Anda di halaman 1dari 29

Perubahan Sosial

Melalui
Gerakan Sosial
 Dalam buku-buku konvensional
tentang gerakan sosial, umumnya
lebih banyak menjelaskan aksi-aksi
gerakan sosial dengan cara kekerasan
(warring movement). Sementara
dalam aksi gerakan sosial baru secara
damai (new peaceful movement) hal
ihwal tentang gerakan-gerakan sosial
dengan cara kekerasan nyaris tidak
pernah -atau setidaknya sangat
jarang- diperhatikan (Tarrow, 1998).
 Gerakan sosial dengan kekerasan (warring
movement) dinilai sebagai gerakan yang
tidak terinstitusionalisasi, dilakukan secara
spontan dan emosional sehingga tidak
terkontrol. Oleh karena itu, fenomena
gerakan sosial dengan kekerasan model ini,
menurut Tarrow (1998) tidak cukup hanya
dijelaskan dengan model teori-teori gerakan
sosial konvensional sebagaimana banyak
dikemukakan Scott, Migdal dan Popkin.
 Tarrow kemudian menyarankan tentang pentingnya
memperhatikan faktor lokalitas. Artinya, meski
secara makro boleh jadi ada kesamaan pola gerakan
sosial, namun kekhasan lokalitas perlu
dipertimbangkan dalam menganalisis fenomena
terjadinya gerakan sosial petani. Faktor lokalitas ini,
dalam konsep Routledge (1993: xv-xvii) disebut
dengan geographical of place.
 Hasil penelitian Routledge menunjukkan bagaimana
geographical of place (di mana gerakan muncul,
mengapa terjadi dan bagaimana gerakan dilakukan)
merupakan perspektif penting yang perlu
diperhatikan dalam memahami agensi gerakan sosial
(social movement agency).
 Routledge menunjukkan bagaimana elemen-
elemen rakyat local (suatu setting dimana
interaksi sosial terjadi setiap hari), location
(dimana situasi sosial, politik dan ekonomi
beroperasi di dalam geographical area, local),
dan sense of place (struktur perasaan lokal),
local ”structure of feeling” dibentuk oleh dan
dalam kehidupan di suatu tempat
memperlihatkan konteks dimana struktur sosial
dan relasi sosial saling mempengaruhi
(intersection) telah mendorong munculnya
relasi kekuasaan, dominasi dan resistensi.
 Gerakan sosial adalah gerakan suatu organisasi
atau kelompok orang yang bermaksud
mengadakan perubahan terhadap struktur sosial
yang ada.
 Studi gerakan sosial berkaitan dengan disiplin
sosiologi dan psikologi sosial baik dari alasan
makro – mikro. (Cook, etlall, 1995). Kaitan erat
antara fenomena gerakan sosial dengan
psikologi sosial tampak pertama kali dari
publikasi Gustave Lebon dengan bukunya
berjudul The Crowd. Publikasi buku ini
berdampak luas pada maraknya penelitian
perilaku kolektif tahun 1950-an.
 Menurut Cook, etl all (1995) banyak
terbitan psikologi tentang perilaku kolektif
dan gerakan sosial dari sudut psikologi
sosial seperti Freud dalam buku Group
Psychology and the Analysis of the Ego
(1921); Allport, dalam buku Social
Psychology (1924); Dollard, et.all, dengan
buku Frustation and Aggression (1939);
Adorno, et. All, dalam buku Millard and the
Authoritarian Personality (1950).
 Cook (1995) : gerakan sosial mencakup
beberapa konsep, yaitu berorientasi perubahan
(change oroented goals), tingkat organisasi
(some degree of organization), tingkat
kontinyuitas yang sifatnya temporal (degree of
temproral continuity), dan aksi kolektif di luar
lembaga (aksi jalanan) dan di dalam
lembaga/lobi politik (some extrainstitutional and
institutional).
 DiRanso (1990) : gerakan sosial ad. perilaku
dari sebagian anggota masyarakat untuk
mengoreksi kondisi yang banyak menimbulkan
masalah atau tidak menentu serta untuk
menciptakan kehidupan baru yang lebih baik.
 Tock (Kuppuswamy, 1979) : sebagai usaha
sejumlah individu yang secara kolektif bertujuan
menyelesaikan persoalan yang muncul dalam
masyarakat. Searah dengan itu, Blummer,
(Allen, et. All, 1980) : gerakan sosial sebagai
kegiatan kolektif untuk memunculkan kehidupan
yang baru. Gerakan sosial yang dimaksud
bukan seperti yang dimaksudkan dengan
perilaku kolektif lain seperti crowd, sebab
gerakan sosial lebih terstruktur, mempunyai
tujuan yang jelas, mampu bertahan lama
sebagai fenomena sosial (DiRenzo, 1990;
Wiggins, et. All, 1994 dan Cook, et. All, 1995).
Jenis Gerakan Sosial
 Gerakan sosial, menurut Wiggins (1994)
mencakup dua istilah pokok: aksi (action)
dan kolektif (collective). Aksi yang
dilakukan dibedakan menjadi 4 jenis,
yaitu:
 Aksi sipil (civil actions)
 Aksi protes (protest actions)
 Aksi meng-halangi-halangi (obstruction
Actions)
 Aksi kekerasan (violant actions).
Perilaku kolektif yang dilakukan lebih 1 orang
dibedakan menjadi 3 hal (Wiggins, 1994).
1. Organisasi (organizations): gerakan sosial bisa dari
organisasi tunggal atau jaringan beberapa
organisasi. Organisasi yang bertujuan mengubah
disebut organisasi gerakan sosial (social movement
organization/SMOs)
2. Kelompok dengan ciri-ciri tertentu (Identity Group_
gerakan sosial lebih didasarkan oleh katagori yang
sama atau sejenis, misalnya gerakan wanita/feminist,
gerakan homoseksual, gerakan kulit hitam pekerja,
dst.
3. Crowd: gerakan sosial dari orang-orang yang
berkumpul bersama pada waktu terbatas untuk
mempertanyakan/protes atas topik tertentu.
Cara lain mengklasifikasi gerakan sosial, yang
berdasarkan tujuan atau cara tertentu yang
digunakan, ada 4 tipe gerakan sosial (DeRinzo,
1990):
1. Gerakan Perubahan, yakni perubahan ke
bentuk tertentu dari masyarakat, mengoreksi
ketidakadilan dalam masyarakat. Gerakan ini
terbatas, cenderung bekerja pada suatu sistem
dari pada melawan sistem. Termasuk ke dalam
gerakan tipe ini adalah gerakan sadar
lingkungan, kelompok gay, feminist, dst.
2. Gerakan revolusioner (Revolutionary
Movements), gerakan yang
menginginkan adanya perubahan secara
radikal pada nilai sosial, institusi dan
kegiatan-kegiatan yang cenderung
menggunakan kekerasan dalam
mencapai tujuannya. Misalnya revolusi
Cina Komunis untuk membentuk RRC
1949, revolusi Kuba 26 Juli 1950, dst.
3. Gerakan reaksioner (Reactionary Movements),
suatu gerakan untuk menghalang-halangi
perubahan yang akan terjadi. Ada banyak
orang merasa cemas dengan adanya
perubahan, perasaan tak menentu, chaos,
maka banyak orang menghalang-halangi
perubahan dalan menginginkan kembali ke
status quo. Gerakan Klu Klux Klan yakni
gerakan yang tidak menginginkan adanya
persamaan hak antara kulit putih dan kulit
hitam, gerakan life to life yang mengingkan
adanya pencabutan legalisasi aborsi, dst.
4. Gerakan Ekspresif (Expressive Movements) gerakan
yang lebih ditujukan kepada individu dari pada
masyarakat. Berebeda dengan gerakan sosial lain,
gerakan ini lebih berorientasi pada perubahan
psikologis. Gerakan ini mencarai kepuasan secara
emosional dan kesejahteraaan masyarakat yang
mengarah pada pengembangan identitas atau gaya
hidup yang baru.
Misalnya tempat kompensasi perasaan frustasi akibat
dari kondisi yang menindas. Individu merubah
hubungan atau reaksi pada masyarakat dengan
mengadopsi filsafat kehidupan yang baru atau mencari
sistem kepercayaan dan nilai-nilai hidupnya. Misalnya
gerakan kebebasan gay (Gay liberalization
movemovements).
PROSES GERAKAN SOSIAL

Ryon (DeRinzo, 1990) terdapat ada 4 tingkatan


gerakan sosial:
1. Incipient Stage : adanya tekanan
struktur/kondisi tidak memuaskan, tak
menyenangkan, tidak teraihnya kebutuhan bisa
karena deskriminasi atau pengangguran
sehingga menyebabkan kondisi tidak nyaman
(malaise), kemudian mengembangkan alienasi;
massa menjadi gelisah dan mulai muncul
keresahan. Semuanya ini merupakan
karakteristik khas dari munculnya gerakan
sosial.
2. Popular Stage: ada proses saling kenal
dan ada bagi-bagi perasaan antar
anggota masyarakat. Jika kondisi tidak
berubah maka dorongan gerakan sosial
akan kian menguat. Agitator berperan
mendramatisasi situasi sehingga
menyebabkan semakin banyaknya
peserta gerakan sosial. Dari sini mulai
ada klasifikasi persoalan dan tujuan serta
memelihara aktifitas berbeda untuk
tujuan sama gerakan sosial.
3. Organizational Stage: klasifikasi
tujuan dan mobilisasi aksi. Kelompok
formal dan organisasi yang lebih
kompleks mulai muncul sehingga
perilaku mulai terstruktur: peran
pimpinan jelas, tokoh formalnya ada,
pengembangan tugas mulai terlihat,
kebijakan program disusun dan strategi
mulai disiapkan.
4. Institusional Stage: akan terjadi bila
gerakan sosial yang sukses
diintegrasikan dalam sejumlah struktur
sosial dari masyarakat. Organisasi ini
menjadi bagian dari organisasi sosial
yang permanen dan lembaga yang
terstruktur dari masyarakat.
Matulassy, beberapa faktor penyebab Gerakan
Sosial. (Tesis, 1990)
 Dominasi barat dan perubahan yang
menyertainya menyebabkan goyahnya tatanan
masyarakat tradisional beserta nilai-nilai
tradisinya. Kondisi demikian menjadi ladang
sumber bagi munculnya gerakan sosial.
 Gerakan sosial merupakan ledakan ketegangan
pertentangan dan permusuhan dalam
masyarakat. Sebagai aktifitas kolektif gerakan
sosial bertujuan untuk mewujudkan tatanan
masyarakat yang dicita-citakan dalan setidaknya
menolak suatu perubahan yang seringkali
dilakukan dengan jalan radikal (Sartono, 1987:
151-152).
 Termasuk pembangkangan adalah
penipuan, pemalsuan, kebodohan yang
dibuat-buat, pembelotan, pencurian kecil-
kecilan, penyerangan, pelanggaran,
pembakaran rumah dengan sengaja,
penyelundupan dan pembunuhan secara
diam-diam. Tindakan ini dilakukan sebagai
alternatif untuk menentang secara terang-
terangan dan atau terlalu riskan untuk
mengadakan tantangan terbuka ( Scott,
1989).
 Setiap gerakan sosial mempunyai ciri
hampir sama yakni kemampuan
partisipasinya untuk membangkitkan rasa
rela berkorban, kecenderungan bertindak
secara kompak, fanatis, kebencian,
antusiasme, intoleransi dan kesetiaan
tunggal. Peserta gerakan sosial adalah
orang-orang yang kecewa dan tidak
puas (Eric Hoffer, 1988). Dalam kondisi
demikian telah terjadi depriviasi relatif,
yaitu ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan yang dihadapi (Sylvia, 1984).
 Dalam buku-buku konvensional tentang
gerakan sosial, umumnya lebih banyak
menjelaskan aksi-aksi gerakan sosial
dengan cara kekerasan (warring
movement).
 Sementara dalam aksi gerakan sosial baru
secara damai (new peaceful movement)
hal ihwal tentang gerakan-gerakan sosial
dengan cara kekerasan nyaris tidak
pernah -atau setidaknya sangat jarang-
diperhatikan (Tarrow, 1998).
 Gerakan sosial dengan kekerasan (warring
movement) dinilai sebagai gerakan yang
tidak terinstitusionalisasi, dilakukan secara
spontan dan emosional sehingga tidak
terkontrol. Oleh karena itu, fenomena
gerakan sosial dengan kekerasan model
ini, menurut Tarrow (1998) tidak cukup
hanya dijelaskan dengan model teori-teori
gerakan sosial konvensional sebagaimana
banyak dikemukakan Scott, Migdal dan
Popkin.
 Tarrow kemudian menyarankan tentang
pentingnya memperhatikan faktor
lokalitas. Artinya, meski secara makro
boleh jadi ada kesamaan pola gerakan
sosial, namun kekhasan lokalitas perlu
dipertimbangkan dalam menganalisis
fenomena terjadinya gerakan sosial
petani.
 Faktor lokalitas ini, dalam konsep
Routledge (1993: xv-xvii) disebut dengan
geographical of place.
 Dalam bukunya, “Terrains of Resistance,
Nonviolent Social Movements and the Contestalion of
Place in India” (1993) ia mengatakan:
 Concerning social movements agency, my
contention is that research on contemporary
social movements has focused primarly on the
gols, organization and succes of particular
struggles but has paid insufficient attention to
the spesicific sanctions employed by movements
and to the cultural milieu in which such struggles
occur and are embeded, in language in which
the social actors express their discontent.”
 Hasil penelitian Routledge menunjukkan
bagaimana geographical of place (di mana
gerakan muncul, mengapa terjadi dan
bagaimana gerakan dilakukan) merupakan
perspektif penting yang perlu diperhatikan
dalam memahami agensi gerakan sosial
(social movement agency).
 Routledge menunjukkan bagaimana elemen-
elemen rakyat local (suatu setting dimana
interaksi sosial terjadi setiap hari), location
(dimana situasi sosial, politik dan ekonomi
beroperasi di dalam geographical area, local),
dan sense of place (struktur perasaan lokal),
local ”structure of feeling” dibentuk oleh dan
dalam kehidupan di suatu tempat
memperlihatkan konteks dimana struktur sosial
dan relasi sosial saling mempengaruhi
(intersection) telah mendorong munculnya relasi
kekuasaan, dominasi dan resistensi.
Terimakasih
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai