Disusun Oleh:
Seiftyan (2021340011)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang membahas tentang “PENGAWETAN BAHAN
PANGAN DENGAN MODIFIKASI BAHAN”.
Dalam penulisan makalah ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Shanti Pujilestari, ST, MM, MBA. selaku dosen mata kuliah pengantar
teknologi pangan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
2.3.1 Pengertian.................................................................................................................. 5
2.3.2 Tujuan........................................................................................................................ 6
2.4.1 Pengertian.................................................................................................................. 8
2.5 FERMENTASI............................................................................................................... 12
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Kebutuhan pangan ini akan
terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Seiring berjalannya waktu bahan
pangan akan mengalami perubahan-perubahan yang tidak diinginkan antara lain seperti
pembusukan dan ketengikan. Proses pembusukan dan ketengikan disebabkan adanya reaksi
kimia yang bersumber dari dalam dan luar bahan pangan tersebut.
Pengawetan dan teknik penyimpanan pada bahan pangan telah lama dikenal oleh
masyarakat. Seiring dengan kemajuan teknologi manusia terus berinovasi dalam
mengembangkan pengawetan dan pengolahan makanan. Teknologi pengawetan konvensional
dengan cara pengeringan, penggaraman, pemanasan, pembekuan dan pengasapan serta
fumigasi sampai saat ini masih diterapkan untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang
masa simpan bahan pangan. Penambahan bahan pengawet sintetis juga masih digunakan
meskipun menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan (Rial, 2010) .
Metode pengawetan atau upaya penambahan masa simpan dapat dilakukan dengan
metode-metode tertentu. Menurut Kristianingrum (2007) metode 11 pengawetan dibagi
menjadi 3 golongan yaitu, pengawetan secara alami, pengawetan secara biologis, dan
pengawetan secara kimia. Pengawetan secara alami meliputi pemanasan (yang secara modern
dikembangkan menjadi radiasi), pengeringan dan pendinginan. Pengawetan secara biologis
dengan peragian atau fermentasi. Pengawetan secara kimia dengan menggunakan bahan-
bahan kimia seperti gula, garam, nitrat, nitrit, natrium benzoat dan lain sebagainya.
Pengawet adalah zat (biasanya bahan kimia) yang di gunakan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri pembusuk. Zat pengawet hendaknya tidak bersifat toksik, tidak
mempengaruhi warna, tekstur, dan rasa makanan (Arisman, 2009)
1
Penggunaan pengawet dalam pangan harus tepat baik jenis maupun dosisnya. Suatu
bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi tidak efektif
untuk mengawetkan pangan lainnya karena pangan mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Gula pasir adalah butiran menyerupai kristal hasil pemanasan dan pengeringan
sari tebu, yaitu butiran berwarna putih. Selain dalam bentuk butiran, gula pasir juga
dijual dalam bentuk tepung atau disebut gula halus. Fungsi utama gula dalam
pengawetan adalah untuk memodifikasi rasa dan menurunkan kadar air yang sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme (Soeparno, 1994). Sifat gula pasir yaitu higroskopis
atau menyerap air sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya mati. Penggunaan
gula sebagai pengawet biasa disebut dengan istilah penggulaan. Penggunaanya bisa
ditaburkan atau dicampur dan dilarutkan dengan bahan makanan atau minuman yang
akan diawetkan. Contoh produk yang diawetkan dengan penggulaan adalah manisan,
selai, dodol, permen, sirup dan jeli. Dalam pengawetan ikan, gula digunakan sebagai
pengawet pada pembuatan dendeng ikan. Walaupun gula sendiri mampu untuk memberi
stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan dalam konsentrasi
yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan), ini pun umum bagi gula
untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan bahan pangan.
Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah),
perlakukan dengan pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu rendah,
dehidrasi dan bahan-bahan pengawet kimia (seperti belerangdioksida, asam benzoat)
merupakan teknik-teknik pengawetan pangan yang penting. Apabila gula ditambahkan ke
dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut)
sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme
dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Walaupun demikian, pengaruh
konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan
pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandung
komponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat menunjukkan
ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme. Produk-
produk pangan berkadar gula yang tinggi cenderung rusak oleh khamir dan kapang, yaitu
kelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas (seperti dalam
3
pasteurisasi) atau dihambat oleh hal-hal lain. Monosakarida lebih efektif dalam
menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan disakarida atau polisakarida pada
konsentrasi yang sama, dan digunakan dengan sukrosa dalam beberapa produk seperti
selai. Tujuan dari pengawetan dengan gula ini antara lain:
Pada pembuatan manisan, gula berperan dalam membentuk tekstur yang kuat dan
warna yang mengkilap. Gula mememiliki peranan besar pasca penampakan dan cita rasa
manisan yang dihasilkan. Gula berperan sebagai pengikat komponen flavor,
menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya. Gula pasir digunakan salam
pembuatan manisan karena rasa manis sukrosa bersifat murni, karena tidak ada after
taste, yaitu cita rasa kedua yang timbul setelah cita rasa pertama.
Pada pembuatan manisan gula akan terkaramelisasi, dan karamel ini akan
memberikan cita rasa tertentu yang khas pada produk. Karamelisasi terjadi bila gula
mulai hancur, yakni molekul sukrosa dipecah menjadi sebuah molekul glukosa dan
fruktosan (fruktosa yang kekurangan satu molekul air). Suhu yang tinggi mampu
mengeluarkan satu molekul air dari setiap molekul gula sehingga terjadilah glukosan,
suatu molekul yang analog dengan fruktosan. Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti
dengan polimerisasi membentuk karamel dan beberapa molekul asam timbul dalam
campuran tersebut.
Garam digunakan manusia sebagai salah satu pengawet makanan yang pertama
dan masih digunakan secara luas untuk mengawetkan berbagai bahan pangan, terutama
untuk daging dan ikan. Pengawetan dengan garam merupakan metoda pengeringan
osmotik, system pengeringan osmotik dipakai dalam pengawetan untuk memperbaiki
akibat buruk pada beberapa produk yang diawetkan secara biasa akan merusak tekstur
dan kehilangan rasa. Pengeringan osmotik dilakukan dengan menciptakan lapisan
semipermeable dengan cara merendam kedalam larutan gula atau garam sebelum proses
pengeringan.
4
Garam dapat digunakan sebagai pengawet melalui dua cara, yaitu: Dry curing
(pengeringan), dan teknik brine. Teknik Dry Curing telah dilakukan selama berabad-
abad, Teknik ini dilakukan dengan cara menaburkan butiran-butiran garam contohnya
pada pembuatan ikan asin, Teknik Brine dilakukan dengan cara merendam bahan pangan
pada larutan garam, contoh: pembuatan acar dan telur asin. Garam atau Natrium Klorida
(NaCl) pada konsentrasi rendah dapat menyumbangkan pengaruh terhadap cita rasa
bahan makanan. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, garam dapat menunjukan kerja
baktreriostatik yang penting. Garam akan berperan penting sebagai penghambat selektif
pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan
juga pembentuk spora adalah yang paling berpengaruh walau pada kadar garam rendah
sekalipun (konsentrasi 6%), Mikroorganisme patogenik seperti Clostridium botulinum di
hambat pada kadar garam 10-12%, terkecuali Salmonella aureus.
2.3.1 Pengertian
5
2.3.2 Tujuan
6
A. Peranan asam:
1. Menurunkan pH.
2. Anti mikroba, karena asam bersifat racun.
3. Asam asetat lebih dapat menghambat dan memiliki daya racun lebih kuat
dibanding asam laktat dan asam sitrat.
4. Menambah rasa asam, mengurangi rasa manis.
5. Memperbaiki sifat koloidal dari makanan yang mengandung pectin,
memperbaiki tekstur jeli atau jam, membantu ekstraksi pectin.
6. Meningkatkan keefektifan benzoat sebagai pengawet.
7
2.4 PENGAWETAN DENGAN BTP (BAHAN TAMBAHAN PANGAN)
2.4.1 Pengertian
BTP Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan
oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan
penyakit yang dibawa makanan (food borne illness) termasuk botulism yang
membahayakan kehidupan.
8
malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung
nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa
pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi
ekspektasi konsumen.
1. Asam Benzoat
2. Asam Propionat
3. Asam Sorbat
4. Belerang Oksida
6. Kalium Benzoat
7. Kalium Bisulfit
9. Kalium Nitrat
25. Nisin
11
2.5 FERMENTASI
12
BAB 3
KESIMPULAN
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang
terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri.
Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik
sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak
untuk mengawetkan makanan dapat dilakukan dengan beberapa teknik baik yang
menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi sederhana. Caranya pun beragam dengan
berbagai tingkat kesulitan. Namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu upaya untuk
menahan laju pertumbuham mikroorganisme pada makanan. Jenis-jenis teknik pengolahan
dan pengawetan makanan antara lain dengan penggaraman,penggulaan, pengasaman,
fermentasi, dan penambahan bahan pengawet pada pangan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kenapa Garam Bisa Menjadi Pengawet Alami. (2020 Juli 02). garampedia.com:
https://garampedia.com/kenapa-garam-bisa-menjadi-pengawet-alami/
14