Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI PERUBAHAN SOSIAL

TEORI STRUKTURALISME LEVI STRAUSS

Disusun Oleh:

Kelompok 6:

Inayah Aulia F061221049

Yorma Ica Ramba F061221050

Rendi F061221045

ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023

BAB I

PENDAHULUAN
Bahasa memiliki tempat yang istimewa dalam ilmu sosial. Sebagai alat berkomunikasi bahasa
merupakan unsur yang sangat penting dalam kebudayaan manusia. Oleh karena itu bahasa
dan sosiologi merupakan dua hala tak terpisahkan Marcel Mauss (via Allen, 1968)
menuliskan bahwa Sociology would certamly have progressed much further if it had
everywhere followed the lead of the linguists... Dengan kata lain sosiologi akan semakin
berkembang jika dinspirasi oleh para ahli bahasa

Keterkaitan antara ilmu sosial dan ilmu bahasa telah melahirkan perspektif baru bagi
perkembangan kedua bidang ilmu tersebut. Penemuan di bidang antropologi telah membantu
perkembangan ilmu bahasa. Begini juga perkembangan ilmu sosial tau antrolopogi
dipengaruhi oleh pakar-pakar linguistik. Hubungan inilah yang pada akhirnya melahirkan
teori strukturalisme Levi-Strauss

Teori ini dirasa menarik untuk dibahas karena dianggap baru dalam dunia antropologi. Selain
itu, strukturalisme memberikan perspektif baru dalam melihat fenomena budaya Teori ini
menunjukkan bahwa hal-hal yang dianggap sepele justru memiliki peran yang sangat penting
dalam menemukan gejala sosial budaya. Untuk itu, dalam makalah im akan dibahas beberapa
hal penting berhubungan dengan teori strukturalisme Levi-Strauss dimulai dari sejarah hidup
Levi-strauss, konsep strukturalisme yang ditawarkan oleh Levi-Strauss, dan asumsi dasar dari
teori strukturalisme ini.
BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH HIDUP LEVI STRAUSS DAN KONSEP STRUKTURALISME

Claude levi strauss di lahirkan pada tanggal 28 november 1908 di brussles (belgia)
merupakan seorang yahudi. Levi strauss adalah anak dari seorang pelukis sekaligus cucu dari
seorang rabi. Pada tahun 1927 ia melanjutkan studinya dan masuk ke fakultas hukum di
paris, pada saat yang sama ia juga belajar filsafat di universitas sorbone. Pada tahun1935
strauss mendapatkan kesempatan untuk menjadi pengajar di sao Paulo brazil yang
memberikan kesempatan untuk mempelajari orang orang india, caduvo, dan bororo. Dari
ekspedisi itu ia akhirnya menghasilkan sebuah buku yang menjadi sagat penting di bidang
antropologi “Trites Tropique” dan akhirnya mengangkat namanya. Pada tahun 1940 pada
perang dunia II meletus levi strauss pindah di kota new York dan bertemu dengan sorang ahli
bahasa asal dari rusia, Roman Jackobson dan mengajar di new school sosial research.
Pertemuannya dengan seorang filsafat asal rusia telah mengenalannya pada linguistic modern
yang kemudian ia terapkan dalam bidang antropologi budaya. Strauss kemudian menerbitkan
sebuah artikel yang berjudul “analisis structural dalam linguistic dan antropologi” di dalam
jurnal world yang merupakaan cabang dari the linguistic circle of new York yang di pimpin
oleh jackobson. Tahun1947 levi strauss pulang ke prancis dan menggajar di college de
pratique des hautes etudes dan tahub 1959 dia di angkat menjadi professor dalam bidang
antropologi di college de france. Karya karya levi strauss antara lain adalah vie familiale et
sosiale des indies nambikwara (1948), les structures elementaries de la parante (1949, 1959,
antropologi structural (1958), mythologiques (1964) dan lain lain. Levi strauss telah
mendapat penghargaan tertinggi dalan bidang ilmu pengetahuan di prancis dari centre
national de la recherché scientifique (1968) dan menjadi anggota academia francaise.

Kemudian levi strauss melahirkan suatu konsep strukturalismenya sendiri akibatnya


ketidakpuasaanya terhadap fenomenologi dan eksistensialisme. Pasalnya para ahli
antropologi tidak pernah mempertimbangkan peranan bahasa sebenarnya sangat dekat dengan
kebudayaan manusia itu sendiri. Di dalam bukunya yang berjudul trites tropique (1955) ia
menyatakan bahwa penelahan budaya perlu di lakukan dengan model linguistic. Ia tdaik
setuju dengan Bergson yang menganggap tanda linguistic dianggap sebagai hambatan yang
merusak impresi kesadaran individual yang halus, cepat berlalu dan muda rusak. Menurut
levi strauss bahasa yang di gunakan merefleksikan budaya atau perilaku manusia. Ia
berpendapat bahwa bahasa dapat di gunakan untuk mempelajari kebudayaan atau perilaku
suatu masyarakat. Ada beberapa pemahaman hubungan antara bahasa dan budaya menurut
levi strauss yaitu :
- Bahasa yang di gunakan oleh suatu masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan

- Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.

- Bahasa adalah kondisi untuk kebudayaan sebab ada kesamaan tipe antara apa yang
ada pada kebudayaan itu dengan material yang digunakan untuk membangun bahasa.

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam struktualisme adalah adanya perubahan
pada struktur suatu benda atau aktivitas. Akan tetapi perubahan tersebut bukanlah sebuah
perubahan yang sepenuhnya atau di istilahkan sebagai proses transformasi, proses ini hanya
bagian bagian tertentu saja dari suatu struktur yang berubah sementara elemen elemen yang
lama masih di pertahankan. Prinsip dasar struktur teori dalam teori levi strauss adalah bahwa
struktur sosial tidak berkaitan dengn realitas empiris tersebut (levi strauss, 2007 : 378),
menurut levi strauss, ada empat syarat model agar terbentuk sebuah struktur sosial yaitu:

- Sebuah struktur menawarkan sebuah karakter sistem. Struktur terdiri atas elemen
eleman yang salah satunya akan menyeret modifikasi seluruh elemen lainnya.

- Seluruh model termasuk dalam sebuah kelompok transformasi, dimana masing


masing berhubungan dengan sebuah model dari keluarga yang sama, sehingga seluruh
transformasi ini membentuk sekelompok model.

- Sifat sifat yang telah di tunjukkan sebelumnya tadii memungkinkan kita untuk
memperkirakan dengan cara apa model beraksi menyangkut modifikasi salah satu
dari sekian elemennya.

- Model itu harus di bangun dengan cara sedemikian rupa sehingga kefungsiannya bisa
bertanggung jawab atas semua kejadian yang di observasi.

Struktualisme levi strauss bertolak dari linguistik dan konsep oposisi biner. Walaupun
bertolak dari linguistic, teori ini tidak berfkus pada makna kata melainkan fokus pada bentuk
dari kata. Menurutnya bentuk kata memiliki kaitan erat dengan bentuk susunan sosial
masyarakat sementara itu, oposisi biner di anggap sebagai konsep yang sama dengan
organisasi pemikiran manusia dan kebudayaan. Misalnya kata” hitam-putih” yang biasa di
kaitkan dengan hitam sebagai kejahatan, kegelapan, keburukan dan putih sebagai kesucian,
kebenaran, kebersihan, ketulusan, dan sebagainya atau kata rasionalnya yang di anggap lebih
istimewa dari kata emosional sebagai inferior dan diasosiasikan dengan perempuan. Levi
strauss juga mengambil beberapa konsep ferdinan de Saussure dalam menerapkan
struktualisme di bidak di bidang antropologi budaya. Hal yang utama adalah konsep tanda
bahasa yang terdiri dari signifier (penanda) yang berwujud bunyi dan signified (petanda atau
bisa juga yang di tandai) yaitu satu konsep atau pemikiran. Hubungan antara penanda dan
petanda yang bersifat arbiter atau semena yang di dasarkan pada hubungan konvensional atau
masyarakat. Selain itu juga levi strauss menerapkan konsep langue dan parole. Langue
sendiri merupkan satu sistem atau struktur yang sering di sebut dengan kaidah kebahasaan,
sedangkan parole dapat diartikan sebagai pemakaian bahasa aktual (bahasa sehari hari).
Kemudian Kurzzweil dalam Barkah (2013) menerangkan levi strauss memandang kajian
bahasa Saussure sebagai sebuah system mandiri yang mengendalikan adanya suatu hubungan
dinamis antara komponen setiap tanda linguistic yaitu sistem bahasa atau langue dan tuturan
individu atau parole serta antara citra bunyi (signifier) dan konsep (signified). Levi strauss
menerapkan model analisis fenomik yang dalam linguistic structural bertujuan untuk
membuktikan bahwa struktur semua bahasa selalu mengikuri garis biner kontruksi parallel.
Dalam Barkah (2013) menjelaskan bahwa menurut levi strauss, sama halnya dengan
fenomena bahasa, fenomena sosial budaya juga memiliki aspek bahasa (langue) dan tuturan
individu (parole). Langue adalah aspek sosial atau struktur dari bahasa aspek inilah yang
memungkinkan kita menggunakan bahasa dalam komunikasi kita dengan orang lain yang
mengenal bahasa yang sama. Dengan demikian tidak lain adalah tatabahasa atau aturan
aturan yang ada pada ranah fonologis, morfemis, sintaksis dan simantris, yang ada umumnya
bersifat tidak disadari atau tidak di ketahui oleh pemakai bahasa itu sendiri. Walau tidak di
dasari bukan berarti aturan aturan dari bahasa itu tidak ada. Parole atau tuturan merupakan
aspek individual atau statiskal dari bahasa. Setiap orang akan memiliki parole atau tuturan
merupakan aspek individual atau statikal dari bahasa dan setiap orang memiliki parole yang
berbeda beda, parolel dapat juga di katakana sebagai gaya atau style seseorang individu
dalam menggunakan suatu bahasa. Adapun susanto (2012 :89) menambahkan bahwa bahasa
sendiri pada dasarnya berkaitan dengan kewaktuan dalam kajiannya yang di ungkapkan
melalui konsep singkronik dan diakronik. Diakronik maksudnya bahasa mendahului
kebudayaan karena melalui bahasalah manusia mengetahui budaya masyarakat, dan
singkronik maksudnya bahasa merupakan kondisi bagi kebudayaan karena material yang
digunakan untuk membangun bahasa pada dasarnya adalah material yang sama tipe jenisnya
dengan maten yang membentuk kebudayaan itu sendiri.

Selain itu aspek sintagmatik dan paradigmatik juga menjadi perhatian Levi-Strauss Hubungan
sintagmatik adalah relasi yang menunjukkan unsur-unsur kebahasaan yang saling berkaitan
secara linear pada tatatan tertentu. Hubungan paradigmatik memperlihatkan hubungan yang
terdapat antara unsur-unsur kebahasaan pada tingkat tertentu yang saling menggantikan atau
substitusi (Susanto, 2012-98)

Kata-kata diucapkan tidak pernah bersama-sama dan tidak pernah ada dua kata diucapkan
sekaligus Aspek bertutur secara limer dalam bahasa miah yang disebut dengan sintagmatik.
Aturan-aturan yang mengendalikan dalam aspek ini merupakan sesuatu yang nir sadar Aspek
paradikmatik terdapat dalam hubungan asosiatif antara kata-kata yang ada dalam suatu
kalimat atau tuturan dengan kata lain yang ada di luar kalimat tersebut. Dicontohkan oleh
Ahimsa dengan kata 'desa. Dalam kalimat saya tinggal di desa, kata desa dapat digantikan
dengan kata kota. kampung dan lain sebagainya. Dengan contoh dapat di pahami bahwa pada
dasarnya bahasa mengandung aspek sintagmatik dan paradimatik sekaligus dasar teori ini
juga dapat di pergunakan dalam melihat fenomena budaya yang lain contohnya seperti karya
seni. Lebih lanjutnya Susanto (2012: 99) juga menjelaskan, Levi-Strauss juga dibayangi oleh
pemikiran N Trubetzkoy yang mengungkapkan konsep linguistik atau bahasa ternyata
mampu mengalihkan dari gejala yang hanya bersifat kebahasaan, yang bersifat counscious
atau sadar, ke dalam gejala yang bersifat kebahasaan yang unconscious atau ketidaksadaran.
Hal ini tidak ditemukan dalam term-term (satuan lingual) yang berdiri sendiri, tetapi dalam
basis analisis antara term tersebut Hubungan atau relasi dalam termi-term tersebut
menunjukkan satu system tertentu Strukturalisme yang dikembangkan Levi-Strauss mi pada
akhimya memfokuskan diri pada konteks yang lebih luas yaitu melihat konteks relast antara
sintagmatis dan paradigmatik atau asosiatif.

Menurut Lévi-Strauss fenomena kebudayaan dapat dilihat sebagai suatu fenomena


kebahasaan Alasan yang paling mendasari kenapa model pendekatan linguistik dapat
digunakan untuk melihat fenomena kebudayaan, adalah karena:

1. bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat dianggap sebagai refleksi dari
keseluruhan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan

2. karena bahasa bagian dari kebudayaan, atau bahasa merupakan salah sami unsur dari
kebudayaan, dan

3. bahwa bahasa merupakan kondisi dari kebudayaan

Dengan dasar teori struktural bahasa itulah Lévi-Strauss berhasil melihat sesuatu di balik
penampakan karya manusia. Sesuatu di balik benda (wujud karya) tersebut bukan lagi berupa
visi atau misi, melainkan berupa nilai atau makna yang secara tidak sadar telah membentuk
ide gagasan, atau pemikiran seseorang Dengan demikian dapat dikatakan apapun yang ada di
dunia ini, menurut pandangan Lévi-Strauss merupakan sistem yang memiliki struktur-struktur
yang mengaturnya. Dijelaskan bahwa arti timbul dari keadaan tanpa arti, dan arti itu sekedar
hasil sekunder dari permainan diferensial tanda-tanda dan penanda-penanda (signifiant)
Dalam Strukturalisme tatanan signifiant atau penanda mendahului makna, dengan kata lain
bahwa berbicara tentang adanya manusia sebenarnya bukanlah sebagai subjek, sebaliknya
adanya struktur itu sendiri berbicara tentang dirinya melalui pembicaraan manusia tentang
adanya.

Dalam analisis struktural itu. Lévi-Strauss membedakan struktur menjadi dua macam,
struktur luar (surface structure) dan struktur dalam (deep structure) Struktur har adalah relasi-
relasi antar unsur yang dapat kita buat atau bangun berdasar atas ciri-ciri luar atau ciri-ciri
empiris dari relasi-relasi tersebut, sedangkan struktur dalam adalah susunan tertentu yang kita
bangun berdasarkan atas struktur lahir yang telah berhasil kita buat, namun ndak selalu
tampak pada sisi empiris dart fonomena yang kita pelajari Struktur dalam ini dapat disusun
dengan menganalisis dan membandingkan berbagai struktur luar yang berhasil diketemukan
atau dibangun. Lebih jauh dijelaskan bahwa struktur dalam inilah yang lebih tepat dipakai
sebagai model memahami fenomena yang diteliti, karena melalui struktur inilah peneliti
kemudian dapat memahami berbagai fenomena budaya yang dipelajarinya. Selain konsep
struktur, Lévi-Strauss juga memakai konsep transformasi Transformasi yang dimaksud disini
perlu dibedakan dengan pengertian transformasi sebagaimana umumnya diketahui Secara
umum dikenal pengertian transformasi sebagai perubahan sedangkan transformasi yang
dimaksud Lévi-Strauss adalah alih rupa. Perbedaan vane paling nyata antara keduanya adalah
bahwa dalam konsep perubahan yang terkandung pengertian proses perubahannya sesuatu ke
sesuatu dalam ruang dan waktu tertentu. Adapun ahli rupa adalah suat perubahan yang terjadi
pada tataran muka, sedangkan pada tataran yang lebih dalam perubahan tersebut tidak terjadi.

Levi-Strauss mengembangkan teorinya dalam analisis mitos. Ia menggabungkan fungsi-


fungsi secara vertikal dan menerangkan paradigmatik yang tumpang tindih menggunakan
varian-varian mitos dengan model struktural yang tidak linear. Susanto (2012: 100)
menjelaskan, Levi-Strauss menarik sebuah kesimpulan bahwa mitos-mitos yang ada di
seluruh dunia tersebut pada hakikatnya bersifat semena atau arbitrer. Makna dalam satu mitos
itu terletak dalam relasi-relasi atau keterkaitan antara elemen-elemen dalam mitos dengan
mengombinasikan elemen- elemennya. Mitos dapat dikategorikan seperti dalam bahasa.
Mitos bersifat seperti bahasa yang tersusun atas satuan-satuan unit yang serupa dengan
elemen-elemen lingual dalam bahasa. Namun, mitos tidak dapat sepenuhnya disamakan
dengan bahasa bila dilihat dari faktor waktu. Bahasa memang dapat diteliti pada faktor maktu
tertentu atau pada waktu yang sama atau yang diistilahkan dengan sifat singkronik dan
diakronik sesuai pada konsep langue dan parole. Mitos ternyata memiliki sifat kombinasi
antara reversible time dan non reversible time. Hal ini berarti bahwa mitos sepanjang sejarah
akan selalu sama meskipun dari waktu ke waktu penampilannya berbeda (Susanto, 2012:101)

ASUMSI DASAR STRUKTURALISME

Strukturalisme memiliki beberapa asumsi dasar yang berbeda dengan konsep pendekatan
lain. Beberapa asumsi dasar tersebut antara:

1. Dalam strukturalisme ada anggapan bahwa upacara-upacara, sistem- sistem


kekerabatan dan perkawinan, pola tempat tinggal, pakaian dan sebagainya, secara
formal semuanya dapat dikatakan sebagai bahasa- bahasa atau tanda dan simbol yang
menyampaikan pesan tertentu. Oleh karena itu terdapat ketertataan (order) serta
keterulangan (regularities) pada berbagai fenomena tersebut.

2. Para penganut strukturalisme beranggapan bahwa dalam diri semua manusia terdapat
kemampuan untuk mentrukstur, menyusun suatu struktur, atau adalah kemampuan
untuk menstrukstur, menyusun suatu struktus, atau menempelkan suatu struktur
tertentu pada gejala-gejala yang dihadapinya. Dalam kehidupan sehari-hari apa yang
kita dengar dan saksikan adalah perwujudan dari adanya struktur dalam tadi. Akan
tetapi perwujudan ini tidak pernah komplit. Suatu struktur hanya mewujud secara
parsial pada suatu gejala, seperti halnya suatu kalimat dalam bahasa Indonesia
hanyalah wujud dari struktur bahasa Indonesia. Kemampuan ini terdesain sedemikian
rupa sehingga berbagai macam kemungkinan penstrukturan tersebut tidak lantas
menjadi tanpa batas. Setiap gejala dengan demikian dipandang memilki strukturnya
sendiri-sendiri, baik sebagai surface structure maupun deep Structure Surface structur
adalah struktur yang Nampak dan disadari keberadaannya. Deep structure adalah
struktur yang berada dibalik struktur yang tampak dan tidak disadari keberadaannya."
3. Mengikuti pandangan de Saussure bahwa suatu istilah maknanya oleh relasi-relasinya
pada suatu titik waktu tertentu, yaitu secara sinkronis, dengan istilah-istilah yang lain,
para penganut strukturalisme berpendapat bahwa relasi-relasi suatu fenomena budaya
dengan fenomena-fenomena yang lain pada titik waktu tertentu inilah yang
menentukan makna fenomena tersebut. Hukum transformasi adalah keterul gan-
keterulangan (Regularities) yang tampak, melalui suatu konfigurasi structural berganti
menjadi konfigursi structural yang lain. Transformasi yang berulang-ulang akan
menunjukkan hukum-hukum transformasi yang mengikuti struktur tertentu, bukan
hukum sebab akibat.

4. Relasi-relasi yang ada pada struktur dalam dapat disederhanakan lagi menjadi oposisi
berpasangan (binary opposition) Schagai serangkaian tanda-tanda dan simbol-simbol,
fenomena budaya pada dasarnya juga dapat di tanggapi dengan cara seperti diatas.
Dengan metode analisis structural makna-makna yang ditampilakan dari berbagai
fenomena budaya diharapakan akan dapat menjadi lebih utuh. Sebagai serangkaian
tanda-tanda dan simbol-simbil, fenomena budaya dapat juga diproses menjadi oposisi
berpasangan, yang dengannya analisis antropologis tidak hanya akan diarahkan untuk
mengungkapkan makna- makna refrensialnya saja, tetapi juga menyusun tatabahasa
yang ada dibalik proses munculnya budaya itu sendiri, atau hukum-hukum yang
mengatur proses perwujudan berbagai macam fenomena semuotic dan simbolis yang
bersifat tidak disadari

Keempat asumsi dasar ini merupakan ciri-ciri utama dalam pendekatan strukturalisme.
Dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa strukturalime Levi Strauss menekankan
pada aspek bahasa
DAFTAR PUSTAKA

USD. (n.d.). Sintesis, Volume 1 Nomor 2, tahun 2012. Retrieved from https://e-
journal.usd.ac.id/index.php/sintesis/article/view/1022

Mahfudhoh, A. (2017, October 13). Teori Strukturalisme oleh Levi-Strauss.


Retrieved from https://blog.unnes.ac.id/alifiamahfudhoh/2017/10/13/teori-
strukturalisme-oleh-levi-strauss/

Rydha’s Note. (2013, November). Teori Strukturalisme Levi-Strauss. Retrieved


from http://rydhasnote.blogspot.com/2013/11/teori-strukturalisme-levi-
strauss.html?m=1

Hansyah, H. (2020). Analisis Kritis Terhadap Anatomi Teori Strukturalisme


Claude Levi-Strauss: Larangan Incest dalam Sistem Pernikahan dan
Kekerabatan serta Relevansinya dengan Pendidikan Islam. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/338429996_Analisis_Kritis_Terhadap_
Anatomi_Teori_Strukturalisme_Claude_Levi-
Strauss_Larangan_Incest_dalam_Sistem_Pernikahan_dan_Kekerabatan_serta_
Relevansinya_dengan_Pendidikan-Islam/fulltext/5e148e69299bf10bc397bf1d/
Analisis-Kritis-Terhadap-Anatomi-Teori-Strukturalisme-Claude-Levi-Strauss-
Larangan-Incest-dalam-Sistem-Pernikahan-dan-Kekerabatan-serta-
Relevansinya-dengan-Pendidikan-Islam.pdf

UINSA. (n.d.). BAB II: Teori Strukturalisme Claude Levi-Strauss. Retrieved


from http://digilib.uinsa.ac.id/19607/5/Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai