Anda di halaman 1dari 5

Nama:Rendi

NIM: F061221045

RANGKUMAN TEORI PERUBAHAN SOSIAL

1. Konsep dan Teori Gerakan Sosial Lama

Gerakan sosial sudah ada sejak manusia mulai bersosialisasi dan hidup dalam kelompok-
kelompok. Gerakan sosial yang ada di masa lalu memiliki karakteristik dan tujuan yang
berbeda-beda dengan gerakan sosial yang ada sekarang. Salah satu gerakan sosial lama yang
cukup terkenal adalah gerakan perjuangan untuk hak-hak perempuan.

Gerakan Sosial dan Teori Konflik

Teori konflik adalah salah satu teori sosiologi yang menghubungkan gerakan sosial dengan
pertentangan atau konflik dalam masyarakat. Menurut teori ini, masyarakat selalu terbagi
menjadi kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kelompok-
kelompok tersebut saling berkonflik untuk memperoleh dan mempertahankan
kepentingannya masing-masing. Konflik ini dapat menyebabkan terjadinya gerakan sosial.

Teori konflik juga mengasumsikan bahwa kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan


yang sama dan mengalami tekanan dari kelompok-kelompok yang lebih kuat akan
membentuk aliansi dan bergerak bersama untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Gerakan Sosial Perempuan Zaman Kuno

Gerakan sosial perempuan sudah ada sejak zaman kuno. Di Roma kuno, para perempuan
merayakan festival Saturnalia sebagai bentuk protes terhadap patriarki dan perbudakan.
Pada abad ke-16 Masehi, gerakan feminis pertama di Eropa dimulai dengan para perempuan
yang menuntut hak-hak yang setara dengan kaum pria, seperti hak mendapatkan pendidikan
dan kebebasan berbicara.

Gerakan Sosial Perjuangan Hak Pemilihan Perempuan

Gerakan sosial perjuangan hak pemilihan perempuan adalah gerakan sosial yang dilakukan
oleh para aktivis perempuan di seluruh dunia. Gerakan ini dimulai pada abad ke-19 dan
berakhir pada awal abad ke-20, ketika sebagian besar negara-negara Barat memberikan hak
suara kepada perempuan.

Gerakan ini dipicu oleh ketidakadilan dan diskriminasi yang dialami oleh perempuan pada
saat itu. Aktivis perempuan mengorganisir aksi protes, publikasi, dan kampanye untuk
meminta hak suara dan kebebasan politik yang lain. Gerakan ini mempertunjukan bagaimana
gerakan sosial dengan tujuan yang jelas dapat mempengaruhi kebijakan politik nasional.
Kesimpulan

Gerakan sosial lama memiliki kesamaan dengan gerakan sosial yang ada sekarang, yaitu
tujuannya untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat yang terabaikan dan tertindas.
Namun, gerakan sosial lama berbeda dengan gerakan sosial yang ada sekarang dalam
konteks waktu dan tempat. Gerakan sosial lama seperti gerakan perjuangan hak pemilihan
perempuan menunjukkan bahwa gerakan sosial dapat membawa perubahan signifikan pada
tingkat nasional dan global. Teori konflik juga membuktikan bahwa gerakan sosial dan konflik
dalam masyarakat saling berkaitan dan dapat menghasilkan perubahan yang positif bagi
masyarakat.

2. Konsep dan Teori Gerakan Sosial Baru (New Social Movement)

Gerakan sosial baru atau yang lebih dikenal sebagai New Social Movement (NSM) merupakan
gerakan sosial yang muncul pada akhir tahun 1960-an. NSM secara umum memiliki ciri-ciri
yang berbeda dengan gerakan sosial tradisional yang berfokus pada isu kelas sosial, seperti
serikat buruh, tetapi NSM lebih fokus pada isu kebhinekaan dan budaya. NSM membawa
perubahan paradigma dalam gerakan sosial dengan memperluas cakupan isu-isu perjuangan
yang direpresentasikan dalam gerakan sosial.

Teori Identitas dan Transformasi Sosial

NSM berkembang pada saat terjadi pergeseran dalam cara orang melihat diri mereka sendiri
dan lingkungan sosial mereka. Hal ini dipengaruhi oleh pemikiran Michel Foucault tentang
konsep kekuasaan, pengetahuan, dan kontrol. Teori Transformasi Sosial menjelaskan bahwa
gerakan sosial baru lebih fokus pada isu-isu kebudayaan dan identitas, seperti hak-hak
perempuan, hak-hak minoritas, hak-hak LGBT, dan isu-isu lingkungan.

Teori ini mengasumsikan bahwa gerakan sosial baru muncul karena adanya kebutuhan untuk
menciptakan solidaritas melalui identitas yang sama, yang terbentuk melalui pengalaman
kehidupan bersama dan kepercayaan kolektif. Melalui proses ini, gerakan sosial baru
mendorong perubahan sosial melalui upaya pembebasan dan pemenuhan hak-hak minoritas
dan marginil.

Isu Terkait dalam NSM

Sejumlah isu penting telah diangkat oleh gerakan sosial baru, seperti perjuangan hak-hak
perempuan dan hak-hak minoritas, hak-hak lingkungan, dan hak-hak konsumen. Gerakan ini
juga menekankan pentingnya hak atas pangan, air dan utilitas sebagai hal-hal esensial yang
harus diakses oleh seluruh masyarakat. Gerakan sosial baru juga menganjurkan keadilan
gender, diskriminasi rasial, dan diskriminasi seksual.

Gerakan ini sering kali bertindak sebagai lobi untuk memperjuangkan undang-undang yang
bersifat egaliter, seperti undang-undang hak-hak perempuan, undang-undang kekerasan
dalam rumah tangga, dan undang-undang hak-hak konsumen. Mereka juga mengadopsi
teknologi informasi dan media sosial sebagai alat dalam berkomunikasi dan berorganisasi,
sehingga gerakan sosial ini dapat menarik minat yang lebih luas tentang isu-isu yang
dipromosikan.

Kesimpulan

NSM memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan gerakan sosial modern.
NSM tidak hanya menunjukkan keprihatinan di sektoral media dan identitas, tetapi juga
memperluas isu-isu gerakan sosial tradisional seperti hak-hak buruh, kebijakan publik, dan
kesejahteraan sosial. NSM mendorong solidaritas di antara kelompok-kelompok yg berjuang
untuk hak-hak mereka, dan penggunaan teknologi informasi dan media sosial telah
meningkatkan kemampuan dan daya tarik gerakan sosial ini. Melalui pemeriksaan hak-hak
dan pengakuan identitas kelompok, NSM mendorong terciptanya tatanan sosial yang lebih
adil dan inklusif.

3. Teori Mobilisasi Sumber Daya dan Teori Peluang Politik dalam Gerakan Sosial

Gerakan sosial merupakan fenomena yang kompleks dan memiliki dinamika yang berbeda-
beda. Untuk memahami gerakan sosial, terdapat berbagai teori yang digunakan untuk
menjelaskan bagaimana gerakan sosial muncul, berkembang, dan mencapai tujuannya. Dua
teori yang penting dalam pemahaman gerakan sosial adalah teori mobilisasi sumber daya
dan teori peluang politik.

Teori Mobilisasi Sumber Daya

Teori mobilisasi sumber daya berpendapat bahwa gerakan sosial muncul dan berkembang
sebagai hasil dari kemampuan kelompok-kelompok yang memiliki sumber daya tertentu
untuk memobilisasi dukungan dan partisipasi dalam gerakan tersebut. Sumber daya yang
dimaksud dalam teori ini meliputi sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya
fisik, dan sumber daya politik.

Teori ini memandang gerakan sosial sebagai sebuah organisasi rasional yang mengalokasikan
sumber daya yang ada secara strategis untuk mencapai tujuan mereka. Kelompok yang
memiliki akses dan kemampuan menggunakan sumber daya ini lebih mungkin untuk berhasil
dalam meluncurkan gerakan sosial dan menggerakkan massa yang lebih besar.

Contoh penerapan teori ini adalah gerakan serikat buruh. Gerakan serikat buruh
memobilisasi sumber daya manusia mereka, seperti anggota serikat yang terorganisir, untuk
menuntut hak-hak pekerja dan meningkatkan kondisi kerja. Dengan menggunakan
perundingan dan mogok kerja sebagai alat taktik, gerakan serikat buruh bertujuan untuk
memperoleh manfaat bagi anggotanya.

Teori Peluang Politik

Teori peluang politik menyoroti pentingnya konteks politik dalam munculnya gerakan sosial.
Teori ini berpendapat bahwa gerakan sosial muncul ketika ada peluang politik yang tercipta,
baik dalam bentuk perubahan kebijakan, krisis politik, atau kevakuman kekuasaan.
Perubahan dalam peluang politik dapat mempengaruhi kemampuan gerakan sosial untuk
mengorganisir, mengumpulkan dukungan, dan mencapai tujuan mereka.

Teori ini menekankan bahwa gerakan sosial bukan hanya hasil dari strategi dan sumber daya,
tetapi juga tergantung pada faktor eksternal seperti kesempatan politik yang ada. Misalnya,
ketika terjadi pergolakan politik atau perubahan kebijakan yang signifikan, kelompok-
kelompok yang merasa terpinggirkan atau tidak puas dengan situasi saat ini dapat
memanfaatkan momen ini untuk meluncurkan gerakan sosial dengan lebih mudah.

Contoh penerapan teori ini adalah gerakan hak-hak sipil di Amerika pada tahun 1960-an.
Perubahan sosial dan politik yang terjadi pada saat itu, seperti pemisahan rasial dan
ketimpangan sosial, menciptakan peluang politik bagi gerakan hak-hak sipil untuk
mengorganisir, memobilisasi massa, dan menggalang dukungan publik yang luas.

Kesimpulan

Teori mobilisasi sumber daya dan teori peluang politik merupakan dua teori penting dalam
memahami gerakan sosial. Teori mobilisasi sumber daya fokus pada peran sumber daya
dalam memobilisasi dan menggerakkan massa, sementara teori peluang politik menyoroti
pentingnya konteks politik dalam munculnya gerakan sosial. Dalam banyak kasus, kedua teori
ini bekerja secara bersamaan dan saling melengkapi. Pemahaman yang komprehensif
tentang gerakan sosial dapat dicapai dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
dijelaskan oleh kedua teori ini.

4. Masyarakat Sipil dan Gerakan Sosial: Peran dan Hubungan

Masyarakat sipil dan gerakan sosial merupakan entitas yang erat terkait dan memiliki peran
penting dalam memperjuangkan isu-isu sosial dan politik yang mereka anggap penting.
Dalam paper ini, pertama-tama akan dijelaskan apa itu masyarakat sipil, kemudian diikuti
dengan penjelasan tentang gerakan sosial, dan bagaimana keduanya saling berpengaruh
dalam mencapai tujuan mereka.

Masyarakat Sipil

Masyarakat sipil adalah kelompok-kelompok non-pemerintah dan non-lucrative yang


bergerak di luar struktur formal pemerintahan, namun berperan sebagai agen perubahan
dan pemantau yang kritis terhadap pemerintah dan kebijakan publik. Mereka memiliki
tujuan untuk meningkatkan partisipasi publik dalam pengambilan kebijakan, mendorong
transparansi dan akuntabilitas pemerintahan, serta mempromosikan nilai-nilai demokrasi
dan hak asasi manusia.

Masyarakat sipil adalah ruang bagi individu dan kelompok untuk berorganisasi,
berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam proses demokratis. Kelompok-kelompok ini dapat
berupa organisasi nirlaba, kelompok keagamaan, kelompok hak-hak sipil, kelompok
mahasiswa, atau kelompok lainnya yang memiliki tujuan tertentu. Masyarakat sipil memiliki
peran penting dalam menjaga keseimbangan dan checks and balances dalam masyarakat
yang demokratis.

Gerakan Sosial

Gerakan sosial, di sisi lain, adalah kelompok-kelompok yang memperjuangkan perubahan


sosial atau politik melalui aksi kolektif. Gerakan sosial biasanya muncul ketika standar dan
norma saat ini dianggap tidak lagi relevan atau adil, dan ada kemauan untuk mengubahnya.
Mereka dapat memperjuangkan berbagai isu, seperti hak-hak LGBT, hak-hak buruh, hak-hak
perempuan, hak-hak minoritas, atau berjuang untuk isu lingkungan dan perdamaian dunia.

Gerakan sosial dapat memiliki berbagai bentuk aksi, seperti aksi protes, demonstrasi, mogok
kerja, kampanye media sosial, atau tuntutan hukum. Tujuan akhir gerakan sosial adalah
untuk mencapai perubahan yang diinginkan dalam masyarakat dan mendorong partisipasi
publik dalam proses demokratis.

Peran dan Hubungan Masyarakat Sipil dan Gerakan Sosial

Meskipun masyarakat sipil dan gerakan sosial memiliki peran dan tujuan yang berbeda,
mereka sering kali berinteraksi dan saling mendukung dalam memperjuangkan isu yang
sama. Masyarakat sipil memberikan ruang dan sumber daya untuk gerakan sosial untuk
berkembang dan memperjuangkan isu-isu krusial. Sementara itu, gerakan sosial mendorong
masyarakat sipil untuk menyelesaikan isu-isu yang dianggap penting, sehingga memberikan
makna dan tujuan bagi kelompok-kelompok masyarakat sipil.

Selain saling mendukung, masyarakat sipil dan gerakan sosial sejalan dalam mengupayakan
perubahan sosial dan politik, serta menciptakan ruang bagi partisipasi dan keterlibatan
publik dalam proses demokratis. Bersama-sama, mereka bisa menjadi pengawas kebijakan
publik dan membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Kesimpulan

Masyarakat sipil dan gerakan sosial memiliki peran penting dalam menjaga, meningkatkan,
dan melindungi nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat sipil berfungsi sebagai pengawas dan pengekor kebijakan publik, sementara
gerakan sosial menjadi penekan dan pihak yang memperjuangkan perubahan yang
diinginkan, sehingga memberikan arti dan tujuan bagi kelompok-kelompok masyarakat sipil.
Keduanya bekerja bersama-sama untuk memperjuangkan isu-isu krusial dan menciptakan
ruang bagi partisipasi publik dalam proses demokratis.

Anda mungkin juga menyukai