Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN KONFLIK

(Conflict management)

KONFRIDUS ROYNALDUS BUKU, S.FIL.,M.SOSIO


Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari mata kuliah ini melalui kegiatan tatap muka, belajar
terstruktur, belajar mandiri, mengerjakan latihan, tugas-tugas terutama
melalui model atau metode pembelajaran Student Center Learning (SCL),
mahasiswa dapat memahami dan menganalisis konflik dalam perspektif
teori sosiologi, memetakan dan memberikan solusi resolusi konflik untuk
mencari akar permasalahan konflik demi terciptanya perdamaian.
Sub Capaian Pembelajaran:
Mahawiswa dapat memahami alur manajemen konflik.
Strategi Pembelajaran:
Menggunakan Student Center Learning khususnya Small group discussion
Tujuan Pembelajaran:
Pada Akhir pembelajaran ini mahasiswa diharapkan memiliki beberapa
kemampuan sebagai berikut:
 Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi alur atau proses pemetaan
konflik.
 Mampu menjelaskan dinamika dan intervensi konflik
 Mampu menjelaskan proses resolusi konflik
MENGAPA MENGELOLA
KONFLIK?
• Karena konflik tidak mungkin dihentikan/diselesaikan begitu saja;
• Pihak-pihak yang berkonflik cenderung memiliki tingkat
ketahanan yang tinggi (untuk mempertahankan kondisi/situasi
konflik);
• Konflik-konflik primordial (kesukuan/identitas, harga diri)
cenderung sangat awet dan sangat sulit dipecahkan, dan isu-isu
yang dipertikaikan sangat emosional.
• Pengelolaan konflik bisa menjadi titik tolak perubahan sosial dan
perbaikan merupakan penanganan perbedaan dan divergensi
yang positif dan konstruktif. Pengelolaan konflik bertujuan agar
pihak-pihak yang bertikai bersama-sama untuk menuju proses
perdamaian yang kooperatif dan mengelola perbedaan secara
konstruktif.
BAGAIMANA MENGELOLA KONFLIK
(BAIK POTENSIAL MAUPUN MANIFEST)

1. MELAKUKAN PEMETAAN KONFLIK


• Pemetaan juga merupakan suatu teknik
yang digunakan untuk menggambarkan
konflik secara grafis, menghubungkan
pihak-pihak yang berkonflik dengan
permasalahannya.
Strategi pemetaan konflik dari Wehr dan
Bartos (2003)

1. Specify the conflict:


menelusuri informasi mengenai sejarah konflik, bentuk fisik dan tata
organisasi yang berkonflik
2. Identify the parties:
menemukan siapakah yang menjadi pihak-pihak yang berkonflik (pihak
utama, sekunder, ketiga)
3. Separate causes from consequences:
memisahkan apa yang menjadi penyebab/akar konflik dan akibat-akibat
sampingan konflik.  Akarnya adalah ketimpangan distribusi
ekonomi/pendapatan, tetapi konsekuensinya bisa menyebabkan perpecahan
etnis/suku
4. Separate goals from interest goals:
adalah memisahan tujuan-tujuan konflik dari kepentingan konflik. Misalnya
GAM berkepentingan untuk merdeka setelah konflik dengan pemerintah
Indonesia.
5. Understand the dynamics:
dinamika konflik terjadi oleh perkembangan situasi-
situasi yang dibentuk oleh berbagai model tindakan
para pihak yang berkonflik
6. Search for positive functions:
menemukan bentuk-bentuk perilaku yang
memungkinkan konflik bisa mengarah pada
penyelesaian.
7. Undestrand the regulation potential:
memahami berbagai peraturan legal, seperti UU
bisa mengintervensi atau menggawangi proses
konflik
Strategi lain untuk memetakan
konflik dengan formula SIPABIO
(Amr Abdalla)
1. Source (Sumber konflik): apa sumber konflik berbagai
sumber konflik bisa terjadi, di antaranya: karena model
hubungan sosial, nilai-nilai, identitas, dan dominasi struktural.
2. Issues (Isu-isu): dikembangkan oleh semua pihak yang
bertikai atau pihak lain yang tidak teridentifikasi tentang
sumber/penyebab konflik.
3. Parties (pihak-pihak): pihak berkonflik adalah kelompok yang
berpartisipasi dalam konflik (pihak utama, pihak sekunder,
pihak tersier bisa jadi penengah)
4. Attitudes/feelings (sikap): sikap merupakan manifestasi
perasaan dan persepsi yang mempengaruhi pola perilaku
konflik.  sikap bisa negatif atau positif.
5. Behavior (perilaku/tindakan): merupakan
aspek tindakan sosial dari pihak-pihak yang
berkonflik bisa muncul dalam bentuk coercive
action (tindakan menekan) maupun
noncoercive action
6. Intervention (campur tangan pihak lain):
merupakan tindakan sosial dari pihak lain
(netral) untuk membantu menyelesaikan konflik
7. Outcome (hasil): dampak dari berbagai
tindakan pihak-pihak yang berkonflik dalam
berbagai situasi.
BAGAIMANA MENGELOLA
KONFLIK
2. MEMAHAMI/MENGANALISIS DINAMIKA KONFLIK
kuncinya:
a. Melihat sumber konflik: yaitu segala sesuatu yang menjadi inti
masalah (sumber daya alam, perbedaan identitas atau tafsir
sosial/agama)
b. Melihat karakter hubungan di antara berbagai pihak yang
berkonflik: bisa memanfaatkan berbagai perspektif teoritis
(misalnya relasi kekuasaan, dll)
c. Melihat tahapan-tahapan konflik: berdasarkan pada kualitas
dan kuantitas model tindak dari pihak-pihak yang berkonflik
misalnya berdasarkan tingkat kekerasan atau coercive
action eskalasi konflik semakin tinggi ketika intensitas
tindakan koersif semakin tinggi dan mematikan.
Tahapan DINAMIKA KONFLIK (Fisher,
2001)

1. Prakonflik: periode pada saat terdapat ketidaksesuaian


sasaran antara dua pihak atau lebih sehingga timbul
konflik konflik latent potensial menjadi konflik manifest
2. Konfrontasi: tahap di mana konflik mulai terbuka
tindakan demonstrasi, atau perilaku konfrontatif
menunjukkan dimulainya suatu konflik terbuka
3. Krisis: merupakan puncak konflik tahap ketika konflik
pecah menjadi bentuk aksi kekerasan yang dilakukan
secara intens dan massal. pada tahap krisis bisa salah
satu pihak menang atau kalah, bisa pula mengalami
kekalahan.
4. Pascakonflik: adalah situasi setelah konflik mereda.
BAGAIMANA MENGELOLA KONFLIK

3. MENGINTERVENSI KONFLIK
Intervensi berarti masuk ke dalam sistem
hubungan yang sedang berlangsung,
melakukan kontak dengan kedua belah
pihak dan beberapa pihak untuk membantu
para pihak yang berkonflik.
BENTUK & TINGKATAN INTERVENSI
KONFLIK

1. Peace making (menciptakan perdamaian):


– Bisa muncul dalam bentuk intervensi militer atau penguasa.
2. Peace keeping (menjaga perdamaian):
– Bisa juga muncul dalam bentuk intervensi militer dengan tujuan
agar pihak yang berkonflik tidak lagi melakukan aksi kekerasan
3. Conflict management (pengelolaan konflik):
– Mulai menciptakan berbagai usaha pemecahan masalah dengan
melibatkan berbagai pihak untuk mencari jalan keluar yang
terbaik. strateginya bisa melalui: negosiasi, mediasi,
penyelesaian jalur hukum (judicial settlement), arbitrase, dll.
4. Peace building (membangun perdamaian):
– Proses peningkatan kesejahteraan, membangun infrastruktur,
serta rekonsiliasi seluruh pihak bertikai.
• Dalam tahap pengelolaan konflik, pihak yang menjadi
penengah harus memiliki kemampuan untuk:
 berpandangan luas, lebih dari pandangan para partisan yang
berkonflik.
 Lebih mengerti motivasi masing-masing pihak yang berkonflik
 Tidak perlu menyetujui sudut pandang satu sama lain
 Tidak perlu berubah keyakinan tentang penyebab dan pihak yang
bertanggung jawab atas konflik
 Mengajak para aktor yang berkonflik mengadaptasi model berpikir
dengan ‘kacamata’ baru memahami hal yang sama dengan cara
yang berbeda dan lebih mendalam.
 Semua elemen pemangku kepentingan baik tokoh masyrakat,
tokoh agama, pemerintah, polisi,militer, tokoh adat, LSM, media
harus secara bersama-sama menangani konflik.
KUIS

1. Uraikan alur pemetaan konflik


2. Uraikan dinamika dan intervensi konflik
3. Uraikan proses resolusi konflik
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai