Huda, dan upaya lain, pembentukan akhlakul karimah melalui
madrasah dalam membentuk membiasakan anak berperilaku baik,
akhlak siswa di MI Nurul memberikan keteladaan bagi siswanya, serta
Huda Ngletih Pesantren memberikan sanksi kepada siswa yang
Kediri melanggar tata tertib sekolah.
2. Supriadi, Fokus (1). Terdapat 11 bentuk kegiatan
Penelitiannya yaitu tentang ekstrakurikuler PAI yang dikembangkan di
bentuk kegiatan SMA Negeri 7 Manado dan semuanya
ekstrakurikuler PAI yang mengarah pada upaya pembinaan akhlak
dilaksanakan di SMA Negeri peserta didik. (2) upaya yang dilakukan
7 Manado, upaya yang pembina kegiatan ekstrakurikuler dalam
dilakukan oleh pembina pembinaan peserta didik meliputi upaya
kegiatan ekstrakurikuler PAI menanamkan dan membangkitkan keyakinan
dalam membina akhlak beragama, menanamkan etika pergaulan baik
mulia peserta didik di SMA dalam lingkungan keluarga, lingkungan
Negeri 7 Manado dan faktor- masyarakat dan lingkungan sekolah serta
faktor pendukung dan menanamkan kebiasaan yang baik berupa
penghambat kegiatan kedisiplinan, tanggungjawab, melakukan
ekstrakurikuler PAI di SMA hubungan sosial dan melaksanakan ibadah
Negeri 7 Manado. ritual. (3) Dukungan orang tua dalam bentuk
partisipasi aktif pada setiap kegiatan
ekstrakurikuler PAI hendaklah sejalan dengan
program pembinaan yang dilakukan pembina,
terutama keteladanan dan pengawasan dalam
lingkungan keluarga.
3. Harisahaq Layinul Fuadah, Kondisi akhir kecerdasan spiritual anak
Fokus penelitiannya yaitu kelompok A RA Al-Firdaus setelah diberikan
tentang permasalahan yang tindakan melalui pembelajaran dengan metode
muncul pada anak-anak TK cerita islami terbukti meningkat pada kegiatan
kelompok A di RA Al- pra siklus nilai presentasinya sebesar 46,1 %,
Firdaus, yaitu pada pada Siklus I menjadi 61, 6%, dan pada Siklus
umumnya anak-anak II meningkat menjadi 63,8%. Perkembangan
memiliki kecerdasan tersebut dirasa cukup jika dibandingkan dengan
spiritual yang rendah. Pada sebelum diberikan tindakan melalui

40
Eko Budi Raharjo, Pendidikan Kecerdasan Spiritual Anak Menurut Abdullah Nashih
Ulwan Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam. (Thesis, Uin Sunan Kalijaga, 2013)
33

umumnya anak lebih sering pembelajran dengan metode cerita islami.


terpaku pada hafalan Rekomendasi bagi guru diharapkan mencoba
mahfudzat, surat-surat mengguanakan strategi, metode dan teknik
pendek, praktek shalat. pembelajaran dengan metode cerita islami yang
baru untuk meningkatkan kecerdasan spiritual.
Bagi anak usia dini dapat memfasilitasi
kebutuhan perkembangan kecerdasan spiritual
melalui pembelajaran dengan metode cerita
islami yang menyenangkan.
4. Elma’ruf Cholifatud (1) Internalisasi sikap tawadlu’ dan sabar guru
Diniyah, (1) Bagaimana dalam menumbuhkan akhlak siswa di SMP
metode internalisasi sikap islam al-ma’rifah darunnajah dan smp islam
tawadlu’ dan sabar guru watulimo diaplikasikan melalui peneladanan
dalam menumbuhkan langsung oleh guru dalam kegiatan belajar di
akhlak siswa di smp islam kelas dan komunikasi yang akrab dan hangat
al-ma’rifah darunnajah dan ketika diluar kelas, pembiasaan dalam hal
smp islam watulimo (2) peribadatan, penegakan aturan untuk disiplin
Apakah Faktor yang siswa dan pemotivasian melalui mauizhah dan
mempengaruhi internalisasi penyampaian nasihat dengan cara yang baik.
sikap tawadlu’ dan sabar (2) Faktor yang mempengaruhi proses
guru dalam menumbuhkan internalisasi sikap tawadlu’ dan sabar guru
akhlak siswa di smp islam dalam islam al-ma’rifah darunnajah antara
al-ma’rifah darunnajah dan lain : semangat guru dlam mengajar dan
smp islam watulimo (3) berinteraksi dengan siswa, adanya siswa baru
Apakah peranan yang sering membawa pengaruh yang kurang
internalisasi sikap tawadlu’ baik, kebijakan antara SMP Islam Al-Ma’rifah
dan sabar guru dalam Darunnajah yang berbenturan dengan
menumbuhkan akhlak siswa kebijakan ponpes ar-ridwan. Sendangkan SMP
di smp islam al-ma’rifah Islam watulimo internalisasinya dipengaruhi
darunnajah dan smp islam oleh semakin mudahya akses komunikasi yang
watulimo. berdampak negatif dan kondisi siswa yang
berasal dari daerah pinggiran yang rendah
semangat bersaing dalam prestasi. (3) Peranan
internalisasi sikap tawadlu’ dan sabar guru
dalam menumbuhkan akhlak siswa di SMP
Islam al-ma’rifah darunnajah dan SMP Islam
watulimo adalah perubahan kondisi emosional
siswa yang lbih tenang dan keseharian siswa
yang berusaha untuk lebih baik.
5. Eko Budi Raharjo, (1) Konsep kecerdasan spiritual, semisal
Fokus penelitiannya: Dalam dalam halnya menanamkan pendidikan iman,
hal ini penyusun berusaha pendidikan moral atau akhlak, dan pendidikan
menguraikan konsep kejiwaan. (a) penanaman dasar iman pada diri
kecerdasan spiritual bagi anak sangatlah utama, dimana anak akan
anak dari sudut pandang mengenal tuhannya, yaitu Allah yang maha
tokoh yang bernama esa. (b) pendidikan moral atau akhlak sebagai
Abdullah Nashih Ulwan, pembentuk akhlak pada anak, supaya memiliki
kemudian metode yang moral yang tinggi di masyarakat, bahkan tak
digunakan dalam mendidik, hanya yang di sekitarnya saja namun pada diri
setelah itu penyusun anak haruslah tertanam bagaimana akhlak
menemukan relevansinya kepada tuhan, akhlak kepada rosulullah, dan
dengan Pendidikan Islam. lain-lainnya. (c) pendidikan jiwa tak kalah
34

pentingnya untuk menyempurnakan keduanya,


yang mana jiwa anak juga harus normal sesuai
fitrahnya dan tidak terjadi penyimpangan
gejala-gejala kerusakan jiwa. (2) Untuk
melaksanakan pendidikan membutuhkan
metode yang tepat dalam menerapkannya pada
diri anak. Diantaranya; (a) Mendidik dengan
Keteladanan; (b) Mendidik dengan
Memberikan Perhatian; (c) Mendidik dengan
Nasihat; (d) Mendidik dengan Adat Kebiasaan;
(e) Mendidik dengan Memberikan Hukuman.
(3) Penyusun menemukan apa yang relevan
dari pendidikan kecerdasan spiritual dengan
pendidikan Islam adalah; pendidikan keimanan
bagi anak, pendidikan akhlak bagi anak dan
pendidikan jiwa bagi anak, dan metode yang
digunakan untuk melaksanakan konsep
pendidikan kecerdasan spiritual. Hal itu karena
menuju keimanan pada Allah, Akhlak seorang
muslim, jiwa suci yang terhindar dari penyakit
hati, yang kesemuanya itu merujuk pada
sumber yang sama pada pendidikan Islam.
Seperti al-Qur’an, Hadist, orang-orang Sholeh
dalam kalangan muslim, dan segala apapun
yang dapat dijadikan rujukan dari Islam. Baik
dilihat dari asas pendidikan Islam, tujuan
pendidikan Islam, Pendidik, Anak didik, dan
sumber pendidikan Islam.

Memperhatikan perkembangan penelitian yang telah dilakukan

sebagaimana pada penelitian terdahulu, peneliti melihat bahwa penelitian

yang secara khusus membahas masalah pembentukan akhlak sebagai dasar

pengembangan kecerdasan spiritual, masih belum ada terutama penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa Pascasarjana IAIN Tulungagung. Oleh

karena itu, peneliti menfokuskan pada kajian pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik (studi multisitus di

MTsN Kediri II dan MTsN kanigoro Kras Kediri).

D. Paradigma Penelitian
35

Sekolah / Lembaga
Pendidikan
P P
r r
o o
s Kepala Sekolah, Tenaga s
e Pendidik / Guru e
s s

p Proses Pengembangan p
e Kecerdasan Spiritual e
m m
b b
Di kelas / proses Di luar kelas / Di luar sekolah
e ekstrakulikuler
e
pembelajaran
n n
t t
u u
k Gambar.Terbentuknya
2.2 paradigma penelitian
akhlak k
a karimah peserta didik a
n Sebagai dasar pijakan dalam penggalian data di lapangan, paradigman

a penelitian diperlukan agar peneliti tidak membuat persepsi sendiri dalama


k k
h menjalankan penggalian data di lapanga. Dengan adanya gambar tentang alurh
l l
a berfikir penelitian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian inia
k k
yang menjadi sumber utama informasi adalah Kepala Sekolah yang memiliki

wewenang sepenuhnya dalam keberlangsungan perjalanan pendidikan di

sekolah tersebut.
Kepala Sekolah memiliki wewenang menentukan kebijakan tentang

pelaksanaan pendidikan yang dijalankan di sekolah. Kemudian kebijakan

tersebut disosialisasikan kepada seluruh staf karyawan yang secara langsung

berhadapan dengan siswa sebagai domain dari kebijakan kepala sekolah.

Dalam penelitian ini, sebagai pusat perhatian adalah tentang

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual yang

dilaksanakan oleh seluruh komponen dari madrasah tersebut, kemudian arah

fokus penelitian adalah tentang upaya guru dalam proses pembentukan akhlak
36

peserta didik dalam pembelajaran di kelas, upaya guru dalam proses

pembentukan akhlak peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler, upaya guru

dalam proses pembentukan akhlak peserta didik di luar kelas di MTsN Kediri

II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri.

Dari penjelasan diatas, dapat penulis paparkan tentang alur penelitian.

Pertama, peneliti melakukan pengamatan terhadap sekolah atau lembaga

pendidikan terkait dengan proses pembentukan akhlak. Kedua, peneliti

menggali informasi kepada kepala sekolah yang memiliki wewenang tertinggi

dalam sekolah, kaitannya dengan tenaga pendidik/guru dan siswa yang ada di

lembaga yang dipimpinnya. peneliti juga menggali informasi kepada guru

yang secara langsung menjalankan tugasnya sebagai guru, terkait dengan

proses pembentukan akhlak peserta didik dalam pembelajaran di kelas, dalam

kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan di luar sekolah, serta menggali

informasi kepada peserta didik sendiri, berikut karakteristik yang terdapat

pada mereka, Ketiga, peneliti menelusuri kegiatan proses pengembangan

kecerdasan spiritual. Dalam hal ini terfokus pada proses pembelajaran di

kelas, kegiatan ekstrakulikuler, dan di luar sekolah. Empat, dari hasil

penggalian data di lapangan diperoleh data-data sehingga menghasilkan

terbentuknya akhlak karimah peserta didik.


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan pola kualitatif, yaitu suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok.41 Karakteristik yang

dimiliki penelitian kualitatif ada sepuluh, yaitu: latar alamiah, manusia

sebagai alat maupun instrumen, analisis data secara induktif, teori dari

dasar, deskriptif, lebih meningkatkan proses daripada hasil, adanya batas

yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data,

desain yang bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan

disepakati bersama.42

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh

teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian

di lapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif

berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat

dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori. Jadi, dalam penelitian

41
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), 60.
42
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), 8
38

kualitatif melakukan analisis data untuk membangun hipotesis. Analisis

data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun

proposal, melaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti

mendapatkan seluruh data.43

2. Jenis Penelitian
Jika dilihat dari lokasi penelitiannya, maka jenis penelitian ini

adalah penelitian lapangan (field research). Tujuannya adalah untuk

mempelajari secara intensif latar belakang, keadaan sekarang dan interaksi

lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau

masyarakat.44
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi multisitus. Studi

multisitus merupakan salah satu bentuk jenis penelitian kualitatif yang

memang dapat digunakan terutama untuk mengembangkan teori yang

diangkat dari beberapa latar penelitian yang serupa, sehingga dapat

dihasilkan teori yang dapat ditranfer ke situasi yang lebih luas dan lebih

umum cakupannya.
Peneliti berusaha mendeskripsikan dengan jelas kasus yang terjadi

di dua tempat yang mempunyai karakter dan menangani kasus yang sama

yaitu di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri. Kesamaan

kedua lembaga tersebut diantaranya adalah pada kurikulum dan

departemen yang menaunginya, yaitu Kementerian Agama.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelititan kualitatif, peneliti wajib hadir di lapangan karena

peneliti merupakan instrument penelitian utama. Ciri khas penelitian kualitatif

43
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,( Bandung: Alfabeta, 2010), 1.
44
Sumadi Suryasubrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), 22
39

tidak bisa dipisahkan dari pengamat yang ikut berperan serta secara langsung,

dimana peneliti juga merupakan orang yang menentukan keseluruhan skenario

penelitian. Pengamat berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang

dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan

mengadakan penelitian. Peneliti melakukan ini dalam rangka ingin mengetahui

suatu peristiwa, apakah yang sering terjadi dan apa yang dikatakan orang

tentang hal itu.45

Berdasarkan hal tersebut maka kehadiran peneliti dalam penelitian ini

merupakan suatu keharusan. Kerena penelitilah yang menjadi instrumen utama

dalam penelitian kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono bahwa

posisi manusia sebagai key instrument.46 Peneliti merupakan pengumpul data

utama (key instrument) karena jika menggunakan alat non manusia maka

sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang

ada di lapangan. Oleh karena itu, validitas dan reliabilitas data kualitatif

banyak tergantung pada keterampilan metodologis, kepekaan, dan integritas

peneliti sendiri.47

Dalam penelitian ini, peneliti datang langsung ke lokasi penelitian.

Peneliti akan datang ke lokasi untuk melakukan penelitian di lapangan. Peneliti

melihat dan mengikuti kegiatan secara langsung dengan tetap berdasar pada

prinsip atau kode etik tertentu yang harus ditaati oleh peneliti. Untuk itu,

kehadiran peneliti sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang

komprehensif dan utuh.

45
Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian (Surabaya: elKaf, 2006), 136.
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung: alfabeta, 2010),
306.
47
Dede Oetomo dalam Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana,
2007), 186.
40

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah MTsN Kediri II dan

MTsN Kanigoro yang keduanya berlokasi di dua tempat berbeda yakni kota

dan kabupaten Kediri. MTsN Kediri II merupakan sekolah yang beralamat di Jl

Sunan Ampel No 12 Ngronggo Kediri. Sedangkan MTsN Kanigoro adalah

sekolah yang beralamat di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri.

Kedua lokasi ini menunjukkan data-data yang unik dan menarik untuk

diteliti, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Dari sekian banyak MTsN di kota maupun kabupaten Kediri, MTsN Kediri

II dan MTsN Kanigoro adalah sekolah yang sangat populer di kalangan

masyarakat Kediri atau bisa dikatakan mempunyai citra positif di mata

masyarakat. Hal ini tentu sudah menjadi nilai tambah bagi kedua madrasah

tersebut, mengingat bahwa salah satu ciri sekolah bermutu adalah

madrasah yang mendapat pengakuan baik dari masyarakat di mana

madrasah itu berada.


2. Kedua lembaga ini mempunyai kesamaan yakni sama-sama berupa

sekolah unggulan di kota dan kabupaten Kediri. MTsN Kediri II dan

MTsN Kanigoro merupakan madrasah yang telah dipercaya untuk

menyelenggarakan program akselerasi, serta sama-sama mempunyai

asrama yang dapat membantu program pembentukan akhlak dan

menjadikan peserta didik sebagai manusia yang berbudi luhur.


3. Kedua lembaga ini mempunyai prestasi dan mutu yang sangat baik. Hal ini

terbukti dengan adanya beberapa penghargaan yang diperoleh oleh kedua

lembaga tersebut dalam beberapa kegiatan. MTsN Kediri II adalah salah


41

satu madrasah yang mampu mengantarkan para peserta didiknya menjadi

juara dalam bidang akademik maupun non akademik baik di tingkat lokal

maupun nasional. MTsN kanigoro sendiri juga sudah mencatatakan dirinya

sebagai Madrasah yang mempunyai prestasi diantaranya madrasah

berkarakter, madrasah UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) 2014 tingkat Jawa

Timur, dan madrasah Adiwiyata 2014 tingkat Nasional, serta madrasah yang

mempunyai jumlah siswa yang cukup besar meskipun lembaga tersebut

terletak di daerah pedesaan dan tidak dapat dijangkau dengan transportasi

umum. Ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagaimana sekolah yang

berlokasi kurang strategis namun berhasil manyaring banyak siswa dari

berbagai kalangan.
Demikian beberapa alasan yang peneliti kemukakan sehingga

kedua madrasah tersebut peneliti anggap layak untuk diteliti dengan

berdasar pada keunikan dan keunggulan yang dimiliki kedua madrasah

apabila dibandingkan dengan madrasah lain yang ada di kota maupun

kabupaten Kediri.

D. Sumber Data

Sumber data adalah dari mana data diperoleh.48 Sumber data dalam

penelitian kualitatif ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manusia

(human) dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek

atau informan kunci (key informant) dan data yang diperoleh melalui

informan berupa soft data (data lunak). Sedangkan sumber data bukan

manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti

gambar, foto, catatan atau tulisan yang ada kaitannya dengan focus
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), 172.
42

penelitian. Data yang diperoleh melalui dokumen bersifat hard data (data

keras).49
Kelompok sumber data dalam penelitian kualitatif dikelompokkan

sebagai berikut:
1. Narasumber (Informan)
Dalam penelitian ini pemilihan informan dilakukan, pertama,

dengan teknik Purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk

menseleksi dan memilih informan yang benar-benar menguasai informasi

dan permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya menjadi

sumber data yang mantap. Penggunan teknik purposive ini, peneliti dapat

menentukan sampling sesuai dengan tujuan penelitian. Sampling yang

dimaksud disini bukanlah sampling yang mewakili populasi, melainkan

didasarkan pada relevansi dan kedalaman informasi, namun demikian

tidak hanya berdasar subjektif peneliti, melainkan berdasarkan tema yang

muncul di lapangan.
Kedua, snowball sampling, adalah teknik bola salju yang

digunakan untuk mencari informasi secara terus menerus dari informan

satu ke informan yang lainnya, sehingga data yang diperoleh semakin

banyak, lengkap dan mendalam. Penggunaan teknik bola salju ini baru

akan dihentikan apabila data yang diperoleh dianggap telah jenuh

(saturation data) atau jika data sudah tidak berkembang lagi sehingga

sama dengan data yang diperoleh sebelumnya (point of theoretical

saturation).
Ketiga, internal sampling, yaitu pemilihan sampling secara

internal dengan mengambil keputusan berdasarkan gagasan umum

49
Softdata senantiasa dapat diperhalus, diperinci dan diperdalam, karena masih selalu dapat
mengalami perubahan. Sedangkan hard data adalah data yang tidak mengalami perubahan lagi.
Lihat dalam S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik kualitatif. (Bandung; Tarsito,2003), 55.
43

mengenai apa yang diteliti, dengan siapa yang akan berbicara, kapan

melakukan pengamatan dan beberapa banyak dokumen yang di-review.

Intinya internal sampling digunakan untuk mempersempit atau

mempertajam fokus.50 Teknik ini tidak digunakan untuk mempertajam

studi melainkan untuk memperoleh kedalam studi dan fokus penelitian

secara integratif. Adapun informan dari penelitian ini adalah :


a. Kepala Sekolah
b. Waka Kurikulum
c. Guru dan karyawan
2. Peristiwa atau Aktifitas dan Lokasi Penelitian
Peristiwa digunakan peneliti untuk mengetahui proses bagaimana

sesuatu secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung.

Contohnya kegiatan pembelajaran, program-program yang dijalankan

dan lain-lain. Disini peneliti akan melihat secara langsung peristiwa yang

terjadi terkait proses pembentukan akhlak sebagai dasar pengembangan

kecerdasan spiritual untuk dijadikan data berupa catatan peristiwa yang

terjadi di lembaga pendidikan tersebut.


3. Dokumen
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berhubungan

dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen dalam penelitian

ini bisa berupa catatan tertulis, rekaman, gambar atau benda yang

berkaitan dengan segala hal yang berhubungan dengan penelitian yang

dilaksanakan.

Selanjutnya, semua hasil temuan penelitian dari sumber data pada

lembaga pendidikan tersebut dipadukan dalam suatu analisis kasus untuk

dikembangkan dalam abstraksi temuan di lapangan.

50
Robert, C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education An
Introduction to Theory and Methods, (Boston;Aliyn and Bocon. Inc.1998), 123.
44

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi prosedur pengumpulan data.

Dan data tersebut terdapat bermacam-macam jenis metode. Jenis metode

yang digunakan dalam pengumpulan data disesuaikan dengan sifat

penelitian yang dilakukan. Dalam pengumpulan data dapat digunakan

berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan

dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan dari responden penelitian.

Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Observasi partisipan
Dalam sebuah penelitian, obsevasi menjadi bagian hal yang

terpenting yang harus dilakukan oleh penliti. Sebab dengan observasi

keadaan subjek ataupun objek penelitian dapat dilihat dan dirasakan

langsung oleh seorang peneliti. Obervasi diartikan sebagai pengambilan

data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut51. Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan teknik

obsevasi partisipan (participant observation), yaitu dilakukan dengan

cara peneliti melibatkan diri atau berinteraksi pada kegiatan yang

dilakukan oleh subyek penelitian dalam lingkungannya, selain itu juga

mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk catatan lapangan52.

Teknik inilah yang disebut teknik observasi partisipan.


Dengan komunikasi dan interaksi, peneliti mendapatkan

kesempatan untuk mengetahui kebiasaan dan aktivitas disana, dan

51
Moh. Nazir. Metodologi Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia,1988),212.
52
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta;Andi Offser,1989),91.
45

dengan melibatkan diri sebagai aktivitas subyek, sehingga tidak dianggap

orang asing, melainkan sudah warga sendiri.


Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipan tahap

pertama, yaitu dimulai dari observasi deskriptif (deskriptive observation)

secara luas dengan melukiskan secara umum situasi yang terjadi di

MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro. Tahap berikutnya dilakukan

observasi terfokus (focused observations) untuk menemukan apa yang

dikehendaki peneliti sesuai dengan fokus penelitian yang berkaitan

dengan proses pembentukan akhlak peserta didik dalam pembelajaran di

kelas, proses pembentukan akhlak peserta didik dalam kegiatan

ekstrakulikuler, proses pembentukan akhlak peserta didik dalam

lingkungan keluarga di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri.

Tahap akhir setelah dilakukan analisis dan observasi yang berulang-

ulang, diadakan penyempitan lagi dengan melakukan observasi selektif

(selective observation). Semua hasil pengamatan selanjutnya dicatat dan

direkam sebagai pengamatan lapangan (fieldnote), yang selanjutnya

dilakukan refleksi.
2. Wawancara Mendalam
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif

adalah yang berupa manusia dalam posisi sebagai narasumber atau

informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini

diperlukan teknik wawancara. Wawancara (Interview) merupakan cara

pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan

dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. 53

Wawancara ini dilakukan secara mendalam (indepth interview), karena

53
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta:BPFE UII Yogyakarta. 2001), 62.
46

bertujuan menemukan pengalaman informan dari topik tertentu atau

situasi spesifik yang dikaji. Wawancara mendalam adalah sebuah

percakapan antara dua orang dengan maksud tertentu, dalam hal ini

antara peneliti dengan informan, dimana percakapan yang dimaksud

tidak sekedar menjawab pertanyaan dan mengetes hipotesis yang menilai

sebagai istilah percakapan dalam pengertian sehari-hari, melainkan suatu

percakapan yang mendalam untuk mendalami pengalaman dan makna

dari pengalaman tersebut. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh

data yang berupa kontruksi tentang orang, kejadian, aktifitas organisasi,

perasaan motivasi dan pengakuan.54


Wawancara mempunyai arti yang sama terhadap interview, tetapi

kelebihannya interview hanya menjawab pertanyaan. Sedangkan

wawancara mendalam, suatu percakapam yang mendalam untuk

mendalami pengalaman orang lain dan makna dari pengalaman tersebut.


Dalam wawancara ini peneliti terlebih dahulu menyiapkan siapa

yang akan diwawancarai dan menyiapkan materi yang terkait dengan

kegiatan. Oleh karena itu sebelum dilakukan wawancara, garis besar

pertanyaan harus sesuai dengan penggalian data dan kepada siapa

wawancara itu dilaksanakan. Disela percakapan itu diselipkan pertanyaan

pancingan dengan tujuan untuk menggali lebih dalam lagi tentang hal-hal

yang diperlukan.
Agar tidak terlihat kaku dan menakutkan, penulis menerapkan

jenis pembicaraan spontanitas. Pembicaraan dimulai dari segi umum

menuju yang khusus. Penulis mengajukan pertanyaan yang bebas kepada

subyek menuju fokus penelitian. Adapun hubungan antara peneliti


54
W. Mantja, Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen
Pendidikan , (Malang:Winaka Media,2003),7.
47

dengan subyek yang diwawancarai adalah dalam suasana biasa dalam

kehidupan sehari-hari. Setelah selesai wawancara, penulis menyusun

hasil wawancara sebagai hasil catatan dasar sekaligus abstraksi untuk

keperluan analisis data. Penulis menggunakan pedoman wawancara agar

penulis ingat dan untuk mengarahkan kepada fokus penelitian.


Dalam melakukan wawancara, disediakan perekam suara bila

diizinkan oleh informan, tetapi jika tidak diizinkan peneliti akan

mencatat kemudian menyimpulkannya. Sering dialami bahwa ketika

dipadukan dengan informasi yang diperoleh dari informan lain, sering

bertentangan satu dengan yang lain, sehingga data yang menunjukkan

ketidak sesuaian itu hendaknya dilacak kembali kepada subyek terdahulu

untuk mendapatkan kebenaran atau keabsahan data. Dengan demikian

wawancara tidak cukup dilakukan hanya sekali. Dalam hal ini peneliti

menanyakan kepada informan tentang hal-hal yang berkenaan dengan

fokus penelitian.
Setelah wawancara dengan informan pertama dianggap cukup,

peneliti meminta untuk ditunjukkan informan berikutnya yang dianggap

memiliki informasi yang dibutuhkan, relevan dan memadai. Dari

informan yang ditunjuk tersebut, peneliti melakukan wawancara

secukupnya serta pada akhir wawancara diminta pula untuk menunjuk

informan lain. Demikian seterusnya sehingga informasi yang diperoleh

semakin besar seperti bola salju (snowball technique) dan sesuai dengan

tujuan (purposive) yang terdapat dalam fokus penelitian.


Untuk melakukan wawancara yang lebih terstruktur, terlebih

dahulu dipersiapkan bahan-bahan yang diangkat dari isu-isu yang

dieksplorasi sebelumnya. Dalam hal ini bisa dilakukan pendalaman atau


48

dapat pula menjaga kemungkinan terjadinya bias. Dalam kondisi tertentu

jika pendalaman yang dilakukan kurang menunjukkan hasil, maka

demikian hal ini harus dilakukan Persuasive, sopan dan santai.


Adapun pihak yang akan diwawancarai oleh peneliti di lapangan

antara lain, kepala sekolah, guru dan peserta didik MtsN Kediri II dan

MTsN Kanigoro Kras Kediri.

3. Dokumentasi
Dokumentasi asal katanya dokumen yang berarti bukti tertulis;

surat-surat penting; keterangan tertulis sebagai bukti; piagam.55Oleh

karena itu dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah dan

sebagainya.56 Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti

mengumpulkan data yang berupa data sekunder atau data yang

dikumpulkan oleh orang baik berupa catatan, buku, surat kabar dan lain-

lain.
Metode dokumentasi lebih mudah dibanding dengan metode yang

lain karena apabila ada kekeliruan dalam penelitian sumber datanya tidak

berubah dan dalam metode dokumentasi yang diamati adalah benda mati.

Keutamaan dari metode dokumentasi adalah sebagai “bukti” untuk suatu

pengkajian, metode ini sesuai dengan konteks, dan metode ini mudah

ditemukan dengan kajian isi.


Sesuai dengan pandangan tersebut, penulis menggunakan metode

dokumentasi untuk dijadikan alat pengumpul data dari sumber bahan

tertulis yang terdiri dari dokumen resmi, misalnya data guru dan siswa,
55
Adi Satrio, Kamus Ilmiah Populer, Sosial, Budaya, Agama, Kedokteran, Teknik, Politik,
Hukum, Ekonomi, Komunikasi, Komputer, Kimia, (Visi 7: 2005), 124.
56
Suharsimi Arikunto, Prosedur..., 274.
49

sejarah sekolah dan dokumen yang tidak resmi, misalnya penulis

memotret kegiatan yang terjadi di sekolah tersebut ketika penulis

melakukan penelitian, atau bahkan dokumen diluar sekolah yang

membicarakan mengenahi kondisi sekolah tempat penulis melakuka

penelitian tersebut.
Peneliti akan melakukan pencatatan dengan lengkap dan cepat

setelah data terkumpul, agar terhindar dari kemungkinan hilangnya data.

Karena itu pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan baru

berakhir jika telah terjadi kejenuhan, yaitu dengan tidak ditemukanya

data baru dalam penelitian. Dengan demikian dianggap telah diperoleh

pemahaman yang mendalam terhadap penelitian ini.


F. Teknik Analisis Data
Analisis data yaitu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.57 Sementara itu menurut

Suprayogo yang dikutip oleh Ahmad Tanzeh bahwa pengertian analisis data

yaitu rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial,

akademis dan ilmiah.58


Dalam penelitian kualitatif analisis data dalam prakteknya tidak

dapat dipisahkan dengan proses pengumpulan data dan dilanjutkan setelah

pengumpulan data selesai. Dengan demikian secara teoritik,analisis dan

pengumpulan data dilaksanakan secara berulang-ulang untuk memecahkan

masalah.
Analisis data berlangsung secara stimulant yang dilakukan secara

bersamaan dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan:


57
Moleong, Metodologi Penelitian..., 280.
58
Ahmad Tanzeh, Pengentar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras,2009), 69
50

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau

verifikasi. Teknik analisis data model interkatif tersebut dapat dibagankan

sebagai berikut :59

Pengumpulan Penyajian
data data

Reduksi data

Kesimpulan
Dan verifikasi

Gambar 3.1 Interaksi data kualitatif


Kesimpulan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan muti situs,
akhir
sehingga dalam menganalisis data dilakukan dalam dua tahap, yakni :
1. Analisis situs tunggal
Analisis data situs tunggal dilakukan pada masing-msaing objek,

yakni MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro. Analisis dilakukan

bersamaan dengan pengumpulan data serta saat sudah terkumpul. Peneliti

menggunakan analisis interaktif yang sudah mencakup tiga konsep yang

saling berkaitan, yaitu pengumpulan data, reduksi data dan penarikan

kesimpulan, yaitu :

a. Reduksi data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

mengarahkan dan membuang yang tidak perlu. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi data, kemudian

diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut: mengenai

proses pembentukan akhlak peserta didik dalam pembelajaran di

kelas, proses pembentukan akhlak peserta didik dalam kegiatan

59
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan...., 338
51

ekstrakulikuler, proses pembentukan akhlak peserta didik di luar

sekolah. Selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema

dan menulis memo.60 Pada proses pengkodean dimaksudkan untuk

dapat mengendalikan data. Pengkodean dapat dilaksanakan sejak awal

penelitian. Kode-kode yang telah dibuat harus dihafalkan dalam

proses pengumpulan data sampai kepada penyajian data.


Data yang sudah diperoleh disederhanakan dan diseleksi

relevansinya dengan masalah penelitian, sedangkan data yang tidak

diperlukan dibuang. Proses ini berlanjut sampai proses pengumpulan

data di lapangan berakhir, bahkan saat pembuatan laporan sehingga

tersusun secara lengkap.


b. Penyajian data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

mengorganisasikan data yang sudah direduksi. Data tersebut mula-

mula disajikan terpisah antara satu tahap dengan tahapan yang

berikutnya, tetapi setelah kategori terakhir direduksi, maka

keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu. Dengan

melihat penyajian data, maka dapat dipahami apa yang sedang terjadi

dan apa yang harus dilakukan.


c. Menarik kesimpulan (verifikasi)
Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari

kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan

disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan

yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada

tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan memiliki dasar yang

kuat. Kesimpulan sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat

60
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian.... 67.
52

digunakan untuk memverifikasi adalah triangulasi sumber data dan

metode, diskusi teman sejawat serta konsultasi dengan dosen

pembimbing.
d. Kesimpulan akhir
Kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara

yang telah diverifikasi. Kesimpulan final diharapkan dapat diperoleh

setelah pengumpulan data selesai.


2. Analisis lintas situs
Analisis lintas situs bertujuan guna membandingkan dan

memadukan temuan yang diperoleh dari msaing-masing situs penelitian.

Secara umum, proses analisis data lintas situs mencakup kegiatan sebagai

berikut: 1) merumuskan preposisi berdasarkan temuan situs pertama dan

situs kedua, 2) membandingkan dan memadukan temuan teoritik

sementara dari kedua situs penelitian, 3) merumuskan simpulan teoritis

berdasarkan analisis lintas situs sebagai temuan akhir dari kedua situs

penelitian.
Adapun pengertian dari analisis lintas situs yaitu membandingkan

dan memadukan temuan-temuan yang dihaislkan dari masing-masing

situs penelitian. Analisis data ini dilakukan dengan cara: (1) merumuskan

hipotesis kerja berdasarkan temuan-temuan pada situs pertama, (2)

hipotesis-hipotesis itu kemudian diuji melalui situs pertama dan kedua,

yang menghasilkan temuan-temuan final sebagai teori dan sebgai temuan

penelitian.
Analisis data lintas situs dapat digambarkan seperti gambar

dibawah ini :

Proses pembentukan akhlak melalui


pengembangan kecerdasan spiritual

Situs I Situs II
Di MTsN Kediri II Di MTsN Kanigoro
Pengumpulan data situs I Pengumpulan data situs II
53

Temuan sementara situs I Temuan sementara situs II

Analisis lintas situs


Gambar 3.2 Temuan Akhir
Langkah-langkah analisis situs

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang

dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara

ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk

mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya

akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian.


Agar data yang diperoleh dari lokasi penelitian lapangan dapat

memperoleh keabsahan sehingga data penelitian ini dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah, maka penulis melakukan usaha-usaha untuk

memenuhi kriteria keabsahan temuan, yaitu dengan berdasarkan empat

kriteri, yaitu Kredibilitas, Transferabilitas, Dependabilitas dan

Konfirmabilitasnya.
1. Kredibilitas
Peneliti yang berperan sebagai instrument utama dalam penelitian

kualitatif banyak berperan dalam menentukan dan menjustifikasikan data,

sumber data, kesimpulan dan hal-hal penting lain yang memungkinkannya

berprasangka atau embias. Untuk menghindari hal tersebut maka data yang

diperoleh perlu diuji kredibilitasnya. Uji kredibilitas data dimaksudkan

untuk membuktikan data yang diamati dan berhasil dikumpulkan sesuai

fakta yang terjadi secara wajar di lapangan. Derajat kepercayaan data

(kesahihan data) dalam penelitian kualitatif digunakan untuk memenuhi


54

kriteria kebenaran yang bersifat emic, baik bagi pembaca maupun bagi

subjek yang diteliti.61


a. Triangulasi
Pengujian terhadap kredibilitas data dalam penelitian ini dilakukan

dengan triangulasi sumber data dan pemanfaatan metode serta ember

check. Pengujian terhadap kredibilitas ini dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :


1) Mengoreksi metode yang digunakan untuk memperoleh data.

Dalam hal ini peneliti telah melakukan cek ulang terhadap metode

yang digunakan untuk menjaring data. Metode yang dimaksud

adalah participant obsevation, indepth interview dan dokumentasi.


2) Mengecek kembali hasil laporan penelitian yang berupa uraian data

dan hasil interpretasi peneliti. Peneliti telah mengulang-ulang hasil

laporan yang merupakan produk dari analisis data, diteruskan

dengan cross check terhadap subyek penelitian.


3) Triangulasi untuk menjamin obyektifitas dalam memahami dan

menerima informasi, sehinggag hasil penelitian akan lebih objektif

dengan didukung cross check dengan demikian hasil dari

penelitian ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat

tiga macam triangulasi yang dipergunakan untuk mendukung dan

memperoleh keabsahan data, namun peneliti hanya menggunakan

dua triangulasi dengan memperhatikan pendapat para ahli tentang

kredibilitas penelitian. Dimana untuk mencapai standar kredibilitas

penelitian setidak-tidaknya menggunakan triangulasi metode dan

triangulasi sumber data.


a) Triangulasi dengan sumber

61
Eko Susilo, Sekolah Unggul Berbasis Nilai; Studi Kasus di SMAN 1 Regina Pacis
dan SMA al-Islam Surakarta, (Malang:Tesis UM, tidak diterbitkan. 2003), 41.
55

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat

dicapai dengan cara, yaitu :


 Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara. Berkaitan dengan pengecekan keabsahan

data ini, ketika peneliti mendapatkan data tentang

konservasi lingkungan dengan cara observasi

dibandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara,

sehingga diperoleh data-data yang valid.


 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan

umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

Peneliti selalu mengulang wawancara dengan informan

yang telah ditentukan sebelumnya dengan situasi yang

berbeda. Sialnya ketika peneliti melakukan wawancara

dengan informan tentang loyalitas di hadapan beberapa

orang, ternyata tidak mengalami perubahan yang

signifikan ketika melakukan wawancara dengan

informan yang sama dalam situasi sendirian.


 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.62


b) Triangulasi dengan metode
Dalam penjaringan data, peneliti menggunakan metode ganda

untuk mendapatkan data yang sama. Hal ini peneliti lakukan

karena tidak ada metode tunggal yang dapat mencukupi untuk

menjaring data tertentu, sebab setiap metode memiliki aspek


62
Patton, Michael Quinn, How To Use Methods in Evaluation. Terj. Budi Puspo Priyadi,
Metode Evaluasi Kualitatif. (Yogyakarta;Pustaka Pelajar.2006),66.
56

yang berbeda atas realitas empiris. Cara ini peneliti tempuh

selain untuk memperoleh data yang valid juga untuk

mengetahui konsistensi atau ekspresi para informan.


b. Pembahasan Sejawat
Pemeriksaan sejawat adalah teknik yang dilakukan dengan cara

mengekspresikan hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh

dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.63 Dari

informasi yang berhsil digali, diharapkan dapat terjadi perbedaan

pendapat yang akhirnya lebih memantapkan hasil penelitian.


c. Memperpanjang Keikutsertaan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif,

peneliti merupakan instrumen kunci, maka keikutsertaan peneliti

sangat menentukan dalam pengumpulan data, agar data yang

diperoleh sesuai dengan kebutuhan pengamatan dan wawancara

tentunya tidak dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan

perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian.


d. Kecukupan referensi
Pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh

peneliti. Contoh : data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya

rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran

keadaan perlu didukung oleh data-data, foto-foto, video, tape

recorder. Alat-alat bantu perekam data dalam peneltian kualitatif

sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah

ditemukan. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang

dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto atau dokumen autentik,

sehingga lebih meyakinkan atau dipercaya.


2. Transferabilitas

63
Moleong, Metodologi Penelitian...,332.
57

Transferabilitas atau Keteralihan dalam Penelitian Kualitatif dapat

dicapai dengan cara uraian rinci. Untuk kepentingan ini peneliti berusaha

melaporkan hasil penelitiannya secara rinci yang mengungkap secara

khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca agar temuan-temuan

yang diperoleh dapat dipahami oleh pembaca secara holistic dan

komprehensif. Penelusuran itu sendiri bukan merupakan dari uraian rinci

melainkan hasil penafsiran berdasarkan fakta-fakta penelitian.


3. Dependabilitas
Pemeriksaan kualitas proses penelitian. Cara ini dilakukan oleh peneliti

dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana kualitas proses penelitian

yang dikerjakan oleh peneliti mulai dari mengkonseptualisasi penelitian,

menjaring data penelitian, mengadakan interpretasi temuan-temuan

penelitian hingga pada pelaporan hasil penelitian.


4. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas atau kepastian diperlukan untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh obyektif atau tidak. Hal ini tergantung pada persetujuan

beberapa orang terhadap pandangan pendapat dan temuan seseorang. Jika

telah disepakati oleh beberapa atau banyak orang dapat dikatakan obyektif,

namun penekananya tetap pada datanya. Untuk menetukan kepastian data

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan data

dengan para informan atau para ahli. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama

dengan pengauditan dependabilitas. Perbedaannya jika pengauditan

dependabilitas ditujukan pada penilaian proses yang dilalui selama

penelitian, sedangkan pengauditan konfirmabilitas adalah untuk menamin

keterkaitan antara data, informasi dan interpretasi yang dituangkan dalam

laporan serta didukung oleh bahan-bahan yang tersedia.


58

H. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tahap-tahap yang dilakukan

diantaranya adalah: tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap

analisis data dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Pra Lapangan


Tahap pra lapangan adalah tahap dimana ditetapkan apa saja

yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk lapangan objek

studi. Dalam hal ini terdapat 7 hal yang harus dilakukan dan harus

dimiliki oleh seorang peneliti yang akan diuraikan berikut ini:64


a. Menyusun rancangan penelitian. Dalam hal ini adalah usulan

penelitian atau proposal penelitian.


b. Memilih lapangan penelitian. Penelitian dalam hal ini memilih MTsN

Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri sebagai objek penelitian.


c. Mengurus surat izin penelitian.
d. Menilai keadaan lapangan.
e. Menetapkan informasi. Dalam hal ini adalah kepala sekolah, tenaga

kependidikan fungsional dan tenaga kependidikan teknisi.


f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Peneliti mempersiapkan

instrumen penelitian, seperti pedoman wawancara, observasi, dan lain-

lain.
g. Memperlihatkan etika penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Langkah yang harus dilakukan peneliti pada tahap pekerjaan

lapangan adalah:
a. Memahami latar belakang penelitian yang akan diteliti dan

persiapan diri
b. Memasuki lapangan
c. Berperan aktif dalam mengumpulkan data.
d. Tahap analisis data.
3. Tahap Analisis Data

64
Moh. Kasiram. Metodologi PenelitianKualitatif- Kuantitatif (Malang, UIN-Malang Prees,
2008) 241-244
59

Tahap analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul

dengan lengkap dan prosedur oleh peneliti dengan metode yang telah

disebutkan sebelumnya.
4. Tahap Pengolahan Data
Tahap terakhir dari penelitian adalah tahap pelaporan data. Pada

tahap ini peneliti menulis atau menyusun laporan yang telah dianalisis

sesuai dengan format yang telah ditentukan.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data
1. Paparan Data di MTsN Kediri II
Ada kecenderungan baru yang muncul di masyarakat akhir-akhir

ini utamanya masyarakat kabupaten dan kota Kediri, yakni keinginan untuk

memilihkan pendidikan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan


60

madrasah. Madrasah benar-benar menjadi idola baru, justru ketika peta

persaingan memperebutkan masukan siswa lewat pendaftaran siswa baru

begitu ketatnya. Hal ini merata untuk semua jenjang pendidikan, mulai

Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, hingga Perguruan Tinggi Islam. Sebuah

kemajuan yang sangat menggembirakan, yang peneliti mengistilahkan

sebagia sebuah kesadaran baru di tengah-tengah masyarakat. Model

pendidikan madrasah yang menggabungkan pendidikan umum dan

pendidikan agama menjadi alternatif pilihan bagi orang tua siswa sebagai

langkah antisipasi menghadapi carut marutnya situasi zaman dan kondisi

masyarakay modern akhir-akhir ini.


MTsN Kediri II adalah salah satu madrasah unggulan di kota

Kediri yang menjadi pilihan utama orang tua untuk menyekolahkan

anaknya. Madrasah ini mempunyai asrama sehingga menambah daya tarik

tersendiri bagi orang tua. Selain itu dengan adanya asrama anak-anak akan

mendapat pendidikan agama yang lebih banyak.


Paparan data yang disajikan dalam bab ini memuat uraian tentang

data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Uraian data tersebut akan menggambarkan keadaan alamiah dan setting

penelitian yang dilaksanakan di MTsN Kediri II sesuai sengan fokus

masalah yang telah dirumuskan pada bab I. Berkaitan dengan hal tersebut,

maka paparan data dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut

: (1) Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam pembelajaran di

kelas di MTsN Kediri II, (2) Upaya guru dalam proses pembentukan

akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam


61

kegiatan ekstrakulikuler di MTsN Kediri II, (3) Upaya guru dalam proses

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta

didik di luar sekolah di MTsN Kediri II.


a. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik dalam pembelajaran di kelas di

MTsN Kediri II
1) Melaksanakan visi dan misi madrasah

Adapun visi dan misi MTsN Kediri II yaitu sebagai berikut :65

a) Visi
“Unggul dalam Prestasi dan Istiqomah” serta Peduli Lingkungan

( Islami, Trampil, Inovatif, Kompetitif,Berakhlaqul Karimah )

Indikator Visi:

(1) Unggul dalam pembinaan Akhlaqul Karimah

(2) Unggul dalam penguasaan keterampilan dan pengembangan

teknologi

(3) Unggul dalam inovasi pembelajaran dan manajemen sekolah

(4) Unggul dalam meningkatkan Prestasi dan Ujian Nasional

(5) Unggul dalam prestasi olimpiade dan karya/Penelitian ilmiah

(6) Unggul dalam prestasi Bahasa Indonesia, Arab, Inggris, dan Jawa

(7) Unggul dalam profesionalisme tenaga pendidikan dan

kependidikan

(8) Unggul dalam Lingkungan Sekolah Sehat (LSS dan UKS)

(9) Unggul dalam sarana dan prasarana pembelajaran

b) Misi

65
Dokumentasi Profil MTsN Kediri II 2014
62

(1) Menciptakan madrasah yang berbasis nilai-nilai agama,empati,

dan intelektualitas sehingga menumbuhkan penghayatan dan

pengamalan ajaran islam yang bernuansa kebangsaan dan

berakhlaqul karimah.
(2) Mendorong penguasaan keterampilan dan pengembangan

teknologi sehingga setiap siswa memiliki kemampuan dalam

menghadapi tantangan kehidupan dimasa datang.


(3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,

kreatif,dan inovatif sehingga setiap siswa dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.


(4) Menerapkan manajemen partisipatif melibatkan seluruh warga

madrasah dan komite sekolah.


(5) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada

seluruh warga madrasah baik dalam prestasi akademik maupun

non akademik.
(6) Menciptakan lingkungan madrasah yang sehat, bersih, dan indah

( LSS – UKS ).
(7) Mendoronh dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi

dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal dan

menanamkan rasa tanggungjawab terhadap diri sendiri maupun

terhadap sesama.
c) Motto

”BERPRESTASI TIADA HENTI”

Adapun guru berusaha melaksanakan visi dan misi madrasah

dengan menjalankan peranannya pada tugas pokok dan fungsinya,

sebagaiama yang diungkapkan sebagai berikut :


“Kami guru-guru di MTsN II biasanya ikut dalam perumusan visi
dan misi madrasah, yang kami lanjutkan dengan
melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Kami berusaha
63

melaksanakan visi dan misi tersebut sebaik-baiknya, dan tidak


kenal menyerah untuk berusaha melaksanakan visi dan misi itu.”66
Pernyataan tesebut diperkuat oleh guru yang lain, sebagai berikut :
“Setiap tahun biasanya ada rapat evaluasi mbak, kami sebagai
guru mendapatkan penilaian masing-masing dari kepala madrasah
apakah kinerja kami sebagai guru sudah melaksanakan tugasnya
dengan baik atau belum, dari situ kami bisa meningkatkan kinerja
dan semangat kami sebagai pendidik untuk mencapai target visi
misi madrasah kami.”67

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

rangka melaksanakan perannya sebagai pembimbing, maka guru

berusaha untuk melaksanakan visi dan misi madrasah sebaik-baiknya.


2) Melaksanakan Pembiasaan Budaya Religius
Kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang ada di MTsN Kediri II

ini berjalan sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan pemerintah

yakni menggunakan kurikulum 2013. Proses pembelajannya pun

tergantung masing-masing guru mapel. Hal ini ditegaskan oleh Bapak

Wakil Kepala Bidang Kurikulum yakni bapak Moch Sultan Agung

M.Pd.I, beliau mengatakan bahwa :


“Di madrasah kami ini kurikulumnya menggunakan kurikulum
2013, untuk proses pembelajarannya masing-masing guru
mempunyai cara dan trik tersendiri agar supaya peserta didik kami
menjadi peserta didik yang aktif dan kreatif terhadap mata
pelajaran yang diajarkan oleh masing-masing guru.”68

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas selain memperhatikan

peserta didik dalam memahami mata pelajarannya guru juga selalu

memperhatikan sikap, serta perilaku peserta didiknya. Hal ini dijelaskan

oleh ibu Lailatul Fajriyah, S.Pd guru mapel Akidah Akhlak :


“Proses pembentukan akhlak di madrasah ini dimulai dari pagi
ketika masuk gerbang madrasah anak-anak diwajibkan berjabat
tangan dengan bapak dan ibu guru yang sudah siap di area pintu
gerbang. Hal ini sebagai bentuk dari pendidikan karakter anak

66
Lailatul fajriyah, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
67
Sukarti, wawancara pada tanggal 20 Mei 2015
68
Moch Sultan Agung, wawancara pada tanggal 11 Mei 2015
64

sehingga mereka bisa saling menghormati guru serta orang yang


lebih tua.”69

Kebiasaan berjabat tangan tidak hanya dilakukan antara guru dan

siswa saja tetapi juga antar siswa. Hal ini disampaikan oleh ibu Dra.

Fasichatus Sa'niyah selaku guru mapel Fikih, beliau menyampaikan

bahwa :
“Setiap pagi hari sebelum masuk ke dalam kelas para siswa selalu
berjabat tangan dengan teman lainnya. Siswa perempuan berjabat
tangan dengan siswa perempuan, siswa laki-laki berjabat tangan
dengan siswa laki-laki. Kebiasaan ini selalu diterapkan di
madrasah kami untuk menumbuhkan rasa ukhuwah serta rasa
saling menghormati sesama teman. Serta membentuk silaturrohim
yang kuat antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa.”70

Setelah bel berbunyi para siswa masuk kelas kemudian

melaksanakan tadarus sebelum jam pelajaran dimulai. Tadarus ini

dilaksanakan setiap hari selama 15 menit dan dipandu guru mapel jam

pertama. Ibu Lailatul Fajriyah, S.Pd. guru mapel Akidah Akhlak, beliau

menuturkan bahwa :
“Sebelum jam pelajaran pertama dimulai, para siswa diwajibkan
membaca juz Amma atau tadarus selama 15 menit awal. Di
madrasah kami tadarusnya menggunakan juz Amma karena pada
akhir tahun pelajaran para siswa diharuskan hafalan sebagai
syarat pengambilan rapot. Hal ini juga sebagai latihan ketika nanti
setor hafalan juz Amma para siswa sudah lancar dan hafal karena
setiap hari rutin dibaca sebelum KBM dimulai. Khusus untuk hari
jum’at tidak membaca juz Amma melainkan surat Yasin.”71

Lebih lanjut lagi bapak Wildan Sholihi, S.Hum guru mapel Bahasa

Arab menambahkan bahwa :


“Setiap semester II kelas 7 peserta didik wajib setor hafalan juz
Amma sebagai syarat untuk mengambil rapot. Begitu juga
dengan kelas VIII juga wajib setor hafalan juz Amma kepada
wali kelas masing-masing. Untuk kelas IX selain hafalan juz
Amma juga ada tambahan lagi yakni hafalan surat Yasin,
Asmaul Husna, serta do’a setelah sholat dhuha. Jika para
69
Lailatul Fajriyah, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
70
Fasichatus Sa'niyah, wawancara pada tanggal 18 Mei 2015
71
Lailatul Fajriyah, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
65

peserta didik mampu menghafal dengan baik maka madrasah


memberikan sertifikat untuk mempermudah masuk MAN ketika
sudah kelas IX. Hal ini sangat membantu siswa untuk memilih
MAN yang diinginkan ketika nanti akan melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya.”72

Proses pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan

spiritual diinternalisasikan melalui kegiatan keagamaan yang

dikemukakan oleh Lailatul Fajriyah, S.Pd :


“Praktik kegiatan keagamaan di madrasah ini dibiasakan dalam
kegiatan sehari-hari serta digunakan untuk membudayakan
budaya religius. Setiap hari siswa diwajibkan mengikuti sholat
dhuha. Setelah jam 12.00 atau saat masuk waktu sholat dhuhur
maka siswa diwajibkan kembali menunaikan sholat dhuhur
berjamaah di masjid madrasah.”73

Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan Ibu Romiyati,

S.Pd selaku guru mapel IPA sebagai berikut :


“Dalam proses pembentukan akhlak anak maka yang wajib
dilakukan adalah mendisiplinkan kebiasaan anak terutama dalam
melaksanakan kewajiban menjalankan sholat berjamaah. Di
madrasah kami ini diwajibkan untuk mengikuti sholat dhuha,
untuk sholat dhuha sesuai dengan jadwal yang sudah ada yakni
untuk hari selasa kelas VII, untuk hari rabu kelas VIII, dan untuk
hari kamis kelas IX. Tetapi bagi siswa yang bukan jadwal sholat
dhuha jika menginginkan sholat dhuha juga diperbolehkan.
Selain sholat dhuha ada juga jamaah sholat dhuhur yang wajib
diikuti oleh seluruh kelas setiap harinya. Kemudian mbak, ada
lagi kegiatan istighosah bersama yang dilaksanakan setiap setelah
jamaah sholat dhuhur khusus ketika akan lomba dan mendoakan
ketika ada yang sakit. Kemudian setiap hari sabtu khusus untuk
kelas 9, dan untuk kelas 7-8 dilaksanakan sebelum ujian semester.
Kegiatan istighosah ini mbak untuk melatih anak mendekatkan
diri dengan Allah, berdoa secara khusuk dan juga memberikan
ketenangan dihati anak. Juga melatih anak untuk selalu berdzikir
kepada Allah dimanapun mereka berada”74
Kegiatan keagamaan sangat tepat digunakan sebagai wahana

dalam pembentukan akhlak para siswa. Di samping itu, kegiatan

keagamaan juga melatih anak dalam pengembangan kecerdasan

72
Wildan Sholihi, wawancara pada tanggal 18 Mei 2015
73
Lailatul Fajriyah, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
74
Romiyati, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
66

spiritualnya. Seperti membaca Al-Qur’an atau Juz Amma, terbiasa

dengan sholat dhuha, terbiasa dengan sholat berjamaah, salam dan

salim ketika bertemu dengan guru dan juga orang yang lebih tua, jujur,

disiplin, dan lain sebagainya.

3) Metode Guru Dalam Proses Pembentukan Akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual
Untuk pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan

spiritual di MTsN Kediri II, terdapat beberapa metode yang digunakan

oleh para pendidik. Ibu Lailatul Fajriyah, S.Pd mengemukakan :


“Metode yang saya digunakan untuk proses pembentukan akhlak
melalui pengembangan kecerdasan spiritual adalah metode uswah
al-hasanah. Langkah kongkrit dalam pembelajaran adalah adanya
integrasi antara ilmu pengetahuan umum dengan nilai-nilai religius
dan ilmu agama. Membiasakan anak untuk selalu membaca
Bismillah sebelum pembelajaran dimulai atau pun ketika akan
mengerjakan sesuatu. Membiasakan untuk selalu bersyukur atas
apa yang didapatkan hari ini. Menggunakan metode diskusi yakni
mengajarkan anak untuk bisa memecahkan masalah, sehingga
dapat mengaktifkan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Metode
ini juga juga termasuk dalam pembiasaan akhlakul karimah karena
disini diajari untuk saling menghormati dan menghargai pendapat
orang lain.”75
Ibu Fasichatus Sa'niyah selaku guru Fikih menambahkan bahwa:

“Metode yang saya pakai dalam membentuk akhlak anak ada


beberapa cara yakni menggunakan metode hafalan, dalam mata
pelajaran fiqih anak harus bisa menghafal surat-surat pendek, do’a
sehari hari serta bacaan-bacaan sholat, karena ini merupakan modal
awal ketika menjalankan ibadah sholat yang setiap hari kita
laksanakan. Metode ceramah, walaupun sekarang ini banyak sekali
metode yang sangat bagus untuk menumbuhkan keaktifan anak
namun ada beberapa materi yang harus dijelaskan terlebih dahulu
sehingga anak dapat memahami materi dengan jelas, baru setelah
itu anak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya atau
berkreatif sendiri. Metode demonstrasi, yaitu proses belajar
mengajar untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan ( meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses
terjadinya sesuatu. Misalnya tata cara sholat, tata cara berwudhu,
proses cara mnegejakan sholat jenazah. Metode praktikum serta
75
Lailatul Fajriyah, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
67

metode pembiasaan juga diterapkan guru dalam setiap


pembelajaran sesuai dengan tema dan materi yang ada.”76
Lebih lanjut lagi ibu Sukarti selaku guru Bahasa Indonesia menjelaskan

bahwa :

“Metode yang saya pakai dalam pembelajaran dikelas yang


berkaitan dengan proses pembentukan akhlak anak yaitu memberi
contoh (sikap) yang baik kepada siswa, melatih siswa untuk
disiplin ketika mendapat tugas dari guru, bertanggung jawab atas
tugas-tugas yang telah diberikan kepada anak sehingga anak dapat
mencontoh bahwa berjiwa tanggung jawab itu sangat penting.
Selalu memberikan cerita-cerita yang memotivasi anak, bisa
diambil dari pengalaman pribadi ataupun dari media (TV, radio,
informasi dari internet, dan lain-lain) yang bernilai positif. Melatih
anak untuk bersikap demokratis dalam pembelajaran di kelas.”77
Seorang guru harus senantiasa menciptakan suasana belajar

yang menarik dan menyenangkan bagi siswa agar mereka lebih

bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh

guru. Suasana belajar harus diformat sedemikian rupa sehingga

mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan

menjadikan sekolah laksana rumah bagi siswa, menghindarkan

mereka dari kejenuhan dan menjadikan kebahagiaan siswa sebagai

landasan dari seluruh program. Dalam pembelajaran IPA kami

mengundang ataupun kedatangan tamu untuk berbagi informasi

kepada anak didik kami yang berkaitan dengan materi IPA, seperti

penyuluhan dari puskesmas (reproduksi), penyuluhan dari BNN

terkait dengan bahaya narkoba, serta dari kepolisian yang

memberikan pengarahan tentang kenalakan remaja, dan lain-lain.

Hal ini menjadi sangat menarik karena tidak hanya guru mapel saja

yang menjadi sumber tetapi ada narasumber dari berbagai instansi


76
Fasichatus Sa'niyah, wawancara pada tanggal 18 Mei 2015
77
Sukarti, wawancara pada tanggal 20 Mei 2015
68

untuk membagi ilmu dan sebagai bekal kepada para peserta didik

untuk lebih berhati-hati dan selalu menjaga akhlak mereka

dimanapun mereka berada.78

4) Cara mengontrol kegiatan siswa dalam pembentukan akhlak

Cara mengontrol kegiatan siswa dalam pembentukan akhlak

melalui pengembangan kecerdasan spiritual. Dalam setiap kegiatan yang

diadakan di madrasah ini guru mempunyai cara tersendiri dalam

mengontrol kegiatan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai

kesadaran tinggi terhadap kewajiban mereka dan melatih budaya religi

sehingga dapat tertanam pada jiwa anak ketika nanti mereka terjun

kemasyarakat.

Cara mengontrolnya antara lain dengan adanya guru piket yang

bertugas setiap harinya mengontrol kegiatan belajar mengajar anak ketika

ada guru yang tidak bisa mengajar/ izin, selain guru piket juga ada guru

pendamping dalam setiap kegiatan misalnya ketika tadarus didampingi

oleh guru mapel jam pertama, ketika sholat dhuha dan jamaah sholat

dhuhur juga ada guru pendamping sehingga jika ada anak yang

membandel atau tidak mengikuti kegiatan tersebut akan mendapatkan

sanksi kecuali yang berhalangan.79

Lebih lanjut lagi Ibu Lailatul Fajriyah, S.Pd menambahkan bahwa :

“Cara mengontrol kegiatan anak dalam pembentukan akhlak


melalui pengembangan kecerdasan spiritual adalah setiap guru
mempunyai buku rekam data, sehingga dari buku tersebut akan
diketahui bagaimana prestasi anak setiap harinya dan juga perilaku
siswa ketika berada dimadrasah. Metode uswatun hasanah adalah

78
Romiyati, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
79
Ibid.,
69

memberikan teladan kepada siswa, dari metode ini saya dapat


mengontrol sikap anak, guru memberikan contoh bagaimana
berperilaku yang baik sehingga anak bisa membedakan mana
perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Selain itu saya
juga mengontol anak dari pengamatan, mengamati setiap kagiatan
yang dilakukan siswa, mengamati prestasinya meningkat atau
malah menurun, mengamati akhlaknya dari sikap yang ditunjukkan
kepada guru, orang yang lebih tua, maupun kepada teman-
temannya. Ketika anak mendapatkan suatu masalah maka saya
sebagai guru akidah akhlak wajib memberikan konseling atau
memberikan solusi sehingga masalah anak tersebut tidak menjadi
berlarut-larut yang pada akhirnya akan menghancurkan masa depan
anak itu sendiri.”80
Begitu juga dengan hasil wawancara ibu Sukarti yang memberikan

keterangan bahwa :

“Cara mengontol kegiatan siswa adalah menjadi teman bagi siswa,


jadi tugas guru selain mengajar dan mendidik juga menjadi sahabat
bagi anak didiknya, hal ini sangat bagus dalam pertumbuhan
psikologisnya karena mereka merasa nyaman ketika belajar,
konsultasi maupun sekedar berbagi informasi mengenai berbagai
hal. Saya juga ikut medsos mbak, ini untuk mengontrol anak ketika
mereka bercanda ataupun bersikap yang berlebihan di media sosial,
saya ikut grup facebook anak-anak mbak. Supaya mereka tetap
berada pada batasannya, saya juga selalu memberikan motivasi-
motivasi di status grup facebook untuk selalu memberikan spirit
bagi siswa-siswi kami.”81

b. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual dalam kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Kediri II


Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud adalah pembinaan peserta

didik yang berusaha memberi penyaluran bakat dan minat, perluasan

wawasan, serta kemantapan iman dan taqwa melalui bentuk-bentuk kegiatan

yang direncanakan dan dilaksanakan diluar program kurikuler untuk

menunjang pencapaian tujuan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri

Kediri II.

80
Lailatul Fajriyah, wawancara pada tanggal 13 Mei 2015
81
Sukarti, wawancara pada tanggal 20 Mei 2015
70

Kepala MTsN Kediri II memberikan kebijakan untuk melaksanakan

kegiatan ekstrakurikuler sebaik-baiknya. Membimbing peserta didik untuk

menggali bakat dan minat mereka menjadi seseorang yang matang dalam

menentukan masa depannya. Kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya

pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan norma serta pengembangan

kepribadian, bakat dan minat peserta didik yang dilaksanakan di luar jam

intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau non tatap muka. Sebagaimana

yang disampaikan oleh bapak kepala madrasah :

“Selama ini kami selaku pihak madrasah memberikan kebijakan untuk


membuat kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilaksanakan oleh
seluruh peserta didik yang didampingi guru-guru yang berkompeten
dibidangnya dengan tujuan untuk menggali bakat dan minat, untuk
memantapkan nilai-nilai dan norma serta pengembangan kepribadian.
Kegiatan ekstrakurikuler dilaksankan di luar jam intrakurikuler dalam
bentuk tatap muka dan non tatap muka. Tujuan kami adalah
memberikan fasilitas untuk anak didik kami supaya lebih bisa
menggali potensi yang ada pada diri mereka”.82

Hal yang sama juga dipaparkan oleh bapak Moch. Sultan Agung,

M.Pd.I selaku waka kurikulum, beliau menjelaskan bahwa :

“Di madrasah kami ini banyak sekali kegiatan-kegiatan


ekstrakurikulernya mbak, dan semua kegiatan ekstrakurikuler tidak
lepas dari proses pembentukan akhlak. Membentuk siswa lebih
berkarakter, berbudaya religius serta dapat mengamalkan nilai-nilai
ajaran Islam kedalam kehidupan sehari-hari mereka. Upaya dalam
proses pembentukan akhlak salah satunya adalah memilih guru yang
berkompeten dibidangnya dalam menjalankan tugasnya sebagai
pembimbing kegiatan ekstrakurikuler, sehingga peserta didik benar-
benar dapat menggali bakat dan minat mereka melalui kegiatan
ekstrakurikuler tersebut”.83

Lebih lanjut lagi beliau menambahkan bahwa :

82
Nursalim, wawancara pada tanggal 26 Mei 2015
83
Moch Sultan Agung, wawancara pada tanggal 11 Mei 2015
71

“kegiatan ekstrakurikuler ini adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh


peserta didik, setiap peserta didik minimal memilih satu
ekstrakurikuler. Jadwal kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap
dua minggu sekali yakni setiap hari jum’at dan sabtu setelah kegiatan
belajar mengajar selesai”.84

Berikut adalah jadwal kegiatan ektrakurikuler MTsN Kediri II85

NO HARI WAKTU JENIS EKSTRA PEMBINA


1 JUM’AT 13.00 – 14.30 OSN Biologi Enik Kurniawati,
2 JUM’AT 13.00 – 14.30 OSN Mat (Kls 7) Siti Nurhidayati, S.Pd
3 JUM’AT 13.00 – 14.30 OSN IPS Arif Irwanto, S.Pd + Sri
Afiati, S.Pd + Winarti, S.Pd
4 JUM’AT 13.00 – 16.00 Pramuka Ana Soeri S.Pd
5 JUM’AT 11.10 – 12.40 Khitobah (Pidato) Fuadati Budi Astuti, S.Ag
6 JUM’AT 13.00 – 14.30 Senirupa (Kaligrafi) Nurlaila, S.Pd
7 JUM’AT 13.00 – 15.00 Tenes Meja Wahyudi, S.Pd
8 JUM’AT 13.30 – 15.30 Sepak Bola Sulagi, S.Pd
9 JUM’AT 13.00 – 14.30 Pencak silat Dra. Dewi Istiqomah
10 JUM’AT 13.00 – 15.00 Bulutangkis Damanhuri, S.Pd
11 SABTU 11.10 – 13.00 Seni musik Roni Setiyadi, S.Pd
12 SABTU 11.10 – 13.00 Catur Agus Supriadi, S.Pd
13 SABTU 14.30 – 16.30 Bola Voli Dra. Lasemi + Wildan S,
S.Hum,
14 SABTU 14.30 – 16.30 Spak Takraw Anas Jauhari, S.Pd
15 SABTU 11.10 – 12.40 KIR Enik Kurniawati, S.Pd
16 SABTU 11.10 – 12.40 OSN Fisika Drs. Yasifun + Dewi Z,
S.Pd
17 SABTU 11.10 – 12.40 OSN Mat ( Kls 8) Mambaul Ulum, S.Si
18 SABTU 11.10 – 12.40 PMR Romiyati,S.Pd +
Dra.Nurcholipah
19 SABTU 11.10 – 12.40 UKS Dra. Andriati
20 SABTU 11.10 – 12.40 PKS Hery Subianto, S.Pd
21 SABTU 11.10 – 12.40 Menjahit Mujinem, S.Pd
22 SABTU 11.10 – 12.40 Berkebun Endah Zubaidah, S.Pd
23 SABTU 11.10 – 12.40 Seni Baca Al-Qur’an Eva Astutik, S.Pd

84
Ibid.,
85
Dokumentasi Jadwal Kegiatan Ektrakurikuler Tahun 2014/2015
72

24 SABTU 13.00 – 14.30 Rebana Eva Astutik, S.Pd


Tabel 4.1
Jadwal Ekstrakurikuler

Setiap kegiatan ekstrakurikuler mengandung nilai-nilai tersendiri

dalam proses pembentukan akhlak serta dapat mengembangkan kecerdasan

spiritual peserta didik. Hal ini telah disampaikan oleh ibu Ana Soeri S.Pd,

sebagai berikut :

“ Tujuan dari diadakannya kegiatan ekstrakurikuler di madrasah kami


ini adalah memperdalam dan memperluas pengetahuan dan wawasan
peserta didik, mendorong peserta didik agar taat menjalankan perintah
Allah dan Rosulnya dalam kehidupan sehari-hari, dan juga
menjadikan agama sebagai landasan akhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebelum memulai kegiatan ekstrakurikuler kami sebagai guru
pembimbing selalu mewajibkan untuk berdoa sebelum memulai
aktivitas. Baik itu dalam ekstra keagamaan maupun ekstra umum, ini
sebagai salah satu upaya kami untuk mengembangkan kecerdasan
spiritual anak-anak, sebagai rasa syukur dan sebagai cara
mendekatkan diri pada Allah”.86

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler juga disampaikan oleh bapak Wildan

Sholihi dalam wawancara dengan peneliti sebagai berikut :

“Tujuan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler di madrasah tsanawiyah


Kediri II ini adalah membangun sikap mental peserta didik untuk
bersikap dan berprilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri,
percaya diri, kompetitif, dan bertanggung jawab. Dalam setiap
kegiatan ekstra pasti ada nilai-nilai akhlak yang harus kami tanamkan
pada jiwa anak-anak kami mbak. Untuk itu kami selalu memberikan
bimbingan secara maksimal supaya tujuan kami tercapai dalam
membimbing anak-anak kami”87
Proses pembentukan akhlak anak itu sangat banyak macamnya dan

banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak anak

diantaranya adalah faktor dari luar dirinya (lingkungan, keluarga, sekolah,

pergaulan teman, dan pemimpin), dan faktor dari dalam dirinya

86
Ana Soeri, wawancara pada tanggal 28 Mei 2015
87
Wildan Sholihi, wawancara pada tanggal 18 Mei 2015
73

(kepercayaan, keinginan, hati nurani, dan hawa nafsu). Faktor dari luar

dapat dibentuk dari lingkungan yang mendukung sehingga akan

menghasilkan akhlak yang baik. Sedangkan faktor dari dalam diri

dibutuhkan kesadaran diri sendiri dan juga kecerdasan spiritual yang tinggi

agar menghasilkan akhlak yang mulia. Melalui kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan dapat merangsang peserta didik agar mempunyai keinginan

tinggi untuk menggali kecerdasan spiritual mereka, mengaktifkan hati

nurani mereka.

Hasil wawancara peneliti dengan ibu Fuadati adalah sebagai berikut :

“Kegiatan ekstrakurikuler di madrasah kami mempunyai banyak


bidang, dalam meningkatkan kecerdasan spiritual kami mempunyai
bidang keagamaan, melaksanakan sholat berjamaah di madrasah
setiap waktu dhuhur dan ashar, mengkaji segala sesuatu tentang agama
islam seperti baca tulis Al-Qur’an, sholawatan, khitobah, kaligrafi,
qosidah, dan lain sebagainya. Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler di
madrasah kami khususnya bidang keagamaan dalam mengembangkan
kecerdasan spiritualnya adalah melaui berbagai cara, yaitu
Pendalaman, yaitu pengayaan materi, teori, dan membuka wawasan
baru sesuai dengan tema. Penguatan, yaitu peningkatan keimanan dan
ketaqwaan. pembiasaan, yaitu pengamalan dan pembudayaan ajaran
agama serta perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dan
perluasan, yaitu penggalian potensi, bakat, minat, keterampilan dan
kemampuan peserta didik”.88

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkah bahwa kegiatan

ektrakurikuler yang dilaksanakan MTsN Kediri II adalah semua kegiatan

bertujuan untuk membentuk akhlak mulia anak. Dilaksanakan sengan

sungguh-sungguh untuk mencapai sebuah tujuan yaitu mencetak siswa yang

berwawasan tinggi, berbakat, cerdas secara spiritual dan berakhlak mulia.

Dengan kerjasama semua pihak maka akan didapatkan hasil yang

diinginkan dan membanggakan.


88
Fuadati Budi Astuti, wawancara pada tanggal 26 Mei 2015
74

c. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik di luar sekolah di MTsN Kediri II


1) Memaksimalkan adanya ma’had
Kegiatan diluar sekolah ini dimaksudkan untuk memberi

pengalaman ataupun pembelajaran pada anak didik agar supaya lebih

bisa mengembangkan minat dan bakatnya baik itu di lingkungan sekolah

ataupun di luar sekolah. kegiatan diluar sekolah juga memberikan

kesempatan pada siswa untuk berkarya, dan lebih memaksimalkan

potensi mereka yang tidak hanya diperoleh di sekolah tetapi juga di

lingkungan luar sekolah.


Seperti yang diungkapkan bapak kepala Madrasah yakni bapak Drs. H

Nursalim, M.Pd.I, beliau menjelaskan bahwa :


“Jadi begini mbak, kegiatan diluar sekolah atau kegiatan diluar
KBM yang menunjang pembentukan akhlak yang telah diikuti
siswa siswi kami ini sangat banyak. Diantaranya ada fasilitas
asrama, kemudian madrasah kami juga sering membuat
kegiatan-kegiatan yang melatih siswa untuk peduli lingkungan,
misalnya pembagian zakat fitrah, ada bakti sosial, ada peduli
bencana alam, yang dimana siswa itu dilatih untuk tanggap dan
peka terhadap lingkungan dan peduli terhadap sesama yang
membutuhkan.”89
Dalam mencetak peserta didik yang unggul dan berakhlakul

karimah perlu pembinaan-pembinaan yang intens, kontinyu khususnya

dalam aspek keagamaan. Upaya guru dalam membentuk akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual diluar sekolah ini salah satunya

adalah dengan adanya asrama atau ma’had yang ada di madrasah.

Peneliti menemui dan melakukan wawancara dengan pengasuh asrama

atau jika di MTsN Kediri II ini dikenal dengan wali ma’had sebagai

berikut :

89
Nursalim, wawancara pada tanggal 26 Mei 2015
75

“Program ma’had di madrasah kami ini masih di khususkan


untuk kelas ACP (Akselerasi), dan kelas Relligion (religi).
Karena masih berjalan beberapa tahun ini dan keterbatasan
tempat maka kami hanya mengkhususkan untuk kelas ACP dan
kelas religi. Dalam hal ini ada beberapa kegiatan yang wajib
diikuti oleh siswa, mereka dilatih dan dibudayakan untuk
menjadi siswa yang berakhlakul karimah. Ustadz dan
ustadzahnya kami mengambil dari guru-guru yang bersedia
untuk mendampingi anak-anak di ma’had mbak, jadi tidak
mengambil dari lingkungan luar madrasah. Ini bertujuan untuk
mempermudah guru dan pihak sekolah dalam mengawasi dan
membimbing para siswa dan siswi kami.”90

Adapun jadwal kegiatan siswa Relligion Class Program adalah sebagi berikut91 :

No Jam Kegiatan Ustadz/ Ustadzah


1 03.00 s.d. 06.00 Sholat Tahajud, Sholat Subuh, Ustadz Samsul &
Tahfidz Ustadzah Ulfa
2 06.00 s.d. 06.30 Makan Pagi & Persiapan Kegiatan
Belajar
3 06.45 s.d. 13.40 Kegiatan Belajar Mengajar Bapak/ Ibu Guru sesuai
Mapel
4 13.40 s.d. 14.00 Makan Siang
5 14.00 s.d. 15.00 Bimbingan Bahasa Inggris dan Ustadz-Ustadzah /
Bahasa Arab Teacher
6 15.00 s.d. 16.00 Belajar Bersama dan Mengerjakan Guru Piket (sesuai
PR Jadwal)
7 16.00 s.d. 17.30 Bimbel Mandiri
8 17.30 s.d. 18.00 Sholat Maghrib & Makan Malam
9 18.00 s.d. 19.00 Tartil Qur’an / Hafidz Ustadz Samsul &
Ustadzah Ulfa
10 19.00 s.d. 19.15 Jamaah Sholat Isya’
11 19.30 s.d. 20.30 KEGIATAN PESANTREN Sesuai Jadwal
12 20.30 s.d. 21.00 Belajar
13 21.00 s.d. 03.30 Istirahat Tidur
Tabel 4.2
Jadwal Relligion Class Program

JADWAL KEGIATAN SEMESTER GASAL

No Hari Kegiatan Ustadz/Ustadzah

1 SENIN Jurumiyah Ustadz Samsul


2 SELASA Wajibul Manzili Ustadz Samsul &

90
Nanik Fauziyati, wawancara pada tanggal 28 Mei 2015
91
Dokumentasi jadwal kegiatan ma’had siswa Relligion Class Program 2014/2015
76

Ustadzah Ulfa
3 RABU Ta’limul Muta’alim Ustadz H. Ichwan Kurdi
4 KAMIS Kajian Fiqih (Kitab Umm) Ustadzah Ulfa
5 JUM’AT Wajibul Manzili Ustadz Samsul &
Ustadzah Ulfa
Tabel 4.3
Kegiatan Semester Gasal

JADWAL KEGIATAN PESANTREN SEMESTER GENAP

No Hari Kegiatan Ustadz/ Ustadzah


1 SENIN Awamil Ustadz Samsul
2 SELASA Wajibul Manzili Ustadz Samsul &
Ustadzah Ulfa
3 RABU Khitobah Ustadzah Fuadiati Budi
Astuti
4 KAMIS Kajian Fiqih (Kitab Umm) Ustadzah Ulfa
5 JUM”AT Wajibul Manzili Ustadzah Samsul &
Ustadzah Ulfa
Tabel 4.4
Jadwal Kegiatan Pesantren Semester Genap

Jadwal kegiatan siswa Akselerasi (ACP 2) adalah sebagi berikut92 :

I. Jadwal Kegiatan Pagi Sebelum KBM

NO HARI WAKTU KEGIATAN TEMPAT

1 SENIN 06.30-06.45 Upacara / Senam Halaman Madrasah

2 SELASA 06.30-06.45 Arabic Morning Halaman Madrasah

3 RABU 06.30-06.45 English Morning Halaman Madrasah

4 KAMIS 06.30-06.45 Sholat Dhuha Masjid Al-Azhar

5 JUM’AT 06.30-06.45 Enjing Kanthi Krama Halaman Madrasah

Tabel 4.5
Jadwal Kegiatan Pagi Sebelum KBM

I. Jadwal Kegiatan Siang Setelah KBM

92
Dokumentasi Jadwal kegiatan ma’had siswa Akselerasi (ACP 2)
77

NO HARI WAKTU KEGIATAN TEMPAT


1 SENIN 14.00-15.00 Bimbel UN Kelas
15.00-16.00 Matematika Kelas
2 SELASA 14.00-15.00 Bimbel UN Kelas
15.00-16.00 Bahasa Inggris Kelas
3 RABU 14.00-15.00 Bimbel UN Kelas
15.00-16.00 IPA Kelas
4 KAMIS 14.00-15.00 Bimbel UN Kelas
15.00-16.00 Bahasa Indonesia Kelas
Tabel 4.6
Jadwal Kegiatan Siang Setelah KBM

II. Kegiatan Malam di Ma’had

NO HARI WAKTU KEGIATAN TEMPAT


1 SENIN 19.30-20.30 Matematika Ma’had
2 SELASA 19.30-20.30 Bahasa Inggris Ma’had
3 RABU 19.30-20.30 Fisika Ma’had
4 KAMIS 19.30-20.30 Bahasa Indonesia Ma’had
5 JUM’AT 19.30-20.30 Debat/ Diskusi/ Pidato Ma’had
Tabel 4.7 Kegiatan Malam di Ma’had

2). Mengembangkan kegiatan anak diluar sekolah

Bagi peserta didik yang tidak tinggal di ma’had, mereka juga

banyak yang melalukan aktivitas di luar madrasah, mengikuti les diuar

ataupun mengikuti kursus, serta kegiatan-kegiatan positif lainnya yang

sesuai dengan bakat dan minat mereka. Walaupun kegiatan diluar

madrasah ini sulit untuk dipantau guru tetapi guru atau wali kelas

setidaknya mengerti dan tau apa yang dilakukan peserta didiknya ketika

mereka kembali ke rumah. Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu

H. Fasihatus, mengatakan bahwa :

“Kegiatan anak diluar sekolah ini sangat banyak mbak, mereka


mengikuti berbagai macam aktivitas diluar. Walaupun demikian
tetapi kami selaku guru mereka juga mencari tau apa sih
kegiatan mereka ketika dirumah ? Untuk itu kami sangat
menjaga hubungan dengan wali murid agar supaya anak-anak
ini bisa tetap diawasi walaupun tidak berada dilingkungan
madrasah. Nah, tugas kami sebagai guru tidak hanya mengajar
tetapi juga mendidik, ketika anak mengikuti kegiatan diluar
78

misalnya mereka ikut komunitas Grafiti maka kita dukung, kita


memberi suport pada mereka bahwa berkarya itu bisa dimana
saja. Ketika di madrasah ada event tententu si anak ini kita
ikutkan untuk mengembangkan bakatnya, kita suruh mereka
membuat gambar yang bernuansa religi, membuat gambar rukun
iman, rukun islam yang menarik, membuat gambar anti narkoba,
dan lain-lain. Ketika kegiatan ini terus kita kembangkan maka
bakat dan minat anak akan semakin berkembang, dan tentunya
mereka akan semakin semangat dalam mencapai prestasi.”93
Lebih lanjut lagi beliau menambahkan bahwa:

“Kegiatan anak-anak diluar itu bermacam-macam mbk, selain


mengikuti komunitas-komunitas tertentu anak-anak juga banyak
yang mengikuti belajar baca Al-Qur’an, ada siswa kami yang
ikut ngaji dengan menggunakan metode Ummi. Bagi siswa yang
mempunyai potensi seperti ini kami sebagai guru sangat
mendukung, ketika ada perlombaan anak-anak yang seperti ini
kami ikutkan lomba, menang kalah itu tidak jadi masalah yang
penting kami sebagai guru mendorong anak untuk percaya diri
dan pantang menyerah. Alhamdulillah mbak, kami sering
memenangkan perlombaan-perlimbaan baik ditingkat kota
madya, provinsi, maupun nasional. Ini bentuk dukungan kami
terhadap anak-anak yang selalu ingin unggul dalam prestasi dan
istiqomah sesuai dengan visi madrasah kami.”94

3) Mengadakan berbagai kegiatan positif diluar jam sekolah

Selain kegiatan-kegiatan yang diikuti peserta didik diluar

sekolah, ada juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan peserta didik di luar

jam sekolah. Sebagaimana hasil wawancara juga diungkapkan oleh bapak

Wildan Sholihi adalah sebagai berikut :

“Kegiatan dalam membentuk akhlak anak diluar jam sekolah


adalah dengan diadakannya kegiatan-kegiatan dari pihak
sekolah yang bertujuan untuk melatih anak supaya peka
terhadap lingkungan. Seperti yang telah diadakan oleh madrasah
kami pada tanggal 21 April 2015, kami mengadakan Baksos
atau bakti sosial dalam rangka memperingati hari bumi. Dalam
kegiatan ini kami mengajarkan betapa berharganya bumi kita
jika kita bisa saling menjaga. Dan ini adalah salah satu bentuk
dari kita dalam mengimani Tuhan yaitu menjaga ciptaan-Nya,
menjaga alam dan lingkungan. Anak-anak diajarkan untuk

93
Fasihatus, wawancara pada tanggal 18 Mei 2015
94
Ibid.,
79

mengambil sampah dan membersihkan selokan, membuang


sampah pada tempatnya, menghemat listrik dan air. Ini kami
ajarkan tidak hanya dilingkungan madrasah, tetapi ketika diluar
madrasah ataupun ketika di rumah juga harus diterapkan.”95

Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa :

“Selain baksos ada juga bantuan bencana alam mbak, ketika


kemarin gunung kelud meletus, pihak madrasah segera
membuka posko bantuan bencana kelud. Bagi anak-anak
ataupun orangtua dan keluarganya ingin memberi sumbangan
maka dari pihak madrasah siap untuk menampung dan
mendistribusikan bantuan tersebut. Alhamdulillah mbak peserta
didik kami jiwa sosialnya sudah tertanam bagus, ini kami lihat
dari bentuk kesigapan mereka kepada sesama warga kediri
ketika terkena musibah. Mereka banyak membantu dengan
menyumbang berbagai bantuan. Berhubung anak-anak masih
usia Tsanawiyah dan kondisi daerah bencana juga berbahaya
maka kami putuskan tidak semua anak bisa ikut
mendistribusikan bantuan sumbangan tetapi hanya beberapa
anak osis dan guru-guru yang mendistribusikan bantuan. Untuk
anak-anak yang lain kami suruh untuk membersihkan madrasah
dan lingkungan madrasah karena banyaknya pasir vulkanik.

Beliau juga menambahkan bahwa :

Siswa-siswi kami juga banyak yang mendapat musibah atas


meletusnya gunung kelud, ada yang rumahnya roboh akibat
tidak kuat menahan banyaknya pasir yang ada diatas genting
rumah mereka, dan banyak juga orang tua dan keluarga siswa-
siswi kami yang jatuh dan harus dilarikan ke rumah sakit karena
membersihkan atap rumah mereka. Kami selaku guru mereka
memberikan motivasi dan bantuan semampu kami agar anak-
anak kami ini kuat melalui musibah ini, kami memberikan
pengertian kepada mereka bahwa dibalik musibah pasti ada
manfaat dan pelajaran yang dapat dipetik.96

Dari ungkapan-ungkapan di atas, dapat disimpulkan bahwa

upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik itu sangat penting, dibutuhkan

kerjasama yang tinggi antara kepala madrasah, guru, dan siswa agar
95
Wildan Sholihi, wawancara pada tanggal 18 Mei 2015
96
Ibid.,
80

dapat menjadikan peserta didik yang berjiwa akhlakul karimah serta

mempunyai jiwa yang kuat dan tangguh dalam segala hal dan juga

menjadi siswa yang selalu beriman kepada Allah SWT.

2. Paparan Data di MTsN Kanigoro


Madrasah Tsanawiyah Negeri Kanigoro berada di Jalan Raya

Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri Jawa Timur Tepatnya di dusun

jagalan desa kanigoro kras. Madrasah ini memiliki letak geografis yang

strategis, karena terletak di jalan raya yang berada di tengah-tengah desa

lingkup kecamatan Kras. Dengan dukungan letak geografis yang berada di

tengah-tengah atau di perbatasan dari desa yang mengelilingi madrasah dan

berada di dekat perbatasan antara kota tulunggagung dan perbatasan dari kota

blitar itulah merupakan faktor yang membuat kemudahan dalam hal

publikasi madrasah relatif meluas dan merata di masyarakat sekitarnya.

Adanya kondisi geografis yang cukup strategis ini menyebabkan para peminat

semakin meningkat. Dengan keberadaanya yang jauh dari jalan raya justru

membuat suasana educational sangat jauh dari kebisingan dan suara-suara

lalu lintas jalan dan ditunjang dengan fasilitas sarana dan prasarana yang

memadai serta suasana yang sejuk dan nyaman di lingkungan madrasah

sangat mendukung proses pembelajaran.


Lahirnya lembaga pendidikan Madrasah di desa kanigoro berawal dari

inisatif Bapak H. Sa’id bin H. Kusnan yang pada waktu itu merasa prihatin

terhadap kondisi sosial masyarakat desa Kanigoro. Paling tidak ada tiga

keprihatinan yang beliau rasakan yaitu keprihatinan tentang kondisi sosial

ekonomi, moral dan kebodohan. Keprihatinan tersebut berdasarkan realitas


81

bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa pada era tahun 1950-an

dalam keadaan miskin dan sering terjadinya tindak kejahatan, kemaksiatan,

perjudian dan perbuatan lain yang menyimpang serta jauh dari ajaran agama

akibat tekanan ekonomi, kebodohan dan lemahnya pengetahuan mereka

terhadap ajaran agama.


Usaha untuk mendirikan madrasah pada waktu itu sempat mengalami

kesulitan dan mendapat tentangan dari ‘penguasa’ karena dianggap tidak

nasionalis dan oleh Partai Komunis sempat di cap sebagai antek penjajah

(Belanda). Berkat perjuangan dan kegigihan para tokoh akhirnya Madrasah

Ibtidaiyah bisa berdiri pada tahun 1961. Untuk memberi semangat kepada

anak-anak usia sekolah, H. Sa’id seringkali memberi hadiah kepada mereka

berupa buku, alat tulis dan bahkan uang agar mereka mau pergi ke masjid dan

bersekolah. Setelah Madrasah Ibtidayah berjalan 3 tahun, muncul keinginan

untuk mendirikan sekolah yang setingkat lebih tinggi dari MI. Secara

kebetulan di dusun Cakruk desa Banjaranyar kec. Kras terdapat Sekolah

Menengah Pertama Islam (disingkat SMPI) yang kurang berkembang. Atas

inisitif H. Abdul Manan, SMPI tersebut kemudian dipindahkan ke desa

Kanigoro kec. Kras dan pengelolaannya kemudian diserahkan kepada H. Said

pada tahun 1964. SMP Islam inilah yang menjadi cikal bakal MTs Negeri

Kanigoro yang sekarang.


Pasca peristiwa penyerbuan dan penggerebekan oleh PKI (Partai

Komunis Indonesia) terhadap para kader PII (Pelajar Islam Indonesia) se-

wilayah Jawa Timur yang sedang mengadakan Mental Training di komplek

masjid At-Taqwa Kanigoro pada awal Januari 1965, ada semacam

kekhawatiran tentang masa depan pendidikan Islam di Kanigoro.


82

Akhirnya, dengan semangat agar lembaga pendidikan Islam di

Kanigoro bisa lebih maju dan berkualitas serta berkelanjutan, maka Madrasah

yang ada di Kanigoro-Kras-Kediri diserahkan pengelolaannya (bergabung)

kepada PSM (Pesantren Sabilil Muttaqin) yang berpusat di Takeran –

Magetan karena pada waktu itu PSM dipandang sebagai lembaga pendidikan

Islam yang sudah lebih maju dan berkualitas serta dianggap mampu

mengelola pendidikan Islam di Kanigoro secara berkelanjutan. Serah terima

Madrasah tersebut secara resmi ditanda tangani di Kanigoro pada tanggal 06

Muharram 1387 H / 16 April 1967 oleh H. Sa’id (yang menyerahkan) dan H.

Abdul Manan (yang menerima selaku ketua PSM cab. Kras).


Beberapa bulan setelah peristiwa tersebut, ada perjanjian kerjasama

antara Majlis Pimpinan Pusat PSM Takeran – Magetan dengan Pemerintah

Pusat (Departemen Agama) yang diantaranya berisi bahwa semua lembaga

pendidikan yang dikelola PSM diserahkan pengelolaaannya kepada

pemerintah atau dengan istilah lain di-Negeri-kan. Dengan demikian

madrasah yang ada di Kanigoro otomatis menjadi negeri. Sejak saat itulah

SMP Islam Kanigoro berubah nama menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama

Islam Negeri (disingkat MTsAIN) berdasarkan SK No. 96 tertanggal 27 Juli

1967 dan sekarang dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah Negeri

(disingkat MTsN) Kanigoro.97


Beberapa faktor yang melatar belakangi berdirinya mtsn kanigoro

yaitu belum adanya lembaga pendidikan formal (sekolah) baik tingkat dasar

maupun menengah lanjutan, memberikan peluang dan kesempatan bagi anak-

anak Kanigoro dan sekitarnya untuk mendapatkan pendidikan yang layak,

Dan untuk mengikis faham Komunis melalui jalur pendidikan Agama agar
97
Dokumentasi Profil MTsN Kanigoro 2014
83

generasi Islam tidak terpengaruh dengan ajaran Komunis yang pada waktu itu

memang sedang berkembang di Kanigoro.


Paparan data yang disajikan dalam bab ini memuat uraian tentang

data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uraian

data tersebut akan menggambarkan keadaan alamiah dan setting penelitian

yang dilaksanakan di MTsN Kanigoro sesuai sengan fokus masalah yang telah

dirumuskan pada bab I. Berkaitan dengan hal tersebut, maka paparan data

dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Upaya guru

dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual

peserta didik dalam pembelajaran di kelas di MTsN Kanigoro, (2) Upaya guru

dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual

peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler di MTsN Kanigoro, (3) Upaya

guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan

spiritual peserta didik di luar sekolah di MTsN Kanigoro.


a. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam

pembelajaran di kelas di MTsN Kanigoro


1) Melaksanakan visi dan misi madrasah

Adapun visi dan misi MTsN Kanigoro yaitu sebagai berikut :98

Motto : MASARIKA AGAMIS

Visi : Mewujudkan madrasah unggul yang berwawasan IPTEK

dan peduli lingkungan dengan landasan IMTAQ

Misi :

a) Melaksanakan pendidikan bermutu tinggi dan

pembinaan kesiswaan yang komprehensif


98
Dokumentasi Profil MTsN Kanigoro 2014
84

b) Menyelenggarakan sistem manajemen madrasah yang

professional, transparan dan akuntabel


c) Menyelenggarakan peningkatan kualitas tenaga

pendidik dan kependidikan yang professional


d) Mewujudkan rencana pengembangan fasilitas

pendidikan di madrasah
e) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara

efektif dan efisien


f) Menumbuhkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran

agama islam dan budaya bangsa


g) Mewujudkan lulusan yang berkualitas, berakhlakul

karimah dan berdaya saing


h) Menumbuhkan wawasan dan kepedulian warga

Madrasah terhadap manfaat lingkungan sehat bagi

kehidupan
i) Menciptakan lingkungan belajar yang bersih, asri, sehat

dan nyaman

Sesuai dengan visi dan misi di atas, para guru dan

karyawan sama-sama bekerjasama dalam mendidik dan membentuk

akhlak anak, tidak hanya guru agama saja melainkan seluruh guru

dan karyawan MTsN Kanigoro. Ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan bapak Kholid Tuhaika, sebagai berikut :

“Di madrasah ini dalam proses pembentukan akhlak tidak


hanya dibebankan pada guru PAI saja mbak, jadi seluruh
guru dan karyawan juga berperan penting dalam proses
tersebut. Tanpa adanya kerjasama dari semua pihak karakter
Islami anak akan sulit untuk dibentuk. Upaya kami sebagai
guru adalah mendidik dan memberi teladan yang baik bagi
anak-anak sehingga akan sejalan dan tercapai sesuai visi
dan misi dari madrasah kami.”99

99
Kholid Tuhaika, wawancara pada tanggal 12 Mei 2015
85

2) Melaksanakan Pembiasaan Budaya Religius


Kegiatan pembelajaran di MTsN Kanigoro menggunakan

kurikulum 2013, kurikulum yang sangat bagus untuk pembentukan

akhlak anak dan membentuk budaya religius anak. Selain itu dalam

kurikulum 2013 guru di tuntut untuk ikut mendidik akhlak dan moral

anak, tidak hanya guru PAI namun juga untuk guru-guru mata

pelajaran umum lainnya. Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu

waka kurikulum, sebagai berikut :


“Madrasah Tsanawiyah Negeri Kanigoro ini kurikulumnya
menggunakan kurikulum 2013 mbak, kurikulum yang
sangat cocok dan bagus untuk proses pembetukan akhlak
anak. Tidak hanya guru PAI saja namun juga guru-guru
mata pelajaran umum ikut andil dalam proses pembentukan
akhlak, semua guru saling bekerja sama dalam membentuk
karakter anak sehingga akan mendapatkan out put yang
benar-benar berakhlakul karimah.”100

Keberhasilan MTsN Kanigoro dalam membina peserta

didiknya dalam membentuk akhlak tidak bisa lepas dari semua pihak

yang telah membantu proses tersebut. Upaya guru dalam proses

pembentukan akhlak diterapkan dalam aktivitas sehari-hari ketika

berada di madrasah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

informan sebagaimana yang dituturkan ibu Susiyati, S.Pd.I :


“Upaya yang dilakukan oleh guru dalam pembentukan
akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual adalah
dengan melalukan pembiasaan-pembiasaan pada peserta
didik, misalnya ketika datang di madrasah anak-anak
dibudayakan untuk melakukan 5S (salam,senyum, sapa,
salim, dan santun). Khusus untuk salim kami disini
membuat kegiatan rutin salamam pagi. Jadi ketika siswa
masuk gerbang madrasah mereka harus bersamalan dengan
bapak/ ibu guru.”101

100
Eny Nafi`atin, wawancara pada tanggal 9 Mei 2015
101
Susiyati, wawancara pada tanggal 9 Mei 2015
86

Untuk mempersiapkan peserta didik mencintai Al-Qur’an,

setiap hari sebelum pelajaran dimulai secara bersama-sama peserta

didik tadarus pagi dengan didampingi guru mata pelajaran jam

pertama. Dan juga setoran hafalan Juz ‘Amma yang dilaksanakan

pada Ujian Tengan Semester dan Ujian Semester atau dapat

dilaksanakan sesuai kesepakatan guru dengan siswa. Pada awal

pertemuan guru memberikan daftar surah yang harus dihafal oleh

peserta didik selama satu semester beserta kartu hafalannya. Peserta

didik boleh menyetorkan hafalan surah satu per satu kepada guru

maupun langsung beberapa surah. Penilaian didasarkan pada jumlah

surah yang disetorkan kepada guru. Program ini bertujuan untuk

membantu siswa dalam mempraktikkan pembacaan ayat-ayat suci Al-

Qur’an dalam ibadah sholat dan untuk mencintai Al-Qur’an. Hal ini

sebagaimana yang ditambahkan ibu Susiati, S.Pd.I, sebagai berikut :

“Kegiatan pembentukan akhlak melalui pengembangan


kecerdasan spiritual selain pembiasaan 5S juga ada tadarus
Al-Qur’an setiap hari sebelum pelajaran jam pertama
dimulai yaitu pukul 06.45-07.00 WIB. Kegiatan ini
didampingi oleh guru mata pelajaran jam pertama. Selain
tadarus Al-Qur’an setiap pagi ada juga hafalan Juz ‘Amma,
semua siswa kami wajibkan menyetorkan hafalan. Setoran
hafalan itu biasanya dilakukan ketika ujian mid semester
dan ujian semester atau ini bisa juga terserah pada gurunya
mbak, kesepakatan antara guru dan siswa seperti apa. Ini
dilakukan biar siswa itu lebih mencintai dan memahami Al-
Qur’an.”102

Selain menghafal Juz ‘Amma, MTsN Kanigoro juga

membuka program keagamaan. Program ini berisikan kegiatan peserta

102
Ibid.,
87

didik yang berupa kajian kitab dan ilmu-ilmu agama. Pernyataan

diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh bapak Imam Mahmudi,

S.Ag sebagai berikut :

“Strategi kami agar anak-anak mempunyai pemahaman


lebih dibidang agama, kita adakan kajian keagamaan. Kalau
pelajaran yang diajarkan di kelas itu kan yang secara umum,
untuk kajian keagamaan ini, kita lebih fokus ke kajian
kitab-kitab dan tafsir sehingga anak-anak di madrasah ini
kualitasnya berbeda dengan anak-anak dari sekolahan lain.
kami membuat program ini untuk memberikan wawasan
yang luas tentang kajian Al-Qur’an, mengajarkan kepada
anak untuk beriman kepada Kitab SuciNya.”103

Pernyataan lain yang berkaitan dengan kajian keagamaan

adalah yang diungkapkan oleh bapak Kholid Tuhaika, S.Ag yaitu

sebagai berikut :

“Kegiatan lainnya mbak yang berkaitan dengan


pengembangan agama yang ada di madrasah ini adalah
kajian keagamaan. Ini kami lakukan secara rutin setiap
Jum’at dan Sabtu sebelum KBM dimulai yakni pukul 05.50-
06.50 WIB. Dalam kajian ini, anak-anak diajari untuk
membaca kitab selain itu juga memahami tafsir Al-Qur’an.
Harapan kami, dengan memahami ayat-ayat Al-Qur’an
mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Kajian kitab yang dikaji antara lain adalah Al-
Ibris dan Fath Al-Qorib, sedangkan ilmu-ilmu agama lebih
difokuskan pada tafsir Al-Qur’an dan fiqih. Dengan adanya
pembelajaran seperti ini diharapkan nantinya siswa siswi
kami dapat mengkaji Al-Qur’an dan mengamalkannya
secara benar.”104

Peserta didik di MTsN Kanigoro semuanya diwajibkan

untuk mengikuti sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah. Untuk

sholat dhuha dilakukan pada pukul 07.00- 07.15. peserta didik

mengikuti sholat dhuha secara bergantian. Peserta didik diberi jadwal

103
Imam Mahmudi, wawancara pada tanggal 12 Mei 2015
104
Kholid Tuhaika, wawancara pada tanggal 12 mei 2015
88

hari apa saja mereka harus mengikuti sholat dhuha. Sholat dhuha

dilakukan secara bergiliran karena banyak kegiatan lain yang harus

didikuti oleh peserta didik. Hal ini sebagaimana yang dungkapkan

oleh bapak Imam Mahmudi, S.Ag sebagai berikut :

“Untuk sholat dhuha biasanya kita lakukan pada pukul


07.00-07.15 setelah tadarus pagi. Anak-anak tidak
diwajibkan untuk mengikuti sholat dhuha setiap hari, tetapi
bergilir sesuai jadwal yang telah ditentukan madrasah.
Untuk anak-anak yang ingin melaksanakan sholat dhuha
tetapi bukan jadwalnya maka kami memberi waktu ketika
jam istirahat, sehingga tidak menggangu proses belajar
mengajar. Karena di madrasah ini kegiatannya itu banyak,
makanya untuk kegiatan-kegiatan seperti ini kami gilir
sehingga anak-anak tetap bisa melakukan kegiatan yang
lainnya.”105

Untuk guru yang bertugas piket pada hari tersebut segera

mengkondisikan peserta didik yang akan mengikuti sholat dhuha

berjamaah. Pelaksanaan sholat dhuha tersebut berjalan dengan baik

dan tertib, dan peserta didik datang tepat waktu. Sholat dhuha ini juga

diikuti oleh beberapa guru untuk memberi contoh serta mendampingi

peserta didik agar mereka lebih semangat dalam melaksanakan

kegiatan tersebut.106

Kegiatan sholat dhuhur berjamaah di MTsN Kanigoro

merupakan kegiatan rutin yang harus diikuti oleh seluruh siswa setiap

hari. Sholat dhuhur berjamaah dilaksanakan pada pukul 12.00 – 12.30.

ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh bapak Imam

Mahmudi, S.Ag sebagai berikut :

“Semua peserta didik kami wajibkan untuk mengikuti sholat


dhuhur berjamaah di madrasah. Ini sebagai upaya kami
105
Imam Mahmudi, wawancara pada tanggal 12 Mei 2015
106
Hasil observasi pada tanggal 19 Mei 2015
89

untuk membiasakan mereka melakukan kewajibannya


sebagai umat Islam sekaligus mengingatkan mereka bahwa
sholat berjamaah itu mempunyai banyak keutamaan. Kalau
di sini, sholat dhuhur itu dilaksanakan setiap pukul 12.00-
12.30 WIB. Ketika bel berbunyi pukul 12.00, mereka akan
didingatkan oleh guru piket untuk segera menuju masjid.”107

Sholat dhuhur berjamaah dilaksanakan oleh seluruh peserta

didik kelas VII, VIII, dan kelas IX dan juga diikuti oleh para guru dan

karyawan. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketika sudah mulai

waktu melaksanakan sholat dhuhur, guru piket memantau ke kelas-

kelas untuk memastikan bahwa semua peserta didik sudah menuju

masjid dan segera mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat

dhuhur berjamaah.108

3) Metode guru dalam pembentukan akhlak

Dalam pembelajaran dikelas terdapat beberapa metode yang

bisa digunakan guru untuk mendidik para peserta didiknya. Semua itu

tergantung dari kreativitas guru dalam memilih dan menggunakan

metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Hasil

wawancara dengan ibu Susiati sebagai berikut :

“Ketika pembelajaran di kelas banyak metode yang


digunakan untuk mendidik peserta didik dalam hal
pembentukan akhlak, diantaranya adalah metode uswatun
hasanah atau praktik pembiasaan secara langsung, misalnya
mbak para siswa diajarkan untuk berbicara sopan santun
dengan guru dan karyawan serta kepada sesama teman,
saling rukun dan menyayangi, saling menghormati dan
menghargai. Selain itu saya menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, dan tutor sebaya serta metode reward
dan funisment yaitu suatu metode dimana hadiah dan
hukuman menjadi konsekuensi dari aktivitas belajar siswa,
bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka ia
berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan
107
Imam Mahmudi, wawancara pada tanggal 12 Mei 2015
108
Hasil observasi pada tanggal 19 Mei 2015
90

hukuman ketika ia tidak dapat dengan baik menjalankan


tugasnya sebagai siswa. Begitu pula halnya salat, saat
seorang melakukan salat dengan baik dan mampu ia
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari maka ia
mendapatkan kebaikan baik dari Allah dan masyarakat
sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka hadis riwayat
Muslim "surga firdaus untuk orang-orang yang dapat
mengamalkan salat dengan baik dan benar". Sebaliknya
bagi mereka yang melalaikan dan tidak melakasanakan salat
neraka weil dan Saqor baginya.”109

Lebih lanjut ibu Titik Lailatul Multazamah, M.Pd.I menambahkan

bahwa :

“Metode yang digunakan guru dalam pembentukan akhlak


melalui pengembangan kecerdasan spiritual adalah metode
demonstrasi yaitu metode mengajar dengan cara
memperagakan kejadian atau urutan melakukan suatu
kegiatan. Misalnya ketika materi thoharoh maka para siswa
diajak untuk pergi ke tempat wudhu, saya menjelaskan tata
cara berwudhu yang benar itu seperti apa kemudian saya
praktikkan. Setelah itu anak-anak saya suruh praktik satu
persatu supaya mereka mengerti berwudhu yang benar.
Begitu juga dengan tata cara sholat, saya bimbing satu
persatu agar mereka bisa menjalankan ibadah sholat dan
tidak asal-asalan sholat. Kemudian saya menggunakan
metode Ibrah dan Mau’izah., metode yang lain adalah
pembiasaan, uswatun hasanah, diskusi, tanya jawab, dan
ceramah.”110

Selain tugas dari guru PAI dalam pembentukan akhlak anak,

guru mata pelajaran umum juga mempunyai tugas yang sama dalam

mendidik peserta didik menjadi anak yang berakhlakul karimah. Ini

sesuai dengan kurikulum yang digunakan MTsN Kanigoro yaitu

kurikulum 2013 yang dalamnya mengandung pendidikan yang

mengarahkan anak menjadi manusia yang berjiwa religius,

109
Susiyati, wawancara pada tanggal 9 Mei 2015
110
Titik Lailatul Multazamah, wawancara pada tanggal 21 Mei 2015
91

berkarakter, dan berakhlakul karimah. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan bapak Khafidz Syuyuti, S.Pd sebagai berikut :

“Saya sebagai guru bahasa inggris disini tidak lepas begitu


saja mbak tentang pendidikan akhlak anak, ketika ada
kegiatan saya selalu memberi contoh pembiasaan yang baik
itu seperti apa, misalnya ketika tadarus pagi sebagai guru
saya ikut tadarus bersama anak-anak, ketika sholat
berjamaah saya juga selalu mengikuti karena selain
kewajiban kita sebagai seorang muslim juga kewajiban kita
sebagi seorang pendidik untuk mencontohkan kegiatan
positif pada anak. Dalam proses pembelajaran saya juga
mengaitkan materi-materi bahasa inggris dengan ilmu
agama, seperti memberi tugas pada anak untuk berpidato
tentang materi agama Islam dengan menggunakan bahasa
inggris yang benar. Dengan adanya latihan-latihan seperti
itu maka anak akan terbiasa berperilaku Islami dan
mempunyai karakter yang kuat.”111

Lebih lanjut lagi Ibu Dra. Yueni Dwi Budi Alinta sebagai

guru seni menambahkan bahwa :

“Hubungan mata pelajaran seni dengan proses pembentukan


akhlak anak melalui pengembangan kecerdasan spiritual
masih ada kaitannya mbak, ini saya lihat dari sisi ilmu seni
itu sendiri merupakan penyeimbang, yakni
menyeimbangkan antara otak kiri (rasa) dan otak Kanan
( daya pikir). Kebanyakan orang lebih banyak
menggunakan otak kanannya atau daya pikirnya tanpa
mengasah otak kiri yang lebih didominasi oleh rasa dan
hati, untuk itu mata pelajaran seni disini sebagai ilmu yang
menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Saya menggali
dan mengembangkan minat anak sesuai dengan keinginan
mereka tanpa harus memaksa dan tentunya tidak menyalahi
norma-norma Agama”.

Lebih lanjut lagi beliau menambahkan bahwa :

“Proses pengembangan kecerdasan spiritualnya begini


mbak, saya contohkan ketika melaksanakan sholat wajib.
Bahwa ketika sholat anak tidak hanya diajarkan untuk
mengerjakan sholat saja, sholat tidak hanya suatu kegiatan
rutin yang dilaksanakan setiap hari, melainkan sholat adalah
panggilan hati nurani untuk mengerjakan ibadah tersebut
dengan kesadaran diri sendiri dan merasa tidak nyaman jika
111
Khafidz Syuyuti, wawancara pada tanggal 21 Mei 2015
92

tidak mengerjakan sholat. Nah, mengasah otak kiri salah


satu fungsinya adalah mengaktifkan hati nurani kita. Jadi
mbak, ketika nanti anak sudah terjun ke masyarakat dan jika
mereka menghadapi suatu masalah, maka mereka akan
lebih tenang dan bisa menghadapi permasalahan dengan
pikiran yang jenih dan hati yang tenang.. Metode yang saya
gunakan adalah metode uswatun hasanah dimana setiap
selesai mengerjakan sholat berjamaan anak-anak kami ajak
terlebih dahulu untuk berdzikir pada Allah, metode yang
lain adalah diskusi, ini untuk melatih mereka mengeluarkan
ide-ide mereka dan mengajarkan saling menghargai antar
teman. Serta menggunakan metode pembiasaan untuk
melatih anak mengerjakan kegiatan-kegiatan yang positif,
membiasakan anak-anak untuk berkarya sesuai dengan
bakat dan minat mereka dan membiasakan menghargai hasil
karya orang lain.”112

b. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual dalam kegiatan ekstrakurikuler di

MTsN Kanigoro.
1) Kegiatan ektrakurikuler yang mendukung pembentukan akhlak peserta

didik
Kegiatan ektrakurikuler merupakan kegiatan terprogram yang

dimaksudkan memberi wadah bagi peserta didik untuk

mengembangkan bakat yang dimiliki. Selain itu, kegiatan ini juga

dipakai sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita madrasah

yang tetuang dalam visi, misi, dan tujuan madrasah. Hal ini

sebagaimana yang telah diungkapkan oleh bapak kepala madrasah,

sebagai berikut :
“Kegiatan ektrakurikuler ini maksudnya adalah kegiatan yang
fungsinya itu sebagai wadah, wadah bagi siswa untuk
mengembangkan bakat yang mereka miliki. Bakat mereka itu
kan muacem-macem. Nah, di madrasah ini, kami berupaya
untuk membuat kegiatan yang komplek, sehingga semua
bakat siswa dapat berkembang melalui kegiatan-kegiatan
yang telah kami sediakan.”113
112
Yueni Dwi Budi Alinta, wawancara pada tanggal 23 Mei 2015
113
Moh. Amak Burhanudin, M.Pd.I, wawancara pada tanggal 25 Mei 2015
93

Adapun jadwal kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Kanigoro adalah

sebagai berikut :114

NO NAMA HARI JAM PEMBINA


KEGIATAN
1 Pramuka Jum’at 13.30 Imam Asrori, S.Pd.I
Nasrudin Zuhdi
Suyanto
Eko Widianto
Siti Karyawati, S.Pd. M.Pd.I
Putri Budyaningrah U. S.Pd.
2 Keagamaan Jum’at 11.00 Imam Mahmudi, S.Ag
3 Ketrampilan Selasa 14.00 Izza Lailatul Muna, S.Hi
4 MTQ Rabu 14.00 Susiati,S.Ag
BTQ Sabtu
5 UKS dan PMR Selasa 14.00 Siti Jubaidah, S.Pd.
6 Olimpiade Ips Sabtu 14.00 Novi Yuniarni, S.Pd
7 Tenis Meja Sabtu 14.00 Khafidz Syuyuthi, S.Pd
8 Bola Volly Sabtu 15.00 Ali Mashar, S.Pd
9 Bulu Tangkis Senin/Sabt 15.00 Andyk Fathurrohman,S.Pd
u
10 Bela Diri Rabu 15.00 Nurhadi
11 Sepak Bola Rabu/Sabtu 15.00 Mustakim
12 Seni Musik Sabtu 14.00 Saiful Zais, S.Pd.
Ferry Andhika Priyo Sigit,
S.Pd.
13 Bahasa Arab Sabtu 14.00 Anisatum Mutik Handayani,
Lc.M.Pd.I
Yeni Tiara S.
14 Tik Rabu- 14.00 Enik Yuliana
Kamis
15 Olimpiade B. Senin 14.00 Lukman Koli, S.Pd
Inggris
16 Ol. Sains Dan Kamis 14.00 Sistilawati, S.Pd
Kir
17 Ol. Selasa 14.00 Anwar Fauzi, S.Pd
Matematika
18 Jurnalistik Rabu 14.00 Dra. Rachmawati

19 Seni Tari Selasa 14.00 Dra. Yueni Dwi Budi Alinta


20 Ol. Pai Senin 14.00 Kholid Tuhaika, S.Ag
Tabel 4.8
Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler MTsN Kanigoro

114
Domumen Madrasah, jadwal kegiatan ektrakurikuler MTsN Kanigoro Tahun 2014/2015
94

Di MTsN Kanigoro ada 20 kegiatan ektrakurikuler yang kesemuanya

sudah berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Masing-masing

kegiatan ekstra mempunyai nilai-nilai pembentukan akhlak. Hal ini sesuai

hasil wawancara dengan ibu Elfi Riyana, S.Pd. selaku koordinator

ektrakurikuler MTsN Kanigoro sebagai berikut :

“Kegiatan ekstrakurikuler di madrasah kami ada kurang lebih


20an mbak, yang kesemuanya di bina oleh guru-guru yang
mempunyai bakat dibidangnya masing-masing sehingga anak-
anak dapat belajar mengembangkan bakat mereka secara
maksimal. Upaya guru dalam mengembangkan akhlak anak dari
kegiatan ekstra ini sangat banyak, tiap bidang ektra mempunyai
cara tersendiri. Misalnya ektra pramuka, dari kegiatan ektra
pramuka ini anak-anak diajarkan untuk berjiwa disiplin, saling
membantu, saling menghormati dan menghargai, mempunyai
jiwa pekerja keras, dan melatih anak untuk berorganisasi.
Kegiatan lain adalah UKS dan PMR, dalam kegiatan ekstra ini
anak diajarkan untuk hidup sehat jasmani dan rohani, melatih
anak untuk berjiwa sosial, dan saling tolong menolong. Tiap tiga
bulan sekali kami mendatangkan palang merah untuk kegiatan
donor darah bagi guru dan karyawan yang ingin mendonorkan
darahnya. Kegiatan ekstra keagamaan merupakan kegiatan yang
menjadi pusat dari pembentukan akhlak melalui pengembangan
kecerdasan spiritual yang sesuai dengan yang mbak tanyakan,
disini ada beberapa kegiatan yaitu ada MTQ dan BTQ, serta
pendalaman materi-materi agama atau mengkaji tentang ilmu
agama Islam, berpidato, dan juga ada olimpiade PAI yang
khusus untuk mempersiapkan anak-anak yang akan mengikuti
olimpiade atau lomba-lomba tertentu.”115
Lebih lanjut lagi bapak Imam Mahmudi menambahkan bahwa :

“Kegiatan ekstrakurikuler di MTsN Kanigoro ini dalam proses


pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual
adalah yaa melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan
tujuannya mbak. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler kami adalah
pertama, mendalami materi tiap-tiap kegiatan sehingga anak-anak
mengerti dasar dari tujuan masing-masing kegiatan ekstrakurikuler
tersebut. Kedua adalah melatih dan mendidik anak untuk
menguatkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah dan Rosul-Nya. Menggali potensi, bakat, minat, ketrampilan
peserta didik agar mampu mengenal dirinya sendiri. Membentuk
peserta didik menjadi anak yang mandiri dan bermanfaat untuk

115
Elfi Riyana,wawancara pada tanggal 25 Mei 2015
95

lingkungannya serta mempunyai jiwa yang berakhakul karimah dan


juga beriman kepada Allah”.116

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik di MTsN Kanigoro adalah dengan

menjalankan dan melaksanakan tujuan dari kegiatan ekstra itu sendiri, setiap

kegiatan mempunyai nilai-nilai tersendiri dalam pembentukan akhlak anak.

Memiliki pembimbing yang berkompeten dibidangnya merupakan hal yang

harus diperhatikan agar tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

c. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik di luar sekolah di

MTsN Kanigoro.
1) Memaksimalkan adanya ma’had
MTsN Kanigoro mempunyai asrama atau ma’had bagi siswa-

siswinya, ma’had ini terletak dibelakang madrasah dan sebagai sarana

untuk mendidik peserta didiknya menjadi anak yang benar-benar

berakhlakul karimah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan

bapak Imam Mahmudi yang juga menjadi ketua ma’had, sebagai berikut :

“Jadi begini mbak, dalam upaya membentuk akhlak melalui


pengembangan kecerdasan spiritual alhamdulillah kami sudah
mempunyai ma’had yang siap untuk mendidik anak menjadi
seorang yang berjiwa Islami dan berakhlakul karimah serta
menjadi anak yang berprestasi sesuai dengan visi dan misi dari
ma’had kami yaitu : VISI : Terwujudnya santri yang
berkualitas unggul dibidang agama,bahasa dan Akhlak mulia.
MISI : 1. Menyelenggarakan kajian keislaman melalui
perpaduan sistem pembelajaran pondok pesantren Modern

116
Imam Mahmudi, S.Ag., wawancara pada tanggal 12 Mei 2015
96

dan Tradisional. 2. Menyelenggarakan pembelajaran Bahasa


Arab dan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi keseharia117

Lebih lanjut lagi beliau menambahkan bahwa :


“Setiap kegiatan yang ada di ma’had sudah ada jadwalnya
sendiri-sendiri mbak, mana waktu untuk belajar, mengaji, dan
istirahat. Kami sudah membuatkan jadwal tersendiri jadi anak-
anak bisa belajar untuk mendisiplinkan diri sendiri.”118

Berikut adalah jadwal kegiatan santri ma’had :119

Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan Santri Ma’had “ Roudhotul Ulum “ MTsN Kanigoro
Tahun Ajaran 2014/2015

NO WAKTU KEGIATAN TEMPAT KETERANGAN


1 03.30-04.00 Qiyamul Lail Musholla Pengasuh
2 04.00-04.30 Sholat Subuh Musholla Pengasuh
3 04.30-05.00 Hifdzul Qur’an Musholla Pengasuh
Ilqoul lughoh (Pemberian
4 05.00-06.00 Kelas Pengasuh
Mufrodat)
Mandi,Sarapan dan
5 06.00-07.00 Ma’had Pengasuh
Sekolah
6 07.00-14.00 Masuk Sekolah MTsN Sesuai Jadwal
7 14.00-15.00 Ektra Kurikuler Madrasah MTsN Sesui Jadwal
8 15.00-15.30 Sholat Ashar Musholla Pengasuh
9 15.30-17.00 Istirahat Ma’had
Tadarus Al-Qur’an
10 17.00-17.30 Musholla Pengasuh
(Belajar Al-Qur’an)
11 17.30-17.50 Makan Malam (Sore) Ma’had Pengasuh
Sholat Maghrib dan
12 17.50-18.15 Musholla Pengasuh
Tausiyah
13 18.15-19.00 Ta’lim Ad-Diniyah Ma’had Pengasuh
Kholid
1. Selasa Fiqih Kelas
Tuhaika,S.Ag.
2. Rabu Akhlak Kelas Puji Wandoyo
3. Kamis Tauhid/Nahwu / Sorof Kelas Munip,S.Pd.
Muhadhoroh/Sholawat/Re
4. Jum’at Musholla Terlampir
bana
5. Sabtu Bhs.Arab Kelas Shofi
14 19.00-19.30 Sholat Isya’ Musholla Pengasuh
Ta’limul Lail ( Ta’limud
15 19.30-21.30 Ma’had Pendamping
Durus )

117
Imam Mahmudi, S.Ag., wawancara pada tanggal 12 Mei 2015
118
Ibid.,
119
Dokumentasi Jadwal Kegiatan Santri Ma’had “ Roudhotul Ulum “ Mtsn Kanigoro Tahun
Ajaran 2014/2015
97

Klasikal mapel UN
1. Selasa Ma’had Terlampir
&Pelajaran Sekolah
Klasikal mapel UN
2. Rabu Ma’had Terlampir
&Pelajaran Sekolah
Klasikal mapel UN
3. Kamis Ma’had Terlampir
&Pelajaran Sekolah
Klasikal mapel UN
4. Jum’at Ma’had Terlampir
&Pelajaran Sekolah
Klasikal mapel UN
5. Sabtu Ma’had Terlampir
&Pelajaran Sekolah

Tabel 4.10 Program Kegiatan Santri Ma’had Roudhotul Ulum MTsN Kanigoro
Tahun Ajaran 2014/2015
NO KEGIATAN KETERANGAN
1 QIYAMUL LAIL Sholat Malam
2 MADRASAH DINIYAH Pembelajaran Kitab Agama Klasik
3 TA’LIM,TADARUS DANTAHFID Belajar Baca Tulis Al-Qur’an, Tartil Al-
AL-QUR’AN Qur’an dan Hafalan Surat-surat Al-
Qur’an
4 TAUSIYAH WA-ILQOIL LUGHOH Ceramah Agama dan Pemberian
Kosakata Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris
5 TA’LIMUD DURUS Bimbingan Pelajaran Sekolah
6 MUHADHOROH Latihan berpidato bahasa
Jawa,Indonesia,Arab dan Inggris.
7 NASYID/REBANA Kelompok Lagu Religi
8 RIHLAH ILMIYAH. Kunjungan Belajar/Studi
Banding
9 KHATAMAN AL-QUR’AN Kegiatan Khotmul Qur’an
10 OUT BOND Kegiatan Motivasi &refresing

Berikut ini adalah tata tertib untuk santri ma’had Roudhotul Ulum MTsN

Kanigoro, yaitu :

TATA TERTIB SANTRI

MA’HAD ROUDHOTUL ULUM MTsN KANIGORO

TAHUN AJARAN 2014/2015

A. KEWAJIBAN
1. Sholat Jama’ah 5 Waktu dan beserta Dzikirnya.
2. Menaati semua peraturan dan ketetapan yang berlaku

dilingkungan Ma’had.
98

3. Menghormati Pengelola,Pengasuh dan Ustadz-Ustadzah Ma’had.


4. Menjaga dan merawat fasilitas serta hemat dalam menggunakan

listrik dan air.


5. Meminta ijin kepada Pengasuh apabila pulang dan mengikuti

kegiatan diluar Ma’had serta memberitahukan kedatangannya.


6. Berakhlakul karimah membiasakan diri dengan prilaku yang baik.
7. Tidak pulang kecuali 1 X dalam seminggu (maksimal).
8. Sudah berada di Ma’had pada hari senin pagi, kecuali

mendapatkan ijin dari pengasuh


9. Makan dengan tertib dan menggunakan piring sendok punya

sendiri dan dicuci sendiri.


10. Mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan oleh Ma’had

tepat pada waktunya.


11. Menggunakan Bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa

komunikasi keseharian sesuai dengan ketentuan pengelola

Ma’had, Yaitu : 2 Minggu Bhs.Arab dan 2 Minggu Bhs.Inggris


B. LARANGAN
1. Melakukan perbuatan Asusila ( Pacaran, berduaan dengan lawan

jenis, berbuat tidak senonoh, mencuri, menkonsumsi rokok dan

narkotika).
2. Memakai perhiasan yang berlebihan.
3. Bermalam diluar Ma’had tanpa ijin.
4. Menerima tamu didalam kamar tanpa seijin pengasuh.
5. Memindahkan,mengeluarkan, dan atau merusak inventataris

kamar dan Ma’had.


6. Merusak atau mengotori lingkungan Ma’had.
7. Menggunakan Handphone dan alat komunikasi lain di Ma’had

kecuali di waktu dan tempat yang telah ditentukan.


8. Menggunakan laptop diluar tempat yang telah ditentukan.
9. Dilarang Membawa Sepeda Motor ke Ma’had
C. SANKSI – SANKSI
Semua Santri yang melanggar Tata Tertib Ma’had akan dikenakan

saksi dengan 3 macam pilihan (Sesuai keputusan pengasuh) :


1. Menghafal mufrodat atau kosa kata (bhs.Arab / Bhs.Inggris)
2. Menghafal Surat-Surat Al-Qur’an (Ditentukan oleh pengasuh)
99

3. Membersihkan Ruang atau Lingkungan Ma’had (ditentukan Oleh

Pengasuh)
D. KETENTUAN LAIN
1. Laptop dan Hp harus dititipkan ke Pengasuh (disimpan ditempat

yang telah ditentukan)


2. Area penggunaan HP dan Laptop adalah : di Ruang Makan dan

penggunaannya hanya pada waktu istirahat dari aktifitas

pembelajaran ma’had.
3. Ketentuan yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur

dikemudian hari.

Berikut adalah pengurus ma’had MTsN Kanigoro, adalah sebagai berikut :

PENGURUS MA’HAD ROUDHOTUL ULUM

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KANIGORO

TAHUN 2014/2015

PELINDUNG : MOH.AMAK BURHANUDIN, M.Pd.I.

KETUA PENGELOLA : IMAM MAHMUDI,S.Ag.

WAKIL KETUA : BADIK SUSANTO, S.Pd, MPd.I.

SEKRETARIS : KHOLID TUHAIKA, S.Ag.

WAKIL SEKRETARIS : BIRRUL WALIDAINI, S.Pd.I.

BENDAHARA : SUSI MARDIYATI, S.Pd.

WAKILBENDAHARA : ERMA LUTFIANA,SE.

KETUA PENGASUH : PUJI WANDOYO

ANGGOTA` : 1. MUHAMMAD SIAPA

2. YENI TIARA SAPUTRI


100

3. NI’MA NASTIANA

4. PUTRI WAHYU OKTAVIANI

5. ZULFATUN NIKMAH, S.Pd.I.

A. PROGAM TPQ,SOROGAN DAN TAHFIDZ AL-QUR’AN


1. ZULFATUN NIKMAH S.Pd.I. (Pi)
2. PUJI WANDOYO (Pa)
B. PROGRAM MADRASAH DINIYAH
1. KHOLID TUHAIKA, S.Ag. (PA)
2. PUJI WANDOYO (PI)
C. PROGRAM BIMBINGAN MATA PELAJARAN
1. MATEMATIKA Pendamping : SYAIFUL AMIN, SPd.
2. IPA Pendamping : BIRUL WALIDAIN S.Pd.
3. BHS. INGGRIS Pendamping : ANHARUL M., S.Pd.
4. BHS.ARAB Pendamping : ZULFATUN NIKMAH

D. PROGRAM EXTRA KURIKULER


1. NASYID/REBANA Pendamping: SYAIFUL AMIN,S.Si. S.Pd.
2. MUHADHOROH
a. BAHASA INGGRIS Pendamping : NI’MA NASTIANA
b. BAHASA ARAB Pendamping :YENI TIARA SAPUTRI120

2). Kegiatan di luar jam sekolah


MTsN kanigoro merupakan madrasah yang terletak di daerah

pedesaan dan jauh dari transportasi umum. Walaupun letaknya ditengah

sawah dan di pedesaan tetapi citra madrasah ini tidak boleh

diremehkan. Setiap ada perlombaan madrasah ini selalu mendapat juara.

Hal ini sesuai hasil wawancara dengan bapak kepala madrasah sebagai

berikut :
“Madrasah kami ini yaa begini ini mbak, letaknya di tengah
sawah dan di pedesaan, jauh dari angkutan umum. Walaupun
demikian kami mencetak anak-anak kami sebagai anak yang
berprestasi baik dibidang akademik maupun non akademik. Siap
untuk terjun ke masyarakat dan juga siap menghadapi tantangan
global dengan karakter religius yang kuat dan berakhlakul
karimah. Ada beberapa kegiatan yang kami programkan sebagai
120
Dokumentasi tata tertib Ma’had MTsN Kanigoro tahun ajaran 2014/2015
101

upaya kami dalam membentuk akhlak anak diluar jam sekolah


dan juga sebagai sarana kami dalam membawa nama MTsN
Kanigoro ini menjadi madrasah yang unggul dari berbagai
aspek. Diantaranya adalah adanya peringatan-peringatan hari
besar, kami melibatkan anak-anak dalam setiap acara dan tidak
jarang juga melibatkan masyarakat langsung dalam acara
tersebut seperti waktu milad madrasah kami mengadakan jalan
sehat untuk siswa siswi dan juga untuk masyarakat umum.
Mengadakan bakti sosial, pembagian zakat fitrah, pembagian
daging qurban, peringatan hari bumi, serta ada agenda tiap tahun
yaitu sholat malam “Tahajud” setiap anak kelas IX yang akan
menghadapi ujian nasional, kegiatan ini diikuti oleh seluruh
siswa siswi kelas IX dan wali muridnya serta bapak/ibu guru
dan karyawan.”121

Lebih lanjut lagi bapak Imam Mahmudi menambahkan :


“Kegiatan yang mendukung pengembangan kecerdasan spiritual
di MTsN Kanigoro yakni mengadakan zakat fitrah yang
nantinya disalurkan kepada masyarakat sekitar, adanya pondok
Romadhon dimana kegiatan ini melatih siswa untuk
mendekatkan diri pada Allah SWT. melaksanakan manasik haji
setiap tahun dengan atribut lengkap sehingga peserta didik
benar-benar paham bagaimana tata cara haji sampai
pelaksanaannya dengan didampingi bapak dan ibu guru,
melaksanakan sholat idul adha di madrasah dan melaksanakan
penyembelihan qurban setelah itu membagikan daging qurban
kepada masyarakat sekitar, menghimbau peserta didik untuk
menjalankan puasa sunnah”.122

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan di luar

jam sekolah yang diadakan di MTsN Kanigoro sangat mendukung proses

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecedasan spiritual.

3). Kegiatan di luar sekolah

Adapun upaya guru dalam pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual diluar sekolah adalah memberikan

kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan bakatnya di luar

sekolah, agar supaya anak didik mempunyai pengalaman dan belajar

121
Moh. Amak Burhanudin, M.Pd.I, wawancara pada tanggal 25 Mei 2015
122
Imam Mahmudi, wawancara pada tanggal 25 Mei 2015
102

untuk mengenal dunia luar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan ibu Izza Aliatul Muna, S.HI., seperti berikut :

“Kegiatan diluar sekolah yang diikuti anak-anak kami ini sangat


banyak mbak, kami harus bisa bekerjasama dengan wali murid
untuk sama-sama mengawasi dan memilihkan kegiatan yang
positif untuk siswa siswi kami. Diantara kegiatan yang diikuti
peserta didik kami adalah banyak anak yang mengikuti
madrasah di ponpes sekitar rumah mereka, walaupun mereka
tidak mondok disitu tapi mereka bisa ikut madrasah setiap habis
maghrib. Ada juga yang menjadi remaja masjid dilingkungan
mereka sehingga anak-anak bisa belajar berorganisasi dan
mengembangkan kegiatan masjid yang ada di sekitar rumahnya.
Kemudian juga banyak yang ikut kegiatan karang taruna di desa
mereka masing-masing, kegiatan ini bisa melatih anak untuk
berorganisasi dan juga mengembangkan potensi yang ada di
desa mereka. Sebagai guru saya selalu memberikan motivasi
pada anak-anak untuk selalu menjadi orang yang bermanfaat
untuk orang lain, kegiatan-kegiatan yang diikuti anak-anak
diluar sekolah saya pupuk dan suport sepenuhnya agar mereka
mengenal dunia luar, bahwa ilmu itu tidak hanya dicari lewat
sekolah formal tetapi bisa dicari dimana saja asal mempunyai
niat dan tekat yang kuat. Alhamdulillah mbak anak-anak kami
bisa aktif mengikuti kegiatan positif baik di madrasah maupun
di luar madrasah.”123

Mengembangkan kecerdasan spiritual anak salah satunya

adalah mengajarkan mereka untuk beriman kepada Allah dan beriman

kepada Rosul Allah, sabagaimana yang diungkapkan oleh bapak Abdul

Kholiq, S.Sos.I. sebagai berikut :

“Salah satu cara kami dalam mendidik anak untuk mencintai


Allah dan Rosul-Nya adalah dengan selalu berdzikir dan
bersholawat. Untuk menarik minat anak kami membuat grup
rebana dan nasyid yang banyak diikuti oleh anak-anak kami,
selain kegiatan ektrakurikuler rebana dan nasyid yang ada di
madrasah kami membebaskan anak-anak untuk mengikuti
kegiatan yang serupa di lingkungannya masing-masing.
Biasanya kami selalu membuat lomba antar kelas setiap event
tertentu mbak biar anak-anak bersemangat. Banyak peserta didik
kami yang menyukai sholawat, biasanya mereka selalu
menghadiri acara sholawatan yang diadakan di daerah-daerah
123
Izza Aliatul Muna, wawancara pada tanggal 27 Mei 2015
103

tertentu. Nah, kalau ada acara seperti itu saya juga hadir mbak
selain saya suka bersholawat juga untuk memantau anak-anak
kami yang juga menyukai kegiatan tersebut.”124

Dari ungkapan-ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa

banyak cara atau upaya guru dalam pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik diluar sekolah.

Kegiatan diluar sekolah memang banyak tetapi sebagi guru juga harus

bisa membina dan mensuport serta memantau kegiatan peserta didik

sesuai dengan kaidah-kaidah Islam sehingga peserta didik mempunyai

jiwa yang religius dan berakhlakul karimah. Guru juga harus bisa

bekerjasama dengan wali murid untuk sama-sama menjaga dan

mengawasi anak-anaknya, karena tanpa kerja sama dengan semua pihak

maka pendidikan akhlak anak tidak akan bisa berhasil.


B. Temuan Penelitian
1. Temuan Penelitian Situs I (MTsN Kediri II)
Setelah peneliti melakukan beberapa pengamatan, interview dan

hasil dokumentasi dari beberapa informan terkait dengan upaya guru dalam

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta

didik di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro, peneliti mendapat beberapa

temuan yaitu :

a. Upaya Guru Dalam Proses Pembentukan Akhlak Melalui

Pengembangan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik Dalam

Pembelajaran Di Kelas Di MTsN Kediri II


1) Melaksanakan visi dan misi madrasah
Dalam rangka melaksanakan perannya sebagai pembimbing,

maka guru berusaha untuk melaksanakan visi dan misi madrasah

sebaik-baiknya.
2) Melaksanakan Pembiasaan Budaya Religius
124
Abdul Kholiq, wawncara pada tanggal 27 Mei 2015
104

Upaya guru dalam pembentukan akhlak anak adalah melalui

pembiasaan-pembiasaan yang setiap hari dilaksanakan oleh peserta

didik. Dengan harapan dengan setiap hari melakukan kegiatan-

kegiatan keagamaan tersebut akan tumbuh pada jiwa anak pembiasaan

dan budaya religius.


Kegiatan keagamaan sangat tepat digunakan sebagai wahana

dalam pembentukan akhlak para siswa. Di samping itu, kegiatan

keagamaan juga melatih anak dalam pengembangan kecerdasan

spiritualnya. Seperti membaca Al-Qur’an atau Juz Amma, hafalan Juz

‘Amma, terbiasa dengan sholat dhuha, terbiasa dengan sholat dhuhur

berjamaah, melaksanakan istighosah rutin, salam dan salim ketika

bertemu dengan guru dan juga orang yang lebih tua, jujur, disiplin,

dan lain sebagainya.


3) Metode Guru Dalam Proses Pembentukan Akhlak
Metode guru dalam proses pembentukan akhlak anak adalah

cara yang dipergunakan oleh pengajar dalam mengadakan interaksi

dan komunikasi dengan siswa pada saat berlangsungnya suatu

pendidikan.
Tujuan dalam mempersiapkan akhlak anak yaitu untuk

memberikan bimbingan, pengawasan dan pengajaran akhlak pada

anak didik. Dengan tujuan supaya anak didik dapat membedakan

mana akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk. Dengan

demikian, anak didik akan paham dan mengerti bahwa perbuatan yang

baiklah yang harus mereka kerjakan.


Dalam proses pembentukan akhlak anak harus menggunakan

metode yang tepat agar anak didik bisa mengerti dengan apa yang
105

dikerjakannya di dalam kelas maupun diluar kelas. Metode yang

digunakan adalah sebagai berikut :


a) Metode Pembiasaan, peserta didik dibiasakan untuk mengerjakan hal-

hal yang baik yaitu membiasakan berdo’a sebelum pelajaran dimulai

dan ketika akan mengerjakan sesuatu serta membiasakan peserta didik

untuk berbudaya islami.


b) Metode Uswatun hasanah, yaitu teladan dalam internalisasi budaya

religius. Guru harus menjadi teladan dalam menanamkan budaya

religius kepada peserta didik untuk membentuk akhlakul karimah.

Disamping itu, perilaku yang ditunjukkan oleh guru akan dicontoh

oleh peserta didik, maka dari itu seorang guru harus melakukan

perilaku yang mencerminkan dirinya sebagai guru.


c) Metode diskusi, metode diskusi mengajarkan pada peserta didik untuk

bisa memecahkan masalah, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam

mengeluarkan pendapat. Metode ini juga mengajarkan untuk

menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Serta mendidik

siswa untuk saling bekerja sama dengan temannya.


d) Metode hafalan, peserta didik dilatih untuk hafalan surat-surat pendek,

do’a sehari-hari, dan juga bacaan-bacaan sholat. Hal ini untuk melatih

anak untuk menghafal dan juga mempraktikannya dalam kehidupan

sehari-hari.
e) Metode ceramah, metode ceramah digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar, metode ceramah digunakan untuk memberikan penjelasan

yang mendetail tentang suatu pembahasan, dengan begitu siswa akan

dapat mengerti dan memahami tentang apa yang sudah diuraikan oleh

guru.
106

f) Metode Demonstrasi, guru menjelaskan pengertian konsep dan

memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya

sesuatu. Dalam mata pelajaran fiqih ada materi tata cara berwudhu,

sebelum peserta didik praktik guru memberikan demonstrasi dulu

bagaimana cara berwudhu yang benar.


g) Metode Praktikum, metode ini digunakan pada saat setelah guru

memberikan metode demonstrasi. Sehingga siswa lebih memahami

tentang materi yang telah diberikan. Setelah guru mendemonstrasikan

materi maka peserta didik disuruh untuk praktik bergiliran, sehingga

peserta didik dapat memahami dan mengerti materi tersebut.


h) Selain itu guru juga memberikan nasihat-nasihat dan motivasi pada

peserta didik setiap kali pembelajaran di kelas, hal ini dilakukan guru

untuk selalu memberikan semangat dan motivasi pada anak agar lebih

giat dalam mencapai prestasi dan juga menjadi orang yang berguna

untuk orang lain. Selain itu guru juga melatih anak didik untuk

berjiwa disiplin tinggi serta bertanggung jawab.


i) Mengadakan seminar, juga merupakan metode yang menyenangkan

bagi peserta didik dengan mendatangkan nara sumber sesuai dengan

tema, ada dari BNN, dinas kesehatan, dan lain-lain.


4) Cara mengontrol kegiatan siswa dalam pembentukan akhlak
Cara mengontrolnya antara lain dengan adanya guru piket yang

bertugas setiap harinya mengontrol kegiatan belajar mengajar anak

ketika ada guru yang tidak bisa mengajar/ izin, selain guru piket juga

ada guru pendamping dalam setiap kegiatan misalnya ketika tadarus

didampingi oleh guru mapel jam pertama, ketika sholat dhuha dan

jamaah sholat dhuhur juga ada guru pendamping sehingga jika ada
107

anak yang membandel atau tidak mengikuti kegiatan tersebut akan

mendapatkan sanksi kecuali yang berhalangan.


Setiap guru mempunyai buku rekam data, sehingga dari buku

tersebut akan diketahui bagaimana prestasi anak setiap harinya dan

juga perilaku siswa ketika berada dimadrasah. Metode uswatun

hasanah adalah memberikan teladan kepada siswa, dari metode ini

saya dapat mengontrol sikap anak, guru memberikan contoh

bagaimana berperilaku yang baik sehingga anak bisa membedakan

mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Selain itu

saya juga mengontol anak dari pengamatan, mengamati setiap

kagiatan yang dilakukan siswa, mengamati prestasinya meningkat atau

malah menurun, mengamati akhlaknya dari sikap yang ditunjukkan

kepada guru, orang yang lebih tua, maupun kepada teman-temannya.

Ketika anak mendapatkan suatu masalah maka saya sebagai guru

akidah akhlak wajib memberikan konseling atau memberikan solusi

sehingga masalah anak tersebut tidak menjadi berlarut-larut yang pada

akhirnya akan menghancurkan masa depan anak itu sendiri.


Cara mengontol kegiatan siswa adalah menjadi teman bagi

siswa, jadi tugas guru selain mengajar dan mendidik juga menjadi

sahabat bagi anak didiknya, hal ini sangat bagus dalam pertumbuhan

psikologisnya karena mereka merasa nyaman ketika belajar, konsultasi

maupun sekedar berbagi informasi mengenai berbagai hal. Guru ada

yang mengikuti media sosial, ini untuk mengontrol anak ketika

mereka bercanda ataupun bersikap yang berlebihan di media sosial.


108

b. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual dalam kegiatan ekstrakurikuler

di MTsN Kediri II
Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud adalah pembinaan peserta

didik yang berusaha memberi penyaluran bakat dan minat, perluasan

wawasan, serta kemantapan iman dan taqwa melalui bentuk-bentuk kegiatan

yang direncanakan dan dilaksanakan diluar program kurikuler untuk

menunjang pencapaian tujuan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri

Kediri II.
Kepala MTsN Kediri II memberikan kebijakan untuk melaksanakan

kegiatan ekstrakurikuler sebaik-baiknya. Membimbing peserta didik untuk

menggali bakat dan minat mereka menjadi seseorang yang matang dalam

menentukan masa depannya. Kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya

pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan norma serta pengembangan

kepribadian, bakat dan minat peserta didik yang dilaksanakan di luar jam

intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau non tatap muka.

Setiap kegiatan ekstrakurikuler diatas mengandung tujuan

tersendiri dalam proses pembentukan akhlak anak. Adapun bentuk-bentuk

dan tujuan kegiatan ekrtakurikuler adalah sebagai berikut :

No Nama Kegiatan dan Tujuan


1 Pramuka
 Melatih peseta didik untuk terampil dan mandiri
 Memupuk rasa tanggung jawab
 Melatih peserta didik untuk saling mengormati dan menghargai
 Melatih peserta didik untuk berjiwa sosial tinggi
 Melatih peserta didik untuk disiplin, jujur, dan menghargai waktu
 Melatih peserta didik untuk berbagi ilmu
2 Khitobah (Pidato)
 Melatih peserta didik untuk berpidato di depan umum khususnya
bidang keagamaan
 Melatih peserta didik untuk menjadi da’i
109

 Menggali potensi dan minat peserta didik dalam kegiatan pidato


3 Seni rupa (kaligrafi)
 Melatih peserta didik untuk mengembangkan seni kaligrafi
4 Olah raga
 Mengembangkan bakat peserta didik di bidang
olahragamembiasakan pola hidup sehat jasmani dan rohani
 Melatih anak untuk menjunjung tinggi sportivitas, kerja keras,
pantang menyerah, bekerja sama dengan baik dengan team
5 Seni musik (Qosidah)
 Melestarikan budaya Islam
 Menumbuhkan cinta pada Rasul karena lagu-lagunya yang
banyak bersholawat pada sang Rasul
6 Seni baca Al-Qur’an
 Menghargai dan menghormati Al-Qur’an
 Menumbuhkan sifat cinta terhadap agama khususnya pada kitab
suci Al-Qur’an
 Melatih peserta didik untuk mahir membaca Al-Qur’an dengan
fasih dan benar
 Melatih peserta didik dalam MTQ tingkat daerah dan Nasional
Tabel 4.11 kegiatan ekstrakurikuler MTsN Kediri II

Setiap kegiatan ekstrakurikuler mengandung nilai-nilai tersendiri

dalam proses pembentukan akhlak serta dapat mengembangkan kecerdasan

spiritual peserta didik. Tujuan dari diadakannya kegiatan ekstrakurikuler

adalah memperdalam dan memperluas pengetahuan dan wawasan peserta

didik, mendorong peserta didik agar taat menjalankan perintah Allah dan

Rosulnya dalam kehidupan sehari-hari, dan juga menjadikan agama sebagai

landasan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebelum memulai kegiatan

diwajibkan untuk berdoa sebelum memulai aktivitas. Baik itu dalam ekstra

keagamaan maupun ekstra umum sebagai salah satu upaya untuk

mengembangkan kecerdasan spiritual anak-anak, sebagai rasa syukur dan

sebagai cara mendekatkan diri pada Allah. Membangun sikap mental peserta

didik untuk bersikap dan berprilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras,

mandiri, percaya diri, kompetitif, dan bertanggung jawab.


110

Dalam mengembangkan kecerdasan spiritualnya adalah melalui

berbagai cara, yaitu Pendalaman, yaitu pengayaan materi, teori, dan

membuka wawasan baru sesuai dengan tema. Penguatan, yaitu peningkatan

keimanan dan ketaqwaan. pembiasaan, yaitu pengamalan dan pembudayaan

ajaran agama serta perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dan

perluasan, yaitu penggalian potensi, bakat, minat, keterampilan dan

kemampuan peserta didik

Proses pembentukan akhlak anak dipengaruhi oleh dua faktor

diantaranya adalah faktor dari luar dirinya (lingkungan, keluarga, sekolah,

pergaulan teman, dan pemimpin), dan faktor dari dalam dirinya

(kepercayaan, keinginan, hati nurani, dan hawa nafsu). Faktor dari luar

dapat dibentuk dari lingkungan yang mendukung sehingga akan

menghasilkan akhlak yang baik. Sedangkan faktor dari dalam diri

dibutuhkan kesadaran diri sendiri dan juga kecerdasan spiritual yang tinggi

agar menghasilkan akhlak yang mulia. Melalui kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan dapat merangsang peserta didik agar mempunyai keinginan

tinggi untuk menggali kecerdasan spiritual mereka, mengaktifkan hati

nurani mereka.

c. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik di luar sekolah di MTsN Kediri II


1) Memaksimalkan adanya ma’had
Dalam mencetak peserta didik yang unggul dan berakhlakul

karimah perlu pembinaan-pembinaan yang intens, kontinyu khususnya

dalam aspek keagamaan. Upaya guru dalam membentuk akhlak melalui


111

pengembangan kecerdasan spiritual diluar sekolah ini salah satunya

adalah dengan adanya asrama atau ma’had yang ada di madrasah.


Dengan adanya ma’had ini bisa memaksimalkan peran guru dalam

mendidik anak diluar sekolah. Memperhatikan semua kegiatan peserta

didik yakni mendisiplinkan sholat jamaah 5 waktu serta sholat malam,

membimbing peserta didik dalam mempelajari kitab suci Al-Qur’an,

membimbing peserta didik dalam keseharian mereka seperti yang telah

diajarkan oleh Nabi Muhammad, serta menghargai dan menghormati

sesama teman ma’had.

2). Mengembangkan kegiatan anak diluar sekolah

Tugas dari seorang guru tidak hanya mengajar tetapi juga

mendidik, memberikan bekal ketika peserta didik melakukan kegiatan di

luar sekolah agar tetap bisa membentengi diri dari kenakalan remaja atau

hal-hal lain yang tidak bermanfaat. Untuk itu guru bekerja sama dengan

wali murid ketika peserta didik melakukan aktifitas di luar sekolah untuk

saling mengawasi dan menjaga agak tidak terjerumus ke hal-hal negatif.

Tugas guru berikutnya adalah menampung dan mengembangkan

kegiatan-kegiatan peserta didik yang dilakukan diluar sekolah untuk

dikembangkan lagi di madrasah. Tentunya kegiatan tersebut harus yang

mempunyai manfaat dan dapat membentuk akhlak anak supaya peserta

didik tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

3) Mengadakan berbagai kegiatan positif diluar jam sekolah

Madrasah mempunyai program dalam pengembangan akhlak anak

di luar jam sekolah. peran guru adalah mendorong peserta didik untuk
112

bisa mengembangkan dirinya sehingga kelak bisa bermanfaat untuk

dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. berbagai kegiatan diluar

jam sekolah adalah dengan seringnya melakukan bakti sosial di

masyarakat, membagikan zakat fitrah, mengajak peserta didik untuk

hemat listrik, dan menjaga lingkungan sebagai tanda bahwa kita

mencintai Allah dengan cara menjaga dan melestarikan ciptaan-Nya.

Peserta didik juga diajarkan untuk saling berbagi kepada yang

membutuhkan, berjiwa sosial tinggi karena kita hidup bersama

masyarakat dan saling membutuhkan.

Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik itu sangat penting,

dibutuhkan kerjasama yang tinggi antara kepala madrasah, guru, dan

siswa agar dapat menjadikan peserta didik yang berjiwa Islami dan

akhlakul karimah.

2. Temuan Penelitian Situs II (MTsN Kanigoro)


Setelah peneliti melakukan beberapa pengamatan, interview dan

hasil dokumentasi dari beberapa informan terkait dengan upaya guru dalam

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta

didik di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro, peneliti mendapat beberapa

temuan yaitu :
a. Upaya Guru Dalam Proses Pembentukan Akhlak Melalui

Pengembangan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik Dalam

Pembelajaran Di Kelas Di MTsN Kanigoro


1) Melaksanakan visi dan misi madrasah
Kepala madrasah, guru, karyawan, dan seluruh pihak sama-sama

bekerja sama dalam proses pembentukan akhlak anak sesuai dengan


113

visi, misi dan tujuan dari MTsN Kanigoro. Tanpa adanya kerja sama

semua pihak maka akan sangat sulit mencapai tujuan tersebut. Setiap

semester kepala madrasah juga melaksanakan evaluasi pada seluruh

guru untuk bisa lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya, selain

itu kepala madrasah juga memberi motivasi kepada guru-guru MTsN

Kanigoro agar bisa mencapai visi dan misi yang telah dibuat oleh

madrasah ini serta dalam proses pembentukan akhlak peserta didik.


2) Melaksanakan Pembiasaan Budaya Religius
Keberhasilan MTsN Kanigoro dalam membina peserta

didiknya dalam membentuk akhlak tidak bisa lepas dari semua pihak

yang telah membantu proses tersebut. Upaya guru dalam proses

pembentukan akhlak diterapkan dalam aktivitas sehari-hari ketika

berada di madrasah. Yaitu melalui pengembangan keagamaan yang

meliputi 5S (salam,senyum, sapa, salim, dan santun). Untuk

mempersiapkan peserta didik mencintai Al-Qur’an, setiap hari

sebelum pelajaran dimulai secara bersama-sama peserta didik tadarus

setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, serta hafalan Juz ‘Amma,

mengkaji kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan fiqih.


Peserta didik di MTsN Kanigoro semuanya diwajibkan untuk

mengikuti sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah. Kegiatan

tersebut juga diikuti oleh guru dan karyawan. Sehingga peserta didik

mendapatkan contoh dan teladan yang baik ketika berada di madrasah.

3) Metode guru dalam pembentukan akhlak

Dalam pembelajaran dikelas terdapat beberapa metode yang

bisa digunakan guru untuk mendidik para peserta didiknya. Semua itu
114

tergantung dari kreativitas guru dalam memilih dan menggunakan

metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Metode yang digunakan di MTsN Kanigoro adalah sebagia berikut :

a) Metode Uswatun Hasanah, yaitu memberikan teladan atau contoh

yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam

merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani

pendidiknya, dasarnya karena secara psikologis pelajar memang

senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga

ditiru.

b) Metode ceramah, yaitu menjelaskan kepada peserta didik materi-

materi yang membutuhkan penjelasan secara mendetail

c) Metode tanya jawab, yaitu melatih peserta didik untuk berani

bertanya dan melatih peserta didik untuk berani menjawab

pertanyaan secara tegas dan jelas serta mempunyai dasar yang kuat

d) Metode diskusi, yaitu melatih peserta didik untuk saling bekerja

sama, saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

e) Metode Turor sebaya

f) Metode Reward dan funishment, yaitu suatu metode dimana hadiah

dan hukuman menjadi konsekuensi dari aktivitas belajar siswa, bila

siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka ia berhak

mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukuman ketika

ia tidak dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa.

Metode reward dan funishment ini menjadi motivasi eksternal bagi


115

siswa dalam proses belajar. Sebab, khususnya anak-anak dan

remaja awal ketika disuguhkan hadiah untuk yang dapat belajar

dengan baik dan ancaman bagi mereka yang tidak disiplin,

mayoritas siswa termotivasi belajar dan bersikap disiplin. Hal ini

bisa terjadi karena secara psikologi manusia memiliki

kecenderungan untuk berbuat baik dan mendapatkan balasan dari

perbuatan baiknya.

g) Metode demonstrasi, yaitu metode mengajar dengan cara

memperagakan kejadian atau urutan melakukan suatu kegiatan.

h) Metode Praktikum, yaitu setelah guru mendemontrasikan materi,

selanjutnya peserta didik mempraktikkannya sehingga peserta

didik bisa menguasai materi secara maksimal.

i) Metode Ibrah dan Mau’izah, Metode Ibrah adalah penyajian bahan

pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam

menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu

kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu

yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar.

Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan

menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan

perbuatan

b. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam kegiatan

ekstrakurikuler di MTsN Kanigoro.


116

Kegiatan ektrakurikuler merupakan kegiatan terprogram yang

dimaksudkan memberi wadah bagi peserta didik untuk

mengembangkan bakat yang dimiliki. Selain itu, kegiatan ini juga

dipakai sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita madrasah

yang tertuang dalam visi, misi, dan tujuan madrasah. Melalui kegiatan

ekstrakurikuler ini guru dapat memberikan bimbingan tambahan untuk

bekal hidup di masyarakat sesuai dengan bakatnya masing-masing.


Berikut adalah tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler di MTsN

Kanigoro :

No Nama Kegiatan dan Tujuan


1 Pramuka
 Melatih untuk berjiwa disiplin
 saling membantu
 saling menghormati dan menghargai
 mempunyai jiwa pekerja keras
 melatih anak untuk berorganisasi.
2 Keagamaan
 Menambah wawasan peserta didik tentang Ilmu agama
 Menumbuhkan sifat cinta terhadap agama Islam
 Mengaktifkan kecerdasan spiritual
3 Ketrampilan
 Melatih peserta didik untuk terampil
 Melatih peserta didik untuk mandiri
4 MTQ dan BTQ
 Melatih peserta didik untuk mencintai Al-Qur’an
 Melatih peserta didik untuk gemar membaca Al-Qur’an
5 UKS dan PMR
 Melatih untuk hidup sehat jasmani dan rohani
 Melatih anak untuk berjiwa sosial dan saling tolong menolong.
 Rutin mengadakan donor darah
 Bergaya hidup sehat
6 Olahraga
 Melatih peserta didik untuk hidup sehat jasmani dan rohani
 Melatih peserta didik untuk berjiwa sportif dan pantang
menyerah
7 Jurnalistik
 Melatih peserta didik gemar membaca dan menulis
 Melatih peserta didik untuk menjadi jurnalis
Tabel 4.12 kegiatan ekstrakurikuler MTsN Kanigoro
117

Di MTsN Kanigoro ada 20 kegiatan ektrakurikuler yang kesemuanya

sudah berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Masing-masing

kegiatan ekstra mempunyai nilai-nilai pembentukan akhlak. Tujuan kegiatan

ekstrakurikuler di MTsN Kanigoro adalah mendalami materi tiap-tiap

kegiatan sehingga anak-anak mengerti dasar dari tujuan masing-masing

kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Melatih dan mendidik anak untuk

menguatkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan

Rosul-Nya. Menggali potensi, bakat, minat, ketrampilan peserta didik agar

mampu mengenal dirinya sendiri. Membentuk peserta didik menjadi anak

yang mandiri dan bermanfaat untuk lingkungannya serta mempunyai jiwa

yang berakhakul karimah dan juga beriman kepada Allah.

c. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik di luar sekolah di MTsN Kanigoro.

1) Memaksimalkan adanya ma’had


MTsN Kanigoro mempunyai asrama atau ma’had bagi siswa-

siswinya, ma’had ini terletak dibelakang madrasah dan sebagai sarana

untuk mendidik peserta didiknya menjadi anak yang benar-benar

berakhlakul karimah. Ma’had tersebut siap untuk mendidik anak menjadi

seorang yang berjiwa Islami dan berakhlakul karimah serta menjadi anak

yang berprestasi sesuai dengan visi dan misi dari ma’had yaitu : VISI :

Terwujudnya santri yang berkualitas unggul dibidang agama,bahasa dan

Akhlak mulia. MISI : 1. Menyelenggarakan kajian keislaman melalui

perpaduan sistem pembelajaran pondok pesantren Modern dan

Tradisional. 2. Menyelenggarakan pembelajaran Bahasa Arab dan

Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi keseharia


118

2). Kegiatan di luar jam sekolah


MTsN Kanigoro mencetak peserta didiknya untuk menjadi anak

yang berkarakter, berbudaya religi dan berakhlakul karimah. Untuk itu

seluruh guru bekerja sama dalam mendidik pembentukan akhlak anak.

Madrasah ini mempunyai beberapa kegiatan diluar jam sekolah

diantaranya adalah adanya peringatan-peringatan hari besar,

mengadakan jalan sehat untuk siswa siswi dan juga untuk masyarakat

umum. Mengadakan bakti sosial, pembagian zakat fitrah, pembagian

daging qurban, peringatan hari bumi, manasik haji, serta ada agenda

tiap tahun yaitu sholat malam “Tahajud” setiap anak kelas IX yang akan

menghadapi ujian nasional, kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa siswi

kelas IX dan wali muridnya serta bapak/ibu guru dan karyawan.

3). Kegiatan di luar sekolah

Adapun upaya guru dalam pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual diluar sekolah adalah memberikan

kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan bakatnya di luar

sekolah, agar supaya anak didik mempunyai pengalaman dan belajar

untuk mengenal dunia luar.

Mengembangkan kecerdasan spiritual anak salah satunya adalah

mengajarkan mereka untuk beriman kepada Allah dan beriman kepada

Rosul Allah, mengajak peserta didik untuk selalu bersholawat serta

melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Kegiatan diluar sekolah memang banyak tetapi sebagi guru

juga harus bisa membina dan mensuport serta memantau kegiatan


119

peserta didik sesuai dengan kaidah-kaidah Islam sehingga peserta didik

mempunyai jiwa yang religius dan berakhlakul karimah. Guru juga

harus bisa bekerjasama dengan wali murid untuk sama-sama menjaga

dan mengawasi anak-anaknya, karena tanpa kerja sama dengan semua

pihak maka pendidikan akhlak anak tidak akan bisa berhasil.


C. Temuan Penelitian Lintas Situs
Persamaan dan perbedaan temuan pada kedua situs adalah sebagai berikut :

Upaya Guru Dalam Pembentukan Akhlak Melalui Pengembangan Kecerdasan


Spiritual Peserta Didik
Komponen Situs I Situs II
MTsN Kediri II MTsN Kanigoro
Upaya guru 1)MTsN Kediri II Melaksanakan 1) Melaksanakan visi dan misi
dalam proses tujuan pendidikan mengacu madrasah. Seluruh pihak
pembentukan pada visi dan misi madrasah sama-sama bekerja sama
akhlak melalui 2) Melaksanakan pembiasaaan dalam proses pembentukan
penngembangan budaya religius, yakni membaca akhlak anak sesuai dengan
kecerdasan Al-Qur’an atau Juz Amma, visi, misi dan tujuan dari
spiritual di kelas hafalan Juz ‘Amma, terbiasa MTsN Kanigoro.
dengan sholat dhuha, terbiasa 2)Melaksanakan pembiasaaan
dengan sholat dhuhur budaya religius. Yaitu
berjamaah, terbiasa melalui pengembangan
melaksanakan istighosah rutin, keagamaan yang meliputi 5S
salam dan salim ketika bertemu (salam,senyum, sapa, salim,
dengan guru dan juga orang dan santun). Tadarus setiap
yang lebih tua, jujur, disiplin pagi sebelum pelajaran
3) Metode Guru Dalam Proses dimulai, serta hafalan Juz
Pembentukan Akhlak ‘Amma, mengkaji kitab-
a) Metode Pembiasaan kitab tafsir Al-Qur’an dan
b) Metode Uswatun Hasanah fiqih. Mengikuti sholat
c) Metode Diskusi dhuha dan sholat dhuhur
d) Metode Hafalan berjamaah.
e) Metode Ceramah 3) Metode Guru Dalam Proses
f) Metode Demonstrasi Pembentukan Akhlak.
g) Metode Praktikum a) Metode Uswatun Hasanah
h) Pemberian Motivasi b) Metode Ceramah
i) Mengadakan Seminar c) Metode Tanya Jawab
4) Cara mengontrol kegiatan siswa d) Metode Diskusi
dalam pembentukan akhlak. e) Metode Tutor Sebaya
a) Dengan adanya guru piket f) Metode Reward dan
yang bertugas setiap hari funishment
b) Adanya buku rekam data g) Metode Demonstrasi
c) Mengamati dan h) Metode Praktikum
memperhatikan sikap dan i) Metode Ibrah dan
prestasi peserta didik Mau’izah
d) Menjadi sahabat bagi peserta
didk
120

e) Mengikuti perkembangan
teknologi dengan ikut grup
di media sosial
yangdigunakan peserta didik
Upaya guru Kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ektrakurikuler
dalam proses yang dimaksud adalah pembinaan merupakan kegiatan terprogram
pembentukan peserta didik yang berusaha yang dimaksudkan memberi
akhlak melalui memberi penyaluran bakat dan wadah bagi peserta didik untuk
pengembangan minat, perluasan wawasan, serta mengembangkan bakat yang
kecerdasan kemantapan iman dan taqwa dimiliki. Selain itu, kegiatan ini
spiritual dalam melalui bentuk-bentuk kegiatan juga dipakai sebagai salah satu
kegiatan yang direncanakan dan upaya untuk mewujudkan cita-
ekstrakurikuler dilaksanakan diluar program cita madrasah yang tertuang
kurikuler untuk menunjang dalam visi, misi, dan tujuan
pencapaian tujuan pendidikan madrasah. Melalui kegiatan
Madrasah Tsanawiyah Negeri ekstrakurikuler ini guru dapat
Kediri II. memberikan bimbingan
Tujuan dari diadakannya tambahan untuk bekal hidup di
kegiatan ekstrakurikuler adalah masyarakat sesuai dengan
memperdalam dan memperluas bakatnya masing-masing.
pengetahuan dan wawasan peserta Tujuan kegiatan
didik, mendorong peserta didik agar ekstrakurikuler di MTsN
taat menjalankan perintah Allah dan Kanigoro adalah mendalami
Rosulnya dalam kehidupan sehari- materi tiap-tiap kegiatan
hari, dan juga menjadikan agama sehingga anak-anak mengerti
sebagai landasan akhlak mulia dasar dari tujuan masing-masing
dalam kehidupan pribadi, kegiatan ekstrakurikuler
berkeluarga, bermasyarakat, tersebut. Melatih dan mendidik
berbangsa dan bernegara. anak untuk berperilaku islami
Membangun sikap mental peserta dan berakhlak mulia. Menggali
didik untuk bersikap dan berprilaku potensi, bakat, minat,
jujur, amanah, disiplin, bekerja ketrampilan peserta didik agar
keras, mandiri, percaya diri, mampu mengenal dirinya
kompetitif, dan bertanggung jawab. sendiri. Membentuk peserta
Dalam mengembangkan didik menjadi anak yang mandiri
kecerdasan spiritualnya adalah dan bermanfaat untuk
melalui berbagai cara, yaitu lingkungannya serta mempunyai
Pendalaman, yaitu pengayaan jiwa yang berakhakul karimah
materi, teori, dan membuka dan juga beriman kepada Allah.
wawasan baru sesuai dengan tema.
Penguatan, yaitu peningkatan
keimanan dan ketaqwaan.
pembiasaan, yaitu pengamalan dan
pembudayaan ajaran agama serta
perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari. Dan
perluasan, yaitu penggalian potensi,
bakat, minat, keterampilan dan
kemampuan peserta didik.
Upaya guru 1) Memaksimalkan adanya ma’had 1) Memaksimalkan adanya
dalam proses Dalam mencetak ma’had.
pembentukan peserta didik yang unggul Ma’had MTsN
121

akhlak melalui dan berakhlakul karimah Kanigoro siap untuk


pengembangan perlu pembinaan-pembinaan mendidik anak menjadi
kecerdasan yang intens, kontinyu seorang yang berjiwa
spiritual di luar khususnya dalam aspek Islami dan berakhlakul
sekolah keagamaan. Dengan adanya karimah serta menjadi anak
ma’had ini bisa yang berprestasi sesuai
memaksimalkan peran guru dengan visi dan misi dari
dalam mendidik anak diluar ma’had yaitu : VISI :
sekolah. Memperhatikan Terwujudnya santri yang
semua kegiatan peserta didik berkualitas unggul
yakni mendisiplinkan sholat dibidang agama,bahasa
jamaah 5 waktu serta sholat dan Akhlak mulia. MISI :
malam, membimbing peserta 1. Menyelenggarakan
didik dalam mempelajari kajian keislaman melalui
kitab suci Al-Qur’an, perpaduan sistem
membimbing peserta didik pembelajaran pondok
dalam keseharian mereka pesantren Modern dan
seperti yang telah diajarkan Tradisional. 2.
oleh Nabi Muhammad, serta Menyelenggarakan
menghargai dan pembelajaran Bahasa Arab
menghormati sesama teman dan Bahasa Inggris
ma’had. sebagai alat komunikasi
2). Mengembangkan kegiatan anak keseharian.
diluar sekolah 2). Kegiatan di luar jam sekolah
Tugas dari seorang Beberapa kegiatan
guru tidak hanya mengajar diluar jam sekolah
tetapi juga mendidik, diantaranya adalah adanya
memberikan bekal ketika peringatan-peringatan hari
peserta didik melakukan besar, mengadakan jalan
kegiatan di luar sekolah agar sehat untuk siswa siswi dan
tetap bisa membentengi diri juga untuk masyarakat
dari kenakalan remaja atau umum. Mengadakan bakti
hal-hal lain yang tidak sosial, pembagian zakat
bermanfaat. Tugas guru fitrah, pembagian daging
adalah menampung dan qurban, peringatan hari
mengembangkan kegiatan- bumi, manasik haji, puasa
kegiatan peserta didik yang sunnah, sholat idul adha,
dilakukan diluar sekolah serta ada agenda tiap tahun
untuk dikembangkan lagi di yaitu sholat malam
madrasah. Tentunya kegiatan “Tahajud” setiap anak kelas
tersebut harus yang IX yang akan menghadapi
mempunyai manfaat dan ujian nasional.
dapat membentuk akhlak 3). Kegiatan di luar sekolah
anak supaya peserta didik
tidak mudah terpengaruh Adapun upaya guru
oleh hal-hal yang negatif. dalam pembentukan akhlak
melalui pengembangan
3) Mengadakan berbagai kegiatan kecerdasan spiritual diluar
positif diluar jam sekolah. sekolah adalah memberikan
Berbagai kegiatan kebebasan pada peserta didik
diluar jam sekolah adalah untuk mengembangkan
dengan seringnya melakukan bakatnya di luar sekolah,
bakti sosial di masyarakat, agar supaya anak didik
122

membagikan zakat fitrah, mempunyai pengalaman dan


membagikan daging qurban, belajar untuk mengenal
istighosah, mengajak peserta dunia luar.
didik untuk hemat listrik, Kegiatan diluar sekolah
dan menjaga lingkungan memang banyak tetapi
sebagai tanda bahwa kita sebagi guru juga harus bisa
mencintai Allah dengan cara membina dan mensuport
menjaga dan melestarikan serta memantau kegiatan
ciptaan-Nya. Peserta didik peserta didik sesuai dengan
juga diajarkan untuk saling kaidah-kaidah Islam
berbagi kepada yang sehingga peserta didik
membutuhkan, berjiwa sosial mempunyai jiwa yang
tinggi karena kita hidup religius dan berakhlakul
bersama masyarakat dan karimah. Guru juga harus
saling membutuhkan. bisa bekerjasama dengan
Upaya guru dalam proses wali murid untuk sama-sama
pembentukan akhlak melalui menjaga dan mengawasi
pengembangan kecerdasan anak-anaknya, karena tanpa
spiritual peserta didik itu kerja sama dengan semua
sangat penting, dibutuhkan pihak maka pendidikan
kerjasama yang tinggi antara akhlak anak tidak akan bisa
kepala madrasah, guru, dan berhasil.
siswa agar dapat menjadikan
peserta didik yang berjiwa
Islami dan akhlakul karimah.
Tabel 4.13
Paparan data

BAB V

PEMBAHASAN
123

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan yang meliputi : a) Upaya guru

dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual

peserta didik dalam pembelajaran di kelas di MTsN Kediri II dan MTsN

Kanigoro, b) Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler

di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro, c) Upaya guru dalam proses

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik di

luar sekolah di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro.

A. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik dalam pembelajaran di kelas


Upaya guru sebagai pembimbing dalam pembentukan akhlak peserta

didik baik jasmani maupun rohani adalah dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai religius ke dalam diri peserta didik. Hal ini biasa dilakukan dengan

pembiasaan terkait dengan kegiatan sehari-hari.


Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Marimba, pembiasaan adalah

modal utama dalam pengajaran pendidikan agama Islam, tidak hanya dalam

lingkungan keluarga dan kehidupan sehari-hari saja tetapi juga dilakukan

dalam lingkungan sekolah sebagai sarana untuk menuntut ilmu. Nilai-nilai

agama Islam yang terkandung dalam ibadah dan perbuatan keseharian manusia

harus dihayati dan dipahami dengan baik. Dengan adanya pembiasaan yang

dilakukan dalam diri individu akan lebih cepat untuk mengerti dan memahami

nilai-nilai Islam yang terkandung dalam perbuatan sehari-hari.125

125
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al Ma’arif, 1980), 199
124

Imam al-Ghozali menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah

laku dalam jiwa dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.126


Ada beberapa pembiasaan yang diterapkan oleh guru dalam rangka

upaya pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual,

diantaranya : mengerjakan sholat berjamaah, tadaruz Al-Qur’an, berdo’a

sebelum mulai pelajaran, melaksanakan istighosah rutin, bersikap jujur,

melaksanakan 5S (salam,senyum, sapa, salim, dan santun), serta mengkaji

kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan fiqih.


Pembiasaan adalah salah satu modal penting dalam pelaksanaan

proses pembentukan akhlak. Seseorang yang mempunyai kebiasaan tertentu

dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu

yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap

berlangsung sampai tua. Untuk mengubahnya sering kali diperlukan terapi dan

pengendalian diri yang serius. Bagi para orang tua dan guru, pembiasaan

hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian

terus menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab,

pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan

sesuatu secara optimis seperti robot, melainkan agar ia dapat melaksanakan

segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah dan berat hati.
Ada syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengapliksikan

pembiasaan dalam pendidikan, yaitu :


1. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat
2. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu, teratur dan

terprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan

yang utuh, permanen, dan konsisten


126
Imam al-Ghozali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia, (Jakarta: Mizania, 2014),
28
125

3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas,

jangan memberi kesempatan yang luas kepada warga sekolah untuk

melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan


4. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya

secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak

verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati warga

sekolah itu sendiri.127

Pendidikan agama tidak sebatas mengajarkan ritus-ritus dan segi-segi

formalitik agama belaka. Ritus dan formalitas agama ibarat bingkai atau

konsep bagi agama. sehingga bingkai atau kerangka, ritus dan formalitas

bukanlah tujuan, sebab itu ritus dan formalitas yang dalam hal ini terwujud

dalam apa yang disebut “rukun Islam” baru mempunyai makna yang

hakiki, jika menghantarkan orang yang bersangkutan kepada tujuannya

yang hakiki pula, yaitu kedekatan (taqorrub) kepada Allah SWT. dan

kebaikan kepada sesama manusia (akhlaq karimah).

Pelaksanaan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembentukan akhlak

melalui pengembangan kecerdasan spiritual di lembaga pendidikan

merupakan budaya yang tercipta dari pembiasaan budaya religius yang

berlangsung lama dan terus menerus bahkan sampai muncul kesadaran dari

semua anggota lembaga pendidikan untuk melakukan nilai religius itu.

Pijakan awal dari budaya keagamaan adalah adanya religiusitas atau

keberagamaan. Keberagamaan adalah menjalankan agama secara

menyeluruh. Dengan melaksanakan agama secara menyeluruh maka

seseorang pasti telah terinternalisasi nilai-nilai keagamaan.


127
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputra Pers,
2002),114
126

Berdasarkan data yang telah didapatkan diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual di madrasah adalah berupa pembiasaan kegiatan

keagamaan, mendidik akhlak dengan berbasis spiritual (akidah dan

keimanan) yang mengarahkan siswa agar sampai kepada derajat ihsan.

Budaya religius di lembaga pendidikan merupakan budaya yang tercipta

dari pembiasaan kegiatan religius yang berlangsung lama dan terus

menerus bahkan sampai muncul kesadaran diri dari semua anggota

lembaga pendidikan untuk melakukan nilai religius itu. Sampai-sampai hati

mereka tidak tenang jika tidak melakukan kegiatan keagamaan ataupun

melanggar budaya religi yang sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan bagi

rohani manusia.

Metode guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik adalah dengan

pembiasaan dan latihan serta keteladanan (uswatun hasanah). Hal ini sesuai

dengan pendapat Agus Zainul Fitri, bahwa peserta didik apabila akan

melakukan sesuatu (baik atau buruk) selalu diawali dengan proses melihat,

mengamati, meniru, mengingat, menyimpan, kemudian mengelurakannya

kembali menjadi perilaku sesuai dengan ingatan yang tersimpan di dalam

otaknya. Oleh karena itu, untuk membentuk karakter (akhlak) pada anak,

harus dirancang dan diupayakan penciptaan lingkungan kelas dan sekolah

yang betul-betul mendukung program pendidikan karakter (akhlak)

tersebut.128

128
Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah (Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media, 2012), 59
127

Aplikasi metode tersebut tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri-

sendiri, akan tetapi seluruhnya harus saling mengikat dan bersinergi dengan

tetap mengikuti kebijakan yanga ada. Misalnya, terbentuknya kultur

madrasah yang berakhlak yang tercermin pada sikap, tingkah laku, dan

tutur kata yang baik dari siswa, guru, maupun staf lain, disiplin, tanggung

jawab, mencintai kebersihan dan lain sebagianya dapat terwujud melalui

berbagai proses yang saling berkesinambungan. Sebagai langkah awal bisa

melalui pembinaan keagamaan siswa, yang secara teoritik berupa

pemberian keilmuan misalnya konsep tentang Tauhid, dan secara praktis

berupa pengaplikasian pengetahuan yang dimiliki siswa dalam kehidupan

sehari-hari dan diikuti pula dengan keteladanan dari para guru, staf maupun

kepala madrasah.

Menurut Rusnak, salah satu pendorong untuk pembelajaran

pembentukan akhlak adalah lingkungan sekolah yang positif (a positive

school environment help built character). Guru yang semangat memainkan

peran sebagai model atau pemimpin siswanya akah berhasil karen kodisi

positif mereka ciptakan pada kelasnya. Siswa memperoleh keuntungan dari

fungsi lingkungan yang kondusif dan mendorong dirinya secara lebih baik.

Dengan demikian peranan guru sangat ugren, dalam rangka membentuk

akhlak mulia siswa.129

Program-program yang ada di madrasah setidaknya selalu diwarnai

dengan nilai-nilai moral atau akhlak sebagai pengontrol dan mempercepat

proses internalisasi nilai dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan

129
Timothy Rusnak, An Integrated Approach to Character Education, ( California: A Sage
Publications Company, 1998), 4
128

khususnya yang berbasisikan nilai akhlakul karimah. Sedangkan

keteladanan merupakan pemberian contoh (perilaku) nyata baik kepada

para siswa oleh para guru dan karyawan di madrasah. Beberapa contoh

keteladanan yaitu, (a) berakhlak (budi pekerti) yang baik, para guru dan

karyawan menunjukkan akhlak yang baik dengan cara dan sikap mereka

yang menjunjung tinggi toleransi kepada sesama; (b) menghormati yang

lebih tua, walaupun posisi mereka sebagai tukang kebun atau karyawan; (c)

mengucapkan kata-kata yang baik; (d) memakai busana muslimah; dan (e)

senyum, menyapa dan mengucapkan salam. Keteladanan merupakan

perilaku contoh kepada orang lain dalam hal kebaikan.

Banyak metode Islam yang membuat pendidik dapat menerapkannya

dalam setiap aspek kehidupan anak, baik dari sisi akal maupun kejiwaan.

Karena metode inilah yang nantinya menerangi jalan mereka;

mempresembahkan berbagai solusi untuk permasalahan-permasalahan yang

mereka hadapi dalam membangun kepribadian, bimbingan dan

pembentukan sesuai dengan metode tersebut. Suri teladan yang baik

memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, mayoritas

yang ditiru anak berasal dari kedua orangtuanya dan gurunya. Bahkan,

dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya.

Seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya : “ Kedua orangtuanyalah yang

menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” Rasulullah SAW

memerintahkan orang tua dan pendidik untuk menjadi suri teladan yang
129

baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan

anak.130

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah r.a.

‫َ تثن للخ ييتخعقطقه فلقهلي كقخذبلة‬,‫ تليلعاَلل لهاَلك‬: ‫صنلى الت لعلخيقه لولسلنلم ألنهت لقاَلل‬ ‫ق ق‬
‫لعخن لرتسخول ال ل‬.

“Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang mengatakan kepada


seorang anak kecil, ‘kemarilah aku akan beri sesuatu’. Namun dia tidak
memberinya, maka itu adalah suatu kedustaan.”

Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladai sikap dan

perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat orangtua berperilaku jujur,

mereka akan tumbuh dalam kejujuran. Demikian seterusnya. pendidik

dituntut untuk mengerjakan perintah-perintah Allah SWT. dan sunah-sunah

Rasulullah SAW. dalam sikap dan perilaku selama itu memungkinkan bagi

mereka untuk mengerjakannya. Sebab, anak-anak selalu memperhatikan

gerak gerik mereka setiap saat. “kemampuan seorang anak untuk

mengingat dan mengerti akan segala hal sangat besar sekali. Bahkan, bisa

jadi lebih besar dari yang kita kira. Sementara seringkali kita melihat anak

sebagai makhluk yang tidak bisa mengerti dan mengingat.”131

Metode berikutnya adalah metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah

adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar

pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan

atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari

sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar.

Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi. Hal ini

130
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting : Cara Nabi Mendidik Anak,
(Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), 138
131
Ibid., 141
130

sebagaimana dikemukakan oleh Muhaimin, bahwa dorongan itu penting

untuk mengarahkan peserta didik supaya mempunyai perilaku Islami.132

Dorongan yang diberikan guru kepada peserta didik dapat berupa motivasi.

Motivasi jika dilihat dari segi kebahasaan berasal dari bahasa inggris

‘motivation’ dari akar kata kerja ‘motivate’ dengan makna mendoroong,

menyebabkan dalam kata benda motivation bermakna alasan, daya batin,

dorongan dan motivasi.133 Memberikan motivasi kepada peserta didik dapat

juga dengan memberikan cerita-cerita inspiratif yang diambil dari kisah-

kisah nyata yang disampaikan secara rutin. Penyampaian kisah motivasi

inspiratif tersebut dapat pula selalu diikutsertakan pada setiap proses

pembelajaran.134

Selanjutnya adalah metode Targib dan Tarhib Metode ini dalam teori

metode belajar modern dikenal dengan reward dan funisment. Yaitu suatu

metode dimana hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi dari aktivitas

belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka ia

berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukuman ketika

ia tidak dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa. Begitu

pula halnya salat, saat seorang melakukan salat dengan baik dan mampu ia

implementasikan dalam kehidupan sehari-hari maka ia mendapatkan

kebaikan baik dari Allah dan masyarakat sebagaimana hadis riwayat

Muslim "surga firdaus untuk orang-orang yang dapat mengamalkan salat

dengan baik dan benar". Sebaliknya bagi mereka yang melalaikan dan tidak
132
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan
Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung : Nuansa, 2003), 189
133
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT. Gramedia, 2005),
386
134
Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani : Pendidikan Karakter untuk
Generasi Bangsa, (Jakarta : Erlangga, 2012), 17
131

melakasanakan salat neraka weil dan Saqor baginya. Metode reward dan

funishment ini menjadi motivasi eksternal bagi siswa dalam proses belajar.

Sebab, khususnya anak-anak dan remaja awal ketika disuguhkan hadiah

untuk yang dapat belajar dengan baik dan ancaman bagi mereka yang tidak

disiplin, mayoritas siswa termotivasi belajar dan bersikap disiplin. Hal ini

bisa terjadi karena secara psikologi manusia memiliki kecenderungan untuk

berbuat baik dan mendapatkan balasan dari perbuatan baiknya.

Janji dan ancaman merupakan salah satu metode kejiwaan yang cukup

berhasil dalam mendidik anak. Metode ini cukup jelas dalam pendidikan

Nabi Muhammad SAW. beliau menggunakannya dalam banyak kesempatan

kepada anak-anak, antaralain dalam masalah berbakti kepada kedua

orangtua. Beliau menganjurkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan

memberikan ancaman atas perbuatan durhaka. Hal ini beliau lakukan tidak

lain agar si anak menurut, terpengaruh dan jiwa serta perilakunya manjadi

baik. Metode ini juga merupakan metode Al-Qur’an. Tidak hanya sekali

disebutkan dalam Al-Qur’an janji tentang surga dan neraka. Sebab, jiwa

manusia selalu condong pada janji akan hasil dari suatu amalan serta takut

kepada ancaman dari melakukan kesalahan. Yang dimaksud dengan

ancaman disini bukanlah ancaman yang sangat menakutkan dan membuat

jiwa merasa ngeri. Tetapi, hanya sekedar mengingatkan kepada anak akan

imbalan bagi suatu amalan dan hukuman apabila melakukan kesalahan.135

Metode yang lain adalah melalui simulasi praktik (experiential

learning), metode ini meliputi bermain peran (role play), demonstrasi, dan

135
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting : Cara Nabi Mendidik Anak....
207
132

praktik. Dalam proses belajar, setiap informasi akan diterima dan diproses

melalui beberapa jalur dalam otak dengna tingkat penerimaan yang

beragam. Terdapat enam jalur menuju otak, antara lain melalui apa yang

dilihat, didengar, dikecap, disentuh, dicium, dan dilakukan. Bahkan

Confucius, 2400 tahun lalu mengatakan : “What I Hear, I Forget. What I

See, I Remember. What I Do, I Understand”. Apa yang saya dengar, saya

lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya

paham.136

Sehingga Mel Siberman, mengatakan bahwa apa yang saya dengar,

saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang

saya dengnar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman

lain, saya mulai paham. Apa yang saya engar, lihat, diskusikan dan

lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya

ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.137 Pada masing-masing jalur

tersebut memiliki tingkat presentase efektivitas yang berbeda-beda. Dari

sekian jalur yang ada tersebut, tindakan atau aksi lebih kuat dalam

membangun informasi di otak manusia dari apa yang dilihat, didengar, dan

sebagainya. Oleh karena itu dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual dapat dilakukan dengan menggunakan

metode-metode tersebut.

Terlaksananya proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik harus melalui suatu pendidikan yang

berkualitas, dimana semua elemen dari sekolahan itu sendiri mempunyai


136
Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani : Pendidikan Karakter untuk
Generasi Bangsa... 14
137
Ibid., 14
133

kesadaran diri yang tinggi akan pentingnya pendidikan akhlak untuk masa

depan anak baik didunia maupun kelak di akhirat.

Pendidikan Islam adalah proses penyampaiann informasi dalam

rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia

menyadari kedudukan, tugas, dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi

maupun khalifah-Nya di bumi, dengan selalu takwa dalam makna

memelihara hubungan dengan Allah SWT, dirinya sendiri, masyarakat dan

dunia sekitarnya serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa,

manusia (termasuk dirinya sendiri), dan lingkungan hidupnya.138

Ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi

masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka

pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.

Hakikat pendidikan dalam pandangan Islam adalah mengembangkan dan

menumbuhkan sikap pada diri anak. Selain itu, pendidikan juga

membentuk manusia agar menjadi lebih sempurna secara moral, sehingga

hidupnya senantiasa terbuka bagi kebaikan sekaligus tertutup dari segala

kejahatan pada kondisi atau situasi apapun.139

Inti dari pendidikan Islam itu adalah menghasilkan manusia yang

berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar

mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan

dengan Allah SWT dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil

manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini demi kepentingan

138
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999),
179.
139
Miqdad Yaljan, Kecerdasan Moral; Pendidikan Moral yang Terlupakan, (terj. Tulus
Musthofa), (Yogyakarta : Talenta, 2003), 24.
134

hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. 140 Tujuan ini terlihat terlalu ideal,

sehingga sukar untuk dicapai. Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan

secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional

mendasar, pencapaian tujuan bukanlah suatu yang mustahil.

B. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler


Suatu ketika pada saat awal penciptaan manusia terdapat percakapan

yang sangat menarik anatara para malaikat dengan Allah Sang Pencipta di saat

Allah Sang Pencipta mengutarakan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia

sebagai pengelola dan pemimpin (khalifah) kehidupan di bumi. Maka

mendengar hal itu para malaikat berkata : “ Mengapa Engkau hendak

menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di sana dan

menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji

Engkau dan mensucikan Engkau?”, namun apa yang dikatakan Allah Sang

Pencipta selanjutnya, “ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui”. Ternyata benar para malaikat tidak mengetahui rencana skenario

Allah SWT tentang penciptaan manusia ini dan segala rahasia yang ada dibalik

penciptaan tersebut.141
Allah telah menjadikan manusia dengan segala keajaiban penciptaan

dan kemampuan yang sangat luar biasa sebagai modal dasar bagi mereka untuk

mengelola kehidupan. Semenjak awal penciptaan manusia, mereka telah diberi

kemampuan sebagai pemenang sejati dan bahkan status menjadi pemenang

telah dilekatkan pada diri manusia sebagai watak dasarnya. Sejarah

140
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1997), 29-30.
141
Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani : Pendidikan Karakter untuk
Generasi Bangsa.... 19
135

kemenangan telah dimulai sejak manusia masih berupa sel sperma sebagai

bahan baku penciptaannya.


Dalam proses kehidupan selanjutnya dimuka bumi ternyata jauh lebih

menantang, karena kehidupan hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang

terbaik. Di dalam sebuah kompetisi kehidupan yang senyatanya sehingga

akhirnya dia berhak menjadi sang pemenang (the winner) dan pemimpin dalam

kehidupan. Untuk itulah agar mampu menjadi yang terbaik sekaligus

pemenang dan pimpinan dalam kehidupan ini maka Allah Sang Pencipta telah

memberikan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk dapat

mewujudkannya, baik perlengkapan fisik berupa otak, indra, rasa,

pengetahuan, dan segala macamnya hingga perlengkapan informasi berupa

petunjuk-petunjuk terbaik tentang kehidupan.


Al-Qur’an telah memberikan serangkaian informasi dan petunjuk

kepada umat manusia tentang siapa saja dan bagaimana menjadi manusia yang

dinamis guna menggapai kesusesan abadi menuju kemenangan hidup sejati.

Paradigma sukses bagi seorang muslim tidaklah semata kesuksesan kehidupan

duniawi saja yang dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu, namun paradigma

sukses yang harus dibangun oleh seorang muslim yang sejati haruslah mampu

menembus batas di luar dimensi ruang dan waktu kehidupan dunia fana yaitu

perkampungan akhirat dan menjadikannya sebagai fokus utama pencapaian

sukses. Disaat seseorang mampu menjadikan kampung akhirat sebagai fokus

pencapaian, maka tentulah termasuk didalamnya pencapaian kesuksesan

kehidupan dunia.
Dalam ranah pendidikan agar mampu menjadi pemenang dan

pemimpin yang terbaik adalah dengan diadakannya kegiatan ektrakurikuler

yang didalam kegiatan tersebut sudah ada program-program serta nilai-nilai


136

tersendiri dari masing-masing kegiatan. Tujuan dari diadakannya kegiatan

ektrakurikuler adalah untuk mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik

agar menjadi manusia yang unggul dalam bidang akademik maupun non

akademik. Kegiatan ektrakurikuler ini juga melatih peserta didik untuk

bersaing menjadi pemenang, pemimpin, serta manjadi manusia yang peduli

terhadap sesama, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.


Terdapat tujuh langkah sikap utama yang harus dimiliki oleh setiap

orang yang menginginkan puncak kesuskesan dan kemenangan sebagai

pembentukan akhlak sebagaimana dijelaskan di dalam Firman Allah SWT, Q.S

Al-Mu’minun : 1-11, yaitu antara lain :142


1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman : BANGUN

KETAJAMAN VISI
2. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya : BANGUN

KOMPETENSI DIRI
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang

tiada berguna: CIPTAKAN HIDUP EFEKTIF


4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat : LATIHLAH KEPEDULIAN

SOSIAL
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. kecuali terhadap isteri-isteri

mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam

hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu , maka mereka

itulah orang-orang yang melampaui batas. : JADILAH TERDEPAN,

LAKUKAN PERUBAHAN
6. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan

janjinya : BERSIKAPLAH PROFESIONAL


7. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya : KEMBANGKAN

TERUS DIRI ANDA DAN JADILAH PEMIMPIN DENGAN HATI

NURANI
142
Ibid., 23
137

Ketika seseorag menginginkan sebuah puncak kesuksesan sebagai

pemenang sejati dalam hidup ini, maka landasan utama sebagai modal dasar

kemenangan itu haruslah memiliki basic winning, yaitu ketajaman seseorang

dalam membangun visi ke depan tentang apa yang akan dicapai. Kompetensi

(kecakapan,kandungan) yang dimiliki dalam sikap ketajaman visi adalah : a)

penetapan visi dan tujuan; b) optimisme; c) perencanaan; d) pencapaian misi;

e) motivasi; f) sukses masa depan.

Kunci kemenangan kedua adalah kemenangan individual (personal

winning), keberhasilan mengenal dan mengelola diri sendiri mengantarkan

seseorang pada kemenangan di hadapan publik. Pengenalan diri dan

pembangunan kompetensi diri yang akhirnya mengantarkan dalam pencapaian

hidup yang efektif merupakan modal dasar dalam melakukan interaksi dengan

kehidupan. Jangan berharap seseorang mampu memimpin masa depan jika

seseorang itu tidak mampu memimpin dirinya sendiri.

Kemenangan sosial akan diraih manakala seseorang mampu bersikap

peka, selanjutnya mampu melakukan perubahan sosial dan menjadi yang

terdepan dalam perubahan sosial tersebut. Eksistensi seseorang dalam dalam

kehidupan sebenarnya dapat dilihat dari sejauh mana peran yang dimainkan

ditengah-tengan kehidupan itu sendiri. Seseorang baru akan diakui dalam

kehidupan disaat seseorang mampu turut serta membangun sejarah peradaban

masa depan terbaik.

Pusat kemenangan seseorang disaat seseorang tersebut mampu

bersikap istiqomah, ajeg dalam menampilkan sikap-sikap dan kebiasaan terbaik

yang mampu mengantarkan seseorang sebagai pemimpin kehidupan. Istiqomah


138

adalah sebuah proses perjalanan panjang menampilkan sikap terbaik yang

akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan karakter dalam kehidupan menuju

pribadi yang anggun sebagai pemenang yang sejati.

Bertindak profesional mempunyai kompetensi yaitu disiplin, sikap

terpercaya, jujur dan terbuka, penuh tanggung jawab, dan memiliki ketrampilan

manajemen. Dan yang terakhir adalah memimpin dengan hati nurani yaitu

menjadi menjadi pribadi yang kharismatik, canggih dalam berinteraksi, tepat

dalam mengambil keputusan, mampu memotivasi serta mampu menjadi team

work yang baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan itu

harus mempunyai visi dan misi serta tujuan yang jelas, dan ketujuh langkah

sikap utama yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan puncak

kesuksesan sudah terarah pada program-program kegiatan ektrakurikuler yang

telah di adakan oleh kedua lembaga pendidikan yang telah diteliti oleh peneliti.

Kegiatan ektrakurikuler tersebut bertujuan untuk mengantarkan peserta didik

menuju puncak kesuksesan dengan diadakannya berbagai kegiatan yang

menjadi bekal dan pengalaman peserta didik ketika nanti sudah dewasa dan

terjun ke masyarakat.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru

dan siswa diluar jam sekolah yang telah di tentukan berdasarkan kurikulum

yang berlaku. Kegiatan ini juga di maksudkan untuk lebih mengaitkan

pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan

kebutuhan lingkungan. Kegiatan ini di samping di laksanakan di sekolah, dapat

juga dilaksanakan diluar sekolah guna memperkaya dan memperluas wawasan


139

pengetahuan atau kemampuan, meningkatkan nilai sikap dalam rangka

penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari dari berbagai

mata pelajaran dan kurikulum sekolah.

C. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik di luar sekolah.


Data hasil penelitian yang diperoleh dilapangan memberikan

pemahaman bahwa upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut :


Pertama, dengan diadakannya asrama. Dalam hal ini asrama termasuk

ke dalam lingkungan diluar sekolah karena tidak semua peserta didik tinggal di

asrama sehingga peneliti menempatkan asrama sebagai kegiatan diluar sekolah,

meskipun program-programnya berada dalam tanggung jawab madrasah. Di

lingkungan asrama ada beberapa upaya agar terbentuk siswa yang berakhlakul

karimah, diantaranya : (1) menjadikan asrama sebagai tempat bagi peserta

didik untuk dapat bekerjasama dengan yang lain, membangun rasa

persaudaraan, mendidik kedisiplinan, tapat waktu, sifat mandiri,

tanggungjawab, dan sebagainya. (2) membangun lingkungan yang Islami. (3)

memberikan usawah hasanah dalam kehidupan rill yang dilakukan oleh seluruh

pengurus, pengasuh, dan pembimbing / pengajar di asrama. (4) melakukan

pengecekan kelas antara kelas 1,2,3 agar tidak terjadi kesenjangan diantara

mereka. Selain itu juga membantu menumbuhkan kebersamaan, kerukun antar

siswa dari masing-masing kelas. (5) melakukan konsensus bersama dalam


140

bentuk kontrol, berwujud buku kendali ibadah yang bertujuan agar terjalin

interaksi yang baik sehingga seluruh penghuni asrama terlatih untuk

melakukan amar ma’ruf. (6) mengefektifkan wadah aktifitas santri sebagai

sarana pendidikan kepemimpinan, pendidikan berorganisasi, pembentukan

kedisiplinan, tanggung jawab, dan sikap amanah, yang dari situlah diharapkan

munculnya pembentukan akhlakul karimah.


Nampak dari temuan penelitian, bahwa dalam mencapai tujuan proses

pembentukan akhlak, kepala madrasah dan guru melakukan berbagai usaha

agar nilai keagamaan pada peserta didik benar-benar terinternalisasi. Eksistensi

asrama dianggap sebagai salah satu pogram unggulan bagi kedua lembaga

tempat penelitian ini. Melalui asrama, madrasah lebih mudah untuk membawa,

mengantarkan peserta didik kearah yang diinginkan lembaga, orangtua dan

masyarakat. Asrama memiliki otonomi untuk mengatur dan menjalankan

aktifitasnya, namun tetap merujuk pada sistem yang ada di madrasah. Dalam

hal ini, dibutuhkan pengelolaan yang strategis agar terhindar dari kesalahan

atau kesimpangsiuran dalam merencanakan maupun mengorganisasikan

penyelanggaraan pendidikan di madrasah termasuk di asrama. Karena itulah,

upaya madrasah untuk menyamakan program-program yang berkait kegiatan

ibadah antara kegiatan formal di madrasah dan kegiatan ibadah yang

diprogramkan oleh asrama merupakan langkah yang tepat.


Status asrama yang merupakan lingkungan permulaan bagi peserta

didik untuk hidup bermasyarakat dan pengasuh sebagai anggota masyarakat

juga keluarga sekaligus orangtua siswa di madrasah maka untuk mendukung

terlaksananya upaya mendidik akhlak siswa membutuhkan kerjasama yang

kompak dan sungguh-sungguh. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan di


141

madrasah maupun di asrama, peserta didik harus dibekali terlebih dahulu

dengan sebuah pemahaman terhadap segala yang mereka terima. Artinya,

peserta didik mengetahui tujuan, alasan, manfaat dari kegiatan yang mereka

lakukan. Walhasil, segala yang dilakukan dan yang mereka terima memiliki

arah, tujuan dan manfaat. Ketika mereka tidak mengetahui hal demikian maka

yang ada dalam pikiran dan diri mereka hanyalah menjalankan program dan

dianggap sebatas melaksanakan kegiatan karena perintah masdrasah saja.

Tanpa memiliki dasar maupun prinsip atas yang mereka lakukan, akibatnya

kegiatan-kegiatan tersebut tidak membekas dalam diri mereka sebagai bekal

kedepan. Intinya, pemberian pemahaman kepada peserta didik dalam bentuk

apapun harus selalu ada. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan sikap

konsisten dalam diri mereka dengan tetap berdasarkan prinsip yang dimiliki

serta untuk menghindarkan diri dari sifat pasif/ menerima begitu saja tanpa ada

dalil/ pedoman yang dimiliki. Jika peserta didik memiliki pemahaman maka

pada waktu kapan dan dimanapun, baik di madrasah maupun di masyarakat

mereka akan menjalankan sesuatu sesuai dengan bekal dan prinsip yang

dimiliki.
Beberapa dekade ini kita melihat berbagai prinsip hidup yang

menghasilkan berbagai tindakan manusia yang begitu beragam. Prinsip hidup

yang dianut dan diyakini itu telah menciptakan berbagai tipe pemikiran dengan

tujuan masing-masing. Setiap orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang

dianutnya. Hasilnya bisa dianggap hebat,mengerikan, bahkan menyedihkan.

Sumpah palapa dari patih gajah mada adalah prinsip yang telah

tebuktikeberhasilnnya pada zaman kerajaan Majapahit untuk menyatukan

Nusantara kala itu. Budaya jawa pun sangat kaya dengan prinsip hidup seperti
142

alon-alon asal kelakon, mangan ora mangan sing penting ngumpul, sangat

berpengaruh pada sikap sebagian orang jawa. Bahkan baru-baru ini

mengemuka suatu prinsip baru yakni, tidak ada persahabatan yang abadi. Yang

ada hanya kepentingan abadi. Prinsip ini sungguh melawan suara hati manusia,

yang sebenarnya sangat memuliakan arti persahabatan, tolong menolong dan

kasih sayang antar sesama umat manusia. “Yang penting penampilan,”

merupakan prinsip yang telah berhasil membelokkan pemikiran bangsa ini

menjadi bangsa yang konsumtif dan mendewakan penampilan luar, tanpa

memperhatikan sisi terdalam manusia yaitu hati nurani. Generasi muda

sekarang begitu bangga akan pakaian dengan merek-merek mahal dan ternama.

Dan lebih parah lagi, selalu menilai seseorang dari merk yang dipakainya.

Dengan kata lain, hanya menilai dari simbol dan statusnya.


Prinsip-prinsip buatan manusia itu sebenarnya adalah suatu upaya

pencarian dan coba-coba manusia untuk menemukan arti hidup yang

sebenarnya. Mereka umumnya hanya memandang suatu tujuan dari sebelah sisi

saja dan tidak menyeluruh, sehingga akhirnya menciptakan suatu ketidak

seimbangan, meskipun pada akhirnya keseimbangan alam telah terbukti

menghempaskan mereka kembali. Mereka biasanya merasa paling benar, tanpa

menyadari bahwa sisi lain dari lingkungannya yang juga memiliki prinsip yang

berbeda dengan dirinya. Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadilah yang

akan mampu membawa manusia kearah kebahagiaan yang hakiki. Berprinsip

dan berpegang pada sesuatu yang lebih labil niscaya akan menghasilkan

sesuatu yang labil pula. Berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Abadi.143

143
Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ:
Berdasar 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, ( Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), 20
143

Selain memberikan pemahaman, upaya guru dalam proses

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual adalah

memberikan uswah hasanah dalam kehidupan rill yang dilakukan oleh seluruh

pengurus, pengasuh, dan pembimbing / pengajar asrama. Aspek tersebut cukup

relevan dan efektif untuk dilakukan, karena melalui keteladanan / uswah, ada

proses internalisasi nilai yang hal ini dibutuhkan dalam mendidik moral atau

akhlak peserta didik. Di dalam program dan jadwal asrama terdapat kegiatan

sholat berjamaah setiap harinya, baik itu sholat wajib maupun sholat sunnah.

Sholat berjamaah ini dilaksanakan oleh semua elemen dari asrama baik itu

peserta didiknya mapun pengurus/ ustadz dan ustadzah dari asrama tersebut.

Dalam kegiatan sholat berjamaah tidak melaksanakan ritual sholat saja

melainkan ada keutamaan-keutamaan yang terkandung dalam kegiatan sholat

berjamaah, diantaranya mendapat pahala 27 derajat, mengaktifkan hati nurani

peserta didik, memuji sifat-sifat Allah dalam setiap bacaan dan gerakan sholat,

menentramkan hati, serta mencerdaskan spiritual peserta didik.


Diantara sifat-sifat Allah yang dibaca ketika melakukan ibadah sholat

adalah sebagai berikut :144


1. Niat sholat
Ini adalah sebuah awal aktifitas kita, ketika akan memulai ibadah sholat.

Niat merupakan visi kedepan. Adapun sifat-sifat mulia yang dibaca seperti :
- Pengasih dan Penyayang : Bismillahir-Rahmannir-Rahim
2. Takbiratul Ihram
Aktivitas ini dilakukan sebagai pembuka ibadah sholat dengan kesucian

hati. Adapun sifat yang dibaca seperti :


- Agung dan Besar : Allahu Akbar !
3. Al-Fatihah
Al-Fatihah, surat pertama Al-Qur’an ini merupakan pembuka sonic dunia

batin, secara mistis merangkun sleuruh isi Al-Qur’an de dalam 7 ayat. Al-
144
Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey
Melalui Al-Ihsan... 271
144

Fatihah merupakan metode evaluasi diri, membandingkan idealisme Al-

Fatihah dengan realitas diri.


4. Rukuk
Kita lafadzkan “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung,” sebanyak 3 kali.

Adapun sifat-sifat mulia yang dibaca seperti :


- Agung dan Suci : Subhana Robbiy al-‘Azhim
5. Berdiri memuji
Pada bagian ini, posisi tubuh tegak berdiri memuji Sang Maha Pendengar

Puji-pujian. Adapun sifat indah yang dibaca seperti :


- Mendengar (Empati) : Sam’i Allahu liman hamidah
- Berterimakasih : Sam’i Allahu liman hamidah
: Rabbana lakal hamd
6. Sujud
Tidak tunduk kepada siapapun selain hanya kepada Allah Yang Maha Suci

dan Maha Tinggi. Adapun sifat mulia yang dibaca seperti :


- Tinggi dan Suci : Subhana Robbiyal A’la
7. Duduk setelah sujud
Menetralkan kembali mental kita, dengan segenap kejujuran kita.

Mengoreksi setiap jengkal kesalahan dan keburukan kita untuk berpaling

kepada sumber rahmat, dengan memohon ampunan : “ Ampuni aku, wahai

Tuhanku Yang Maha Agung”. Adapun sifat terpuji yag dibaca seperti :
- Agung dan Pengakuan kesalahan (maaf) : Astaghfirullah al-‘Azhim
8. Menunjuk kepada Yang Esa
Setelah melakukan 2 rakaat sholat, kita lalu berada dihadapan silsilah

kenabian yang agung. Setiap nabi merupakan kesempurnaan dalam tahap-

tahap evolusi spiritual. Adapun sifat-sifat Allah yang dibaca seperti :


- Damai : Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu
- Pengasih : Warrahmatullahi wabarakatuh
- Terpuji : ...innaka Hamidun Majid
- Mulia : ....innaka Hamidun Majid

Lebih lanjut, inputnya merupakan material berupa suara hati yang

fitrah, spiritual capital pemberian Allah. Masalahnya, banyak orang hanya

mengetahui sistem proses atau syariatnya saja, tetapi kurang mengenal material

/ bahannya. Sebagai contoh, banyak orang diajarkan dan melakukan ibadah


145

sholat, tetapi ia tidak mengenal dirinya secara utuh atau penuh. Ia hanya

melakukan sholat sebagai ibadah fisik, bukannya ibadah ruh. Ia tidak

menyadari fungsi sholat lagi, ia tidak mengetahui dan tidak mengenal siapa

Tuhannya. Ia hanya tahu Dia adalah Allah, tetapi begitu ditanya padanya,

“Siapa Allah itu?”, ia akan mengangkat bahunya, seraya menggeleng tak tahu.

Ia tak mengenal eksistensi Allah, Tuhan yang disembahnya. Akibatnya, sholat

hanya menjadi sebuah kebiasaan tak termaknai.145

Kedua, dengan diadakannya kegiatan diluar jam sekolah, kegiatan ini

dimaksudkan untuk membekali peserta didik tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan ibadah ataupun kegiatan sehari-hari. Diantaranya adalah

melaksanakan PHBI, melaksanakan zakat firtah, puasa ramadhan, membagikan

daging qurban, melaksanakan manasik haji, melaksanakan istighosah rutin,

mengadakan bakti sosial, melaksanakan donor darah secara rutin dan

sebaginya.

Agama memerintahkan dan mendorong kita untuk berbuat baik dan

membawa kebaikan bagi orang lain dalam masyarakat dan menghantarkan kita

kepada keridhaan Ilahi di akhirat nanti. Masalah akhlak ini harus diberikan dan

dibiasakan sedini mungkin karena inilah yang akan membawa bekas yang sangat

kuat dalam pembentukan jiwa dan pribadi anak tersebut. Sehingga di kemudian

hari kesalehan anak benar-benar dapat diharapkan, karena anak harus pula

dilengkapi dengan akhlakul karimah dalam berhubungan dengan sesama manusia.

Komputer mempunyai intelegensi yang tinggi, beberapa hewan mempunyai

kepekaan emosi yang tinggi. Akan tetapi hanya manusia saja yang memiliki rasa

kasih sayang, merasa sebagai manusia seutuhnya. Intelegensi spiritual itu pula

145
Ibid., 274
146

yang membuat kita menciptakan nilai-nilai dan norma-norma. Hal itu pula yang

membuat kita selalu berusaha mencari jawaban dari kehidupan kita di dunia. 146

Berkaitan dengan penjelasan diatas maka peneliti mengaitkan

kegiatan-kegiatan diluar jam sekolah dengan teori dari Ary Ginanjar Agustian

yakni ESQ Emosional Spiritual Quetions The Way 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman

dan 5 Rukun Islam, yakni sebagai berikut :

1. Zero Mind Proses : 1 Ihsan

Tahap ini merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali

pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari segala

belenggu. Tanpa disadari belenggu membuat manusia menjadi buta sehingga

tidak memiliki radar hari sebagai pembimbing. Manusia terjerumus dalam

kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan, dan kehancuran, dan pada

akhirnya mengakibatkan kegagalan.147

Dari sini madrasah membuat program-program kegiatan yang

dilaksanakan diluar jam sekolah untuk melatih hati nurani peserta didik agar

mampu mengasah kecerdasan emosi dan spiritual mereka. Juga melatih

kepekaan mereka terhadap lingkungan sosial yang berada di sekitar mereka.

2. Mental Building : 6 Rukun Iman148

a. Star Principle (prinsip bintang); terkait dengan rasa aman, kepercayaan

diri, intuisi, integritas, kebijaksanaan, dan motivasi yang tinggi yang

dibangun dengan landasan Iman kepada Allah SWT.

146
Fatah Syukur, “Kecerdasan Spiritual Dalam Islam, Kritik Terhadap Konsep SQ”, (Edukasi, II,
2003), 67.
147
Abd.Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,.... 69
148
Ary Ginanjar Agustian, ESQ: The ESQ Way 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,....
106
147

1) Bekerjalah karena Allah, bukan karena pamrih kepada orang lain.

Hasilnya, akan memiliki integritas yang tinggi, yang merupakan

sumber kepercayaan dan keberhasilan


2) Jangan berprinsip pada sesuatu yang labil dan tidak pasti seperti

harta, nafsu hewani, kedudukan, penghargaan orang lain, atau

apaun selain Allah. Yakinlah, dengan hanya berprinsip kepada-

Nya, mental akan lebih siap menghadapi kemungkinan apapun

dimasa yang akan datang


3) Lakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan sebaik-

baikny karena Allah, dan ingatlah selalu Allah Yang Maha Tinggi.

Hasilnya akan mendapatkan hasil yang berbeda dan jauh lebih

baik.
4) Berpedomanlah selalu pada sifat-sifat Allah, seperti selalu ingin

maju, ingin adil, ingin memberi, ingin kasih dan sayang, ingin

kreatif dan berinovasi, ingin berfikir jernih, ingin belajar, ingin

bijaksana dan ingin memelihara.


5) Bangun kepercayaan dari dalam diri, bukan untuk penapilan fisik.

Iman sesoranglah yang akan memancarkan kharisma diri

sendirinya sendiri.
6) Bangun motivasi, karena manusia adalah makhluk Allah yang

sempurna, dan kita adalah wakil Allah. Raihlah cita-cita dan

harapan dengan kemauan yang kuat membara.


7) Zikirlah dengan Laa ilahaa illallah.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

membangun diri dengan Tuhan serta mengaktifkan hati untuk

mempertebal keimanan merupakan sesuatu yang sangat penting

dalam proses pembentukan akhlak. Dari hasil penelitian, peneliti


148

menemukan beberapa kegiatan yang mengarah kepada pengaktifan

hati nurani sehingga dapat mencapai Iman yang kuat kepada Allah,

yaitu dengan melaksanakan Istighosah, dan melaksanakan kegiatan

sholat malam yang telah di programkan madrasah.

b. Angel Principle (prinsip malaikat); keteladanan malaikat, antara lain

mencakup loyalitas, integritas, komitmen, kebiasaan memberi dan

mengawali, suka menolong dan saling percaya. Apabila mengerjakan

sesuatu, kerjakan dengan tulus, ikhlas, jujur, seperti malaikat. Selalu

mengingat bahwa kita bekerja karena Allah, bukan karena yang lain.

menjadikan pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah. Berprestasi setinggi-

tingginya dalam setiap pekerjaan, karena Allah melihat kita. Tidak

mengharap penghargaan dari orang lain, biarlah Allah yang menghargai.

Jangan setengah-setengah maka kita akan meraih kepercayaan.


c. Leadership Principle (prinsip kepemimpinan); setiap orang adalah

pemimpin bagi dirinya sendiri untuk mengarahkan hidupnya. Untuk

menjadi seorang pemimpin yang baik disyaratkan melampaui lima tanda

kepemimpinan, yaitu pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya,

pemimpin yang menjadi pembimbing, pemimpin yang berkepribadian

dan menjadi pemimpin yang abadi. Dengan demikian, pemimpin sejati

adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada

orang lain sehingga ia pun dicintai, memiliki intergritas yang kuat

sehingga dipercaya pengikutnya, selalu membimbing dan mengajarkan

kepada pengikutnya, memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten, dan

yang terpenting adalah memimpin yang berlandasakan atas suatu hati

yang fitrah.
149

d. Learning Principle (prinsip pembelajaran); mencakup kebiasaan

membaca buku, membaca situasi, kebiasaan berpikir kritis, kebiasaan

mengevaluasi, menyempurnakan, dan memiliki pedoman. Manusia

diberikan kelebihan akal dan berfikir dan firman Tuhan yang pertama

adalah berupa perintah membaca (Iqro’). Umat manusia diperintahkan

untuk membaca apasaja selama bacaan tersebut bermanfaat untuk

kemanusiaan. Membaca merupakan awal mulanya ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan keberhasilan manusia.


e. Vision Principle (prinsip masa depan); selalu berorientasi pada tujuan

akhir dalam setiap langkah yang ditempuh. Setiap langkah tersebut

dilakukan secara optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri

dan sosial dengan kesadaran akan adanya “hari kemudian”, memiliki

kepastian akan masa depan dan memiliki ketenangan batin yang tinggi,

yang tercipta oleh adanya keyakinan akan “hari pembalasan”.


f. Well Organized Principle (prinsip keteraturan); selalu berorientasi pada

manajemen yang teratur, disiplin, sistematis, dan intergratif. Madrasah

yang berhasil umumnya memiliki keteraturan manajemen yang baik,

disamping diawali dengan misi dan visi yang jelas. Setiap bagian

organisasi harus menyadari adanya saling keterkaitan satu dengan yang

lain dalam kesatuan misi dan visi. Setiap orang harus memiliki perasaan

yang sama bahwa mereka mempunyai tugas suci didalam madrasah

untuk mencapai tujuan bersama.

3. Ketangguhan pribadi (personal strength) : 5 Rukun Islam149

149
Abd.Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual... 71
150

a. Mission Statement; penetapan misi melalui syahadat, yakni membangun

misi kehidupan, membulatkan tekad, membangun visi, menciptakan

wawasan, transformasi visi, dan komitmen total.


b. Character Building; pembangunan karakter melalui shalat yang

merupakan relaksasi, membangun kekuatan afirmasi, dan penyeimbang

energi batiniyah, serta pengasahan prinsip.


c. Self Controlling ; pengendalian diri melalui puasa guna meraih

kemerdekaan sejati, memelihara fitrah, mengendalikan suasana hati,

meningkatkan kecakapan emosi secara fisologis, serta pengendalian

prinsip.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan itu

harus mempunyai tujuan, sehingga dapat membangun ketangguhan pribadi

yang kuat melalui rukun Islam. Hasil temuan di dua lokasi yang peneliti

amati terdapat beberapa kegiatan yaitu membiasakan peserta didik untuk

berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan, melaksanakan ibadah sholat

berjamaah, menjalankan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh, baik itu

puasa ramadhan maupun puasa sunnah. Hal ini bertujuan untuk membentuk

ketangguhan pribadi anak dan untuk proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual berjalan dengan hasil dan output yang

cerdas baik secara IQ,EQ dan SQ.

4. Ketangguhan Sosial (Social Strength)

a. Collaboration Strategy; sinergi melalui zakat, hal ini dapat membangun

landasan kooperatif, investasi kepercayaan, komitmen, kredibilitas,

keterbukaan, empati, dan kompromi.


b. Total Action; aplikasi total melalui haji, yang dalam hal ini haji

memiliki landasan zero mind (melalui ihrom), meningkatkan


151

pengasahan komitmen dan integritas (melalui thawaf), pengasahan

Aversity Quetient (AQ) yakni kecerdasan seseorang untuk mengatasi

kesulitan dan sanggup bertahan hidup atau tidak berputus asa (melalui

sa’i), evaluasi dan visualisasi (melalui wukuf), mempu menghadapi

tantangan (dengan melontar jumroh), serta melakukan sinergi (dengan

berjamaah haji).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketangguhan

sosial merupakan suatu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan sinergi

dengan orang lain serta lingkungan sosialnya. Dari hasil penelitian dapat

ditemukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan ketangguhan sosial,

yakni dengan diadakannya zakat fitrah setiap bulan ramadhan, serta adanya

kegiatan manasik haji yang telah diprogramkan madrasah untuk latihan dan

pengetahuan peserta didik agar mampu dan mengerti tentang ibadah haji.

BAGIAN 1
ZERO MIND PROCESS Penjernihan Emosi
Penjernihan Emosi (Secara Mental)

BAGIAN 2
MENTAL BUILDING Pembangunan Mantal
Pembangunan Mental (Secara Mental)

BAGIAN 3
MISSION
BAGIAN33
BAGIAN
STATEMENT
SELF CONTROL Ketangguhan Pribadi
CHARACTER BUILDING
Penetapan Misi
Pengendalian Diri (Secara Fisik)
Pembangunan Karakter
152

Gambar 5.1

Ketiga, tugas dari seorang guru tidak hanya mengajar tetapi

juga mendidik, memberikan bekal ketika peserta didik melakukan

kegiatan di luar sekolah agar tetap bisa membentengi diri dari kenakalan

remaja atau hal-hal lain yang tidak bermanfaat. Untuk itu guru bekerja

sama dengan wali murid ketika peserta didik melakukan aktifitas di luar

sekolah untuk saling mengawasi dan menjaga agak tidak terjerumus ke

hal-hal negatif.

Tugas guru berikutnya adalah menampung dan mengembangkan

kegiatan-kegiatan peserta didik yang dilakukan diluar sekolah untuk

dikembangkan lagi di madrasah. Tentunya kegiatan tersebut harus yang

mempunyai manfaat dan dapat membentuk akhlak anak supaya peserta

didik tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.


153

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha memanusiakan

manusia, artinya dengan pendidikan manusia diharapkan mampu

menemukan dirinya dari mana berasal. Hadir di dunia. untuk apa dan setelah

kehidupan dunia ini akan kemana, sehingga. ia menjadi lebih manusia, baik

dalam berfikir, bersikap, maupun bertindak. 150 Pendidikan Islam adalah

proses penyampaiann informasi dalam rangka pembentukan insan yang

beriman dan bertakwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas, dan

fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun khalifah-Nya di bumi,

dengan selalu takwa dalam makna memelihara hubungan dengan Allah

SWT, dirinya sendiri, masyarakat dan dunia sekitarnya serta bertanggung

jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia (termasuk dirinya sendiri),

dan lingkungan hidupnya.151

Ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi

masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka

pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.

Hakikat pendidikan dalam pandangan Islam adalah mengembangkan dan

menumbuhkan sikap pada diri anak. Selain itu, pendidikan juga membentuk

manusia agar menjadi lebih sempurna secara moral, sehingga hidupnya

senantiasa terbuka bagi kebaikan sekaligus tertutup dari segala kejahatan

pada kondisi atau situasi apapun.152 Inti dari pendidikan Islam itu adalah

menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta

senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam

150
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, Cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), 138.
151
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999),
179-180.
152
Miqdad Yaljan, Kecerdasan Moral; Pendidikan Moral yang Terlupakan, (terj. Tulus Musthofa),
.... 24.
154

berhubungan dengan Allah SWT dan dengan manusia sesamanya, dapat

mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini demi

kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.

Memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan kegiatan

yang ia gemari adalah salah satu cara untuk menumbuh kembangkan

kecerdasan mereka. Tugas guru dan orang tua adalah mendukung dan

memotivasi serta mengarahkan setiap kegiatan yang anak lakukan di luar

sekolah.

Hal ini sesuai dengan Muhammaad Nur Abdul Hafizh Suwaid

dalam membentuk jiwa sosial-kemasyarakatan yaitu dengan mengajak anak

dalam majelis orang dewasa. Mengajak anak untuk ikut serta di majelis-

majelis orang dewasa dapat menampakkan kekurangan dan kebutuhan

pendidikannya. Sehingga, guru dengan mudah mengarahkannya kepada hal

yang lebih sempurna dan mendorongnya untuk menjawab apabila ada

pertanyaan, lalu dia pun bisa berbicara dengan sopan setelah diberi izin.

Dengan demikian akalnya dapat tumbuh, jiwanya tertata, lidahnya tidak

kelu, dan ia dapat mengetahui pola pikir serta pembicaraan orang-orang

dewasa sedikit demi sedikit. Semua ini sebagai persiapan baginya untuk

masuk ke dalam masyarakat.153

Kesuksesan peserta didik adalah kesuksesan seorang guru, baik itu

sukses dalam bidang akademik maupun sukses menggapai masa depan yang

diinginkan anak, yang mempunyai akhlakul karimah dan juga cerdas secara

spiritual. Ada beberapa cara untuk menggapai kesuksesan tersebut

diantaranya adalah :154


153
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting : Cara Nabi Mendidik Anak.... 380
154
Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani : Pendidikan Karakter untuk
Generasi Bangsa.... 385
155

1. Jujur, yaitu sikap menyampaikan apa adanya tanpa kepentingan untuk

menambah dan mengurangi, lurus hati, bersikap tidak curang, dan

menjauhkan diri dari segala bentuk kebohongan.


2. Berpandangan jauh ke depan, yaitu kemampuan memprediksi apa yang

akan dilakukan di masa depan serta mampu merencanakan pencapaian

masa depan.
3. Bisa memberikan inspirasi, cara mengembangkan sifat ini adalah dengan

sering melakukan studi banding, melihat dan terbuka dengan

pengalaman-pengalaman baru, berbicara dan bersikap penuh motivasi

yaang tinggi, berilah motivasi pada orang lain.


4. Kompeten, memiliki kemampuan dan kecakapan diri yang unggul serta

bersedia mengembangkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk

dapat diaktualisasikan dalam unjuk kerja yang terbaik. Cara

mengembangkan sifat ini adalah menemukan kelebihan pada diri sendiri,

dan melatih kemampuan dengan sering mengikuti pelatihan peningkatan

kompetensi.
5. Adil, yaitu kemampuan seseorang untuk menempatkan sesuatu sesuai

dengan tempatnya atau mampu bertindak secara profesional serta mampu

memperlakukan seseorang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang

dimilikinya. Cara mengembangkan sifat ini adalah melihat kebaikan dan

kelebihan semua orang, memperlakukan semua orang dengan sama,

berhubungan baik dengan semua orang.


6. Berpandangan luas, yaitu kemampuan seseorang dalam berpikir, melihat

dan menilai sesuatu secara menyeluruh, utuh (integral) dengan

mempertimbangkan segala aspek dari berbagai sudut pandang, baik-

buruk, benar-salah, manfaat-mudarat, halal-haram, dan sebagainya.


7. Cerdas, yaitu mempu berpikir dan bersikap strategis, penuh kejelian,

visioner, dan memiliki semangat yang tinggi dalam mewujudkan tujuan


156

dan kesuksesan dirinya. Mempunyai kemampuan membuat penilaian

dengan benar, cepat, dan tuntas.


8. Berani, cara mengembangkan sifat ini adalah sering mengambil

keputusan, sering mencoba sesuatu yang baru, belajar tentang semua hal.
9. Bisa bekerja sama, yaitu melakukan pekerjaan dengan sebuah

kebersamaan dengan orang lain secara sinergis, saling membantu dan

mengormati antara yang satu dengan yang lainnya dengan penuh

kesadaran dan semangat sukses bersama, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, untuk mencapai kesuksesan guru harus bisa

menjadi inspirasi peserta didiknya agar mereka terbuka dengan dunia di luar

sekolah. Tugas guru tidak hanya mengajar melainkan juga mendidik peserta

didik agar sukses dalam masa depan, menjadikan anak yang berakhlakul

karimah dan cerdas secara spiritual.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik dalam pembelajaran di kelas


Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual di dalam pembelajaran di kelas

dimulai dari perencanaan visi,misi serta tujuan yang hendak dicapai,

kemudian membudayakan perilaku islami sebagai wujud dari

pengembangan kecerdasan spiritual seperti sholat berjamaah, tadaruz Al-

Qur’an, berdo’a sebelum mulai pelajaran, melaksanakan istighosah rutin,

bersikap jujur, melaksanakan 5S (salam,senyum, sapa, salim, dan santun),

serta mengkaji kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan fiqih. Metode yang


157

digunakan guru dalam proses pembentukan akhlak adalah dengan Metode

Pembiasaan , Metode Uswatun Hasanah, Metode Diskusi, Metode

Hafalan, Metode Ceramah, Metode Demonstrasi, Metode Praktikum,

Pemberian Motivasi, Mengadakan Seminar, Metode Reward dan

funishment, dan Metode Ibrah dan Mau’izah.


2. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler


Upaya guru dalam pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan

melaksanakan tujuan dari ektrakurikuler yaitu: sebagai berikut: (1)

Pendalaman, yaitu pengayaan materi (2) Penguatan, yaitu peningkatan

keimanan dan ketaqwaan, (3) pembiasaan, yaitu pengamalan dan

pembudayaan serta perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari,

dan (4) perluasan, yaitu penggalian potensi, bakat, minat, keterampilan dan

kemampuan peserta didik.


3. Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui pengembangan

kecerdasan spiritual peserta didik di luar sekolah.

Upaya guru dalam proses pembentukan akhlak melalui

pengembangan kecerdasan spiritual di luar sekolah adalah (1) melalui

asrama yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi anak

yang berjiwa islami, berakhlakul karimah dan cerdas spiritualnya. (2)

Kegiatan di luar jam sekolah bertujuan untuk melatih peserta didik

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual mereka sehingga menjadi

anak yang benar-benar memiliki jiwa akhlakul karimah. Upaya guru

adalah dengan mengajarkan peserta didik mendekatkan diri kepada Allah

dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung


158

dengan Allah SWT, dan mengembangkan kegiatan keagamaan yang

sudah dijadwalkan. (3) Kegiatan diluar sekolah, seorang guru tidak

hanya mengajar tetapi juga mendidik, memberikan bekal ketika peserta

didik melakukan kegiatan di luar sekolah agar tetap bisa membentengi

diri dari hal-hal negatif. Upaya guru adalah menampung dan

mengembangkan kegiatan-kegiatan peserta didik yang dilakukan diluar

sekolah untuk dikembangkan lagi di madrasah, memberikan dukungan

dan memotivasi peserta didik, mengawasi dan menjaga agak tidak

terjerumus ke hal-hal negatif. Kesuksesan peserta didik adalah

kesuksesan seorang guru.

B. IMPLIKASI PENELITIAN
Penelitian ini mendukung teori-teori pembentukan akhlak serta

pengembangan kecerdasan spiritual oleh Ary Ginanjar Agutian. Secara garis

besar implikasi penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yakni secara

teoritis dan secara praktis:


1. Implikasi Teoritis
a. Penelitian ini secara khusus kajiannya tentang upaya guru, siswa, dan

semua civitas di sekolah dalam mewujudkan pembentukan akhlak di

sekolah. Pengembangan kecerdasan spiritual sebagai sarana dalam

proses pembentukan akhlakul karimah.


b. SQ merupakan hal yang harus diciptakan dilembaga pendidikan, karena

IQ dan EQ saja tidaklah cukup untuk membentuk akhlakul karimah.

Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang mentransformasikan

nilai atau melakukan pendidikan nilai. Sedangkan membudayakan

budaya religius merupakan salah satu wahana untuk mentransfer nilai

kepada peserta didik. Tanpa adanya budaya religius, maka pendidik


159

akan kesulitan melakukan transfer nilai kepada anak didik dan transfer

nilai tersebut tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan pembelajaran

di dalam kelas. Karena pembelajaran dikelas rata-rata hanya

mengembangkan aspek kognitif saja.

2. Implikasi Praktis
a. Keberhasilan mewujudkan akhlakul karimah didukung 2 faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dibagi

menjadi dua dimensi, yaitu hardware yang terdiri dari kepala

sekolah, guru, staf karyawan, dan software yang terdiri dari

komitmen dan kompetensi. Sedangkan faktor eksternal meliputi,

stakeholder, masyarakat sekitar, wali murid.


b. Akhlakul karimah mampu meningkatkan proses pembelajaran

menjadi lebih bermakna, khususnya kelompok mata pelajaran

agama. Proses pembelajaran tersebut meningkat karena budaya

religius dapat berperan sebagai media pembelajaran, sumber

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.


c. Hasil penelitian ini mampu menundukkan persoalan yang selama

ini menjadi pro-kontra seputar pengembangan sekolah atau

madrasah unggulan. Dengan mewujudkan peserta didik yang

berakhlakul karimah akan dapat mengembangkan IQ, EQ, dan SQ

secara bersamaan.
C. SARAN
Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian diatas, maka diajukan

beberapa saran terutama kepada pihak yang terkait sebagai berikut :


1. Kepala MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro
a. Untuk terus mempertahankan prestasi dan eksistensi madrasah,

disarankan kebijakan pengembangan madrasah juga diarahkan kepada


160

peningkatan mutu kegiatan keagamaan dalam rangka intenalisasi

nilai-nilai keagamaan.
b. Menggerakan seluruh stakeholders yang ada untuk senantiasa

mendukung dan menjadi teladan dalam mengapliksikan nilai-nilai

keagamaan untuk menuju ke lembaga pendidikan yang unggul dan

cerdas secara IQ,EQ dan SQ

2. Guru, merancang pengembangan pembentukan akhlak dan juga

mengembangkan kecerdsan spiritual yang efektif supaya dapat

terintenalisasi nilai-nilai religius kepada peserta didik sehingga

berlangsung holistic dan komprehensif.

3. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini hanya bersumber dari satu

fenomena dan dalam lingkup yang kecil yaitu dua lokasi penelitian. Agar

diperoleh konsep-konsep, kategori-kategori yang lebih luas, dan dapat

menjadi pendukung / penyempurna satu sama lain mengenai proses

pembentukan akhlak melalui pengembangan kecerdasan spiritual, maka

perlu dikembangkan kembali melalui penelitian lebih lanjut dengan

melihat berbagai cabang aspek yang memiliki keterkaitan, baik dilakukan

secara induktif maupun deduktif sesuai dengan bentuk kebutuhan peneliti

kemudian.

DAFTAR RUJUKAN
161

Mustafa, A. Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999

Wahab, Abd. & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011

Majid, Abdul dan Mudzakkir, Yusuf, Nuansa-Nuansa Psikologi Islami, Jakarta :

PT Raja Grafindo Persana, 2002

Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, Cet. 1, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998

El-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Pola Hidup (Minhajul Muslim) Thaharah, Ibadah,

dan Akhlak, (Terj. Rachmat Djatnika, dkk), Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 1991

Satrio, Adi, Kamus Ilmiah Populer, Sosial, Budaya, Agama, Kedokteran, Teknik,

Politik, Hukum, Ekonomi, Komunikasi, Komputer, Kimia, Visi 7: 2005

Fitri, Agus Zainul, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah,

Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012

Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Al Ma’arif,

1980

Tanzeh, Ahmad, Pengentar Metode Penelitian, Yogyakarta : Teras,2009

Saleh, Akh Muwafik, Membangun Karakter dengan Hati Nurani : Pendidikan

Karakter untuk Generasi Bangsa, Jakarta : Erlangga, 2012

Hasan, Aliah B. Purwakania, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2006

Al-Ghazali, Al-Imam Abu Hamid, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak

Mulia, Terj.Muhammad Al-Baqir, Bandung: Mizan, 2014


162

Aminuddin, Pendidikan Agama Islam, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputra

Pers, 2002

Agustian, Ary Ginanjar, ESQ Power : Sebuah Inner Journey melalui Al-Ihsan,

Jakarta : Arga, 2003

--------- Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ:

Berdasar 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga Wijaya

Persada, 2001

---------- Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ : The

ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: ARGA,

2008

Umary, Barmawie, Materia Akhlak, Solo : Ramadhani, 1989

Oetomo, Dede, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana, 2007

Kesuma, Dharma dkk, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011

Rahmat, Djadmika, Sistem Etika Islam Akhlak Mulia, Surabaya: Pustaka Islami,

1987

Raharjo, Eko Budi, Pendidikan Kecerdasan Spiritual Anak Menurut Abdullah

Nashih Ulwan Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam, Thesis, Uin

Sunan Kalijaga, 2013

Susilo, Eko. “Sekolah Unggul Berbasis Nilai; Studi Kasus di SMAN 1 Regina

Pacis dan SMA al-Islam Surakarta”, Tesis, Malang: UM, tidak

diterbitkan, 2003.
163

Diniyah, Elma’ruf Cholifatud. “Internalisasi Sikap Tawadlu’ Dan Sabar Guru

Dalam Menumbuhkan Akhlak Siswa (Studi Multisitus Di Smp Islam Al-

Ma’rifah Darujannah Dan Smp Islam Watulimo)”. Tesis, program studi

pendidikan agama islam, program pascasarjana IAIN Tulungagung,

2014.

Syukur, Fatah, “Kecerdasan Spiritual Dalam Islam, Kritik Terhadap Konsep SQ”,

Edukasi, II, 2003

Layinul, Fuadah Harisahaq. “Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia

Dini Melalui Pembelajaran Dengan Metode Cerita Islami”. Tesis,

Universitas Pendidikan Indonesia, 2013

al-Ghozali, Imam, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia, Jakarta:

Mizania, 2014

Echols, John M. dan Shadily, Hasan, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : PT.

Gramedia, 2005

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007

Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta:BPFE UII Yogyakarta. 2001

Yaljan, Miqdad, Kecerdasan Moral; Pendidikan Moral yang Terlupakan, (terj.

Tulus Musthofa), Yogyakarta : Talenta, 2003

Kasiram, Moh, Metodologi Penelitian Kualitatif- Kuantitatif Malang, UIN-

Malang Prees, 2008

Nazir, Moh, Metodologi Penelitian, Jakarta:Ghalia Indonesia,1988


164

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan,

Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan,

Bandung : Nuansa, 2003

Al Hamad, Muhammad Bin Ibrahim, Akhlak-akhlak Buruk: Fenomena sebab-

sebab terjadinya dan cara penobatannya, Bogor: Pustaka Darul Ilmi.

2007

Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 1999

Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh, Prophetic Parenting : Cara Nabi

Mendidik Anak, Yogyakarta: Pro-U Media, 2010

Efendi, Muji. “Upaya Madrasah Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswadi

Mi Nurul Huda Ngletih Pesantren Kediri”. Tesis, Kediri: Institut Agama

Islam Tribakti, 2013

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007

Quinn, Patton Michael, How To Use Methods in Evaluation. Terj. Budi Puspo

Priyadi, Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.2006

Sutikno, R. Bambang, Sukses Bahagia dan Mulia dengan 5 Mutiara Kecerdasan

Spiritual, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2014

Soenarjo, R.H.A. Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 1971

Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp, Qualitative Research for Education

An Introduction to Theory and Methods, Boston;Aliyn and Bocon.

Inc.1998
165

Softdata senantiasa dapat diperhalus, diperinci dan diperdalam, karena masih

selalu dapat mengalami perubahan. Sedangkan hard data adalah data

yang tidak mengalami perubahan lagi. Lihat dalam S. Nasution, Metode

Penelitian Naturalistik kualitatif, Bandung; Tarsito,2003

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010

------------ Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung: alfabeta,

2010

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta:

Rineka Cipta, 2013

Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Kecerdasan Spiritual ; Mengapa SQ

Lebih Penting Daripada IQ dan EQ, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2002

Suryasubrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2002

Supriadi, Peranan Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam

dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SMAN 7 Manado,

Konsentrasi: Pendidikan Agama Islam, Tesis.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta;Andi Offser,1989

Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian, Surabaya: elKaf, 2006

Ismail, Thaib, Risalah Akhlak. (Yogyakarta: CV Bina Usaha, 1992)

Rusnak, Timothy, An Integrated Approach to Character Education, California: A

Sage Publications Company, 1998


166

Buzan, Toni, Kekuatan ESQ : 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Spiritual, Terj. Anan Budi Kuswandani, Indonesia: PT Pustaka Delaptosa,

2003

Mantja, W. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen

Pendidikan , Malang:Winaka Media,2003

Ilyas, Yanuhar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan

Islam (LPPI), 2011

Ali, Zainuddin, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi aksara, 1997

Anda mungkin juga menyukai