Komposisi media dan kondisi lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi
keberhasilan proses fermentasi. Faktor tersebut akan bervariasi tergantung dari organisme yang
digunakan dan tujuan fermentasi. Media harus mengandung nutrien untuk pertumbuhan, sumber
energi, penyusun substansi sel dan biosintesis produk fermentasi. Komponen media yang paling
penting yaitu sumber karbon dan nitrogen, karena sel mikroha dan produk fermentasi sebagian
besar tersusun dari komponen ini. Komposisi media dapat sangat sederhana dan kompleks
tergantung pada jenis mikroba yang digunakan dan tujuan fermentasi. Mikroorganisme autotrofik
misalnya hanya memerlukan media organik yang sangat sederhana untuk mensintesis semua
senyawa organik kompleks yang diperlukan menopang kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel serta kebutuhan energinya. Sebaliknya mikroorganisme tertentu memerlukan
media yang tersusun dari komponen sangat sederhana sampai komplek.
Sifat fisik fermentasi secara umum di bagi menjadi dua model utama yaitu fermentasi media cair
(liquid state fermentation, LSF) dan fermentasi media padat (solid state fermentation,
SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang melibatkan air sebagai fase kontinu
dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan. Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi
yang berlangsung dalam substrat tidak terlarut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak
mengalir bebas. Fermentasi cair meliputi fermentasi minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam
cuka, yogurt dan kefir. Fermentasi media padat seperti bekatul, jagung giling, tepung biji kapas,
kedlai dan sebagainya. Kelebihan medium cair dibandingkan medium padat adalah pada medium
cair lebih mudah mengatur komposisi dan konsentrasi medium serta pemakaian medium dapat
efisien.
3. Fermentasi yang diagitasi di mana zat cair yang tidak larut dalam air tersuspensi dalam fase cair.
Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat dengan yang kedua
kecuali substrat bersifat cair.
4. Fermentasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase air
Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau
dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa larutan yang
dangkal dalam suatu wadah yang mempunyai permukaan yang luas dan dalamnyamedia
biasanya 2,5 sam 5,0 cm untuk produksi yang tinggi. Untuk produksi komponen-komponen
pakan yang paling banyak digunakan adalah fermentasi cair jenis pertama, menyusul jenis
keempat terutama untuk memproduksi asam-asam organik.
Inokulum tempe dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan atas profil mikroorganisme (Kasmidjo,
1990), yaitu:
1. Starter yang mengandung lebih dari satu jenis atau lebih jamur tempe dan yang dapat
dipastikan juga banyak mengandung bakteri. Starter tradisional (usar) termasuk dalam
golongan ini.
2. Starter murni, yaitu starter yang dibuat dengan menumbuhkan suatu jenis jamur tempe
pada substrat yang dimasak. Starter yang dibuat dengan cara ini tentu masih
terkontaminasi oleh bakteri, karena perlakuan pemanasan tanpa tekanan terhadap substrat
(dimasak). Contoh starter murni adalah starter bubuk buatan LIPI.
3. Starter kultur murni yang dibuat dengan membiakkan kultur murni R. oligosporus (atau
jamur tempe yang baik lainnya) pada substrat yang dihasilkan secara aseptis. Contoh
starter jenis ini adalah starter yang disiapkan oleh laboratorium untuk keperluan
penelitian.
9. Inoculum Khamir