Anda di halaman 1dari 33

HASIL OBSERVASI JAMU TRADISIONAL DI

PASAR BLIMBING
Kelompok 6 Offering Pangan 2017
Alfi Nur Faizah 170342615558
Endah Retno Adha S. 170342615502
Fairus Zain 170342615564
Wulan Dwi Saputri 170342615531
• Observasi dilakukan pada hari Rabu, 21 Agustus 2019 bertempat di Pasar Blimbing,
Malang
• Narasumber merupakan ibu penjual jamu tradisional siap minum, dan ibu pemilik took
jamu racikan dan produksi pabrik (jamu jago)
• Berdasarkan hasil wawancara, kami mendapatkan informasi dari 8 macam jenis jamu
yaitu :
1. Temulawak
2. Jamu Luntas
3. Temuireng
4. Puyang
5. Jamu Paitan
6. Kayu Legi
7. Rimpang Bangle
8. Jamu Sirih Luntas
Rimpang bangle

• Rimpang bangle memiliki nama ilmiah Zingiber cassumunar Roxb. termasuk dalam
family Zingiberaceae
• Batang bangle tumbuh tegak dan memiliki rumpun yang rapat.
• Permukaan daun bangle lemas, tipis, dan licin tidak berbulu, tetapi punggung daun
bangle berbulu halus
• Rimpang bangle menjalar dan berdaging, bentuknya hampir sama seperti rimpang
pada jahe, memiliki warna kuning muda sampai kuning kecoklatan
• Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu penjual jamu tradisional yang ada di pasar
Blimbing, rimpang bangle merupakan salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan
sebagai obat malaria dan juga antibiotik. Rimpang bangle yang dimanfaatkan
sebagai obat diolah dengan cara diiris tipis kemudian dikeringkan dan kemudian
diseduh, atau mungkin juga dijadikan dalam bentuk serbuk.
• Tanaman Rimpang bangle (Z. cassumunar Roxb.) mengandung zat antibakteri,
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti antibiotika konvensional.
• Senyawa golongan flavonoid diketahui mempunyai aktivitas yang bermanfaat
sebagai antiseptik dan antibakteri karena kandungannya yang cukup banyak dalam
rimpang bangle (Z. cassumunar Roxb.). Ekstrak etanolik dari rimpang bangle diketahui
berpotensi sebagai antioksidan dan tabir matahari (Wulansari dkk., 2016).
• Kandungan senyawa kimia di dalam rimpang Bangle antara lain: alkaloid,
flavonoid, saponin, pati, tanin, steroid/triflavonoid, lemak, dan gula serta sineol dan
pinen. Kandungan rimpang bangle sampai saat ini masih diteliti untuk pengobatan
malaria.
• Salah satu kandungan yang memiliki potensi untuk membantu pengobatan malaria
adalah curcumin. Curcumin juga telah terbukti sebagai imunomodulator dapat
meningkatkan ekspresi CD36 pada monosit atau makrofag yang memediasi
terjadinya fagositosis (Wulansari dkk., 2018).
• Mekanisme kerja flavonoid terhadap bakteri yaitu dengan cara menghambat sitokrom
c-reduktase, sehingga metabolisme sel bakteri terganggu atau terhenti.
• Alkaloid bekerja sebagai antibakteri dengan cara mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Buldani dkk., 2017).
• Saponin merupakan zat aktif yang memiliki fungsi untuk meningkatkan permeabilitas
membran sehingga akan terjadi hemolisis sel (Taufiq dkk., 2015).
Daun Sambiloto
• Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan salah satu jenis tanaman obat
yang digunakan dalam pengobatan tradisional dalam bentuk ramuan kesehatan
atau jamu.
• Sambiloto merupakan tumbuhan berhabitus terna semusim, tumbuh tegak, tinggi
dapat mencapai 90 cm, batang berbentuk segi empat dengan rusuk yang jelas.
• Helaian daun berbentuk lanset, ukuran panjang 3-12 cm, lebar 1-3 cm, dan panjnag
tangkai daun 0,2-0,5 cm, pangkal dan ujung helaian daun runcing, tepi daun rata,
permukaan atas berwarna hijau tua, bagian bawah berwarna hijau muda
• Daun sambiloto merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai jamu
kesehatan dengan kandungan saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, paniculin dan
kalmegin (Sikumalay dkk., 2016).
• Beberapa penelitian tentang sambiloto sebagai antibakteri pernah dilakukan. Hasil
penelitian Retnowati (2011) menyebutkan bahwa infus daun sambiloto dapat
memberikan efek penghambatan pertumbuhan pada bakteri Staphylococcus aureus.
• Sealin itu, perasan daun sambiloto secara signifikan mampu menghambat
pertumbuhan bakteri E. Coli. Pada penelitian selanjutnya, diketahui bahwa ekstrak
daun sambiloto berfungsi sebagai antibakteri karena dapat membunuh bakteri
Leptospira sp. (Nugroho et.al., 2016).
• Zat antibakteri pada daun sambiloto bekerja dalam beberapa cara yaitu
• (a) mengganggu sintesis dinding sel bakteri yang dilakukan oleh tanin, sehingga tidak
tahan terhadap tekanan osmotic dari plasma dan kemudian mengalami lisis,
• (b) mengacaukan sintesis molekul lipoprotein dari membran plasma dilakukan oleh
saponin, sehingga menjadi lebih permeable sehingga memungkinkan zat dari luar
untuk masuk ke dalam sel,
• (c) mengganggu sintesis protein sel, (e) menganggu sintesis asam nukleat yang
dilakukan oleh flavonoid,
• (d) menyubtitusi zat metabolism sel sehingga sintesis dapat berhenti (Tjay, 2007).
Kandungan andrographolide pada sambiloto diketahui dapat melawan penyakit
karena memiliki daya antibakteri dan dapat mengaktifkan sel limfosit B untuk
memproduksi antibodi (Nugroho et.al., 2016).
Kayu Legi

• Tumbuhan semak , tinggi mencapai 2,5 m.


• Daun majemuk, imparipinnate, 4-7 pasang selebaran.
• Bunga papilionaceous, berwarna lembayung muda sampai ungu.
• Buah polong, panjang mencapai 1,5 cm, mengandung 3-5 biji.
• Akarnya berwarna kekuningan dengan aroma khas rasa manis.
• Tumbuh pada tanah subur, dan air cukup tersedia bagi tanaman (Kaur et al., 2013).
Masyarakat biasanya menggunakannya untuk obat batuk, bronchitis, tukak lambung, dan
diabetes. Cara pengolahannya biasanya bisa dengan kayu legi tersebut dihaluskan menjadi
serbuk kemudian diseduh dengan air panas atau dengan cara kayu legi yang sudah
dikering anginkan direbus dengan air hingga kurang lebih 30 menit. Pembuatan obat herbal
menggunakan kayu legi biasanya dicampur dengan bahan lain seperti kunyit, jahe, dan
lainnya tetapi juga bisa disajikan hanya kayu legi saja tanpa bahan lain.

Husain et al. (2015) mengungkapkan adanya senyawa alkaloid, karbohidrat, senyawa


fenolik, flavonoid, protein, saponin, lipid, tanin, dan steroid. Damle (2014) berdasarkan
penelitiannya menyatakan bahwa kayu legi dapat digunakan sebagai obat herbal karena
mampu mengobati berbagai macam penyakit dengan kandungan bahan biokimia di
dalamnya yang berperan sebagai obat sakit tenggorokan dan batuk, antioksidan,
mencerahan kulit, anti-inflamasi, antibakteri, antimalaria, antihiperglikemik, antivirus,
antijamur, meningkatkan imunostimulan, dan antispetik.
Sirih

• Tumbuh merambat, tinggi bisa mencapai 15 m dan memiliki akar tunggang.


• Batang berwarna hijau dan beruas
• Daun warna hijau dengan ujung meruncing, berseling, dan permukaan daunnya
mengkilap, panjang daun sekitar 6 – 17,5 cm dan lebar daun sekitar 3,5 – 10 cm.
• Bunga berbulir dan majemuk.
• Buah terletak tersembunyi atau buni, berbentuk bulat, berdaging, dan berwarna kuning
kehijauan hingga hijau keabu-abuan (Sarjani et al., 2017).
Daun sirih penggunaannya di masyarakat bisa sebagai antibakteri alami seperti
membersihkan mulut, membersihkan area kewanitaan dan antiseptic luka. Penggunaan
lainnya daun sirih dipercaya dapat mencegah stroke, menurunkan kadar gula diabetes obat
pendarahan pada hidung, sakit ginjal, dan menghilangkan bau badan. Pembuatannya
relative sama yaitu dengan merebus daun sirih hingga mendidih atau dengan menghaluskan
daun sirih kemudian direbus dan disaring. Pengobatan luka dengan daun sirih cukup
dihaluskan daun sirih kemudian diletakkan pada luka. Penghentian pendarahan pada hidung
menggunakan daun sirih hanya dengan digulung dan dimasukkan ke dalam lubang hidung.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kursia et al. (2016), Mufrod et al. (2016), dan
Lutviandhitarani et al. (2015) menunjukkan adanya sifat antibakteri yang tinggi pada daun
sirih. Menurut Kursia et al. (2016) daun sirih positif memiliki kandungan tannin dan fenolik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwivedi and Tripati (2014) terbukti bahwa daun
sirih secara farmakologis mampu digunakan sebagai obat herbal yang mampu mengobati
asam lambung, antikanker, antidiabetes, antimikroba, antimalarial, dan antioksidan. Daun
sirih pada penelitian yang dilakukan oleh Pangesti et al. (2017) menunjukkan positif memiliki
kandungan kimia yaitu flavonoid, saponin, tannin, terpenoid, dan fenol.
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb)
1. Tinggi tumbuhan temulawak = mencapai 1.500 m
2. Rimpang bercabang dengan warna gelap kuning
3. Rimpang pada temulawak mengandung antioksidan dengan senyawa diantaranya
flavonoid, fenol dan kurkumin.
4. Selain itu rimpang temulawak juga mengandung pati, kurkuminoid, serat kasar,
protein, mineral, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, tumerol,
xanthorrhizol, zingiberen, zingeberol
5. Temulawak digunakan untuk ramuan obat
Manfaat jamu temulawak
1. Peningkat stamina tubuh.
2. meningkatkan nafsu makan
3. obat antioksidan, hepatoproteksi, anti inflamasi, antikanker, antidiabetes, antimikroba,
anti bakteri
Menurut informasi oleh penjual jamu
1. Penyakit lambung
2. Panas dalam
3. Penyakit liver
Jamu beluntas
• Beluntas (Pluchea indica Less) termasuk famili Asteraceae
• Beluntas merupakan tanaman perdu yang memiliki ketinggian 0,5-2 m
• Memiliki daun berwarna hijau muda
• Pada daun Beluntas memiliki senyawa lain alkaloid, flavonoid, polifenol,
tanin, monoterpen, sterol dan kuinon. Senyawa flavonoid dan fenol
berfungsi sebagai
Manfaat jamu beluntas
1. Meningkatkan nafsu makan,
2. Menghilangkan bau badan,
3. Melancarkan pencernaan,
4. Mengeluarkan keringat,
5. Antibakteri,
6. Antidiare,
Beluntas juga memiliki khasiat antioksidan, antinyeri, antituberkolusis, dan aktivitas antikanker
Temu Ireng
(Curcuma aeruginosa)
• C. aeruginosa atau temu ireng ini merupakan tanaman
tahunan yang menghasilkan batang berdaun tidak
bercabang yang panjangnya mencapai 200 cm dari
rimpang di bawah tanah yang panjangnya mencapai 16
cm dan lebarnya sekitar 3 cm
• Karakter penting bagian batang semu tanaman temu
hitam adalah warna batang yang relatif berbeda dengan
tanaman temulawak sebagai pembanding, yaitu
berwarna ungu atau biru.
Jamu Temu Ireng
• Berbahan Utama Temu Ireng
• Jamu digunakan sebagai obat cacingan.
• Diolah dengan direbus dan disajikan dengan cara diseduh
• Temu ireng memiliki kandungan metabolit seperti fitokimia, fenolik, flavonoid,
minyak atsiri dan kurkuminoid (Nurcholis et al. 2016a,b, 2017).
• Kurkuminoid diketahui memiliki efek antitoksin.
• Dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing (anthelmintik). Aktivitas Antelmintik dari
flavonoid mempengaruhi perkembangan telur A. galli. Efek antelmintik telur A. galli
disebabkan adanya aktivitas ovisidal dari flavonoid temu ireng yang dapat
menganggu perkembangan telur cacing sehingga fase telur invektif tidak dapat
terbentuk dan gagal menetas (Mourizd et al. 2014).
• Ekstrak etanol rimpang temu hitam juga berkhasiat dalam meningkatkan kadar
trombosit, eritrosit, dan hematocrit sehingga potensial digunakan dalam menanggulangi
penyakit demam berdarah (Moektiwardoyo et al. 2014)
Puyang
(Zingiber zerumbet)
• tanaman umbi yang dapat ditemukan secara alami
sebagai tanaman yang tersebar di bagian dataran
rendah yang lembab atau teduh di lereng gunung.
Tanaman ini sering ditemukan di dekat sungai, air
terjun, dan sumber air
• batang yang tingginya sekitar 1-2 m, yang tegak,
miring, bundar dan ditutupi oleh daun-daun yang
rata. Daun berupa lembaran tipis dan panjangnya
sekitar 25-35 cm. Daun tersusun secara berseling
sepanjang batang (Yob et al., 2011).
• Rimpang Zingiber zerumbet L. Sm., berdaging kuning,
dan berkhasiat sebagai perangsang nafsu makan
(Sutardi, dkk., 2015).
Jamu Puyang
• Berbahan Utama Lempuyang
• Jamu digunakan sebagai penambah nafsu makan dan dapat mengobati ambeien.
• Diolah dengan direbus dan disajikan dengan cara diseduh
Puyang
• bagian rimpangnya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan minyak
atsiri.
• Inhalasi minyak esensial Z. zerumbet dan komponen utamanya, zerumbone,
meningkatkan konsumsi makanan dengan mengurangi aktivitas saraf simpatis BAT
sehingga dapat menambah berat badan (Batubara, dkk., 2013).
• Rimpang digunakan sebagai zat stimulan, penambah nafsu makan,antihipertensi,
karminatif dan penyedap; untuk mengobati luka dispepsia, hemoroid (ambeien) dan
sakit perut kembung (Prakash, dkk., 2011).
KESIMPULAN
• Daun sirih terbukti secara ilmiah mengandung bahan biokimia aktiv yang secara
farmakologis bisa digunakan sebagai obat herbal sperti antimikroba, antidiabetes,
antikanker, dan asam lambung karena terbukti mampu menyembuhkan.
• Kayu legi terbukti secara ilmiah menunjukkan adanya sifat farmakologis dapat
digunakan sebagai obat herbal karena memiliki kandungan senyawa biokimia yang
mampu mengobati penyakit seperti batuk, hiperglikemia, tukak lambung dan lainnya.
• Rimpang temu Ireng (Curcuma aeruginosa) mengandung minyak atsiri (turmerone,
zingiberene), kurkuminoid (kurkumin I, II, dan III), alkaloid, saponin, pati, damar atau
getah, dan lemak. Rimpang Temu ireng dapat mengobati cacingan karena terdapat
kandungan alkaloid menyebabkan aktivitas antelmintik yang dapat menghambat
perkembangan cacing.
• Rimpang Puyang (Zingiber zerumbet) mengandung alkaloid, saponin, flavonoid,
polifenol dan minyak atsiri. Rimpang digunakan sebagai zat stimulan, penambah
nafsu makan,antihipertensi, karminatif dan penyedap; untuk mengobati luka
dispepsia, hemoroid (ambeien) dan sakit perut kembung
• Rimpang bangle dapat menyembuhkan malaria dengan kandungan curcumin
didalamnya. Rimpang bangle juga dapat dimanfaatkan untuk antibakteri karena
terdapat kandungan flavonoid, saponin, alkaloid, serta tanin.
• Daun sambiloto dapat meringankan gejala flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh
karena didalamnya terkandung saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, paniculin dan
kalmegin yang berfungsi sebagai zat antibakteri.
• Rimpang pada temulawak mengandung antioksidan dengan senyawa diantaranya
flavonoid, fenol dan kurkumin. Temulawak dapat digunakan sebagai obat antioksidan,
hepatoproteksi, anti inflamasi, antikanker, antidiabetes, antimikroba, antihiperlipidemia,
anti kolera, anti bakteri
• Beluntas memiliki senyawa lain alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin, monoterpen, sterol
dan kuinon. Senyawa flavonoid dan fenol berfungsi sebagai antibakteri. Beluntas juga
digunakan sebagai penambah nafsu makan, peluruh keringat, antipiretik, antibakteri,
antidiare, antitusif, dan emollient. Beluntas juga memiliki khasiat antioksidan, antinyeri,
antituberkolusis, dan aktivitas antikanker
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai