Anda di halaman 1dari 11

1. II.

Dasar Teori
2.1 Respirasi
Respirasi adalah proses pelepasan energi kimia, molekul-molekul organik
dalam sel pada mitokondria. Setiap makhluk hidup pasti melakukan respirasi untuk
tumbuh dan berkembang. Respirasi merupakan suatu proses pengambilan oksigen
(O2) yang diperlukan untuk memecahkan senyawa-senyawa organik untuk diubah
menjadi karbondioksida (CO2), dengan kata lain oksigen (O2) akan diserap dan
digunakan sebagai oksidator yang mengalami reduksi, sehingga berubah menjadi
molekul air (H2O). Substrat respirasi yaitu setiap senyawa organik yang
dioksidasikan ketika proses respirasi, atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sel
tumbuhan yang jumlahnya banyak dan umumnya direspirasikan menjadi
karbondioksida (CO2) dan molekul-molekul air (H2O).
Dalam respirasi, yang menjadi substrat respirasi yang utama dalam sel
tumbuhan tinggi adalah karbohidrat. Selain karbohidrat, ada beberapa substrat
respirasi yang juga penting, diantaranya yaitu beberapa jenis gula seperti glukosa,
fruktosa, pati, sukrosa, protein dan asam organik.Semua makhluk hidup bergantung
pada oksigen (O2), sebab reaksi kimia dalam respirasi yang terjadi di dalam sel
hewan dan tumbuhan sangat memerlukan oksigen dalam prosesnya, sehingga
oksigen harus tersedia setiap waktu. Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu
substansi yang dihasilkan dari proses reaksi kimia yang terjadi pada sel. Namun,
adanya karbondioksida yang berlebihan pun tidak baik bagi tubuh, sehingga harus
dihindari, oleh karena itu karbon dioksida harus dikeluarkan dari tubuh. Terdapat
bagian tumbuhan yang aktif dalam melakukan respirasi, yaitu bagian yang sedang
tumbuh seperti pada biji yang sedang berkecambah.
Pada hewan–hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan,
diantaranya adalah paru–paru, insang atau trakea, sedangkan pada hewan–hewan
tingkat rendah dan tumbuhan tahapan pertukaran udara tersebut dilakukan secara
langsung dengan difusi melalui permukaan sel–sel tubuhnya. Dari alat pernafasan,
oksigen masih harus dibawa oleh darah atau cairan tubuh ke seluruh sel tubuh yang
memerlukannya. Selanjutnya oksigen tersebut akan digunakan untuk oksidasi di
dalam sel guna menghasilkan energi. Sedikit dari hewan yang mendapatkan energi
tanpa oksigen, yaitu dengan menggunakan energi kimia senyawa organik yang
dilakukan secara anaerob, energi yang dihasilkan pun jumlahnya sedikit. Respirasi
dibedakan menjadi dua berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, yaitu:
Respirasi Aerob
Respirasi aerob merupakan respirasi yang memerlukan oksigen untuk
mendapatkan energi. Dalam bentuk yang sederhana persamaan reaksi proses
respirasi aerob dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6H2O → 6H2O + 6 CO2 + 2900 Kj
Dalam reaksi sebenarnya tidak sesederhana seperti reaksi di atas, masih ada
banyak tahapan yang terjadi hingga energi dapat terbentuk. Tahapan-tahapan tersebut
diawali dari glikolisis, secara berurutan dilanjut dengan tahap Dekarboksilasi
Oksidatif Piruvat, Daur Sitrat (siklus Krebs), dan transpor elektron.

Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan reaksi pemecahan karbohidrat untuk
memperoleh energi tanpa memerlukan oksigen. Respirasi ini memakai senyawa
tertentu, seperti asam fosfoenol piruvat atau asetaldehida, dengan begitu dapat
mengikat hidrogen, sehingga dapat membentuk alkohol atau asam laktat. Reaksi
yang terjadi pada respirasi anaerob dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 → 2C3H6O3 + 120 Kj
Biasanya laju respirasi diperkirakan dengan mengukur jumlah oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini terjadi karena oksidasi dari
bahan makanan menggunakan oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan energi
yang jumlah dapat diketahui. Namun, laju metabolism biasanya cukup diekspresikan
dalam bentuk laju konsumsi oksigen.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah sebagai berikut:


1. Ketersediaan substrat
Ketersediaan substrat dapat mempengaruhi laju respirasi, karena laju
respirasi bergantung pada ketersediaan substrat, dimana senyawa yang diuraikan
melalui tahapan-tahapan reaksi yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sehingga,
apabila kandungan cadangan pati, fruktan, dan gula dalam tumbuhan tinggi, maka
laju respirasi akan tinggi juga. Demikian sebaliknya, apabila tumbuhan memiliki
kandungan substrat rendah, maka laju respirasinya pun akan rendah. Namun,
kandungan substrat yang tidak seimbang dengan aktivitas selnya (aktivasi enzim),
dapat menghambat laju respirasi tumbuhan. Enzim-enzim yang teraktivasi
merupakan enzim hidrolitik, seperti a-amilase yang mengubah amilase menjadi
glukosa, ribonuclease yang merubah ribonukleotida, endo--glukanase yang
mengubah senyawa glucan, fosfatase yang merubah senyawa yang mengandung
fosfor, lipase yang merubah senyawa lipid, peptidase yang merubah senyawa
protein.
2. Ketersediaan oksigen
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen, namun
pengaruh tersebut besarnya berbeda antara spesies dan bahkan antar organ pada
tumbuhan yang sama Kandungan oksigen di udara pada fluktuasi normal tidak
terlalu mempengaruhi laju respirasi, alasannya adalah banyaknya oksigen yang
diperlukan jauh lebih sedikit daripada oksigen yang tersedia di udara. Normalnya,
mitokondria dapat berfungsi pada konsentrasi oksigen paling rendah 0,05%,
sementara oksigen yang tersedia pada udara sekitar 21%. Penyebab dari hal
tersebut adalah afinitas yang tinggi dari sitokrom oksidase terhadap oksigen.
Contoh yang dapat diambil adalah hambatan laju respirasi akibat ketersediaan
oksigen yang terjadi dalam sistem perakaran tumbuhan jika lingkungan tumbuhan
tersebut tergenang (seluruh pori tanah berisi air). Hal ini disebabkan laju difusi
oksigen yang berada di dalam air jauh lebih lambat dibanding di udara.

3. Suhu
Biasanya, peningkatan laju respirasi semakin tinggi untuk kenaikan suhu sebesar
10°C. Tetapi hal ini juga dipengaruhi oleh masing-masing spesies.

4. Kegiatan
Makhluk hidup yang melakukan aktivitas tubuh memerlukan energi. Berarti
semakin berat aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya sehingga
pernapasan semakin cepat.

2.5 Kecambah
Kecambah atau tauge adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja
berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangannya disebut
perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio),
hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga
dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji
terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat
memiliki hingga delapan daun lembaga, beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak
memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon.

2.6 Respirometer sederhana


Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga,
akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan
pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang
digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik. Respirometer ini
terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen (tempat hewan
atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa kapiler berskala yang dikalibrasikan
teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat disatukan amat rapat hingga kedap
udara dan didudukkan pada penumpu (landasan) kayu atau logam. Alat ini bekerja
atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang digunakan oleh
organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang
bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan
oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi.
Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa
kapiler berskala.
VI. Data Hasil Pengamatan

Waktu Gerakan Eosin pada Pipa Berskala


Respirometer

(Catat skala pada pipa Respirometer)

Tumbuhan
Serangga (Belalang)
(Kecambah)

Menit ke- 0,00 ml 0,00 ml


0
(Awal)

Menit ke- 0,52 ml 0,74 ml


9

(Akhir)

Kecepata 0,000963 ml/detik 0,00137 ml/detik


n

0,0578 ml/menit 0,0822 ml/menit

3,468 ml/jam 4,932 ml/jam


VII. Analisa Data/Pembahasan

7.1 Analisa Data


7.1.1 Hasil Pengamatan Respirasi pada Kecambah dan Belalang
Organisme Gerakan Eosin pada Pipa Berskala Respirometer
dalam selang waktu

0 menit 3 menit 6 menit 9 menit


(awal) (akhir)
15 batang kecambah 0,00 ml 0,15 ml 0,34 ml 0,52 ml
1 ekor belalang 0,00 ml 0,38 ml 0.64 ml 0,74 ml

7.1.2 Grafik Pergerakan Eosin pada Pipa Berskala Respirometer

7.1.3 Perhitungan Laju Respirasi Kecambah dan Belalang Secara Matematis


A. Laju Respirasi Kecambah Diketahui :
- Selang waktu : 9 menit
- Pergerakan eosin : 0,52 ml

Rumus :
Pada percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh data laju respirasi pada
kecambah adalah 0,0578 ml / menit.

7.2 Pembahasan
7.2.1 Pembahasan Hasil Pengamatan Respirasi
percobaan yang telah dilakukan, yaitu dengan menguji kecambah dapat diketahui bahwa
tumbuhan melakukan respirasi. Berdasarkan percobaan ini juga dapat diketahui bahwa
ketersediaan oksigen berpengaruh pada laju respirasi. Hal ini dibuktikan dari hasil
pengamatan dengan menggunakan respirometer, yang berfungsi untuk mengukur jumlah
oksigen yang diperlukan dalam respirasi.

Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan


respirometer. digunakan kristal KOH. Kristal KOH ini berfungsi sebagai pengikat CO 2
agar tekanan dalam respirometer menurun sehingga pergerakan dari larutan eosin benar-
benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Jika tidak diikat, maka tekanan parsial
gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak akan bergerak. Akibatnya volume
oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur.untuk mengikat CO 2 Adapun reaksi
yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut :

Percobaan dimulai dengan proses pembungkusan kristal KOH dengan


menggunakan kapas. Setelah itu, kecambah atau belalang dapat dimasukkan dalam
tabung besar pada respirometer, lalu tabung tersebut ditutup secara rapat dengan bagian
yang berskala. Kemudian, masing-masing sambungan pada respirometer tersebut diolesi
dengan Vaseline. Penggunaan Vaseline tersebut bertujuan agar udara yang berada di
dalam tabung tidak dapat keluar dan udara luar tidak dapat masuk melalui celah-celah
antara mulut tabung dengan penutup. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam
tabung, pada ujung terbuka pipa berskala ditetesi oleh eosin dengan menggunakan
bantuan pipet tetes.
Eosin merupakan indikator oksigen yang dihirup oleh organisme. Saat organisme
menghirup oksigen, maka terjadi penurunan tekanan gas dalam respirometer sehingga
eosin bergerak masuk ke arah respirometer. Dengan demikian, pengamat dapat melihat
banyaknya oksigen yang dibutuhkan. Eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen
karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen)
sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap, sedangkan CO2 dihembuskan. Namun, CO2
tersebut akan diserap oleh kristal KOH.

Setelah eosin diteteskan pada ujung terbuka pipa berskala, proses selanjutnya
adalah pengukuran pergerakan eosin dengan mengunakan stopwatch secara berkala.
Kecepatan larutan eosin tersebut bergerak ke dalam, menunjukkan kecepatan (laju)
respirasi organisme (kecambah/belalang) yang diselidiki. Perhitungan dilakukan untuk
memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam satuan ml setiap satuan
waktu. Dalam percobaan ini, data diambil setiap 3 menit sekali. Pada hitungan kenaikan
interval kedua, dicari dengan interval kedua dikurangi dengan interval pertama dan
begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilas interval berikutnya.

A. Respirasi pada Kecambah


Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, pada menit ke – 0 (awal) eosin
berada pada skala 0 ml. Kemudian, pada menit ke-3 eosin mengalami pergerakan
sehingga menunjukkan skala 0,15 ml. Setelah itu, pada menit ke-6 eosin terus
mengalami pergerakan hingga berada pada skala 0,34 ml. Selanjutnya, pada menit
ke-9 (akhir) eosin mengalami pergerakan hingga mencapai skala 0.52 ml. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dalam selang waktu 9 menit, telah terjadi pergerakan
eosin pada pipa berskala respirometer sebesar 0,52 ml. Oleh karena itu, dengan
menggunakan perhitungan secara matematis seperti yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya diperoleh laju respirasi pada kecambah sebesar 0,0578 ml/menit.
Laju respirasi pada kecambah (tumbuhan) ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah :
1. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tumbuhan merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula, dan begitu juga sebaliknya.
2. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.

3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan adalah umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10 . Namun hal ini
tergantung pada masing – masing spesies.

4. Jenis dan umur tumbuhan


Masing – masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme. Dengan
demikian, kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing –
masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua.

Berdasarkan penjelasan di atas, diperoleh data laju respirasi pada kecambah adalah 0,0578 ml
/ menit. Tumbuhan membutuhkan oksigen lebih sedikit Hal terjadi karena melakukan
tumbuhan melakukan pergerakan secara pasif. Dimana pergerakan kedudukan eosin lambat
pada saat percobaan menggunakan kemambah

7.2.2 Pembahasan Pertanyaan


1. Jelaskan fungsi KOH dalam percobaan ini!
Fungsi kristal KOH dalam percobaan ini adalah sebagai pengikat karbon
dioksida (CO2) agar tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat,
maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak
bergerak. Akibatnya, volume oksigen (O2) yang dihirup kecambah tidak bisa
diukur.

2. Jelaskan fungsi vaselin dalam percobaan ini!


Fungsi vaselin pada percobaan ini adalah untuk menutup secara rapat celah-celah
antara mulut tabung dengan sambungan tabung pipa respirometer agar udara
yang berada di dalam tabung respirometer tidak dapat keluar dan udara yang di
luar tidak dapat masuk.

3. Jelaskan mekanisme kerja respirometer dalam mengukur laju respirasi! Alat ini
bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen (O2) yang
digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan
olehnya. Mekanisme kerja respirometer adalah dengan menempatkan organisme
pada tabung respirometer yang sudah terdapat kapas berisi KOH. KOH nantinya
akan mengikat karbondioksida (CO2) agar pergerakan dari larutan di sepanjang
pipa respirometer benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Jika
organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida
(CO2) yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka
penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu
dapat dicatat atau diamati pada pipa kapiler berskala.

4. Berapa laju respirasi pada /kecambah per-satuan waktu?

Satuan Waktu Laju Respirasi Laju Respirasi


Belalang Kecambah

Detik
0,00137 ml/detik 0,000963 ml/detik

Menit
0,0822 ml/menit 0,0578 ml/menit

Jam
4,932 ml/jam 3,468 ml/jam

5. Menurut pendapat anda apakah ada perbedaan laju respirasi jika kecambah yang
digunakan dalam percobaan banyak/sedikit? Jelaskan!
Menurut pendapat kami jika ukuran kecambah yang digunakan berbeda dan
jumlahnya berbeda, maka akan terjadi perbedaan pada laju respirasi. Hal ini
disebabkan karena kecambah yang memiliki ukuran dan jumlah lebih besar
membutuhkan oksigen yang lebih banyak. Sehingga semakin besar ukuran
kecambah yang digunakan dalam percobaan, maka semakin cepat pula laju
respirasinya.
VIII. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa praktikum respirasi pada hewan dan tumbuhan
(belalang dan kecambah) yang telah dijelaskan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pada praktikum yang telah kami lakukan terdapat beberapa komponen yang
berperan dalam percobaan ini yang menggunakan respirometer sederhana,
antara lain kristal KOH, eosin, dan vaselin.
2. Fungsi dari kristal KOH pada percobaan adalah untuk mengikat gas buangan
karbon dioksida dari respirasi belalang dan kecambah.
3. Fungsi eosin pada percobaan sebagai petunjuk laju kecepatan respirasi.
4. Tujuan vaseline dioleskan pada respirometer agar udara yang berada di dalam
tabung tidak dapat keluar dan udara luar tidak dapat masuk ke dalam melalui
celah-celah antara mulut tabung dengan penutup.
5. Respirometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur laju respirasi
pada organisme atau tumbuhan yang berukuran kecil.
6. Seperti makhluk hidup lainnya, kecambah dan bernapas membutuhkan
oksigen dan menghembuskan karbondioksida serta uap air. Yang dapat
diamati dari pergerakan air pada pipa skala respirometer.
7. Laju kecepatan respirasi pada kecambah bergantung pada beberapa faktor,
diantaranya jumlah kecambah, massa, umur, suhu, serta substrat kecambah
sebagaimana yang telah dijelaskan.

8. Laju kecepatan respirasi pada kecambah lambat, karena kecambah memiliki


kebutuhan oksigen yang lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan. Hal
terjadi karena tumbuhan melakukan pergerakan secara pasif.

Anda mungkin juga menyukai