Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN

“Aliran Darah, Struktur Dan Osmolaritas Eritrosit”

Nama : Nadiyah Farhah Salsabila

Nim : 20031086

Kelompok: 5

Dosen : Dr. Fitri Arsih S.si, M.pd

Asisten : 1. Audy Islami

2. Aditya Willy Putra

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
A. Tujuan

1. Mahasiswa mampu merumuskan hipotesis setelah mengamati wacana.


2. Mahasiswa mampu mengamati aliran darah pada ekor kecebong dengan
membandingkan arteri, arteriol kapiler, venule, dan vena.
3. Mahasiswa mampu memahami dinamika osmolaritas eritrosit pada berbagai
konsentrasi cairan ekstrasesluler.
4. Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk
grafik.
5. Mahasiswa mampu menjawab permasalahan melalui analisa penerapan
konsep.

B. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Kamis / 11 November 2021

Pukul : 09.41 – 12.20 WIB

Tempat : Laboratorium Fisiologi Hewan, FMIPA, Universitas Negeri

Padang

C. Dasar Teori

Darah

1. Pengertian Darah
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdiri atas dua bagian yaitu
plasma darah dan sel darah. Darah merupakan bagian dari system
transportyang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma
darah dan sel darah yang terdiri atas sel darah merah atau eritrosit, sel darah
putih atau leukosit dan sel pembekuan atau trombosit. Volume darah secara
keseluruhan kira-kira 5 liter, sekitar 55 persennya adalah cairan sedangkan 45
persen sisanya terdiri atas sel darah. Fungsi utama darah adalah untuk
transportasi, sel darah merah akan tetap berada dalam system sirkulasi dan
mengandung pigmen yang berfungsi mengangkut oksigen yaitu haemoglobin.
Sel darah putih bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan di angkut
oleh darah ke berbagai jaringan tubuh. Sedangkan trombosit berperan untuk
mencegah kehilangan darah akibat perdarahan atau biasa disebut dengan sel
pembeku (Handayani, 2008) .

2. Kompenen Darah
Darah tersusun atas dua komponen yaitu:
a) Plasma darah Adalah cairan yang berwarna kuning yang di dalamnya
terdapat fibrinogen, cara mendapatkannya yaitu dengan menambahkan
anti koagulan seperti EDTA atau heparin ke dalam darah sehingga
darah tidak sampai membeku, hanya mengendap.Komposisi plasma
darah terdiri atas air sebanyak 91%, protein 8% yaitu albumin,
globulin, protrombin dan fibrinogen, plasma juga mengandung
mineral sebanyak 0,9% yaitu natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam, fosfor, magnesium dan besi. Sisanya mengandung glukosa,
lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino. Fungsi
utama plasma yaitu sebagai perantara untuk menyalurkan makanan,
mineral, lemak, glukosa, dan asam amino keseluruh jaringan tubuh .
plasma juga berfungsi sebagai perantara untuk mengangkut zat-zat
yang dibuang seperti urea, asam urat, dan lain-lain.
1) Sel darah
Sel darah putih atau leukosit Sel darah putih atau leukosit
berwarna kuning, bentuknya lebih besar dari sel darah merah
tetapi jumlahnya lebih sedikit dari sel darah merah. Harga
normal sel darah putih antara 4.000 sampai 10.000 tiap
mililiter kubik darah. Lima jenis sel darah putih yang sudah di
identifikasi dalam darah perifer adalah Eosinofil 1 sampai 2%,
Basofil 0 sampai 1%, neutrofil 55%, limfosit 36%, Monosit
6%. Fungsi sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi, memberikan perlindungan badan dari
mikroorganisme, yaitu yaitu kemampuan sebagai fagosit dan
memakan bakteri hidup yang masuk ke peedaran darah serta
membantu trombosit dalam pnyembuhan pada luka.
b) Trombosit atau keeping darah
Trombosit atau keeping darah merupakan sel kecil berukuran sekitar
sepertiga dari ukuran sel darah merah. Dalam setiap mililiter darah
terdapat kurang lebih 300.000 trombosit. Trombosit berdiameter 1
sampai 4 mikron dan berumur sekitar 10 hari, sekitar satu sepertiga
dari jumlah trombosit berada di dalam limfa sebagai cadangan dan
sisanya berada di dalam sirkulasi berjumlah antara 150.000 sampai
400.000 per mililiter kubuk darah.
c) Sel darah merah atau eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang berwarna merah dan
berukuran kecil atau bikonkaf, cekung pada kedua sisinya sehingga
jika diliat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang
saling bertolak belakang . sel eritrosit berinti berasal dari sel induk
multipotensial dalam sumsum tulang. Setiap mililiter kubik darah
terdapat 5.000.000 sel darah merah. Fungsi sel darah adalah untuk
transport makanan dan di dalamnya mengandung haemoglobin yang
selanjutnya membawa oksigen dari paruparu ke jaringan tubuh.
Pembentukan sel darah merah terjadi di dalam sumsum tulang melalui
proses pematangan. Pembentukan sel darah merah tersebut di
rangsang oleh hormon eritropoitin yaitu suatu hormone yang di
produksi oleh ginjal yang berfungsi merangsang pembentukan sel
darah merah di dalam sumsum tulang. Eritropoitin pada orang dewasa
terjadi di dalam sumsum tulang, sistem eritrosit menempati 20-30%
bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah.
Dalam keadaan normal produksi hormon eritropoitin di ginjal hanya
sedikit, tetapi produksi akan meningkat seiring dengan terjadinya
anemia dan kekurangan oksigen di dalam darah (Handayani, 2008).

Hematokrit

Pengertian Hematokrit

Hematokrit adalah volume eritrosit yang di pisahkan dari plasma dengan


memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya di nyatakan dalam persen.
Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit
terhadap volume seluruh darah yang dihitung dalam % (Sutedjo, 2009).

Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut
dengan % dari volume darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat di lakukan
dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe.
Sedangkan pada cara mikro digunakan tabung mikrokapiler. Nilai hematokrit
digunakan untuk mengetahui nilai eritrosit rata-rata dan untuk mengetahui ada
tidaknya masalah kesehatan. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan
dengan cara makro dan mikro. Nilai normal hematokrit dinyatakan dalam %,
nilai untuk pria 40-48% dan untuk wanita 37-43% (Gandasoebrata, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dipengaruhi oleh faktor


internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi : faktor usia, asupan gizi, status gizi, jenis kelamin,
Faktor eksternal meliputi : kualitas alat, proses homogen, perbandingan darah
dengan antikoagulan.
Faktor internal :
1. Faktor usia ( semakin bertambah usia maka semakin rendah jumlah
eritrosit yang ada dalam darah ).
2. Asupan gizi (bila jumlah asupan gizi kurang otomatis jumlah zat besi
ataupun zat – zat yang lain akan berkurang juga dalam darah termasuk
jumlah sel yang ada didalam seperti eritrosit, leukosit ).
3. Status gizi (apabila seseorang diriwayatkan kekurangan zat besi secara
tidak langsung berarti orang tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi
gejala anemi dimana anemi inilah seseorang kekurangan darah serta sel sel
yang ada dalam darah).
4. Jenis kelamin (pada jenis kelamin pria dan wanita memiliki jumlah darah
yang berbeda sehingga secara otomatis jumlah sel darahpun juga beda bisa
kurang maupun lebih tergantung dari jumlah berapa banyak jumlah yang
dikonsumsi tiap harinya seperti konsumsi zat besi dimana bila kekurangan
zat besi maka jumlah darah serta sel akan menurun).

Faktor eksternal :
1. Kualitas alat (jika kualitas alat jelek maka tidak menutup kemungkinan
hasil yang dikeluarkan tidak valid sehingga akan mempengaruhi hasil).
2. Proses homogen( bila darah terlalu lama dihomogenkan maka akan terjadi
lisis yang dapat mengurangi jumlah sel yang ada dalam darah).
3. Perbandingan darah dengan antikoagulan (apabila darah terlalu encer akan
menimbulkan koagulasi sebaliknya bila darah kelebihan antikoagulan
eritrosit akan berbentuk krenasi serta trombosit membengkak).
D. Alat dan Bahan

Alat :
1. Alat Bedah
2. Mikroskop
3. Jarum Suntik
4. Pipet Tetes
5. Objek Glass
6. Cover glass
7. Blood Lancet

Bahan :
1. Kecebong
2. Katak/Mencit
3. EDTA 10%
4. Alkohol 70%
5. NaCL (0,3% ; 0,6% ; 0,9% ; 2%)
E. Prosedur Kerja

Kegiatan 1. Mengamati aliran darah kecebong

Ambil beberapa kecebong dengan pinset, masukkan kedalam


petridish yang berisi sedikit air.

Setelah itu teteskan beberapa tetes urethane,sampai kecebong


terbius/tidak sadar

Amati dibawah mikroskop pembuluh darah dibawah ekor kecebong


yang tampak transparan.

Perhatikan jalannya darah dalam pembuluh-pembuluh arteri arteriola


kapiler, venula dan vena.

Gambarkan sebagian dari pembuluh darah yang anda amati


Kegiatan 2. Mengamati struktur darah hewan vertebrata

Mengambil sampel darah katak/mencit dengan menggunakan jarum


suntik yang telah dibilas dengan EDTA 10%

Teteskan setetes darah katak/mencit pada gelas objek setetes darah


katak

Tambahkan 3 tetes larutan NaCl 0,9%. Tutuplah dengan kaca


penutup

Amati strukturnya dibawah mikroskop hingga perbesaran optimal

Perhatikan dan gambarkan struktur eritrosit yang terlihat.


Bandingkan dengan struktur eritrosit spesies vertebrata lainnya
(eritrosit manusia)
Kegiatan 3. Dinamika Osmolaritas Eritrosit

Sediakan 5 buah objek glass yang telah dibersihkan dengan alkohol

Teteskan setetes darah mencit/katak pada setiap gelas objek

Tambahakan masing-masing 3 tetes NaCl dengan konsentrasi yang


berbeda yaitu NaCl 0,3% ; 0,6% ; 0,9% ; 2%.

Tutup dengan cover glass dan biarkan beberapa menit.

Lakukan pengamatan terhadap struktur eritrosit menggunakan


mikroskop sampai pada perbesaran optimal

Perhatikan perubahan yang terjadi pada eritrosit terutama ukurannya,


kemudian gambarkan.
F. Hasil Pengamatan

Kegiatan 1 : mengamati aliran darah kecebong

 Arteri = Darah dan jantung


ke seluruh tubuh, kaya �2 ,
Aliran deras.
 Vena = Darah dari seluruh
tubuh ke jantung, kaya ��2 ,
Aliran Lambat.
 Arteriol = Percabangan
Arteri.
 Venule = Percabangan Vena

Kegiatan 2 : Mengamati Struktur Darah Hewan Vertebrata

Darah Katak Darah Manusia

Eritrosit katak memiliki bentuk Eritrosit manusia berbentuk


seperti lonjong dengan nukleus, bikonkaf dan tidak berinti.
ukuran lebih besar daripada eritrosit
manusia.
Kegiatan 3. Dinamika Osmolaritas Eritrosit

No Konsentrasi NaCl Gambar Struktur Sel Keterangan


1. 0,3 %  Mengalami
Hemolisis
 Trombosit
Jelas
 Leukosit
Nampak
 Ekstraseluler
Hipotonik
2. 0,6%  Hemolisis
 Trombosit
Kurang Jelas
 Leukosit
tampak

3. 0,9%  Leukosit
tampak jelas
 Normal

4. 2,0%  Mengalami
krenasi
secara
hipertonik
 Trombosit
dan Leukosit
tampak
sama dan
rata
G. Pembahasan
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma
darah dan sel darah. Darah merupakan bagian dari system transport yang berbentuk
cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah dan sel darah yang terdiri
atas sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan sel pembekuan
atau trombosit.

Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan ini, Pada kegiatan 1 dalam mengamati
aliran darah kecebong didapatkan adanya arteri dan arteriol kapiler dengan aliran
darah deras dan kaya �2 dari kepalamenuju ke bagian ekor, Serta juga didapati vena
dan venule dengan aliran darah lambat yang kaya akan ��2 dari ekor menuju kepala.
Pada kegiatan 2 dalam mengamati struktur darah hewan vertebrata dapat ditemukan
struktur darah pada katak berbentuk lonjong dan berinti, serta eritrosit pada darah
manusia berbentuk bikonkaf yang tidak berinti.

Pada kegiatan 3 dalam dinamika osmolaritas eitrosit yang diberikan perlakuan


pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh katak dengan menggunakan larutan
konsentrasi NaCl yang berbeda-beda didapati bahwa pada pemberian konsentrasi
0,3% dan 0,6% NaCl, sel mengalami hemolisis yang mana sel tersebut rusak ataupun
pecah dikarenakan gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan
pelepasan hemoglobin. Pada pemberian konsentrasi 0,9% NaCl, sel berada dalam
keadaan Isotonis dimana konsentrasi pada larutan sama dengan cairan dalam sel.
Sedangkan pada pemberian konsentrasi 2,0% NaCl, sel mengalami Krenasi dimana
kontraksi atau pembentukan nokta di sekitar pinggir sel tidak normal, sehingga
mengalami pengerutan karena air dalam sel keluar. Hal ini disebabkan bahwa
konsentrasi osmolaritas dalam sitoplasma pada sel hewan 0,9%, Sehingga apabila
cairan ekstraseluler memiliki konsentrasi lebih tinggi (hipertonik) maka air dari
sitoplasma akan berosmosis keluar sel (krenasi). Namun apabila cairan ekstraseluler
memiliki konsentrasi lebih rendah dari cairan sel, maka air akan berosmosis kedalam
sel sehingga sel menjadi membesar bahkan dapat mengakibatkan sel menjadi pecah
(hemolisis).
H. Kesimpulan

1. Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdiri atas dua bagian yaitu
plasma darah dan sel darah. Darah merupakan bagian dari system transport
yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah
dan sel darah yang terdiri atas sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih
atau leukosit dan sel pembekuan atau trombosit.

2. Eritrosit merupakan sel yang berwarna merah dan berukuran kecil atau
bikonkaf, cekung pada kedua sisinya sehingga jika diliat dari samping tampak
seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang.

3. Secara umum, Konsentrasi osmolaritas dalam sitoplasma sel hewan adalah


0,9%. apabila cairan ekstraseluler memiliki konsentrasi lebih tinggi
(hipertonik) maka air dari sitoplasma akan berosmosis keluar sel (krenasi).
Namun apabila cairan ekstraseluler memiliki konsentrasi lebih rendah dari
cairan sel, maka air akan berosmosis kedalam sel sehingga sel menjadi
membesar bahkan dapat mengakibatkan sel menjadi pecah (hemolisis).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dipengaruhi :


Faktor internal meliputi : faktor usia, asupan gizi, status gizi, jenis kelamin,
Faktor eksternal meliputi : kualitas alat, proses homogen, perbandingan darah
dengan antikoagulan.
Daftar Pustaka

Arsih, Fitri. 2012. Fisiologi Hewan. Padang : Jurusan Biologi FMIPA


UNP.

Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian


Rakyat.

Handayani, Wiwik, dan Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Asuhan


Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba
Medika, Jakarta.

Sutedjo AY., 2009. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books, pp. 28.

Tim Fisiologi Hewan. Panduan Praktikum Fisiologi Hewan. Padang :


Jurusan Biologi FMIPA UNP.

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1060/4/4.%20Chapter%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai