2. Dalam proses tersebut terdapat 2 furnance dengan bentuk yang berbeda dan memiliki
fungsi yang berbeda juga. Pada furnance pertama berfungsi sebagai menaikkan
temperatur dengan suhu yang diinginkan. Furnace pertama untuk mereaksikan gas
alam (CH4) dengan steam (H2O) guna mendapatkan gas hydrogen (H2), dimana gas
hydrogen merupakan salah satu komponen dalam proses sintesa ammonia. Gas
sintesis ini terbentuk dari gas alam dan steam dengan perbandingan metana dan steam
1: 4. Sedangkan pembakaran kedua adalah untuk mengubah sisa-sisa metana dari
pembakaran pertama menjadi H2, CO, dan CO2 serta mendapatkan N2 dengan
memasukan udara. Selain itu juga panas yang dibutuhkan untuk reaksi didapat secara
langsung dari panas yang dilepaskan reaksi pembakaran gas campuran dengan
oksigen dari udara.
3. Jenis reaktor yang sesuai dalam proses tersebut yaitu Reaktor Fixed Bed karena
reaktor fixed bed dapat digunakan untuk mereaksikan dua macam gas sekaligus,
selain itu juga memiliki kontrol termperatur yang baik, memiliki kapasitas produksi
yang tinggi, dan juga memiliki pressure drop yang rendah. Reaktor Fixed Bed ini
adalah reaktor dengan menggunakan katalis padat yang diam dan zat pereaksi berfase
gas. Butiran-butiran katalisator yang biasa dipakai adalah katalisator yang berlubang
di bagian tengah, karena luas permukaan persatuan berat lebih besar jika
dibandingkan dengan butiran katalisator berbentuk silinder, dan aliran gas menjadi
lebih lancar.
4. Pada proses ini kami memilih tentang proses pembuatan amonia (NH 3). Pada proses
pembuatan menggunakan bahan baku berupa gas alam, ada beberapa tahap yang akan
dijelaskan dibawah ini.
- Selanjutnya yaitu High Tempetarure Shift Converter (HTSC), gas keluaran dari
secondary reformer direaksikan dengan kukus di dalam reaktor satu lapis berisi
katalis Fe. Tujuan reaksi ini adalah untuk mereduksikan kandungan CO yang
dapat mengganggu reaksi di dalam amonia converter. Reaksi ini berlangsung pada
temperatur 371oC untuk meningkatkan kecepatan kadar CO berkurang.
- Keluaran dari HTSC, dilakukan kembali yaitu proses Low Temperature Shift
Converter (LTSC), tahapan ini terjadi reaksi yang sama dengan proses HTSC,
hanya saja pada tahap ini reaksi berlangsung pada temperature yang lebih rendah
yaitu 203oC agar konversi reaksi tinggi.
- Kemudian pemurnian gas sintesis atau penghilangan CO2, pertama gas keluaran
dari LTSC masih mengandung sisa CO2 yang dapat mengganggu reaksi
pembentukan amoniak. Sisa CO2 direduksi dengan mengontakkan gas sintesa dan
larutan benfield dalam absorber berupa lapisan unggun. Kemudian CO2 yang
terabsorb dalam larutan benfield dilucuti oleh kukus dalam kolom stipper. Absorb
yang bebas CO2 akan digunakan kembali di absorber.
- Tahapan terakhir yaitu methanor dimana sisa CO2 dan CO yang tidak hilang lewat
absorber akan dikonversi menjadi metana dengan bantuan katalis nikel (Ni).
Sintesa amoniak, pada tahap ini sebelum diumpankan dalam amonia converter,
gas sintesa dikompresi terlebih dahulu. Reaksi pada tahap ini merupakan reaksi
eksoterm yang akan berlangsung optimum pada kondisi tertentu. Kemudian
masuk pada proses pendinginan dimana amoniak yang terbentuk direfrigasi,
seingga terbentuk NH3 cair. Terakhir yaitu pada tahap purge gas recorvery
dimana proses in untuk memperoleh kembali gas-gas yang dapat dimanfaaatkan
kembali yaitu H2 dan amoniak (NH3)