Anda di halaman 1dari 11

SOAL-SOAL LATIHAN BAB 1 (Halaman 15)

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ikatan kovalen koordinasi. Beri dua contoh.

3. Jelaskan mengapa pada masa yang akan datang istilah senyawa kompleks atau kompleks
cenderung lebih banyak digunakan dibandingkan senyawa koordinasi. Beri contoh dua
fakta yang mendukung pernyataan tersebut.

5. Berikan masing-masing tiga contoh senyawa kompleks yang atom pusatnya memiliki
bilangan oksidasi positif, nol, dan negatif.

JAWABAN

1. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron yang berasal
dari salah satu atom yang berikatan.

Contohnya yaitu ikatan kovalen yang terjadi antara atom nitrogen dan atom boron dalam
H3NBF3 yang diperoleh dari reaksi antara NH3 dan BF3

H F H F
F
H N B F H N B F
+
H F H F

Reaksi diatas dapat ditulis dengan persamaan berikut:

NH3 + BF3 → H3N-BF3

Contoh lainnya yaitu [H3NAgNH3]NO3, yang diperoleh dari reaksi berikut:

AgNO3 + 2NH3 → [H3N-Ag-NH3]NO3

Dan senyawa [Ni(CO)4], yang diperoleh dari reaksi antara Ni dan 4CO,reaksinya dapat
ditulis:

Ni + 4CO → [Ni(CO)4]
3. Istilah senyawa kompleks atau kompleks cenderung lebih banyak digunakan
dibandingkan senyawa koordinasi karena fakta-fakta eksperimen baru menunjukkan
banyak senyawa baru/kompleks yang sulit dijelaskan pembentukannya dengan teori
ikatan yang ada. Selain itu, hal ini disebabkan karena istilah senyawa kompleks atau
kompleks dirasa lebih nyaman atau lebih mudah untuk digunakan dalam komunikasi
tertulis, apalagi dalam komunikasi lisan. Belakangan ini perkembangan dalam kimia
koordinasi, khususnya yang berkaitan dengan senyawa organometalik, tampaknya
semakin mendorong lebih seringnya istilah senyawa kompleks atau kompleks digunakan
daripada istilah senyawa koordinasi. Hal ini disebabkan semakin banyaknya senyawa-
senyawa kompleks baru yang berhasil disintesis yang strukturnya cenderung sulit untuk
dijelaskan berdasarkan teori-teori ikatan kimia yang ada. Misalnya saja seperti yang
diberikan pada contoh berikut:

Pada contoh tersebut, terlihat adanya atom karbon dengan jumlah ikatan lebih dari empat
buah. Jumlah ikatan pada atom karbon lebih dari empat ini menyimpang dari jumlah
ikatan yang biasa teramati pada senyawa-senyawa karbon, yaitu empat buah, dan
cenderung sulit untuk diterangkan. Oleh karena itu, molekul atau ion tersebut betul-betul
merupakan molekul atau ion yang rumit atau kompleks untuk diterangkan bagaimana
pembentukan ikatannya.
5. a. Contoh senyawa kompleks yang atom pusatnya memiliki bilangan oksidasi positif
yaitu: [Co(NH3)6]3+ , [Cu(NH3)4]2+ dan [Pd(NH3)4]2+

b. Contoh senyawa kompleks yang atom pusatnya memiliki bilangan oksidasi nol yaitu:
[Ni(CO)4], [Fe(CO)5] dan [Cr(CO)6]

c. Contoh senyawa kompleks yang atom pusatnya memiliki bilangan oksidasi negative
yaitu: [Co(CO)4]-, [Mn(CO)5]- dan [Fe(CO)4]2-
SOAL-SOAL LATIHAN BAB 2 (Halaman 31)

7. Pernyataan dibawah ini yang salah adalah:

a. Bilangan koordinasi Ag dalam [Ag(NH3)2]+ adalah 2

b. Bilangan koordinasi Ni dalam [Ni(H2O)4][NiCl4] adalah 4

c. Bilangan koordinasi Co dalam [Co(H2O)3Cl3] adalah 6

d. Bilangan koordinasi Co dalam [Co(en)2Cl2] adalah 4

9. Pernyataan dibawah ini yang salah adalah:

a. Bilangan oksidasi Ag dalam [Ag(NH3)4](NO3) adalah +1

b. Bilangan oksidasi Co dalam [Co(en)3]3+ adalah +3

c. Bilangan oksidasi Ni dalam [Ni(CO)4] adalah +2

d. Bilangan oksidasi Fe dalam [Fe(CN)6]4- adalah +2

11. Spesi berikut yang tidak dapat berlaku sebagai ligan adalah:

a. H- b. Be2+ c. Cl- d. PPh3 e. NH4+

f. C2H2 g. C2H4 h. CH4 i. O2- j. CO

k. NH2- l. Co3+
SOAL-SOAL LATIHAN BAB 3 (Halaman 53)

13. Rumus dari tetraaminatembaga(II)heksasianoferat(II) adalah:

a. [Cu(NH3)4][Fe(CN)6]2

b. [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6]

c. [Cu(NH3)4]3[Fe(CN)6]

d. [Cu(NH3)4]4[Fe(CN)6]

15. Rumus dari pentakarbonilbesi adalah:

a. [Fe(CO)5]2+

b. [Fe(CO)5]3+

c. [Fe(CO)5]2-

d. [Fe(CO)5]

17. Berikan rumus dari kompleks berikut:

a. tris(etilenadiamina-N-N’)nikel(III)bromide →

b. diaminaperak(I)heksasianoferat(II) →

c. triaminatritiosianatorodium(III) → [Co(NH3)3(NO2)3]

d. kalium diaminatetrabromokobaltat(III) →

e. heksaaquavanadium(III)nitrat →

f. heksakarbonilmolibdenum →
SOAL-SOAL LATIHAN BAB 4 (Halaman 76)

11. Kompleks dibawah ini yang dapat menunjukkan gejala isomerisme polimerisasi adalah:

a. [Co(NH3)6]Cl3

b. [Pt(NH3)2Cl2]

c. [Pt(Cl2Br2]2-

d. [Pt(NH3)3Cl3]+

13. Jumlah isomer terbanyak dapat diperoleh dari kompleks:

a. [Co(en)2]3+

b. [Co(en)2Cl2]+

c. [Cu(NO2)6]4-

d. [Pt(NH3)2Cl2]

15. Tunjukkan isomerisme struktural yang mungkin terjadi pada kompleks dibawah.
Gambarkan pula struktur semua isomernya.

a. [Pt(en)2(SCN)2]2+

b. [Cu(NH3)4][Fe(CN)6]

c. [Zn(NH3)BrCl(py)]

d. [Ru(NH3)5(NO2)]Cl

e. [Cr(NH3)2(H2O)2Br2]+

f. [Ru(NH3)3I3]
SOAL-SOAL LATIHAN BAB 5 (Halaman 99)

1. Jelaskan dasar-dasar dari teori-teori kimia koordinasi yang diajukan oleh:


(a) Graham;
(b) Kekulé;
(c) Blomstrand-Jørgensen; dan
(d) Werner

3. Jelaskan keunggulan teori koordinasi Werner ditinjau dari:

(a) struktur kompleks;


(b) konduktivitas kompleks;
(c) gejala isomerisme geometrik;
(d) gejala isomerisme optik

5. Berikan penjelasan tentang dasar dari kaidah EAN dari Sidgwick. Apakah
kelemahan dari kaidah tersebut, berikan 3 contoh.

JAWABAN

1. a. Teori Amonium Graham


Teori ini muncul dikarenakan oleh perkembangan senyawa kompleks, dimana
sebagian besar senyawa kompleks yang berhasil ditemukan adalah dengan ligan
NH3. Berdasarkan penemuan tersebut, menurut Graham amina-amina logam
dianggap sebagai senyawa-senyawa amonium yang tersubstitusi. Hal ini mendorong
munculnya teori pertama dalam kimia koordinasi tentang senyawa amina-amina
logam yaitu teori amonium yang dikemukakan oleh Thomas Graham ( 1805-1869).
b. Kekule

Teori Molekuler Kekule menyetakan bahwa senyawa dibagi menjadi dua jenis yakni
senyawa atomik dan senyawa molekuler. Seyawa atomik adalah senyawa yang
perbadingan jumlah atom-atomnya sesuai dengan valensi tetap dari atom-atom
penyusun senyawa tersebut. Senyawa molekuler adalah senyawa yang tersusun dari
beberapa senyawa atomik. Contohnya adalah [Co(NH3)6]Cl3 yang dianggap sebagai
senyawa yang tersusun dari dua jenis senyawa molelkuler yakni CoCl3 dan
NH3 sehingga rumusnya ditulis CoCl3.6NH3. Oleh karena senyawa molekuler adalah
kompulan senyawa atomik maka Kekule menyatakan bahwa ikatan didalamnya tidak
sekuat ikatan dalam senyawa atomik dan senya molekuler kurang stabil. Teori
Kekule dianggap valid pada saat itu karna keberhasilan Kekule mengungkapkan
struktur metana dan benzena dengan tepat. Teori Molekuler ini berdasar pada paham
tentang valensi atom yang dianut oleh Kekule saat itu yang menyatakan bahwa atom-
atom hanya memiliki satu jenis valensi. Teori Kekule ini ditinggalkan karna faktanya
valensi logam transisi tidak hanya satu dan senyawa kompleks banyak yang stabil.

c. Teori rantai Blomstrand-orgensen :

Pada senyawa kompleks yang mengandung halogen, atom halogen dibagi 2 macam
yaitu atom halogen lebih dekat (nearer halogen) dan lebih jauh (farther halogen).
Atom halogen yang lebih akan terionisasi sehingga dinyatakan sebagai larutan
elektrolit namun eksperimen yang diaukannya pada CoCl3.3NH3 menunjukkan
bahwa senyawa tersebut bersifat nonelektrolit dan ketika larutannya ditambahkan
perak nitrat tidak menghasilkan endapan AgCl. 2) Pada senyawa
CoCl3.(en)2 memiliki pasangan isomer structural dengan warna yang berbeda.3)
Konduktivitas larutan dilihat dapat tidaknya larutan tersebut terionisasi.

d. Teori Werner

Teori senyawa koordinasi Werner bahwa 1) Penulisan rumus senyawa kompleks


berdasarkan bilangan koordinasi atom pusat menunjukkan banyaknya ion yang dapat
dihasilkan bila terdapat dalam larutan sekaligus sifat elektrolit dan nonelektrolit
senyawa kompleks tersebut. 2) Konduktivitas larutan kompleks jika tersusun dari 2
ion disamakan dengan konduktivitas larutan NaCl, 3 ion disamakan dengan larutan
CaCl2 dan 4 ion disamakan dengan CaCl3 serta dapat menentukan senyawa
kompleks netral ataukah ionic. 3) senyawa kompleks [Co(en)2Cl2]Cl memiliki
isomer optic , cis dan trans berdasarkan strukturnya yang octahedral.

3.keunggulan teori koordinasi Werner ditinjau dari:

(a) struktur kompleks


5. Dalam konsepnya mengenai ikatan koordinasi ini, Sidgwick menyatakan bahwa jumlah
elektron yang mengelilingi ion pusat, termasuk yang didonorkan oleh ligan disebut sebagai
bilangan atom efektif (Effective Atomic Number, EAN) dari logam tersebut. Pada sebagian
besar senyawa kompleks, jumlah elektron yang mengelilingi ion pusat sama dengan nomor
atom dari gas mulia setelah logam tersebut dalam sistem periodik unsur. Fenomena ini
disebut sebagai Aturan Bilangan Atom Efektif.
Untuk menghitung EAN suatu ion logam dalam kompleks tertentu dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut :
EAN = ( Z – x ) + ( n x y )
Dimana Z adalah nomor atom logam pusat, x adalah tingkat oksidasi dari logam pusat
tersebut, n adalah jumlah ligan, dan y menunjukkan jumlah elektron yang disumbangkan
oleh satu ligan.
Dalam kenyataannya, ternyata banyak senyawa-senyawa kompleks yang tidak mengikuti
aturan EAN ini. Tetapi berdasarkan EAN tersebut sifat kemagnetan dari suatu senyawa
dapat diramalkan. Kompleks yang mengikuti Aturan EAN (EAN sama dengan nomor atom
gas mulia terdekat dari logam) bersifat diamagnetik. Sebaliknya, kompleks yang tidak
mengikuti aturan EAN bersifat paramagnetik. Hal ini telah dibuktikan melalui ekperimen.
Misalnya saja, untuk ion Co3+ (nomor atom Co = 27) dalam kompleks [Co(NH3)6]3+.
Setiap ligan NH3 menyumbangkan dua buah elektron, dan dalam kompleks tersebut,
Co3+ dikelilingi oleh 6 ligan NH3. Maka EAN dari Co3+ dalam kompleks tersebut dapat
dihitung sebagai berikut.
(27 - 3) + (6 x 2) = 36 (sama dengan nomor atom Kripton, gas mulia setelah Co dalam SPU.
Harga EAN dari Co3+ dalam kompleks tersebut mengikuti Aturan EAN, sehingga dapat
diramalkan bahwa kompleks tersebut bersifat diamagnetik
Sebaliknya, sejumlah kompleks yang tidak mengikuti Aturan EAN ternyata bersifat
paramagnetik. Misalkan untuk kompleks [Cu(NH3)4]2+. Nomor atom Cu adalah 29, ion
Cu2+ dalam kompleks tersebut dikelilingi 4 ligan NH3 yang masing-masing
menyumbangkan dua buah elektron. Dengan demikian harga EAN dari Cu2+ dalam
kompleks tersebut adalah : (29 – 2 ) + ( 4 x 2 ) = 35. Harga ini tidak sesuai dengan aturan
EAN. Dengan demikian kompleks [Cu(NH3)4]2+ dapat diramalkan bersifat paramagnetik.
Jumlah elektron tidak berpasangan yang ada dalam kompleks ini dapat dihitung dari selisih
antara nomor atom gas mulia sesudah atom logam dengan harga EAN dari logam pada
kompleks tersebut. Untuk kasus kompleks [Cu(NH3)4]2+ seperti di atas, jumlah elektron
tidak berpasangan yang ada dalam kompleks adalah
36 (nomor atom Kr) – 35 (EAN dari Cu2+) = 1
Harga momen magnetik (μ) suatu kompleks dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut :
μ = { n ( n + 2) }½
Dengan n adalah jumlah elektron tidak berpasangan yang ada pada kompleks.

Anda mungkin juga menyukai