Anda di halaman 1dari 24

Nama : rika febriyanti

Npm : 1931090167

Semester : 6B

Mata kuliah : gerakan social keagamaan

Uas!!!

Resume makalah

1. PENGERTIAN DAN SEJARAH GERAKAN SOSIAL


1. Pengertian Gerakan Sosial

Menurut kamus sosiologi (2010) gerakan sosial adalah suatu bentuk aksi
bersama yang bertujuan untuk melakukan reorganisasi sosial, baik yang diorganisir
secara rapi maupun secara cair dan informal, gerakan sosial dalam bahasas inggris
disebut social movement adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan
sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah
besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau polotik
dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubah sosial.

Sementara itu gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang
terbangun berdasarkan prakarsa masyarakat dengan tujuan untuk melontarkan tuntutan
atas perubahan dalam institusi maupun kebijakan dari pemerintah yang dirasa sudah
mampu tidak sesuai lagi dengan kehendak sebagian masyarakat. Dengannya, gerakan
sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap
sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir dari
reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau menginginkan perubahan
kebijakan karena dinilai tidak adil. Gerakan sosial menuntut perubahan dalam institusi,
kebijakan atau struktur pemerintah.

Berikut definisi dan pengertian gerakan sosial dari beberapa sumber


1. Anthony Giddens, gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar
suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui
tindakan kolektif (collective action) diluar lingkup lembaga-lembaga yang
mapan
2. Tarrow, gerakan sosial merupakan politik perlawanan yang terjadi ketika rakyat
biasa yang bergabung dengan para kelompok masyarakat yang lebih
berpengaruh menggalang kekuatan untuk melawan para elit, pemegang otoritas,
dan pihak-pihak lawan lainnya.
3. Borgatta dan Marie, gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang mencoba
untuk mempromosikan atau menentang perubahan di dalam masyarakat atau
kelompok.
2. Karakteristik Gerakan Sosial

Ciri-ciri umum gerakan sosial antara lain merupakan gerakan kolektif yang
dilakukan sekelompok orang , terorganisir, mempunyai tujuan yang jelas dan terarah,
dilakukan untuk dimensi waktu jangka panjang, gerakan yang merubah atau
mempertahankan suatu masyarakat maupun institusi yang ada di dalamnya. Gerakan
sosial memiliki karakteristik atau ciri yang membedakannya dengan gerakan lainnya
diantaranya:

1) Dilakukan secara kolektif, kolektif berarti dilakukan lebih dari satu individu yang
membentuk kesatuan. Gerakan sosial pada umumnya dilakukan oleh sekelompok
orang dalam jumlah yang besar atau banyak
2) Teroganisir,gerakan sosail di atur dalam suatu kesatuan , sesuai dengan tatanan
atau kaidah yang berlaku , terorganisir berarti memiliki struktur, tata cara, tujuan,
anggota. Akses yang terarah dan jelas. Dalam hal ini , terorganisir sama dengan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
3) Memiliki ideologi, adanya ide-ide maupun pemikiran kemudian memunculkan
ideologi yang dapat dijadikan dasar pada sebuah gerakan sosial. Ideologi
merupakan konsep yang tersistem yang dijadikan dasar yang memberikan arah
dalam kehidupan, yang berupa cara befikir dari sekelompok orang, meliputi
kumpulan arti nilai, ide, norma, kepercayaan , dan keyakinan dalam menentukan
tindakan dalam dinamika sosial politik
3. Penyebab Gerakan Sosial

Framing (pembingkaian ) adalah suatu bentuk cara pandang individu terhadap


fenomena yang dipengaruhi oleh ideologi di dalam dirinya. Dengan kata lain, frame
menentukan sikap individu terhadap suatu fenomena. Frame dalam gerakan sosial
adalah skema interprestasi yang memberikan kemampuan individu untuk
mengidentifikasi suatu fenomena yang sedang terjadi di sekitarnya. Framing dalam
gerakan sosial lebih dapat dianggap sebagai cara atau strategi yang di gunakan untuk
menyamakan pandangan baik dari pelaku maupun bagi masyarakat terhadap suatu isu
tertentu.

Dalam gerakan sosial, Framing digunakan untuk mendiagnosis suatu kondisi


sosial yang bermasalah untuk dipecahkan, menawarkan jalan keluar, dan menawarkan
alasan pembenaran untuk memotivasi dukungan bagi aksi kolektif. Hubungan antara
proses framing dan suatu pemikiran tentang perubahan politik objektif yang
memfasilitasi kemunculan gerakan sosial. Perubahan politik tertentu mendorong
mobilisasi tidak hanya melalui pengaruh objektif yang di akibatkan oleh perubahan
relasi kekuasaan tetapi juga oleh setting dalam pergerakan prosen framing yang
selanjutnya menggerogoti legitimasi sistem.

4. Contoh gerakan sosial

Gerakan sosial dimasyarakat dapat dijumpai dalam berbagai bentuk , antara lain sebagai
berikut :

a. Alternative movement
Merupakan salah satu contoh dari gerakan sosial, yang bertujuan untuk merubah
suatu tindakan tertentu dari individu di masyarakat. Gerakan sosial ini biasanya
dilakukan dalam bentuk sosialisasi maupun kampanye dengan sasaran yaiti
individu secara langsung. Misalnya sosialisasi bahaya penyakit AIDS yang
meerupakan dampak dari pergaulan bebas, dengan tujuan untuk mengurangi
penyebaran penyakit AIDS seiring dengan berkembangnya pergaulan bebas di
kehidupan masyarakat sehari-hari.
b. Rodemptive movement
Rodemptive movement merupakan gerakan sosial yang cendrung menginginkan
perubahan yang tidak hanya meliputi suatu perubahan tertentu, melainkan
perubahan yang secara menyeluruh untuk seorang individu. Gerakan sosial ini
biasanya dalam bentuk gerakan di bidang keagamaan. Misalnya gerakan sosial
yang mengajak individu untuk memperdalam nilai-nilai agama , atau mungkin
menjadikan individu lebih baik lewat kajian rutin.
c. Reformative movement
Reformative movement merupakan sebuah gerakan sosial yang bertujuan dapat
merubah pandangan masyarakat tentang isu-isu tertentu yang berkembang di
masyarakat. Misalnya isu-isu lainnya yang cendrung bersifat negatif dalam
pandangan masyarakat pada umumnya. Selain itu, reformative movement
memiliki tujuan yang relatif bebas.
A. Sejarah gerakan sosial
Gerakan sosial menjadi salah satu faktor pendorong perubahan sosial
terbesar dalam masyarakat dewasa ini setelah perkembangan teknologi dan
media yang pesat. Sejarah mencatat Sejak tahun 1960-an ,gerakan sosial, aksi
protes, dan organisasi politik semakin berkembang dan menjadi komponen yang
tidak terpisahkan dalam perjalanan demokrasi di negara-negara barat dengan
begitu peran Gerakan Sosial cukup signifikan dalam upaya mendorong
perubahan di masyarakat. Seperti peran gerakan sosial yang mendorong
tumbangnya Orde Baru pada tahun 1998 yang di pimpin oleh Soeharto.
Peristiwa ini kemudian membuka pintu gerbang Reformasi di Indonesia. Jika
diperhatikan peran gerakan sosial sangat besar dalam upaya mewujudkan
reformasi di Indonesia, meskipun sebenarnya gerakan sosial tidak bisa berdiri
sendiri. Dengan kata lain bahwa gerakan sosial selalu muncul karena adanya
pemicu lahirnya gerakan misalnya ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat.
Terjadinya Gerakan Sosial diakibatkan oleh keresahan masyarakat akan kondisi
yang terjadi yang tidak sesuai dengan harapan mereka sehingga gerakan muncul
sebagai respon akan kondisi yang terjadi.
Gerakan timbul berdasarkan situasi dan keinginan dari aktor-aktor
gerakan mendorong keresahan untuk sesuai dengan harapan. Kesempatan dan
waktu luang yang di miliki menjadi dasar kesadaran mereka untuk mendorong
keadaan menjadi lebih baik. Dalam upaya mewujudkan perubahan gerakan
sosial dirancang dengan beragam pola yang relevan. Pola-pola beragam yang
dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan kolektif merupakan
pola yang disepakati secara bersama untuk merespon fakta yang berkembang di
masyarakat. Pola gerakan sosial yang beragam merupakan fenomena tersendiri
di setiap zamannya dan berlaku sebagai oposisi terhadap kemapanan. Sebagai
oposisi terhadap kemapanan gerakan sosial bergerak untuk menciptakan ataupun
menghambat perubahan sosial di masyarakat.
Isu perubahan sosial pun merupakan isu yang tidak pernah lepas dari
kajian sosiologi semenjak abad ke 19. Sosiologi identik dengan kajian
perubahan dari tatanan tradisional ke tatanan modern dengan melihat kebaruan
dari munculnya masyarakat urban, industrialis dan masyarakat kapitalis. Dari
sini muncul anggapan isu perubahan untuk saling bersaing mencapai titik
tertinggi dari perkembangan teknologi dan ekonomi. Negara-negara di dunia
melakukan persaingan untuk menunjukkan taring menuju masyarakat modern.
Modernitas disini kemudian mempengaruhi pandangan untuk membebaskan
masyarakat dari keterbelakangan, primitif dan pra modern.
Melalui paradigma ini muncul dominasi negara yang memiliki
keunggulan dalam hal kemajuan teknologi dan ekonomi. Negara-negara menjadi
terbagi ke dalam dua hal yaitu negara maju dan negara berkembang. Negara
berkembang kemudian terhegemoni melalui paradigma pembangunan untuk
mengejar standar ekonomi dan pembangunan negara maju. Munculnya
pandangan untuk menyamai standar ekonomi dan pembangunan ini membuat
negara-negara dunia ketiga melakukan segala cara untuk memenuhi
keinginannya. Negara kemudian memakai standar pendidikan, ekonomi, dan
kebijakan berdasarkan standar yang dibuat di masyarakat negara maju.
Kemudian untuk mencapai standar itu negara dunia ke tiga meminjam dana
asing, memakai atau meniru sistem pendidikan yang berlaku di negara maju
untuk diterapkan di negaranya tanpa menimbang kesesuaian nya dengan
kebutuhan di masyarakat. Sering pandangan ini memunculkan rasa ketidakadilan
di masyarakat. Kebijakan-kebijakan yang dilahirkan pun lahir sebagai upaya
memenuhi standar ekonomi tanpa memperhatikan kenyataan yang dialami oleh
masyarakat. Kebijakan mengarahkan manusia menjadi teralienasi dari
lingkungannya di seluruh bidang kehidupan seperti ekonomi, politik, kultur,
pendidikan, kesenian, kesenangan, konsumsi, keluarga, dan bidang lain. Dalam
pandangan Eric Fromm disebut sebagai masyarakat gila dan dalam pandangan
Marcuse sebagai proyek gagal jalan buntu sejarah manusia.
Paradigma ini merupakan paradigma pembangunan yang berlandaskan
kapitalisme. Gerakan sosial yang dibangun oleh mahasiswa tidak selalu berhasil
mencapai tujuannya seperti sejarah yang dicatat. Namun tidak menyurutkan
semangat mereka untuk terus-menerus mengambil sikap sebagai gerakan
progresif. Gerakan mahasiswa bertahan menjaga semangat dan cita-cita yang
mereka miliki. Apabila tidak tercapai tujuan yang dirancang mahasiswa akan
melakukan refleksi pada gerakan sebelumnya dan merancang gerakan baru dan
melahirkan beragam pola-pola baru dalam upaya mencapai tujuan. Hal ini
dilakukan sebab bagi pelaku gerakan mahasiswa, idealisme harus dijaga
walaupun seiring berjalannya waktu sering gagal dan kecewa karena diabaikan
oleh masyarakat dan pemerintah.
2. PENGERTIAN DAN SEJARAH GERAKAN SOSIAL KEAGAMAAN
1. Pengertian Gerakan Sosial Keagamaan

Gerakan sosial keagamaan merupakan hasil perilaku kolektif yang dilakukan oleh
sejumlah orang dengan mengatasnamakan nilai dan ajaran keagamaan yang bersifat
rutin dan merupakan tanggapan terhadap adanya rangsangan yang berkaitan dengan
kesadaran keagamaan.

Secara sosiologis gerakan keagamaan adalah bagian dari gerakan sosial. Artinya
bahwa perilaku-perilaku kolektif keagamaan dapat dikelompokan dan dianalisis dalam
kerangka konseptual yang sama dengan semua perilaku sosial.Artinya di dalam
memahami tentang pengertian dari gerakan keagamaan kita perlu terlebih dahulu
melihat secara sosiologi pengertian tentang gerakan sosial.

Dalam ilmu sosial berbicara tentang gerakan berarti suatu aktifitas atau kegiatan di
mana adanya interaksi antara manusia dengan manusia yang lain. Garner
mendefenisikan bahwa gerakan adalah suatu respon inidividu atau seseorang terhadap
seseorang yang lain. Gerakan tidak terpisahkan atau terkotak-kotak dalam interaksi
terhadap ‘sesuatu’ tetapi melibatkan pikiran manusia dan tindakan dalan interaksi
tersebut.

Nottingham menyebutkan bahwa gerakan keagamaan merupakan setiap usaha yang


terorganisir untuk menyebarkan agama baru atau interpretasi baru mengenai suatu
agama yang sudah ada. Agama-agama besar dunia yaitu, Budha, Kristen dan Islam
dapat dianggap sebagai hasil dari gerakan keagamaan. Demikian pula gerakan-gerakan
keagamaan berkembang dalam kerangka agama-agama yang sudah mapan. Gerakan
keagamaan juga sangat dipengaruhi oleh kepribadian dari pendirinya. Pandangannya
terhadap bidang keagamaannya mempunyai daya tarik yang sangat kuat, mengikat. Sifat
yan penting ini yang disebut dengan kharismatik.

A. Sejarah Gerakan Sosial Keagamaan


Pada abad ke-19 gerakan sosial keagamaan dinahkodai atau dipimpin para pemimpin
yang kharismatik diberbagai daerah seperti salah satunya Boedi Oetomo,beliau yang
berorientasi cultural mencoba menghimpun kekuatan wong cilik dengan memperluas
orientasi gerakannya pada level ekonomi,politik,dan agama.Para pemimpin islam
menggunakan solidaritas pedesaan untuk meggerakkan perlawanan terhadap penjajahan
Belanda dikarenakan bentuk intimidasi,kekerasan,ketidakadilan dan keterpasungan dari
kebebasan secara individual dan kolektif yang dirasakan masyarakat selama masa
penjajahan.

Gerakan sosial keagamaan ini muncul dalam kondisi ketegangan atau krisis sosial yang
ekstrim seperti :

1. Dalam masa perubahan sosial yang cepat ketika orang-orang terbangun dan
mengalami disorientasi dari pola-pola hidup tradisional.
2. Ketika kebudayaan pribumi diubah oleh kolonialisme,perang,invasi,dan budaya
asing.
3. Penindasan dan eksploitasi yang tidak bisa ditolelir.

Hubungan atau keterkaitan antara agama dan gerakan sosial yang notabenya
agama bisa menjadi salah satu faktor atau latar belakang munculnya suatu gerakan
sosial dimasyarakat yaitu :

a. Agama merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia.


b. Manusia beagama bukan hanya sebatas pada mereka mempercayai adanya Tuhan
namun bagi mereka yang mempercayai adanya kekuatan lain yang tidak terlihat
secara kasat mata,hal itupun bisa dikatakan sebagai manusia yang beragama.
c. Agama meliputi berbagai bidang kehidupan manusia seperti ekono
mi,politik,sosial,dan budaya,dan mengaturnya dari hal sederhana sampau pada hal
yang kompleks.
d. Agama merupakan patokan manusia dalam bertindak dikehidupan sehari-hari.
e. Agama yang mencakup berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat dapat
menjadi dasar dalam suatu pergerakan yang muncul dalam masyarakat.
f. Perubahan zaman yang semakin hari semakin pesat dengan membawa berbagai
dampak pada kehidupan yang mulai menjauh dari nilai-nilai agama hingga dapat
memicu munculnya gerakan sosial dengan basis agama untuk melakukan
pembaharuan.
g. Gerakan sosial keagamaan bermunculan untuk menjadi kontrol sosial masyarakat
secara umum atau pemeluk agama tersebut secara khususnya.
Contoh Gerakan Sosial Keagamaan

a. Gerakan sosial keagamaan dalam agama islam


Gerakan ini dimulai pada tahun 1901 ketika kelompok masyarakat keturunan
Arab membentuk gerakan sosial Jami’at Al-Khair,Syarikat Dagang Islam
(1905).Syarikat Islam (SI) pada tahun 1912,selanjutnya muncul gerakan islam
yang paling menonjol yaitu berdirinya Muhammadiyah dan Nahnadul Ulama
(NU).
b. Gerakan sosial keagamaan dalam agama hindu
Gerakan Brahma Samay yang berarti keluarga brahman tampil sebagai gerakan
yang sangat bagus. Gerakan ini menolak politeisme,pemujaan patung-
patung,korban binatang,menganjurkan dihapuskannya praktek sati (pembakaran
janda),perkawinan anak-anak,dan menolak praktik poligami. Tokoh-tokohnya
yaitu Ram Mohan Roy (1774-1833),Devendranath Tagore (1817-1905),dan
Keshab Chandra Sen (1838-1884).
c. Gerakan sosial keagamaan dalam agama Kristen
Gerakan yang sangat terkenal adalah gerakan Oikoumene,gerakan yang peduli
pada relasi-relasi antar denominasi gereja (kekristenan) antar agama kristen
dengan agama-agama lain,ideologi-ideologi bahkan tentang lingkungan hidup
dan seluruh ciptaan Allah.
4. KARAKTERISTIK GERAKAN SOSIAL KEAGAMAAN
a. Karakteristik sosial keagamaan

Secara sosiologis gerakan keagamaan adalah bagian dari gerakan sosial. Artinya
bahwa perilaku-perilaku kolektif keagamaan dapat dikelompokan dan dianalisis dalam
kerangka konseptual yang sama dengan semua perilaku sosial. Nottingham
menyebutkan bahwa gerakan keagamaan merupakan setiap usaha yang terorganisir
untuk menyebarkan agama baru atau interpretasi baru mengenai suatu agama yang
sudah ada. Agama-agama besar dunia yaitu, Budha, Kristen dan Islam dapat dianggap
sebagai hasil dari gerakan keagamaan. Demikian pula gerakan-gerakan keagamaan
berkembang dalam kerangka agama-agama yang sudah mapan. Gerakan keagamaan
juga sangat dipengaruhi oleh kepribadian dari pendirinya. Pandangannya terhadap
bidang keagamaannya mempunyai daya tarik yang sangat kuat, mengikat. Sifat yan
penting ini yang disebut dengan kharismatik

Kemunculan gerakan sosial keagamaan dapat dilihat sebagai bagian dari


masyarakat sipil (civil society). Gerakan sosial tidak dapat direpresentasikan oleh suatu
gerakan sosial keagamaan tertentu. Karena gerakan sosial kegamaan tidak tunggal.
Gerakan sosial direpresentasikan oleh cita-cita yang diusung masing-masing gerakan
sosial keagamaan. Rajendra Singh membagi teori mengenai gerakan sosial menjadi tiga;
teori gerakan sosial klasik (classical theory of social movement), teori gerakan sosial
neo-klasik (neo-classical theory of social movement); dan teori gerakan sosial baru (new
theory of social movement).

Tradisi teori gerakan sosial klasik meliputi studi perilaku kolektif (collective
behaviour) seperti studi tentang kerumunan orang (crowd), kerusuhan (riot), dan studi
tentang pemberontakan (rebel). Para teoretisi aliran berasal dari psikolog-sosial Barat
dan para sejarawan sebelum tahun 1950-an. Tradisi neoklasik dihubungkan dengan
tradisi utama dalam studi gerakan sosial lama. Kebanyakan tulisan dalam tradisi
neoklasik dipublikasikan setelah tahun 1950-an. Teori gerakan neo-klasik terdiri dua
model yaitu fungsionalis dan dialektika marxis. Tidak seperti studi dalam tradisi klasik,
studi neoklasik menghadirkan kontribusi dari sosiolog Barat.
b. Contoh gerakan sosial keagamaan
1. Gerakan sosial keagamaan dalam agama Islam Gerakan itu di Indonesia dimulai
pada tahun 1901 ketika kelompok masyarakat keturunan Arab membentuk
gerakan sosial Jami’at AlKhair→ Syarikat Dagang Islam (1905)→ Syarikat
Islam (SI) pada tahun 1912. Selanjutnya muncul gerakan islam yang paling
menonjol dengan berdirinya Muhammadiyah dan NU.
2. Gerakan sosial keagamaan dalam agama Hindu Gerakan Brahma Samay (berarti
masyarakat Brahman) tampil sebagai gerakan yang sangat teistik. Gerakan ini
menolak politeisme, pemujaan patung-patung, korban Binatang, menganjurkan
dihapuskannya prakteksati (pembakaran janda), perkawinan anak-anak dan
menolak praktek poligami. Tokoh-tokonnya yang sangat terkenal adalah Ram
Mohan Roy (1774-1833), Devendranath Tagore (1817-1905),dan Keshab
Chandra Sen(1838-1884).
Gerakan sosial keagamaan dalam agama Kristen Gerakan yang sangat dikenal adalah
gerakan Oikoumene, Gerakan yang peduli pada relasi-relasi antar denominasi gereja (ke
Kristenan) antar agama Kristen dengan agama-agama lain, ideologi-ideologi bahkan
tentang lingkungan hidup dan seluruh ciptaan Allah
5. MAKALAH GERAKAN SOSIAL KEAGAMAAN TEORI-TEORI GERAKAN
SOSIAL
1. TEORI-TEORI GERAKAN SOSIAL
A. Teori gerakan social klasik
a. Teori perilaku kolektif Gustave Le Bon (1895) perintis utama teori perilaku
kolektif menginterpretasikan kerumunan massa revolusi Perancis merupakan
bentuk perilaku kolektif yang menyerupai emosi binatang. Dalam kerumunan
massa, individu tidak lagi memiliki kemampuan merasa, berpikir, dan bertindak
seperti yang diinginkannya terkecuali mengikuti keinginan massa. Dengan kata
lain, individu-individu didalam kerumunan massa tidak lagi menjadi individu
yang rasional dan taat terhadap tatanan norma-norma standar yang ada di
masyarakat. David Popenoe (1977:259) melihat perilaku kolektif seringkkali
muncul sebagai sebuah respon atau stimulus terhadap sebuah situasi yang tidak
stabil secara spontan dan tidak terstruktur. Dengan kata lain, perilaku kolektif
merupakan tindakan yang tidak mencerminkan struktur social yang ada seperti
perundang-undangan, kebijakan pemerintah, dan lembaga formal dan non-
formal, seperti yang diuraikan Herbert Blumer. Karenanya perilaku kolektif
sebuah kelompok masyarakat yang melakukan ibadah di gereja atau di mesjid
berbeda dengan aksi, protes, gerakan social dan revolusi social. Popenoe tidak
memsakkan aktivitas ibadah dalam kategori perilaku kolektiv yang dimaksud
disini sebaliknya sekelompok mahasiswa yang melakukan protes merupakan
bentuk nyata dari perilaku kolektif.
b. Teori perjuangan kelas, Vanguard, dan Hegemoni Budaya Tokoh yang
mencetuskan perjuangan kelas adalah Karl Marx, menurutnya masyarakat selalu
terdiri dari dua kelompok besar, satu kelompok menjadi penindas dan satu
kelompok masyarakat lainnya menjadi yang ditindas. Karenanya, kita mengenal
kategori- 6 kategori di dalam masyarakat sebagai orang bebas versus budak,
bangsawan versus masyarakat desa, pemilik alat produksi versus buruh. Konsep
perjuangan kelas Karl Marx ini menempatkan aksi-aksi kolektif dalam bentuk
revolusi, gerakan social, dan politik perlawanan merupakan rangkaian tindakan
dari sebuah kelompok masyarakat yang rasional untuk keluar dari situasi buruk
penindasan. Konsep Lenin tentang Vanguard, sekumpulan individu-individu
yang terlatih, professional, terpimpin, dan berdisiplin tinggi memberikan
sumbangan sangat berarti dalam melengkapi teori perjuangan kelas, dimana
situasi penindasan bukan satu-satunya factor tetapi diperlukan organisasi dan
kepemimpinan untuk mendorong terwujudnya perjuangan kelas yang
dipergunakan oleh akademisi gerakan social dalam mengembangkan teori
mobilisasi struktur di kemudian hari. Lenin memiliki pendapat yang berbeda
dengan Karl Marx berkenaan dengan penjelasan tentang kegagalan perjuangan
kelas yag tidak terwujud karena para buruh masih terperangkap oleh kesadaran
palsu yang diondisikan oleh para penindasnya. Menurut Antonio Gramsci, tidak
munculnya kesadara kelas para buruh untuk melakukan perjuangan kelas juga
disebabkan oleh upaya kelompok borjuis mempergunakan para intelektual yang
ada di masyarakat seperti pendeta, tenaga pengajar, atau para manajer untuk
melakukan berbagai upaya menjustifikasi penindasan yang dilakukan oleh para
pemilik alat produksi melalui ajaran agama, penelitin, dan ketokohan mereka di
masyarakat dan itu disebut sebagai Hegemoni
c. Teori gerakan social modern Teori gerakan sosial baru adalah muncul sebagai
kritik terhadap teori lama sebelumnya yang selalu adadalam wacana idiologis
kelas. Gerakan sosial baru adalah gerakan yang lebih berorientasi isu dan
tidaktertarik pada gagasan revolusi. Dan tampilan dari gerakan sosial baru lebih
bersifat plural, yaitu mulaidari gerakan anti rasisme, anti nuklir, feminisme,
kebebasan sipil dan lain sebagainya. Gerakan sosialbaru beranggapan bahwa di
era kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya dari gerakanburuh,
melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam sistem
produksi sepertimisalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena
system kapitalisme 7 telah merugikanmasyarakat yang berada di luar sistem
produksi. Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, sepertiberubahnya
media hubung antara masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan
danrepresentasi masyarakat kontemporer itu sendiri.Gerakan sosial baru
menaruh konsepsi idiologis mereka pada asumsi bahwa masyarakat sipil
tengahmeluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan digerogoti oleh
kemampuan kontrol negara.Dan secara radikal Gerakan sosial baru mengubah
paradigma marxis yang menjelaskan konflik dankontradiksi dalam istilah kelas
dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan olehtampilan
gerakan yang non kelas serta pusat perhatian yang non materialistik, dan karena
gerakan socialbaru tidak ditentukan oleh latar belakang kelas, maka
mengabaikan organisasi serikat buruh industri danmodel politik kepartaian,
tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput. Danberbeda
dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial baru didefenisikan oleh pluralitas
cita-cita,tujuan , kehendak dan orientasi heterogenitas basis sosial
mereka.Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber
dari masyarakat sipil, danmembidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang
perekonomian atau negara, dan membangkitkanisu-isu sehubungan demoralisasi
struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada
bentukkomunikasi dan identitas kolektif.Jean Cohen ( 1985:669 ) menyatakan
Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam empat pengertian yaitu,(a) aktor-
aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas
utopia takterjangkau dimasa lalu (b) aktornya berjuang untuk otonomi, pluralitas
(c) para aktornya melakukanupaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa
lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melaluipenalaran, (d) para aktornya
mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar. Dengan
demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah untuk menata kembali relasi
negara,masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang publik yang
di dalamnya terdapat wacanademokratis otonomi dan kebebasan individual.
d. Teori Mobilisasi Sumber Daya Dalam perspektif ini gerakan sosial
mensyaratkan sebentuk komunikasi dan organisasi yang canggihketimbang
terompet teriakan anti kapitalisme. Dan gerakan sosial muncul 8 akibat dari
adanyaketersedian sumber pendukung gerakan, tersedianya kelompok koalisi,
adanya dukungan dana, adanyatekanan dan upaya pengorganisasian yang efektif,
dan juga idiologi. Dan para teoritisi mobilisasi sumberdaya mengawali tesis
mereka dengan menolak penekanan pada peran perasaan dan penderitaan
dankategori-kategori psikologisasi dalam menjelaskan fenomena gerakan
sosial.Tetapi teori mobilisasi sumber daya yang berbasiskan rasionalitas,
tetaplah sebuah teori yang tidakpersis dan tidak mencukupi, dan gagal dalam
menjelaskan beberapa ekspresi kuat dari gerakan sosialbaru, seperti feminisme,
environmentalism, perdamaian, perlucutan senjata dan gerakan otonomi lokal.
e. Teori Orientasi Identitas Teori ini menyuarakan asumsi dasarnya melalui sebuah
kritik terhadap teori yang sudah ada. Danbersifat non materialistik dan
materialisme. Ia mengurai pertanyaan seputar integrasi dan solidaritaskelompok
yang terlibat aksi kolektif. Teori ini juga menolak upaya yang menekankan
model neo-utilitarian untuk menjelaskan gerakan sosial dan aksi
kolektif.Kendatipun paradigma teori berorientasi identitas beranjak dari
pertanyaan tentang solidaritas danintegrasi, ia tidak bertatap muka dengan
pokok-pokok yang relevan dalam uraian perilaku kolektif.

B. Jenis-Jenis Gerakan Sosial Menurut Syarbaini (2013)

Jenis-jenis gerakan sosial adalah sebagai berikut:

1. Gerakan perpindahan (migratory movement), yaitu arus perpindahan ke


suatu tempat yang baru. Individu-individu dalam jenis gerakan ini umumnya
tidak puas dengan keadaan sekarang dan bermigrasi dengan harapan
memperoleh masa depan lebih baik.
2. Gerakan ekspresif (expresive movement), yaitu tindakan penduduk untuk
mengubah sikap mereka sendiri dan bukan mengubah masyarakat. Individu-
individu dalam jenis gerakan ini sebenarnya hanya merubah persepsi mereka
terhadap lingkungan luar yang kurang menyenangkan dari pada mengubah
kondisi luar itu sendiri.
3. Gerakan utopia (utopian movement), yaitu gerakan yang bertujuan
menciptakan lingkungan sosial ideal yang dihuni atau upaya menciptakan
masyarakat sejahtera yang berskala kecil.
4. Gerakan reformasi (reform movement), yaitu gerakan yang berupaya
memperbaiki beberapa kepincangan atau aspek tertentu dalam masyarakat
tanpa memperbarui secara keseluruhan.
5. Gerakan revolusioner (revolutionary movement), yaitu gerakan sosial yang
melibatkan masyarakat secara tepat dan drastis dengan tujuan mengganti
sistem yang ada dengan sistem baru.
6. Gerakan regresif (reaksioner), yaitu gerakan yang berusaha untuk
mengembalikan keadaan kepada kedudukan sebelumnya. Para individu yang
bergabung dalam gerakan ini adalah orang-orang yang kecewa terhadap
kecenderungan sosial yang sedang berjalan.
7. Gerakan perlawanan (resistance movement), yaitu gerakan yang berusaha
melawan perubahan sosial tertentu
8. Gerakan progresif (progressive movement), yaitu gerakan yang bertujuan
memperbaiki masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan
positif pada lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi.
6. POLA KEPEMIMPINAN DALAM ASPEK EKONOMI DAN POLITIK DAN
PENGARUHNYA TERHADAP GERAKAN SOSIAL KEAGAMAAN
1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing,
dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat pula berarti
mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Kepemimpinan dapat pula di definisikan sebagai
seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan, dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut stephen P. Robbins “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memepengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan”.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, istilah pemimpin diartikan sebagai pemuka,
penuntun (pemberi contoh ) atau penunjuk jalan. Jadi secara fisik pemimpin itu berada
didepan. Tetapi pada hakikatnya, dimanapun tempatnya, seseorang dapat menjadi
pemimpin dalam memberikan pimpinan. Hal ini sesuai dengan ungkapan Kihajar
Dewantoro yang terkenal “ing ngarso sung tuloda, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani” artinya, jika ada didedapan memberikan contoh, di tengah-tengah
memberikan dorongan/motivasi, sedangkan apabila berada dibelakang dapat
memberikan pengaruh yang menentukan. Dalam Bahasa Inggris, istilah kepemimpiana
disebut dengan leadership.Seiring dengan istilah tersebut, Soehardjono memaparkan
istilah kepemimpinan (leadership) secara etimologis, leadership bersal dari kata “to
lead” (bahasa inggris) yang artinya memimpin, Selanjutnya timbullah kata “leader”
artinya pemimpin yang akhirnya lahir istilah leadership yang diterjemahkan menjadi
kepemimpinan. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar
orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengolaborasikan potensinya)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kepemimpinan Islami

Kepemimpinan secara etimologi berarti khilafah, imamah, imarah, yang


mempunyai makna daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan
dalam memimpin. Sedangkan secara terminologinya adalah suatu kemampuan untuk
mengajak orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya untuk mentransformasikan semua
potensi yang terpendam menjadi kenyataan. Tugas dan tanggung jawab seorang
pemimpin adalah menggerakkan dan mengarahkan, menuntun, memberi motivasi
serta mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan
(Husna, 2017). Kepemimpinan Islami dalam suatu organisasi dilandasi oleh sumber
hukum Islamyaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad, serta mencapai tujuan
organisasi secara Islami. Prinsip kepemimpinan Islami bukanlah suatu hal yang baru
di masyarakat.Hal tersebut lebihpada melaksanakan kebenaran dan kesempurnaan
ajaran Islam pada setiap aspek aktivitas kehidupan, termasuk dalam organisasi dan
usaha.

Pola kepemimpinan Rasullullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam


membentuk sebuah paradigma kepemimpinan yang sempurna untuk dijadikan teladan
(Aziz dan Shofawati, 2014. Kepemimpinan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam menjadi pedoman bagi kepemimpinan khulafaurasyidhin, para sahabat,
tabi’in, dan tabiut tabi’in. Pencapaian yang diperoleh dari kepemimpinan Islami
tidak hanya dalam lingkup organisasi internal, namun juga pada pemangku
kepentingan dan lingkungan organisasi.

3. Pola Kepemimpinan Dalam Aspek Ekonomi


1). Pola Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
Pada aspek ekonomi, khalifah Umar Bin Abdul Aziz membangun landasan ekonomi
yang penting. Pengembangan ekonomi dilakukan dengan langkah dan kebijakan yang
efektif antara lain dengan mengubah sistem pajak, meningkatkan gaji buruh, serta
menghilangkan jizyah, mengembangkan baitul maal, dan sistem ekonomi. Keputusan
untuk menjaga harta negara, melakukan efisiensi tata kelola pemerintahan dan
pembangunan lahan pertanian, sekolah, infrastruktur, dan pencegahan pemborosan.
Pada masa khalifah Umar Bin Abdul Aziz, perekonomian rakyat meningkat
dibandingkan periode kepemimpinan sebelumnya. Dalam kepemimpinan khalifah Umar
Bin Abdul Aziz tidak lagi dijumpai adanya masyarakat miskin yang berhak untuk
menerima zakat, hal ini disebabkan masyarakat tersebut mampu meningkatkan taraf
hidupnya.
2. Gaya Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada era reformasi saat ini masyarakat umum dan organisasi kemasyarakatan
memerlukan pemimpin yang bertanggung jawab dan sesuai dengan peran dan
fungsinya. Apabila masyarakat dan organisasi di pimpin oleh pemimpin yang
bertanggung jawab akan tugas dan fungsinya serta mementingkan kepentingan
masyarakat maka kehidupan masyarakat akan sejahtera dan adil sesuai dengan yang
dicita-citakan. Oleh karena itu gaya kepemimpinan seseorang dapat mempengaruhi
keberhasilan pencapaian tujuan, hal tersebut dikarenakan gaya kepemimpinan seseorang
harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang setiap waktunya berkembang.
Pemimpin di Negara Indoonesia sudah mengalami pergantian pemimpin sebanyak 7
kali. Setiap masa jabatan atau kepemimpinan presiden di Indonesia mempunyai gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda, contohnya yaitu gaya kepemimpinan Presiden
Soekarno dikenal dengan pemimpin yang berwibawa dan pemimpin yang
memperhatikan keseimbangan. Pada masa Presiden BJ. Habibie dikenal dengan
pemimpin yang cerdas, dan tahan banting. Dari contoh tersebut dapat kita ketahui
bahwa setiap orang atau pemimin pastinya mempunyai ciri khas dalam memimpin
bangsanya dan strategi yang digunakan untuk memajukan negarnya juga berbeda.

3. Kondisi Perekonomian Pada Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ekonomi atau finansial adalah kebutuhan yang menjadi penting bagi individu untuk
mempertahankan kehidupannya. Dengan adanya ekonomi setiap manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang
dimiliki. Kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang agraris maksudnya lebih
memfokuskan pada bidang pertanian. Selain itu letak negara Indonesia yang strategis
juga memnguntungkan pemerintah dalam kegiatan ekonomi global.

Ekonomi akan menjadi masalah bagi Indonesia apabila manajemen keuangan


Indonesia kurang baik. Indonesia mengalami krisis ekonomi pada masa orde baru yaitu
masa soeharto. Pada masa Soeharto kebijakan perekonomian diarahkan pada
pembangunan disegala bidang, tercermin dari 8 jalur pemerataan yaitu:

1) Kebutuhan pokok
2) Pendidikan dan Kesehatan
3) Pembagian pendapatan
4) Kesempatan kerja
5) Kesempatan berusaha
6) Partisipasi wanita dan generasi muda
7) Penyebaran pembangunan
8) Peradilan
Dimana jalur pemerataan tersebut membawa dampak positif bagi
perekonomian Indonesia. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia berhasil menjadi
swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator
kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan angka penurunan
angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat.
7. “PENGARUH EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA TERHADAP
TIMBULNYA GERAKAN SOSIAL KEAGAMAAN
1. PENGERTIAN AGAMA

Secara etimologis kata Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang ternyata
mempunyai banyak arti. Pandangan pertama, mengatakan bahwa agama berasal dari
a (tidak) dan gam (kacau). Agama berarti tidak kacau. Pandangan kedua
mengatakan bahwa a (tidak) dan gam (pergi). Agama berarti tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi turun temurun. Yang lain mengatakan bahwa agama nerarti teks
atau kitab suci, karena agama biasanya memiliki kitab suci. Secara terminologis
agama juga didefinisikan antara lain : Agama sebagai ad-Din : Din dalam bahasa
sempit berarti undang undang atau hukum. Ad-Din juga berarti syariah, yakni nama
bagi peraturan peraturan dan hukum hukum yang telah di syariatkan Allah
selengkapnya (ataupun prinsip prinsip saja) dan diwajibkan kepada umat islam
untuk melaksanakannya. Ad-Din juga berarti mengikat millah, atau mengikat yakni
mengikat atau mempersatukan segenap pemeluknya dalam satu ikatan yang erat
(ummat) dan juga dengan Tuhan mereka.

Membahas pengertian Agama dalam konteks sosiologis sangatlah luas dan


berelaborasi sesuai dengan perkembangan masyarakat. Sebab, menurut sebagian ahli
sosiologi, keberadaan agama merupakan pengejawentahan dari masyarakat itu
sendiri. Disamping itu pula, ada batasan agama biasanya ditentukan oleh cara
pandang para peneliti yang secara otomatis dipengaruhi latarbelakang disiplin dan
kedalaman ilmu mereka. Semisal E.B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture,
yang diterbitkan tahun 1871, mengemukakan definisi agama sebagai bentuk
kepercayaan terhadap adanya wujud wujud spiritual. Definisi ini ditanggapi Betty
R.scharf (1995:30), sebagai definisi yang terkesan bercorak intelektualis dan kurang
apresiatif terhadap makna yang tersirat di dalamnya. Selain itu juga, definisi itu
berimplikasi bahwa sasaran sikap keagamaan selalu berwujud personal, padahal
bukti secara ilmiah pun menegaskan wujud spiritual pun sering dipahami sebagai
kekuatan impersonal. Belakangan, definisi Taylor lwbih disempurnakan lagi oleh
antropolog Radcliffe-Brown, bahwa agama merupakan ekspresi bentuk
ketergantungan terhadap kekuatan di luar diri.
2. Pengertian Gerakan Sosial

Gerakan sosial adalah aktivitas atau tindakan sekelompok orang yang merupakan
kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individual yang
secara spesifik berfokus pada isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak
atau mengampanyekan perubahan sosial. Sebuah tindakan perlawanan dapat dikatakan
sebagai gerakan sosial. Kemunculan agama-agama bisa jadi hasil dari sebuah gerakan
sosial. Hemat penulis, agama pada hakikatnya adalah gerakan sosial, dalam konteks
realitas sejarah dan realitas sosial. Terlepas agama sebagai wahyu Tuhan. Pun di
samping memahami agama sebagai wahyu tuhan, tentu ketika wahyu tuhan ini turun ke
bumi kepada Nabi dan masyarakat, maka di situ wahyu/agama sudah menjadi bagian
dari aspek sosial masyarakat.

Berangkat dari itu, ketika agama sudah menjadi bagian dari aspek sosial, selanjutnya
adalah bagaimana agama ini berperan dalam kehidupan masyarakat. Agama/wahyu,
pada hakekatnya, selalu membawa serta prinsip-prinsip perubahan kepada arah yang
lebih baik. Dalam perspektif mobilisasi sumber daya, kita akan menemukan bahwa
agama berupaya melakukan perubahan dengan memobilisasi sumber daya di antaranya
berupa; legitimasi (moral), pengetahuan umum dan tradisi (culture), skill, keahlian,
pengalaman dan kepemimpinan (human/manusia), dan organisasi sosial.5 Pengertian
gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya ketidakadilan dan
sikap sewenang-wenang terhadap masyarakat. Menurut Stompzka (1993) dalam
Sarwoprasodjo (2007), secara ringkas, gerakan sosial adalah sekelompok orang
bertindak bersama secara longgar terorganisir dengan cara tidak melembaga untuk
menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Gerakan sosial dapat dipandang sebagai
produk perubahan sosial, tetapi juga dapat menghasilkan transformasi sosial berikutnya.
Gerakan nampak sebagai sarana atau pembawa, pemindah perubahan yang sedang
berlangsung daripada sekedar penyebab utama atau hanya manifestasi permukaan saja.

Bentuk Bentuk Gerakan Sosial

1. Gerakan sosial keagamaan dalam agama Islam Gerakan itu di Indonesia dimulai
pada tahun 1901 ketika kelompok masyarakat keturunan Arab membentuk
gerakan sosial Jami’at Al Khair → Syarikat Dagang Islam (1905) → Syarikat
Islam (SI) pada tahun 1912. selanjutnya muncul gerakan islam yang paling
menonjol dengan berdirinya Muhammadiyah dan NU.
2. Gerakan sosial keagamaan dalam agama Hindu Gerakan Brahma Samay (berarti
masyarakat Brahman) tampil sebagai gerakan yang sangat teistik. 6 Hapsari,
Dwi Retno. "Peran jaringan komunikasi dalam gerakan sosial untuk pelestarian
lingkungan hidup." Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia 1.1
(2016). 9 Gerakan ini menolak politeisme, pemujaan patung-patung, korban
Binatang, menganjurkan dihapuskannya praktek sati (pembakaran janda),
perkawinan anak-anak dan menolak praktek poligami. Tokoh-tokonnya yang
sangat terkenal adalah Ram Mohan Roy (1774-1833), Devendranath Tagore
(1817-1905), dan Keshab Chandra Sen (1838-1884).
3. Gerakan sosial keagamaan dalam agama Kristen Gerakan yang sangat dikenal
adalah gerakan Oikoumene, Gerakan yang peduli pada relasi-relasi antar
denominasi gereja (keKristenan) antar agama Kristen dengan agama-agama lain,
ideologi-ideologi bahkan tentang lingkungan hidup dan seluruh ciptaan Allah.7
C. Pengaruh Gerakan Sosial Keagamaan di Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya.
1. Pengaruh di Bidang Ekonomi Dalam setiap Agama pasti mengajarkan untuk
selalU berbuat jujur, di dalam agama ekonomi adalah hal positif. Artinya
produktifitas seorang tidaklah dihambat oleh agama sepanjang senafas
dengan prinsip prinsip kebaikan. Gerakan sosial keagamaan memberikan
kontribusi yang besar dalam mensejahterakan masyarakan dan bangsa
indonesia. Seperti halnya gerakan keagamaan dalam agama islam (SDI,
Muhammadiyah, NU) memberikan kontribusi dengan mendirikan koperasi,
BMT, BPRS dan badan usaha-usaha yang lain yang diperuntukkan untuk
mensejahterakan dan meningkatkan pendapatan masyarakat pribumi.
Gerakan ini tidak terlepas dari peran pendiri ormas Islam sebelum
kemerdekaan yang peka dan berani menggerakkan ekonomi kerakyatan
walaupun pada waktu itu, pemerintah Belanda selalu membatasi gerakan
mereka bahkan tidak jarang mengancam dan membunuh para tokoh-tokoh
Islam yang berani menggerakkan ekonomi masyarakat.
2. Pengaruh di Bidang sosial Agama dinilai menjadi kekuatan integrasi, suatu
ikatan yang mempersatukan yang memberi kontribusi terhadap stabilitas
sosial dan kontrol sosial dan berkontribusi terhadap Gerakan sosial
keagamaan muncul ketika agama tidak memenuhi fungsi sosial khususnya di
zaman di mana ikatan-ikatan keagamaan, sosial dan kekerabatan menjadi
renggang. Gerakan sosial keagamaan menyediakan gaya hidup bersama
dalam suatu budaya secara komunal dan menjadi norma. Gerakan-gerakan
sosial keagamaan baru menciptakan sistem-sistem ide tentang ikatan-ikatan
yang diperluas di dalam suatu masyarakat di mana bahkan keluarga inti
sedang memperlihatkan tanda-tanda melemah atau hancur. Gerakan-gerakan
sosial keagamaan baru selanjutnya mengajukan sebuah situasi masa depan
yang ideal ketika hubungan antara agama dengan masyarakat akan menjadi
lebih harmonis. Namun dari perspektif yang lain, gerakan-gerakan
keagamaan mendorong perkembangan konflik dengan masyarakat dan antara
anggota-anggota keluarga dan dapat dinilai menjadi disfungsional.
3. Pengaruh di Bidang Budaya Agama juga berfungsi untuk memvalidasi
(mengesahkan) nilai-nilai kultural. Keyakinan dan praktek-praktek
keagamaan menyokong sanksi-sanksi moral dan spiritual, lembaga-lembaga
utama, nilai-nilai, dan aspirasi dalam suatu masyarakat. Agama menanamkan
norma-norma sosial dan etis, agama menjustifikasi, mendorong, dan
mengimplementasi asumsi-asumsi ideologis seseorang dan cara hidup.
Aplikabilitas fungsifungsi ini terhadap gerakan-gerakan keagamaan baru
mungkin masih perlu diverifikasi. Bergabung dengan sebuah gerakan
keagamaan mengindikasikan sebuah pemutusan dengan nilai-nilai
keagamaan dan budaya tradisional. Gerakan-gerakan keagamaan
menyuguhkan suatu penilaian negatif terhadap gaya hidup sebelumnya dari
anggota-anggotanya. Namun pada saat yang sama ia memberikan pada
ideologi baru dan perilaku ritual dukungan dari otoritas karismatik dan
revelatori dan mengesahkan penanggalan agama sebelumnya dari anggota-
anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai