Anda di halaman 1dari 7

GERAKAN MAHASISWA TERHADAP DINAMIKA PERUBAHAN BANGSA

Oleh : SADIKIN
HMI CABANG GOWA RAYA
A. Pendahuluan
Lahirnya kelompok-kelompok sosial saat ini diyakini sebagai indikasi positif
pertumbuhan dan pembangunan demokrasi di suatu negara, termasuk Indonesia. Kehadiran
mereka bertujuan untuk terwujudnya perubahan sosial yang lebih baik dan memenuhi
kepentingan rakyat. Salah satunya adalah gerakan mahasiswa yang di banyak peristiwa
menjadi pionir bagi perubahan bangsa
Peran mahasiswa yang terwujud dalam gerakan mahasiswa merupakan kegiatan atau
aktivitas mahasiswa dalam rangka meningkatkan kemampuan berorganisasi dan mengasah
kepandaian mereka dalam kepemimpinan. Semua itu telah terbukti dalam lembaran sejarah
Indonesia.
Berdasar pada sejarah, mahasiswa merupakan unsur yang menarik dan esensial dalam
suatu gerakan perubahan, maka menarik untuk dikaji. Karena di dalam jiwa mahasiswa
terdapat kerelaan berkorban demi cita-cita. Di dalam mahasiswa terdapat api idealisme yang
tidak menuntut balasan, baik berupa uang atau kedudukan. Di dalam mahasiswa terdapat
semangat yang selalu membara. Bersama mahasiswa kita menentang segala kekuasaan yang
tiran. Bersama mahasiswa, kapal yang bernama Indonesia akan ditentukan maju, diam atau
tenggelam.
Mahasiswa bisa dikatakan sebagai asset suatu bangsa karena mahasiswa adalah
kelompok masyarakat yang terdidik dalam berbagai bidang keilmuan dan keterampilan
karena itu pula ujaran ”Students today, leader tomorrow” terasa tidak berlebihan. Sebagai
generasi muda mahasiswa akan menjadi generasi penerus bangsa dan mengingat
perkembangan masyarakat yang semakin cepat dan bersifat kompleks, maka mahasiswa
sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menghadapi berbagai perubahan dan
permasalahan yang ditimbulkan perubahan itu sendiri agar dapat menjawab tantangan
perubahan yang ada
B. Sejarah Peran Mahasiswa dalam Perubahan Bangsa
Pada masa awal pergerakan nasional yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo
pada tahun 1908. Berdirinya dipelopori oleh Mahasiswa Sutomo dan kawan kawan yang
merasa tergugah hatinya dengan keadaan yang menimpa masyarakat Indonesia atau Jawa
pada khususnya dan awalnya. Organisasi ini secara keorganisasian sudah dianggap maju bila
dibandingkan dengan organisasi mahasiswa lainnya yang ada di Nusantara.
Pada awal abad ke-20 di Indonesia ditandai dengan semakin kerasnya politik kolonial
Belanda. Politik kolonial Belanda yang demikian represif membuat kehidupan rakyat
semakin menderita. Kemudian muncul perhatian terhadap kedudukan dan keadaan penduduk
pribumi. Bangkitlah tuntutan terhadap perbaikan nasib pribumi. Pemerintah kolonial Belanda
menjawab tuntutan dari kalangan agamawan, ataupun partai bangsais yang sering menyebut
dirinya sebagai kaum humanis dengan melaksanakan politik Ethis.
Dalam zaman revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, Belanda mencoba untuk
menguasai Indonesia kembali, maka terjadilah agresi militer Belanda I dan II. Pada zaman
revolusi, dalam rangka mempertahankan negara yang baru lahir dari serangan musuh.
Mahasiswa Indonesia berada di garda paling depan dalam menghalau kekuatan musuh.
Mereka merelakan jiwa dan raganya demi ibu pertiwi yang mereka cintai. Di sini mahasiswa
turun menjadi motor penggerak utama revolusi kemerdekaan indonesia.
Pada jaman pemerintahan di bawah kekuasaan presiden Sukarno yang mengabaikan
kepentingan rakyat dan cenderung mengarah ke diktatktor. Mahasiswa kembali bergerak,
mereka turun ke jalan membentuk pendapat umum dan menyuarakan penderitaan rakyat.
Akhirnya rezim Sukarno jatuh dan muncullah Suharto sebagai presiden baru dengan harapan
yang baru pula.
Mahasiswa kembali memainkan perannya dalam mengakhiri masa otoriter rezim
Suharto setelah berkuasa kurang lebih selama tahun lamanya. Mahasiswa-mahasiswa yang
tergabung dalam organisasi-organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakat bersatu menuju
gedung DPR-MPR RI dan mendesak Presiden Suharto untuk mundur dari tampuk kekuasaan.
Masa otoriter pemerintahan Suharto dapat diakhiri. Indonesia memasuki jaman reformasi.
Reformasi dianggap sebagai jaman kebebasan setelah rakyat terbelenggu dalam jaman
otoriter. Namun Keadaan Indonesia tak kunjung membaik.
C. Tantangan Kaum Muda Masa Kini
Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki
tanggung jawab bangsa yang khas.13 Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual
yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan baganbagan nasional dan
antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan bangsa dan
memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga
fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di
perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi.
Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa
dalam kehidupan politik.14 Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh
pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas di antara masyarakat. Kedua,
sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di
universitas mahasiswa telah mengalami proses bangsaisasi politik yang terpanjang di antara
angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan
mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan
agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok
yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise
dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.
Tantangan untuk kaum muda seolah tak pernah berhenti. Tantangan itu datangnya bukan
hanya dari dalam negeri, tetapi juga muncul dari luar negeri. Untuk itu, tantangan bagi kaum
muda dibagi menjadi dua yaitu:
1. Dalam Negeri
Kemajuan yang diharapkan akan segera tercipta setelah rezim Suharto tumbang
ternyata tidak juga tercapai. Bahkan reformasi sudah berjalan selama satu dasawarsa lebih.
Mulai dari presiden Habibie, Abdulrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono
keadaan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan.
Keadaan sebaliknya terjadi krisis terus melanda segala aspek (multidimensional), dan
korupsi terus merajalela. Isu yang sempat berhembus kencang adalah adanya krisis
kepemimpinan. Bahkan dalam pemilu 2009 yang lalu para calon presiden Indonesia dan
wakil presiden merupakan orang-orang lama, yang sudah terbukti tidak mampu menjadi
lokomotif perubahan. Tentu dengan pemilihan umum calon independent dapat menjadi suatu
alternatif bagi kepemimpinan muda di Indonesia.
Deskripsi di atas menunjukkan bahwa Indonesia memang mengalami krisis
kepemimpinan. Sebenarnya sebagai negara demokrasi hal ini tidak perlu terjadi, karena
dalam negara demokrasi pemimpin itu diciptakan melalui regenarsi baru muncul dan
berperan. Tetapi di Indonesia ini tidak terjadi dengan baik, karena kaum tua senang
mendominasi kekuasaan dengan gaya main kuasa, merasa paling benar sendiri dan kong
kalikong.
Satu dari sekian banyak faktor pemicu krisis kepemimpinan ini disebabkan oleh
kacaunya sistem pendidikan Indonesia. Di mana ganti menteri, maka buku, program dan
kurikulum diganti pula. Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini berorientasi pasar sehingga
hanya menciptakan “budak-budak baru” dalam era globalisasi. Presiden Sukarno pernah
mengatakan jangan sampai rakyat Indonesia di tengah-tengah finanzkapital hanya menjadi
budak di atara bangsa-bangsa (en volk van koelies en een koelie onder de natie). Terlebih lagi
di era kapitalisme global sekarang ini di mana manusia hanya dijadikan alat pengahasil
keuntungan yang harganya tak lebih tinggi daripada mesin atau bahkan dihargai lebih rendah.
2. Luar Negeri
Tatanan Internasional, dampak globalisasi sudah tampak di Indonesia, walaupun
globalisasi tidak selalu membawa dampak negatif, tetapi ada juga positifnya. Tetapi
globalisasi di Indonesia secara umum lebih banyak dampak negatifnya, seperti pola hidup
masyarakat yang menjadi konsumtif, hedonis, dan materialistik.
Terlebih lagi sumber daya alam Indonesia yang melimpah menjadi terbuka bagi
negara-negara kaya, misalnya Amerika Serikat, Jepang yang cenderung mengutamakan
kepentingan ekonomi negaranya dan menghalalkan segala cara dalam menjaga kepentingan
industrinya, misal penguasaan minyak di Irak secara paksa dengan kekuatan militer dengan
mengatasnamakan menjaga perdamaian dunia.
Dampak dari globalisasi dan kapitalisme global telah menjadikan Indonesia sebagai
“kue” yang siap dibagi-bagi untuk dikuasai. Kemudian penciptaan industri di negara-negara
kaya tidak terbatas, sedangkan di negara-negara berkembang harus dibatasi dengan alasan
pemanasan global (global warming).19 Padahal negara-negara industri seperti Amerika
Serikat dan sekutunya yang menjadi pemasok gas terbesar dalam pemanasan global tidak
kebakaran jenggot seperti Indonesia. Akibatnya negaranegara berkembang yang hendak
berkembang industrinya menjadi terhambat dengan alasan-alasan yang politis. Atau global
warming dikampenyekan sengaja untuk menghambat industri dari negara-negara berkembang
yang mulai berkembang pesat. Dengan kata lain negara-negara industri besar takut tersaingi
dan mereka akan kehilangan monopoli industrinya. Mahasiswa harus kritis dalam menyikapi
masalah ini.
D. Mahasiswa Harus Belajar Sejarah
Dahulu pada zaman kolonial Belanda dan kapitalisme, melalui para mahasiswa
Indonesia mengambil peran aktif, maka pada saat sekarang ini keadaan Indonesia yang
mengalami krisis multidimensional mahasiswa sudah saatnya turun tangan melakukan aksi.
Bukan hanya menonton saja, kaum intektual yang tinggal diam melihat rakyat sengsara telah
mencederai nilai-nilai kemanusiaan.
Pada waktu Sarekat Islam dibatasi gerakannya, Partai Komunis Indonesia dilarang
oleh pemerintah kolonial Belanda, pergerakan rakyat Indonesia seolah mati. Tetapi tidak,
maka muncul mahasiswa Sukarno dan kawan-kawannya dengan gaya kepemimpinan
alaternatif, walaupun akhirnya ia harus dipenjara. Sekarang mahasiswa juga harus tampil ke
depan dalam mengisi kemerdekaan. Untuk itu mahasiswa perlu menenggok ke belakang alias
belajar dari sejarah. Artinya kita harus segera mengakui bahwa di belakang ada kesalahan
yang harus dijadikan sebagai cermin untuk menentukan langkah bagi masa depan agar
kesalahan seperti; pembunuhan massal 196523, DOM di Aceh, pelenggaran HAM dalam
penembakan semanggi dan pelanggaran HAM di Timor-Timur harus diselesaikan. Tujuannya
supaya tidak menjadi beban sejarah yang dapat menghambat kemajuan bagi Indonesia.
Jika hal ini dapat dilakukan, maka rakyat Indonesia benar-benar belajar dari sejarah.
Artinya belajar dari sejarah bukan hanya belajar dari segala yang baik-baik saja, tetapi
hakekat belajar sejarah adalah belajar juga dari kesalahan di masa lalu agar kesalahan itu
tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Rasa curiga dan mencurigai antar kelompok
yang bertikai akan benar-benar dapat teratasi sebagai sesama anak bangsa. Kalau itu tercapai
maka berbagai kelompok dapat bersatu dalam menyongsong masa depan Indonesia seperti
yang dicita-citakan bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
Kaum muda yang sudah terdidik jangan menjauh dari rakyat dan mengabdikan diri
pada negara-negara kaya, tetapi mahasiswa harus bersatu dengan rakyat, memberikan
penerangan kepada rakyat. Kaum muda jangan hanya terjun ke masyarakat pada waktu
melakukan KKN saja, tetapi karena merasa senasib sepenanggungan dengan rakyat. Karena
mahasiswa juga bagian dari rakyat.
“Dalam masa pergerakan nasional kaum inteligensia mempunyai tugas: merebut
kemerdekaan dengan solidaritas pada rakyat.” Kaum inteligensia yang demikian sudah
memenuhi dharmanya. Dalam post independence period mahasiswa harus mencoba mengerti
dan memahami persoalan-persoalan bangsanya dewasa ini. Masalah ketidakmengertian
adalah masalah kaum intelektual secara umum.
Di tengah mahasiswa harus bahu-membahu bersama rakyat dalam mencapai
kesejahteraan rakyat. Keadaan yang buruk ini harus segera diakhiri. Di belakang mahasiswa
memberikan semangat dan mendorong rakyat bahwa perubahan ke arah yang lebih baik atau
yang dicita-citakan dapat tercapai jika mereka bersatu. Tantangan yang datang dari dalam
maupun luar pasti dapat teratasi.

E. Penutup
Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa telah berbuat, namun tantangan terus
datang, dari dalam dan luar negeri. Mahasiswa harus belajar dari sejarah agar memiliki jati
diri dan memiliki dasar yang kuat, dan agar mengetahui dari mana perubahan harus
diusahakan. Setelah itu, sebagai lokomotif perubahan mahasiswa siap bergerak.
Sudah saatnya mahasiswa menunjukkan perannya kembali, bukan sebagai motor yang
menggulingkan rezim diktator. Tetapi sebagai lokomotif dalam perubahan bangsa yang
menjadikan Indonesia maju, sejahtera dan berkeadilan. Mahasiswa harus bersifat Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.
Daftar Pustaka
Arbi Sanit. 1981. Sistim Politik Indonesia. Jakarta: Penerbit CV Rajawali.
Baskara T. Wardaya (ed). 2001. Menuju Demokrasi. Politik Indonesia dalam Perspektif
Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Cribb, Robert (ed). 1991. The Indonesian Killings 1965-1966: Studies from Java and Bali.
Asutralia: Center of Southeast Asian Studies.
Mangun Wijaya, Y.B. 1998. Menuju Republik Indonesia Serikat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Manuin, Gordon. Tt. Garis Besar Ekonomi Amerika Serikat. Office of International
Information Programs.
Maxwell, John. 2005. Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.
Pamoe Rahardjo dan Islah Gusmian (peny). 2002. Bung Karno dan Pancasila. Menuju
Revolusi Nasional.Yogyakarta: Galang Press.
Soe Hok Gie. 2005. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES.
Sularto, St. 2001. Dialog dengan Sejarah. Soekarno Seratus Tahun. Jakarta: Kompas.
Wuryadi, H. dkk (peny). 2004. Perspektif Pemikiran Bung Karno. Jakarta: Lembaga Putra
Fajar.
BIODATA
Nama Lengkap : Sadikin
Tempat/Tanggal Lahir : Sambabo, 09-05-1997
Alamat : Jl Mustafa Dg Bunga
Asal Cabang : Gowa Raya
No. Telp : 083853776811
Email : sadikindiki1996@gmail.com
Motto : Jadilah Setitik Cahaya Di Dalam Kegelapan

Pendidikan
2005 - 2011 SDN 20 Sambabo Majene
2011 - 2013 SMPN 03 Makassar
2013 - 2016 SMKN 5 Makassar
2016 - Sekarang UIN Alauddin Makassar

Pengalaman Organisasi
2017 – 2018 Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akidah Filsafat
Fakultas Ushuluddin Filsafafat dan Politik UIN Alauddin Makasssar
2017 – 2018 Anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin
Filsafafat dan Politik UIN Alauddin Makasssar
2018 – 2019 Ketua Umum Kerukunan Keluarga Mahasiswa Ulumanda (KKMU)
Makassar
2019 – 2020 Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Ikatan Pemuda Pelajar
Mahasiswa Indonesia Mandar Majene (IPPMIMM)

Anda mungkin juga menyukai