Sosiologi
Portal
Positivisme Antipositivisme
Fungsionalisme Teori konflik
Strukturalisme Interaksionisme Jarak menengah
Matematis
Teori kritis Sosialisasi
Struktur dan agen
Metode penelitian
Kuantitatif Kualitatif
Komputasional Etnografi
Dalam sosiologi, antropologi dan linguistik, strukturalisme adalah metodologi yang unsur
budaya manusia harus dipahami dalam hal hubungan mereka dengan yang lebih besar, sistem
secara menyeluruh atau umum disebut struktur. Ia bekerja untuk mengungkap struktur yang
mendasari semua hal yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan, dan merasa. Atau, seperti
yang dirangkum oleh filsuf Simon Blackburn, strukturalisme adalah "keyakinan bahwa
fenomena kehidupan manusia yang tidak dimengerti kecuali melalui keterkaitan mereka.
Hubungan ini merupakan struktur, dan belakang variasi lokal dalam fenomena yang muncul
di permukaan ada hukum konstan dari budaya abstrak".[1]
Strukturalisme di Eropa dikembangkan di awal tahun 1900-an, di bidang linguistik struktural
dari Ferdinand de Saussure berikutnya Praha,[2] sekolah Moskow[2] dan Copenhagen
linguistik. Pada akhir 1950-an dan awal 60-an, ketika linguistik struktural menghadapi
tantangan serius dari orang-orang seperti Noam Chomsky dan dengan demikian memudar di
pentingnya, array sarjana di humaniora meminjam konsep Saussure untuk digunakan dalam
bidang masing-masing studi. Antropolog Prancis Claude Levi-Strauss dikatakan sebagai
ilmuwan pertama, memicu minat yang luas dalam hal Strukturalisme.[1]
Model strukturalis penalaran telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk antropologi,
sosiologi, psikologi, kritik sastra, ekonomi dan arsitektur. Pemikir yang paling menonjol
terkait dengan strukturalisme termasuk Levi-Strauss, ahli linguistik Roman Jakobson, dan
psikoanalis Jacques Lacan. Sebagai gerakan intelektual, strukturalisme awalnya dianggap
menjadi pewaris eksistensialisme. Namun, pada 1960-an, banyak dari prinsip dasar
strukturalisme diserang dari gelombang baru intelektual terutama dari Perancis seperti filsuf
dan sejarawan Michel Foucault, filsuf dan komentator sosial Jacques Derrida, filsuf Marxis
Louis Althusser, dan kritikus sastra Roland Barthes.[2] Meskipun unsur pekerjaan mereka
selalu berhubungan dengan strukturalisme dan diinformasikan oleh itu, teori ini umumnya
disebut sebagai post-strukturalis. Pada 1970-an, strukturalisme dikritik karena kekakuan dan
ahistorisme. Meskipun demikian, banyak pendukung strukturalisme, seperti Lacan, terus
menegaskan pengaruh pada filsafat kontinental dan banyak asumsi dasar dari beberapa
kritikus strukturalis bahwa pasca-strukturalis adalah kelanjutan dari strukturalisme.[3]
Daftar isi
1 Tujuan
2 Masa Strukturalisme
3 Ciri-ciri Strukturalisme
5 Referensi
6 Bibliografi
7 Bacaan lanjutan
Tujuan
Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan
beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak).[4] Ciri-ciri itu
dapat dilihat strukturnya:
Bahwa yang tidak beraturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu
terdapat sebuah mekanisme generatif yang kurang lebih konstan.[4]
Mekanisme itu selain bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi,
terdapat blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menjelaskan yang
dipermukaan.[4]
Para peneliti menganggap obyektif, yaitu bisa menjaga jarak terhadap yang
sebenarnya dalam penelitian mereka.[4]
Masa Strukturalisme
Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralisme
sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis.[5][6]
Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran
gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam
ilmu pengetahuan.[6]
Ciri-ciri Strukturalisme
Sebagai penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para sejarawan yang
menang dalam pendekatan filologi.[8] Dia mengajukan pendekatan ilmiah, yang didekati dari
sistem terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatannya yang bertujuan menolong
komnunikasi dalam masyarakat.[8] Dipengaruhi oleh Emile Durkheim dalam sebuah social
fact, yang berdasar pada objektivitas di mana psikologi dan tatanan sosial dipertimbangkan.[8]
Saussure memandang bahasa sebagai gudang (lumbung) dari tanda tanda diskusif yand
dibagikan oleh sebuah komunitas.[8] Bahasa bagi Saussure adalah modal interpretasi utama
dunia, dan menuntut suatu ilmu yang disebut semiologi.[7]
Metode Strauss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak.[7] Unsur-unsur yang
digelutinya adalah mengenai mitos, adat-istiadat, dan masyarakatnya sendiri.[7] Dalam proses
analisisnya, manusia kemudian dipandang sebagai suatu porsi dari struktur, yang tidak
Jacques Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure dan LeviStrauss untuk menekankan pendapat Sigmund Freud dengan bahasa dan argumen yang,
sebagai sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan ketidaksadaran orang itu.[8] Hal
ini masalah, bahwa bahasa selalu bergerak dan dinamis, termasuk metafora, metonomi,
kondensasi serta pergeserannya.[8] Jean Piaget sendiri menggambarkan strukturalismenya
sebagai sebuah struktur yang terpadu, yaitu yang unsur-unsurnya adalah anggota dari sistem
di luar struktur itu sendiri.[6] Sistem itu ditangkap melalui kognisi anggota masyarakat sebagai
kesadaran kolektif.[6]
Roland Berthes menerapkan analis strukturalis pada kritik sastra dengan menganggap
berbagai macam ekspresi atau analisis bahasa sebagai bahasa yang berbeda-beda.[7]
Tugas kritik sastra adalah terjemahan, yaitu mengekspresikan sistem formal yang
telah dibentangkan penulisnya dengan suatu bahasa.[7] Hal ini terkait dengan kondisi
zamannya.[7]
genre sastra.
minat
masyarakat
terhadap
manfaat
penelitian
manusia
pada
pemahaman
secara
maksimal.
Secara
historis,
dibicarakan
prinsip-prinsip
antarhubungan,
strukturalisme
semiotik,
2.Pengertian Strukturalisme
Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu
sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur
yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yang lain hubungan antara unsur (unsur)
dengan totalitasnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti
keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan
pertentangan. Istilah struktur sering dikacaukan dengan sistem. Definisi dan ciri-ciri
sruktur sering disamakan dengan definisi dan ciri-ciri sistem. Secara etimologis
struktur berasal dari kata structura (Latin), berati bentuk, bangunan, sedangkan
sistem berasal dari kata systema (Latin), berarti cara. Struktur dengan demikian
menunjuk pada kata benda, sedangkan sistem menunjuk pada kata kerja.
Pengertian-pengertian struktur yang telah digunakan untuk menunjuk unsur-unsur
yang membentuk totalitas pada dasarnya telah mengimplikasikan keterlibatan
sistem. Artinya, cara kerja sebagaimana ditunjukan oleh mekanisme antar hubungan
sehingga terbentuk totalitas adalah sistem. Dengan kalimat lain, tanpa keterlibatan
sistem maka unsur-unsur hanyalah agregasi.
Sejak ditemukannya hukum-hukum formal yang berhubungan dengan hakikat
karya sekitar tahun 1940-an, bahkan sejak formalisme awal abad ke-20, model
analisis terhadap karya sastra telah membawa hasil yang gilang-gemilang. Bahasa
sebagai sistem model pertama telah dieksploitasi semaksimal mungkin dalam
rangka menemukan aspek-aspek estetikanya. Ciri-ciri kesastraan, cara-cara
pembacaan mikroskopi, analisis intristik, dan sebagainya, yang secara keseluruhan
mmberikan intensitas terhadap kedudukan karya sastra secara mandiri, karya sastra
sebagai ergon, selama hampir setengah abad merupakan tujuan utama penelitian.
Analisis Les Chats karya Baudelaire oleh Roman Jakobson dan Levi-Strauss,
Sarrasine karya Balzac oleh Roland Barthes, dongeng-dongeng Rusia oleh Propp,
dianggap sebagai puncak keberhasilan strukturalisme. Berbagai analisis yang
dilakukan oleh mazhab Rawamangun, khususnya penelitian yang dilakukan oleh
A.Teeuw, Umar Junus, Rachmat Djoko Pradopo, dan Made Sukada, termasuk
skripsi, tesis, disertasi yang belum terbit yang masih tersimpan di perpustakaan,
merupakan hasil strukturalisme.
Perkembangan ilmu pengetahuan, setelah mencapai klimaks akan mengalami
stagnasi sebab akan timbul konsep dan paradigma baru, sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang mendukungnya. Klimaks strukturalisme dianggap
sebagai
involusi,
tidak
memberikan
arti
yang
memadai
terhadap
hakikat
strukturalisme
dinamik
didasarkan
atas
kelemahan-kelemahan
1977: 31). Menurutnya, karya sastra adalah proses komunikasi, fakta semiotik,
terdiri atas tanda, struktur, dan nilai-nilai. Karya seni adalah petanda yang
memperoleh makna dalam kedadaran pembaca. Oleh karena itulah, karya seni
harus dikembalikan pada kompetensi penulis, masyarakat yang menghasilkannya,
dan pembaca sebagai penerima.
Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur
karya. Setiap karya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang sama maupun
berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Di samping sebagai akibat ciri-ciri
inheren tersebut, perbedaan unsur juga terjadi sebagai akibat dari perbedaan proses
resepsi pembaca. Dalam hubungan inilah karya sastra dikatakan sebagai memiliki
ciri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa digeneralisasikan. Setiap penilaian akan
memberikan hasil yang berbeda. Meskipun demikian perlu dikemukakan unsurunsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya, yaitu: prosa, puisi, dan
drama. Unsur-unsur prosa, diantaranya: tema, peristiwa atau kejadian, latar atau
seting, penokohan atau perwatakan, alut atau plot, sudut pandang, dan gaya
bahasa. Unsur-unsur puisi, diantaranya: teema, stilistika atau gaya bahasa, imajinasi
atau daya bayang, ritme atau irama, rima atau persajakan, diksi atau pilihan kata,
simbol, nada, dan enjambemen. Unsur-unsur drama, dalam hubungan ini drama
teks, di antaranya: tema, dialog, peristiwa
Secara persis sama sebagaimana dikemukakan oleh para penemunya. Teori pun
dapat
ditafsirkan
sesuai
dengan
kemampuan
peneliti.
Teori
adalah
alat,
menonjol adalah lahirnya berbagai kerangka dan model analisis, khususnya analisis
fiksi. Dalam kerangka strukturalisme, di mana diperlukan adanya suatu keteraturan,
suatu pusat yang pada gilirannya akan melahirkan saluran-saluran komunikasi,
kerangka dan model-model analisis yang dikemukakan oleh para kritikus sastra,
sesuai dengan tujuannya masing-masing, dapat diterima secara positif. Sebaliknya,
dalam kerangka analisis sastra kontemporer jelas model yang dimaksudkan tidak
sesuai dan tidak diperlukan sebab prinsip-prinsip postrukturalisme memprasyaratkan
pemahaman yang tidak harus dilakukan melalui suatu kerangka analisis yang sudah
baku.
A. Prinsip-prinsip Antarhubungan
Dalam strukturalisme konsep fungsi memegang peranan penting. Artinya, unsurunsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperanan secara maksimal sematamata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukan antarhubungan unsurunsur yang terlibat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa struktur lebih dari sekedar
unsur-unsur dan totalitasnya, karya sastra lebih dari sekedar pemahaman bahasa
sebagai medium, karya sastra lebih dari sekedar penjumlahan bentuk dan isinya.
Antarhubungan dengan demikian merupakan kualitas energetis unsur. Unsur-unsur
memiliki fungsi yang berbeda-beda, dominasinya tergantung pada jenis, konvensi,
dan tradisi sastra. Unsur-unsur pada gilirannya memiliki kapasitas untuk melakukan
reorganisasi dan regulasi diri, membentuk dan membina hubungan antarunsur.
Sesuai dengan proposisi Durkheim (Johnson, 1988: 168) mengenai masyarakat,
maka dalam karya, totalitas selalu lebih besar dan lebih berarti dari jumlah unsurnya.
Kualitas karya dinilai dalam totalitasnya, bukan akumulasi unsurnya.
Unsur tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, unsur dapat dipahami semata-mata
dalam proses antarhubungannya. Makna total setiap entitas dapat dipahami hanya
dalam integritasnya terhadap totalitasnya. Dunia kehidupan merupakan totalitas
fakta sosial, buka totalitas benda. Antarhubungan mengandaikan pergeseran nilainilai substansial ke arah struktural, nilai dengan kualitas bagian ke arah kualitas
totalitas. Hubungan yang terbentuk tidak semata-mata bersifat positif, melainkan
juga negatif, seperti konflik dan pertentangan. Menurut Craib (1994: 177), variasi
unsur dalam suatu komunitas hubungan bisa sama, tetapi variasi hubungan akan
menghasilkan sesuatu yang sama sekali berbeda.
unsur-unsur
yang
terkandung
dalam
karya
sastra.
Kedua,
lain juga menerima pengertian yang bertolak dari gejala-gejala. Sudut pandang yang
lain (Scholes, 1977: 7) menganggap konsep unsur terkandung dalam hermeneutika,
khususnya melalui paradigma Schleiermacher dan Dilthey, dengan anggapan bahwa
sebuah karya seni harus dipahami melaui hubungan antara bagian-bagian dengan
keseluruhannya. Di samping itu, analisis unsur-unsur dengan hermeneutika, sebagai
teori dan metode, diharapkan akan menampilkan mekanisme yang saling
melengkapi sebab keduanya memiliki objek yang sama, yaitu teks. Struktur tes yang
berlapis-lapis dan mengandung ruang-ruang kosong merupakan medan makna dari
hermeneutika. Dalam bidang antropologi budaya yang dipelopori oleh Emile
Durkheim (1858-1917), dengan ide solidaritas dan integrasi sosial, memandang
hubungan individu dengan masyarakat sebagai suatu sistem, dalam struktur sosial.
Paradigma baru dari ilmu bahasa, sebagaimana dikemukakan oleh Ferdinand de
Saussure yang lahir di Swis (1857-1913), khususnya melalui karyanya yang berjudul
Cours de linguistque generale (1916), yang selanjutnya dianggap sebagai bapak
strukturalisme, menampilkan pergeseran yang radikal untuk menganalisis bahasa
sebagai sistem, makna hanya dapat dipahami melalui mekanisme relasionalnya.
Perkembangannya
yang
sangat
pesat,
bahkan
juga
sesudah
menjadi
fungsi,
sehingga
menjadikanteks
sebagai
suatu
kesatuan
yang
Konsep struktur pada dasarnya sudah ada sejak Aristoteles, tetapi menjadi teori
modern
sesudah
melalui
perkembangan
formalisme
di
atas.
Melalui
tertentu, yang pada gilirannya akan menghasilkannilai dalam sistem tersebut. Pada
saat ini pada dasarnya strukturalisme sudah melahirkan semiologi. Di samping
dalam bidang linguistik juga berkembang dalam antropologi (Claude Levi-Strauss),
filsafat (Foucault, Althusser), psikoanalisis (Lacan), analisis puisi (Roman Jakobson),
dan analisis cerita (Genete).
Sejumlah istilah dan konsep yang secara khas disumbangkan oleh kelompok
formalisme, diantaranya: kesastraan, bentuk dan isi, fabula dan sjuzet, otomatisasi
dan defamiliarisasi. Hakikat kesastraan (literariness) merupakan ciri-ciri umum
kelompok formalis. Menurutnya, meskipun pada dasarnya tidak ada perbedaan
secara intristik antara bahasa sastra dengan bahasa sehari-hari, tetapi dengan cara
mengadakan penyusunan kembali, dengan mempertimbangkan fungsinya dalam
suatu struktur, maka bahasa sastra akan berbeda dengan bahasa biasa. Dalam
hubungan inilah dikatakan bahwa bahasa sastra adalah bahasa yang diciptakan,
aspek-aspek kesastraanlah yang membuat karya tertentu sebagai karya sastra.
Intensitas terhadap bahasa sastra pada gilirannya menghilangkan perbedaan bentuk
dan isi. Karya sastra dengan demikian adalah bentuk sekaligus isi, isi hadir hanya
melalui medium bentuk. Dengan kalimat lain, isi adalah struktur itu sendiri.
Fabula dan sjuzet merupakan konsep formalis yang paling terkenal. Cerita dan
penceritaan, cerita dan plot, dianggap sebagai konsep kunci dalam membedakan
karya sastra, khususnya sastra naratif, dengan sejarah dan peristiwa sehari-hari.
Fabula adalah bahan kasar, kejadian yang tersusun secara kronologis, oleh karena
itu fabula disebut juga konstituten plot. Sjuzet mengorganisasikan keseluruhan
kejadian kedalam struktur penceritaan. Dalam puisi, energi organisatoris ini
dipegang oleh ritme. Semata-mata dalam struktur penceritaan inilah, sebagai
kualitas yang dibangun, sebagai struktur yang diciptakan, terkandung kualitas estetis
sebuah karya sastra. Konsep lain yang juga sangat terkenal, yang dikemukakan oleh
Sklovsky (baca Selden, 6-15), adalah otomatisasi yang defamiliarisasi. Otomatisasi
adalah
pemakaian
bahasa
yang
sudah
biasa,
otomatis.
Defamiliarisasi
(pengasingan) membuat yang sudah biasa menjadi luar biasa, menjadi baru,
menjadi aneh, menyimpang, misalnya, dengan cara memperlambat, menunda, dan
menyisipi. Dalam sastra naratif, defamiliarisasi biasanya diperoleh mekanisme
pemplotan dengan cara mengubah susunan kejadian. Otomatisasi mirip dengan
reifikasi menurut pemahaman Berger dan Luckmann (1973: 106-107) dan ada
sesejajaran denga estetika persamaan dan estetika pertentangan menurut
pemahaman Lotman (baca Teeuw, 1988: 360). Pada dasarnya evolusi sastra adalah
proses pengasingan secara terus-menerus.
Usaha maksimal kelompok formalis dalam rangka menemukan hakikat karya sastra
dengan cara megeksploitasi sarana bahasa telah mencapai klimaksnya. Meskipun
demikian, penemuan tersebut justru mngarahkan pada paradigma baru, karya tidak
bisa dipahami secara terisolasi semata-mata melalui akumulasi perngkat-perangkat
intrinsiknya, tetapi juga harus melibatkan keseluruhan faktor yang membentuknya.
Pergeseran perhatian dari masalah-masalah teknis, khususnya sebagaiimana
digemari oleh kelompok formalisme awal, ke arah pemahaman sastra secara lebih
luas, melahirkan strukturalisme. Formalisme memiliki dampak atas strukturalisme
Perancis, yang kemudian memicu penelitian Todorov, Roland Barthes, dan Gerarld
Genette. Formalisme juga memegang peranan dalam perkembangan strukturalisme
Rusia tahun 1960-an, mempengaruhi kelompok Tartu-Moskow, termasuk Lotman,
Alexander Zholkovsky, dan Boris Uspensij.
Sebagai asal-usul teori modern dalam bidang sastra relevansi formalisme seperti
telah dijelaskan di atas adalah pergeseran pandangan dari unsur-unsur di luar sastra
ke sastra itu sendiri. Pergeseran yang dimaksudkan membawa implikasi langsung
pada pandangan bahwa yang terpenting dalam analisis adalah karya, dalam
hubungan ini medium bahasa dan aspek-aspek kesastraan dengan berbagai
problematikanya. Sesuai dengan perkembangan formalisme, pada tahap permulaan
karya sastra yang memperoleh perhatian adalah puisi yang kemudian dilanjutkan
dengan jenis fiksi. Pada perkembangan yang terakhir inilah dikemukakan konsepkonsep yang relevan dalam analisis novel, seperti perbedaan antara cerita dengan
penceritaan. Pada dasarnya keseluruhan unsur fikis dimanifestasikan dalam
penceritaan, yang pada umumnya disebut plot. Teks dan wacana, dua istilah yang
menduduki posisi yang sangat penting dalam teori sastra kontemporer pada
dasarnya juga dieksploitasi melalui mekanisme penceritaan tersebut. Melalui relasi
oposisi fabula dan sjuzet, formalisme membawa ilmu sastra pada pemahaman baru,
sastra sebagai energi untuk menjadikan segala sesuatu seolah-olah terlihat untuk
pertama kali.
kolektif,
maka
pikiran
pun
terdiri
atas
cetakan-cetakan
yang
sebaliknya,
menurut
Durkheim,
justru
individulah
yang
dibentuk
masyarakat. Sejajar dengan konsep ini, naka dalam strukturalisme, unsur memiliki
arti hanya dalam totalitasnya.
Tokoh-tokoh
penting
strukturalisme,
di
antaranya:
Roman
Jakobson,
Jan
Mukarovsky, Felix Vodicka, Rene Wellek, Jonathan Culler, Robert Scheles, dan
sebagainya. Jakobson sekaligus merupakan tokoh formalis, strukturalisme Ceko,
strukturalisme di Amerika Serikat, dan strukturalisme modern pada umumnya. Teori
Jakobson (Teeuw, 1988: 53), yang terdiri atas enam faktor (addresser, addesse,
context, message, contact, dan code) dengan enam fungsi (emotive, conative,
reverential, poetic, phatic, dan metalingual), meskipun banyak ditolak, tetapi sangat
relevan dalam kaitannyadengan pemahaman fungsi-fungsi puitika bahasa. Bersama
Levi-Strauss, teori tersebut diterapkan dalam menganalisis puisi Charles Baudelaire
yang berjudul Les Chats. Meskipun demikian, buku yang paling berwibawa
mengenai konsep strukturalisme adalah Theory of Literature yang ditulis oleh Rene
Wellek dan Austin Warren, terbit pertama kali tahun 1942. buku tersebut merupakan
perpaduan antara strukturalisme Ceko dengan Kritik Baru.(1) Aspek Ekstrinsik
(historis, sosiologis, psikologis, filosofis, religius),(2)Aspek Intristik
Elemen-elemen cipta sastra (a)insiden, (b)plot, (c) karakterisasi,(d)teknik cerita,(e)
komposisi cerita, dan (f) gaya bahasa.
D. Teori Semiotika
Secara definitif, menurut Paul Cobley (2002) Semiotika berasal dari kata
seme,bahasa Yunani yang artinya penafsir tanda.Literatur lain semiotika berasal dari
kata semeion yang berarti tanda. Dalam pengertian yang luas sebagai teori
semeotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interprestasi tanda,
bagaimana cara kerjanya,apa manfaatnya
(c)
legisigns
types
(berupa
hukum).
(2)
sebagai
kemungkinan
(konsep),dicisigns,dicent
signs
tanda
sebagai
DAFTAR PUSTAKA
TeoriStrukturalisme
A.Pendahuluan
Tujuanilmupengetahuanadalahuntukmengembangkanteoriyangmasukakaldandapat
dipercaya.Hanyadenganberteori,pertanyaanpertanyaandasarmengenaisituasisocialyang
adadidalamkehidupanmanusiadapatdijawab.Karenaitu,sebelumberbicaratentangteori
teori sosiologi, maka ada baiknya kita uraikan secara singkat terlebih dahulu tentang
pengertianteori,fungsiteorisertapengklasifikasianteorisosiologi.
B.PengertianTeori
MenurutTurnerteorimerupakanprosesmentaluntukmembangunidesehinggailmuwan
dapatmenjelaskanmengapaperistiwaituterjadi(Sunarto,2000:225).SedangkanKornblum
mengemukakan bahwa teori merupakan seperangkat jalinan konsep untuk mencari sebab
terjadinyagejalayangdiamati.Dalamprosespencariansebabini,arailmuwanmembedakan
antarafaktoryangdijelaskandenganfaktorpenyebab.
MenurutSoerjonoSoekanto(2000:27),suatuteoripadahakikatnyamerupakanhubungan
antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut caracara tertentu. Fakta
merupakansesuatuyangdapatdiamatidanpadaumumnyadapatdiujisecaraempiris.Oleh
sebabitudalambentukyangpalingsederhana,teorimerupakanhubunganantaraduavariabel
ataulebihyangtelahdiujikebenarannya.
Bagiseseorangyangbelajarsosiologi,teorimempunyaikegunaanantaralainuntuk
(Zamroni,1992:4):
1.sistematisasipengetahuan;
2.menjelaskan,meramalkan,danmelakukankontrolsocial
3.mengembangkanhipotesa
C.TeoriSosiologi
Dalamsosiologiditempuhberbagaicarauntukmengklasifikasikanteori.Ritzerdalambuku
Teori Sosiologi Modern Edisi ke6 (2006) meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit,
namundalamkaryanyaitudapatdilihatklasifikasiberdasarkanpadaurutanwaktulahirnya
teorisosiologi.KlasifikasiyanghampirsamajugadilakukanolehDoylePaulJohnson(1986)
dalambukunyaTeoriSosiologiKlasikdanModern.Ritzerdalambukunyamembagisebagai
berikut:
1)TeoriSosiologiKlasik(SosiologiTahunTahunAwal)
PeriodeiniditandaiolehmunculnyaaliranSosiologiPerancisdengantokohtokoh:Saint
Simon,AugusteComte,danEmileDurkheim.SosiologiJermandengantokohtokoh:Karl
Marx,MaxWeber,danGeorgSimmel.SosiologiInggrisyangdipeloporiolehHerbert
Spencer.SertaSosiologiItaliadengantokohVilfredoPareto.
2)TeoriSosiologiModern.
TeoriteoriinimerupakanpengembangandarialiranaliranSosiologiKlasik.Aliranaliran
utamadalamteorisosiologimoderninimeliputi:SosiologiAmerika,Fungsionalisme,Teori
Konflik,TeoriNeoMarxis,TeoriSistem,InteraksionismeSimbolik,Etnometodologi,
Fenomenologi,TeoriPertukaran,TeoriJaringan,TeoriPilihanRasional,TeoriFeminis
Modern,TeoriModernitasKontemporer,Strukturalisme,danPostStrukturalisme
3)TeoriSosialPostModern.
Aliranteoriinimerupakankritikatasmasyarakatmodernyangdianggapgagalmembawa
kemajuandanharapanbagimasadepan.Parateoritisiyangtergabungdalamaliraniniantara
lain:MichaelFoucoult,JeanBaudrillard,JacquesDerrida,JeanFrancoisLyotard,Jacques
Lacan,GillesDeleuze,FelixGuattari,PaulVirilio,AnthonyGiddens,UlrichBeck,Jurgen
Habermas,ZygmuntBauman,DavidHarvey,DanielNielBell,FredricJameson.
D.Strukturalisme
TeoriStrukturalismetermasukteoriSosiologiModerndanjugaPostModern,karenadalam
perkembangannya, teori ini terus dikembangkan dan menjadi teori Post Strukturalisme.
Walaupunteoriinijelasmemusatkanperhatiannyapadastruktur,tetapitidaksepenuhnya
sama dengan struktur yang menjadi sasaran perhatian teoritisi Fungsionalisme Struktural
(salah satu teori Sosiologi klasik). Perbedaanya pada tekanannya, yaitu Fungsionalisme
Strukturalmemusatkanperhatiannyapadastruktursosial,sedangkanTeoriStrukturalisme
memusatkanpadastrukturlinguistik(Ritzer,2004:603).
Strukturalismemerupakansuatugerakanpemikiranfilsafatyangmempunyaipokokpikiran
bahwasemuamasyarakatdankebudayaanmempunyaisuatustrukturyangsamadantetap.
Ciri khas strukturalisme ialah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual obyek melalui
penyelidikan, penyingkapan sifatsifat instrinsiknya yang tidak terikat oleh waktu dan
penetapan hubungan antara fakta atau unsurunsur sistem tersebut melalui pendidikan.
Strukturalismemenyingkapkandanmelukiskanstrukturintidarisuatuobyek(hirarkinya,
kaitantimbalbalikantaraunsurunsurpadasetiaptingkat)(Bagus,1996:1040)
Gagasangagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan
studi interdisipliner tentang gejalagejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmuilmu
kemanusiaan dengan ilmuilmu alam. Akan tetapi introduksi metode struktural dalam
bermacam bidang pengetahuan menimbulkan upaya yang siasia untuk mengangkat
strukturalismepadastatussistemfilosofis.(Bagus,1996:1040)
a.FerdinanddeSaussure
Untukmengenallebihlanjuttentangstrukturalismemakaadabaiknyauntukmenyimak
pemikiranFerdinanddeSaussureyangbanyakdisebutorangsebagaibapakstrukturalisme,
walaupunbukanorangpertamayangmengungkapkanstrukturalisme.
Banyak hal yang menunjukkan Ferdinand de Saussure adalah bapak strukturalisme.
Selainia sebagai bapakstrukturalisme iajuga sebagaibapak linguistikyang ditunjukkan
dengan mengadakan perubahan besarbesaran di bidang lingustik. Ia yang pertama kali
merumuskansecarasistematiscaramenganalisabahasa,yangjugadapatdipergunakanuntuk
menganalisasistemtandaatausimboldalamkehidupanmasyarakat,denganmenggunakan
analisisstruktural.Iamengatakanbahwalinguistikadalahilmuyangmandiri,karenabahan
penelitiannya,yaitubahasa,jugabersifatotonom.Bahasaadalahsistemtandayangpaling
lengkap.
Menurutnyaadakemiskinandalamsistemtandalainnya,sehinggauntukmasukkedalam
analisissemiotik,seringdigunakanpolailmubahasa.DeSaussuremengatakanbahwabahasa
adalahsistemtandayangmengungkapkangagasan,dengandemikiandapatdibandingkan
dengantulisan,abjadorangorangbisutuli,upacarasimbolik,bentuksopansantun,tanda
tandakemiliterandanlainsebagainya.Bahasahanyalahyangpalingpentingdarisistem
sistemini.Jadikitadapatmenanamkanbenihsuatuilmuyangmempelajaritandatandadi
tengahtengahkehidupankemasyarakatan;iaakanmenjadibagiandaripsikologiumum,yang
nantinyadinamakanolehdesaussuresebagaisemiologi.Ilmuiniakanmengajarkankepada
kita,terdiridariapasajatandatandaitu,kaidahmanayangmengaturnya.Karenailmuini
belumada,makakitabelumdapatmengatakanbagaimanailmuini,tetapiiaberhakhadir,
tempatnyatelahditentukanlebihdahulu.Linguistikhanyalahsebahagiandariilmuumumitu,
kaidahkaidahyangdigunakandalamsemiologiakandapatdigunakandalamlinguistikdan
dengandemikianlinguistikakanterikatpadasuatubidangtertentudalamkeseluruhanfakta
manusia.
GagasanyangpalingmendasardarideSaussureadalahsebagaiberikut:
1.Diakronisdansinkronis:penelitiansuatubidangilmutidakhanyadapatdilakukansecara
diakronis(menurutperkembangannya)melainkanjugasecarasinkronis(penelitiandilakukan
terhadapunsurunsurstrukturyangsezaman)
2.Languedanparole:langueadalahpenelitianbahasayangmengandungkaidahkaidah,telah
menjadimilikmasyarakat,dantelahmenjadikonvensi.Sementaraparoleadalahpenelitian
terhadapujaranyangdihasilkansecaraindividual.
3.SintagmatikdanParadikmatik(asosiatif):sintagmatikadalahhubunganantaraunsuryang
berurutan(struktur)danparadikmatikadalahhubunganantaraunsuryanghadirdanyang
tidakhadir,dandapatsalingmenggantikan,bersifatasosiatif(sistem).
4.PenandadanPetanda:Saussuremenampilkantigaistilahdalamteoiini,yaitutandabahasa
(sign),penanda(signifier)danpetanda(signified).Menurutnyasetiaptandabahasa
mempunyaiduasisiyangtidakterpisahkanyaitupenanda(imajibunyi)danpetanda
(konsep).Sebagaicontohkalaukitamendengankatarumahlangsungtergambardalam
pikirankitakonseprumah.
Strukturalismetermasukdalamteorikebudayaanyangidealistikkarenastrukturalisme
mengkajipikiranpikiranyangterjadidalamdirimanusia.Strukturalismemenganalisaproses
berfikirmanusiadarimulaikonsephinggamunculnyasimbolsimbolatautandatanda
(termasukdidalmnyaupacaraupacara,tandatandakemiliterandansebagainya)sehingga
membentuksistembahasa.Bahasayangdiungkapkandalampercakapansehariharijuga
mengenaiproseskehidupanyangadadalamkehidupanmanusia,dianalisaberdasarkan
strukturnyamelaluipetandadanpenanda,languedanparole,sintagmatikdanparadikmatik
sertadiakronisdansinkronis.Semuarelaitassosialdapatdianalisaberdasarkananalisa
strukturalyangtidakterlepasdarikebahasaan.
Dalammemahamikebudayaankitatidakbisaterlepasdariprinsipprinsipdasarnya.de
Saussuremerumuskansetidaknyaadatigaprinsipdasaryangpentingdalammemahami
kebudayaan,yaitu:
1.Tanda(dalambahasa)terdiriatasyangmenandai(signifiant,signifier,penanda)danyang
ditandai(signifi,signified,petanda).Penandaadalahcitrabunyisedangkanpetandaadalah
gagasanataukonsep.Halinimenunjukkanbahwasetidaknyakonsepbunyiterdiriatastiga
komponen(1)artikulasikeduabibir,(2)pelepasanudarayangkeluarsecaramendadak,dan
(3)pitasuarayangtidakbergetar.
2. GagasanpentingyangberhubungandengantandamenurutSaussureadalahtidakadanya
acuankerealitasobyektif.Tandatidakmempunyainomenclature.Untukmemahamimakna
makaterdapatduacara,yaitu,pertama,maknatandaditentukanolehpertalianantarasatu
tandadengansemuatandalainnyayangdigunakandancarakeduakarenamerupakanunsur
dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan manusia, menentukan
bagaimana unsurunsur realitas obyektif diberikan signifikasi atau kebermaknaan sesuai
dengankonsepyangterekam.
3. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan adalah
hubunganantaraindividudanmasyarakat.Untukbahasa,menurutSaussureadalanguedan
parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah pengetahuan dan kemampuan bahasa yang
bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga masyarakat; parole adalah
perwujudan langue pada individu. Melalui individu direalisasi tuturan yang mengikuti
kaidahkaidah yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak, komunikasi tidak akan
berlangsungsecaralancar.
Gagasankebudayaan, baiksebagaisistem kognitif maupunsebagaisistem struktural,
bertolakdarianggapanbahwakebudayaanadalahsistemmentalyangmengandungsemuahal
yang harus diketahui individu agar dapat berperilaku dan bertindakj sedemikian rupa
sehinggadapatditerimadandianggapwajarolehsesamawargamasyarakatnya.
b.PierreBourdieu
Bourdieupadaawalnyamenghasilkankaryakaryayangmemaparkansejumlahpengaruh
teoritis, termasuk fungsionalisme, strukturalisme dan eksistensialisme, terutama pengaruh
JeanPaulSartredanLouisAlthusser.
Pada tahun 60an ia mulai mengolah pandanganpandangan tersebut dan membangun
suatuteoritentangmodelmasyarakat.Gabunganantarapendekatanteoriobyektivisdanteori
subyektivis sosial yang dituangkan dalam buku yang berjudul outline of a theory of
practicedimanadidalamnyaiamemilikiposisiyangunikkarena berusahamensintesakan
keduapendekatanmetodologidanepistemologitersebut.
1.Sebagaikecenderungankecenderunganempirisuntukbertindakdalamcaracarayang
khusus(gayahidup)
2.Sebagaimotivasi,preferensi,citarasaatauperasaan(emosi)
3.Sebagaiperilakuyangmendarahdaging
4.Sebagaisuatupandangantentangdunia(kosmologi)
5.Sebagaiketerampilandankemampuansosialpraktis
6.Sebagaiaspirasidanharapanberkaitandenganperubahanhidupdanjenjangkarier.
Habitusmembekaliseseorangdenganhasrta.Motivasi,pengetahuan,keterampilan,
rutinitasdanstrategiuntukmemproduksistatusyanglebihrendah.BagiBourdieukeluarga
dansekolahmerupakanlembagapentingdalammembentukkebiasaanyangberbeda.
FieldbagiBourdieulebihbersifatrelasionalketimbangstruktural.Fieldadalahjaringan
hubunganantarposisiobyektifdidalamnya.Keberadaanhubunganiniterlepasdari
kesadarandankemauanindividu.Fieldbukanlahinteraksiatauikatanlingkunganbukanlah
intersubyektifantaraindividu.Penghubiposisimungkinagenindividualataulembaga,dan
penghubiposisiinidikendalikanolehstrukturlingkungan.
Bourdieu melihat field sebagai sebuah arena pertarungan. Struktur Field lah yang
menyiapkan dan membimbing strategi yang digunakan penghuni posisi tertentu yang
mencoba melindungi atau meningkatkan posisi mereka untuk memaksakan prinsip
penjenjangansosialyangpalingmenguntungkanbagiprodukmerekasendiri.Fieldadalah
sejenis pasar kompetisi dimana berbagai jenis modal (ekonomi, kultur, sosial, simbolik)
digunakandandisebarkan.Lingkunganadalahlingkunganpolitik(kekuasaan)yangsangat
penting;hirarkihubungankekuasaandidalamlingkunganpolitikmembantumenatasemua
lingkunganyanglain.
Bourdieu menyusun 3 langkah proses untuk menganalisa lingkungan, pertama,
menggambarkan keutamaan lingkungan kekuasaan (politik). Langkah kedua,
menggambarkan struktur obyektif hubungan antar berbagai posisi di dalam lingkungan
tertentu,ketiga,analisharusmencobamenetukanciricirikebiasaanagenyangmenempati
berbagaitipeposisididalamlingkungan.
Dengankatalain,Fieldadalahwilayahkehidupansosial,sepertiseni,industri,hukum,
pengobatan,politikdanlainsebagainya,dimanaparapelakunyaberusahauntukmemperoleh
kekuasaandanstatus.
Bourdieumenganggapbahwamodalmemainkanperananyangpenting,karenamodallah
yang memungkinkan orang untuk mengendalikan orang untuk mengendalikan nasibnya
sendirimaupunnasiboranglain.
Ada4modalyangberperandalammasyarakatyangmenentukankekuasaansosialdan
ketidaksetaraansosial,pertamamodalekonomisyangmenunjukkansumberekonomi.Kedua,
modal sosial yang berupa hubunganhubungan sosial yang memungkinkan seseorang
bermobilisasi demi kepentingan sendiri. Ketiga, modal simbolik yang berasal dari
kehormatan dan prestise seseorang. Dan keempat adalah modal budaya yang memiliki
beberapadimensi,yaitu:
1.Pengetahuanobyektiftentangsenidanbudaya
2.Citarasabudaya(culturaltaste)danpreferensi
3.Kualifikasikualifikasiformal(sepertigelasgelaruniversitas)
4.Kemampuankemampuanbudayawidanpengetahuanpraktis.
5.Kemampuanuntukdibedakandanuntukmembuatoerbedaanantarayangbaikdanburuk.
Modalkulturaliniterbentukselamabertahuntahunhinggaterbatinkandalamdiri
seseorang.Setelahdibahastentangketigakonsepdiatasmakaakandijelaskanhubungan
ketigakonseptersebut.
Habitusdanranahmerupakanperangkatkonseptualutamayangkrusialbagikarya
Bourdieuyangditopangolehsejumlahidelainsepertikekuasaansimbolik,strategidan
perbuatanbesertaberaganjenismodal.
Sepertitelahdiungkapkandiatasbahwahabitusadalahstrukturkognitifyang
menghubungkanindividudanrealitassosial.Habitusmerupakanstruktursubyektifyang
terbentukdaripengalamanindividuberhubungandenganindividulaindalamjaringan
strukturobyektifyangadadalamruangsosial.Habitusadalahproduksejarahyangterbentuk
setelahmanusialahirdanberinteraksidenganmasyarakatdalamruangdanwaktutertentu,
dengankatalainhabitusadalahhasilpembelajaranlewatpengasuhan,aktivitasbermain,dan
jugapendidikanmasyarakat.Pembelajaraniniberjalansecarahalussehinggaindividutidak
menyadarihaliniterjadipadadirinya,jadihabitusbukanpengetahuanbawaan.
Habitusmendasarifieldyangmerupakanjaringanrelasiantarposisiposisiobyektif
dalamsuatutatanansosialyanghadirterpisahdarikesadaranindividu.Fieldsemacam
hubunganyangterstrukturdantanpadisadarimengaturposisiposisiindividudankelompok
dalamtatananmasyarakatyangterbentuksecaraspontan.
Habitusmemungkinkanmanusiahidupdalamkeseharianmerekasecaraspontandan
melakukanhubungandenganpihakpihakdiluardirinya.Dalamprosesinteraksidengan
pihakluartersebutterbentuklahField.
DalamsuatuFieldadapertarungankekuatankekuatanantaraindividuyangmemiliki
banyakmodaldenganindividuyangtidakmemilikimodal.Diatassudahdisinggungbahwa
modalmerupakansebuahkonsentrasikekuatan,suatukekuatanspesifikyangberoperasidi
dalamfielddimanadidalamsetiapfieldmenuntutuntuksetiapindividuuntukmemiliki
modalgaradapathidupsecarabaikdanbertahandidalamnya.
SecararingkasBourdieumenyatakanrumusangeneratifyangmenerangkanpraktissosial
denganrumussetiaprelasisederhanaantaraindividudanstrukturdenganrelasiantarahabitus
danranahyangmelibatkanmodal.
c.LeviStrauss
Dalam konsep Strukturalisme LeviStrauss, struktur adalah modelmodel yang dibuat
oleh ahli Antropologi untuk memahami atau menjelaskan gejala kebudayaan yang
dianalisisnya, yang tidak ada kaitannya dengan fenomena empiris kebudayaan itu sendiri
(Ahimsa,2006;60).Meskipunbertolakpadalinguistik,fokusstrukturalismeLeviStrauss
sebenarnyabukanpadamaknakata,tetapilebihmenekankanpadabentuk(pattern)darikata
itu.BentukbentukkatainimenurutLeviStraussberkaitaneratdenganbentukataususunan
sosialmasyarakat.Olehsebabitu SarahSchmitt(1999)menyatakan,LeviStraussderived
structuralismfromschooloflinguisticswhosefocuswasnotonthemeaningoftheword,but
thepatternsthatthewordsform.
StrukturalismeLeviStraussjugabertolakdarikonsepoposisibiner(binaryopposition).
Konsepinidianggapsamadenganorganisasipemikiranmanusiadanjugakebudayaannya.
Seperti katakata hitam dan putih. Hitam sering dikaitkan dengan kegelapan, keburukan,
kejahatan,sedangkanputihdihubungkandengankesucian,kebersihan,ketulusandanlain
lain.Contohlainadalahkatarasionaldanemosional.Rasionaldianggaplebihistimewadan
diasosiasikandenganlakilaki.Sementaraemosionaldianggapinferioryangdiasosiasikan
denganperempuan.
Semuakonsepmengenaistrukturbahasatersebutdiatas,dikaitkandenganpersoalan
persoalanyangadadalamkehidupansosial.Untukmembuktikanadanyaketerkaitanatau
beberapakesamaanantarabahasadanbudaya,LeviStraussmengembangkanteorinyadalam
analisis mitos. LeviStrauss sangat tertarik pada logika mitologi. Itu sebabnya ia mulai
antara bahasa dan budaya manusia. Singkatnya LeviStrauss berkeyakinan bahwa untuk
mempelajari kebudayaan atau perilaku suatu masyarakat dapat dilakukan melalui bahasa.
Istilah kekerabatan, seperti halnya fonem, merupakan unsur makna; dan seperti fonem,
kekerabatan memperoleh maknanya hanya dari posisi yang mereka tempati dalam suatu
sistem.Kesimpulannyaadalahbahwameskipunmerekaberasaldaritatananrelitas yang
lain,fenomenakekerabatanmerupakantipeyangsamadenganfenomenalinguistik(Levi
Strauss,1972dalamFokkema,1978).
Ahimsa (2006: 2425) menyebutkan bahwa ada beberapa pemahaman mengenai
keterkaitanbahasadanbudayamenurutLeviStrauss.Pertama,bahasayangdigunakanoleh
suatu masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Kedua, menyadari bahwa bahasa merupakan salah satu unsur dari
kebudayaan.Karenabahasamerupakanunsurdarikebudayaan,makabahasaadalahbagian
darikebudayaanitusendiri.Halinidapatkitalihatjugapendapatparapakarkebudayaan
yangselalumenyertakanbahasasebagaiunsurbudayayangsangatpentingdalamkehidupan
manusia.Untukitujikakitamembahasmengenaikebudayaan,kitatidakpernahbisalepas
daripembahasanbahasa(lihat,Koentjaraningrat,1987).Ketiga,menyatakanbahwabahasa
merupakankondisibagikebudayaan.Dengankatalainmelaluibahasamanusiamengetahui
kebudayaansuatumasyarakatyangseringdisebutdengankebudayaandalamartidiakronis.
Dengan bahasa manusia menjadi makhluk sosial yang berbudaya. Berikutnya, bahasa
merupakan kondisi bagi kebudayaan karena material yang digunakan untuk membangun
bahasa pada dasarnya memiliki kesamaan jenis atau tipe dengan apa yang ada pada
kebudayaan itu sendiri. Hubungan atau korelasi bahasa dan budaya terjadi pada tingkat
struktur(mathematicalmodels)danbukanpada statisticalmodels (Ahimsa,2006).Model
modelmatematispadabahasadapatberbedapadatingkatandenganmodelmatematisyang
ada pada kebudayaan. Seperti yang disebutkan oleh LeviStrauss (1963), korelasi sistem
kekerabatanorangorangIndiandiAmerikaUtaradenganmitosmitosmereka,dandalam
cara orang Indian mengekspresikan konsep waktu mereka. Korelasi semacam ini sangat
mungkinterdapatpadakebudayaanlain.
Antropologi mengalami perkembangan pesat setelah dikembangkan dengan model
linguistik,terutamasetelahdiakuinyabidangFonologiatauilmutentangbunyidalambahasa
(Fokkema,1978).Namundemikian,perlujugadiperhatikanbeberapaperbedaanmendasar
antara sifat keilmuan Fonologi dengan apa yang ada dalam Antropologi/Sosiologi. Levi
straussmengakuibahwaanalisisyangbenarbenarilmiahharusnyata,sederhana,danbersifat
menjelaskan(LeviStrauss,1972,dalamFokkema,1978).Tetapihalituagakberbedadengan
apayangadadalamAntropologi.Antropologi/Sosiologibukanbergerakdarihalhalyang
kongkret,analisisAntropolgijustrumajukearahyangberlawanan,manjauhiyangkongkret,
sistemnyalebihrumitdaripadadataobservasidanakhirnyahipotesisnyatidakmenawarkan
penjelasan bagi fenomena maupun asalusul sistem itu sendiri. Antropologi/Sosiologi
berurusan dengan sistem kekerabatan pada titik persilangan dua tatanan realitas yang
berbeda,sistemterminologidansistemsikap.Fonologibisaditerangkansecaraekskulsif
dalamsistempersitilahan;iatidakperlumemperhitungkansegalasikapsumbersosialatau
sumber psikologis, tetapi bagaimana manusia mengucapkan vokal.
Asumsi dasar nalar manusia (human mind) adalah sistem relasi (system of relation).
Kebudayaan dan bahasa berposisi sejajar karena keduanya merupakan hasil dari nalar
manusia.AntropologLeviStraussbertujuanmenemukanmodelbahasadanbudayamelalui
strukturnya. Pemahaman terhadap pikiran dan perilaku kehidupan manusia, serta relasi
manusiadengantradisisangatpenting.Kebudayaanadalahprodukatauhasilaktifitasnalar
manusiayangmemilikikesejajarandenganbahasadantradisi.Tradisiadalahsebuahjalan
bagi masyarakat untuk memformulasikan dan memperlakukan faktafakta dasar dari
eksistensi kehidupan manusia. Tradisi adalah tatanan transendental sebagai pengabsah
tindakandanjugasesuatuygimanendalamsituasiaktualdanbersesuaiandengankonteks
bersifatdinamis(J.C.Hastermann).sebagaicontoh:Konsensusmanusiatentangpersoalan
kehidupan dan kematianmerupakansuatutradisiyangpenuhdengansimbuldantradisi,
olehkarenaituselaludenganupacarayangberbedamenurutpemahamansuatusukuatau
pemeluk agama tertentu. Di Bali, misalnya ketika persiapan menguburkan mayat, selalu
daiadakanpestadanupacarakematiannyapenuhdengankegembiraan,apalagiketikaupacara
pembakaran mayat, sedangkan upacara kemaian pada pemeluk Islam, dipenuhi dengan
kesediandanbahkandilarangsamasekalimemasakmakananpadakomunitasIslamtertentu.
DalamhalinipengaruhpemikirantokohtokohterhadapstrukturalismeLeviStrausscukup
besar.LeviStraussStraussbelajar metodekomparasitentanggeologimasyarakat(Marx)
untuk menemukan geologi psikis (Freud) dan bagaimana pola umum objek dalam
menjelaskan gejala yang tersembunyi. Kajiannya berupa relasi antara keilmuan yang
inderawi dan yanglinguistikrasionalyangdilakukanoleh FredinanddeSaussure(1857
1913),ahlibahasaSwissyangmembangunStrukturalismedarisudutilmubahasastruktural
ygakhirnyamenjaditeoriStrukturalismeitu.Bahasaadalahsistemtanda(sign).Suaradapat
dikatakansebagaibahasajikadapatmengekspresikan,menyatakanataumenyampaikanide
atau pengertian tertentu. Elemen dasarnya adalah katakata. Jadi ide tidak ada sebelum
adanyakatakata.Suarayangmunculdarisebuahkataadalahpenanda(signifier),konsep
suaratersebutadalahtinanda(signified).Contoh: Jaran,kuda,horseadalahpenanda.
Sedangkan binatang berkaki 4 (empat) & berlari kencang adalah tinanda. Hubungan
antarapenanda&tinandadisebutarbiter.Tinandadarisebuahpenandadapatberupaapa
saja,tergantungdarirelasinya.MenurutFredinanddeSaussurekonsepbentuk(form)danisi
(content) penanda dan tinanda selalu memiliki bentuk dan isi. Isi bisa berubah, namun
bentuknyatidak.Untukdapatmengetahuikekhasanbentuk(distinctiveform)ialahdengan
mengenali perbedaan satu kata dengan kata yang lain (differensiasi sistematis). Sebagai
contoh:babu,tabu,sabu,jelassekaliwalaupunfonemnyahampirsama,tetapiartinyasangat
berbeda, karena perbedaan sistimatis tersebut. Saussure juga membedakan antara konsep
langue&parole.Langueadalahsistemtatabahasaformal;sistemelemen phonic yg
hubungannya ditentukan oleh hukum yg tetap. Sedangkan parole adalah percakapan
sebenarnya,yaitucarapembicaramengungkapkanbahasauntukdirinyasendiridalamrangka
berkomunikasi dengan orang lain. Adanya langue menyebabkan adanya parole.
Bandung,
CindyaHendriyana
Mei
2011
Semiotika?sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu semieon, yang artinya
adalah ?tanda?. Berdasarkan pendapatnya mengenai oposisi biner, Saussure mengembangkan
semiotika ke dalam beberapa aturan pokok yang mengatur sistem tanda bahasa, sehingga dari
sinilah kemudian lahir strukturalisme. Pertama, dalam pendapat Saussure, sebuah tanda
khususnya tanda kebahasaan, merupakan entitas psikologis yang bersisi dua atau
berdwimuka, terdiri dari unsur ?penanda? (signifier) dan ?petanda? (signified). Kedua,
elemen tanda-tanda itu menyatu dan saling tergantung satu sama lain. Kombinasi dari
keduanya inilah yang kemudian menghasilkan ?tanda? (sign). Penanda adalah aspek fisik dari
tanda bahasa, sedangkan petanda adalah aspek mental dari tanda bahasa.
Relasi antara penanda dengan petanda?terjadi begitu saja dan arbitrer. Karena itu kita
perlu mengetahui kode-kode yang menyatakan kepada kata apa yang dimaknakan oleh tandatanda. Kode (code) adalah satu sistem dari konvensi-konvensi yang memungkinkan kepada
seseorang untuk mendeteksi arti dalam tanda-tanda karena hubungan (Berger, 2000 : 219 ).
Kedua adalah langue dan parole. Langue dimaksudkan sebagai penggunaan tanda bahasa
secara umum atau oleh publik yang menyepakatinya, sedangkan parole adalah pemakaian
tanda bahasa di tangan individu. Inilah yang membedakan kajian strukturalisme yang
dikembangkan oleh Saussure dengan pendekatan linguistik yang lain, di mana pendekatan
linguistik yang lain hanya berhenti pada tataran langue (Bertens, 2001 : 182).
Saussure memberikan contoh sederhana untuk memahami langue dan parole. Ketika bermain
catur, seorang pemain harus mengikuti struktur aturan yang telah ada. Bidak ?benteng?
memiliki gerak lurus, dalam konsep bahasa dianggap sebagai langue dari sebuah sistem
struktur. Pemain yang menggerakkan bidak ?benteng? baik ke kiri, ke kanan, ke atas atau ke
bawah dianggap sebagai parole. Kebebasan pemain catur dalam menggerakkan bidak ?
benteng? tidak bisa keluar dari struktur sistem aturan permainan catur.
category, sebagian yang lain menyebutnya dengan ?kategori ambigu?. Contoh; gay (tidak
laki-laki juga tidak perempuan), remaja (tidak anak-anak juga tidak dewasa), dst. Posisi yang
berada diluar dua kategori sistem oposisi biner ini menganggu stabilitas struktur oposisi
biner.
Selain oposisi biner, yang perlu menjadi perhatian dalam teori strukturalisme adalah masalah
perubahan yang terjadi dalam sebuah struktur. Perubahan ini disebut dengan transformasi.
Transformasi adalah proses perubahan namun tidak secara keseluruhan, ada bagian-bagian
tertentu dari suatu struktur yang mengalami perubahan sedangkan elemen-elemen yang lama
masih ada.