Anda di halaman 1dari 3

Gizi untuk Penyakit diabetes mellitus tipe 2

Penyakit diabetes mellitus dapat disebabkan oleh banyak faktor. Pengaturan pola
makan, terutama konsumsi lemak, karbohidrat dan serat cukup akan membantu dalam
mengontrol glukosa darah. Pola makan atau diet merupakan hal penting yang dapat
menyebabkan obesitas dan resistensi insulin. Asupan energi yang berlebihan akan
meningkatkan resistensi insulin karena kurangnya aktivitas untuk menyeimbangkan energy
dalam tubuh yang menumpuk. Komposisi makronutrien yang direkomendasi pada pasien
diabetes adalah karbohidrat 45–60%, protein 10-20%, Cis-monounsaturated fat 10–20%,
polyunsaturated fat 5-10% dan saturated/ trans fat 5-10% (Morris & Willey, 2010).
Makanan dengan IG tinggi akan menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah lebih
cepat. Oleh karena itu dianjurkan bagi pasien penderita DM agar memilih makanan dengan IG
rendah (Snehalatha et.al, 2009). Diet rendah IG akan memperbaiki kadar glukosa darah pada
penderita DM tipe 1 dan 2. Diet rendah IG dapat memperbaiki kadar glukosa darah jangka
pendek dan panjang, yang direfleksikan melalui penurunan secara signifikan kadar
fruktosamine dan hemoglobin A1c yaitu hemoglobin yang berikatan dengan glukosa (Riccardi,
2005).
Individu yang berisiko tinggi untuk diabetes tipe 2 harus dianjurkan untuk diet tinggi
serat (14 g serat / 1000 kkal) dan makanan biji-bijian yang masih mengandung kulit utuh
(whole grains) (Stockmann et.al, 2009). Makanan berserat akan memberikan serat pangan,
vitamin dan mineral serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. Dengan mengonsumsi
serat dalam jumlah yang cukup dapat memberikan manfaat metabolik berupa pengendalian
gula darah, hiperinsulinemia dan kadar lipid plasma atau faktor risiko kardiovaskuler
(Snehalatha et.al, 2009). Jumlah serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi bagi penderita DM
sama dengan jumlah serat yang dianjurkan pada masyarakat umum, yaitu 15-20 gram/1000
kkal setiap harinya dari berbagai bahan makanan sumber serat, terutama serat larut.
Hasil penelitian Afkhami dan Shojaoddiny (2007) pada pasien diabetes ditemukan,
suplementasi 500 mg vitamin C, yaitu 2 kali sehari selama 4 bulan dapat menurunkan plasma
Low Density Lipoprotein (LDL), total kolesterol, trigliserida dan insulin secara signifikan.
Vitamin C terutama yang bersumber dari bahan makanan alami, yaitu sayur-sayuran dan buah-
buahan apabila dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan akan memberikan manfaat dalam
mencegah terjadinya penyakit degeneratif. Asupan zat gizi mikro, salah satunya vitamin C
terdapat dalam makanan sumber alami, yang berperan sebagai antioksidan akan menurunkan
resistensi insulin melalui perbaikan fungsi endothelial dan menurunkan stress oksidatif
sehingga mencegah berkembangnya kejadian diabetes tipe 2.
Komposisi protein pada diet yang dianjurkan adalah 10-20% dari total asupan energi,
dengan angka kebutuhan harian adalah 0,8 gr/kg berat badan yang berasal dari sumber protein
berkualitas baik (protein yang dapat dicerna dan mengandung sembilan jenis asam amino
esensial). Contohnya adalah daging, unggas, ikan, telur, susu, keju, dan kedelai. Sumber
protein yang tidak dalam kategori "baik" misalnya sereal, bijibijian, kacang-kacangan, dan
sayuran (Morris & Willey, 2010).
Asupan protein bagi individu dengan diabetes adalah sama dengan masyarakat umum
dan biasanya tidak melebihi 20% dari asupan energi. Sejumlah penelitian pada orang sehat dan
pada penyandang diabetes tipe 2 menunjukkan bahwa glukosa yang berasal dari protein yang
dicerna tidak meningkatkan konsentrasi plasma glukosa tetapi menyebabkan peningkatan
respon insulin serum. Pada suatu studi menunjukkan bahwa diet dengan kandungan protein >20%
dari total energi dapat mengurangi konsentrasi glukosa dan insulin, mengurangi nafsu makan,
serta meningkatkan perasaan cepat kenyang, akan tetapi efek dari diet tinggi protein dalam
jangka waktu yang lama belum dapat diketahui secara pasti (Bantle et.al, 2008).
Tujuan pengaturan diet lemak pada penyandang diabetes adalah untuk membatasi asam
lemak jenuh, asam lemak trans, dan asupan kolesterol sehingga mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler. Asam lemak jenuh dan asam lemak trans merupakan penentu utama kadar
kolesterol LDL plasma. Pada individu nondiabetes, dengan mengurangi asam lemak jenuh dan
asam lemak trans akan menurunkan kolesterol total dan LDL (Liese et.al, 2005). Manajemen
diet untuk penyandang diabetes adalah sama untuk penyandang penyakit kardiovaskuler sebab
kedua kelompok ini memiliki risiko yang setara, sehingga direkomendasikan asupan asam
lemak jenuh yang <7% dari energi total harian, seminimal mungkin asupan asam lemak trans,
dan asupan kolesterol harian <200 mg. Konsumsi asam lemak omega-3 dari ikan atau dari
suplemen telah terbukti mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, sehingga dua atau lebih
porsi ikan per minggu (Bantle et.al, 2008).
Daftar Rujukan

Afkhami, A., dan Shojaoddiny, A. 2007. Effect of vitamin C on blood glucose, serum lipids &
serum insulin intype 2 diabetes patients. Indian J Med Res 126, pp 471-474.
Bantle, J.P., Wylie-Rosett, J., Albright, A., Apovian, C.M., Clark, N.G., Franz, M.J. 2008.
Nutrition recommendations and interventions for diabetes: a position statement of the
American Diabetes Association. Diabetes Care, 31:S61–S78.
Liese AD, Schulz M, Fang F, Wolever TM, D’Agostino RB Jr, Sparks KC. 2005. Dietary
glycemic index and glycemic load, carbohydrate and fiber intake, and measures of
insulin sensitivity, secretion, and adiposity in the Insulin Resistance Atherosclerosis
Study. Diabetes Care.
Morris SF, Wylie-Rosett J. 2010. Medical nutrition therapy: A key to diabetes management
and prevention. Clinical diabetes. 28:1-18.
Riccardi, G., Capaldo, B., dan Rivellese, A. 2005. Diabetes mellitus dalam human nutrition.
Eleventh Edition. Edited by Garrow dan James. UK : Elsevier Churchil Livingstone.
Snehalatha, C., dan Ramachandran, A. 2009. Diabetes melitus dalam gizi kesehatan
masyarakat. Editor : Michael J Gibney, et al. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Stockmann, K., Atkinson, F., dan Brand-Miller, J.C. 2009. Glycemic index, postprandial
glycemia and the shape of the curve in healthy subjects: analysis of a database of
more than 1000 foods. Am J Clin Nutr 89:97-105.

Anda mungkin juga menyukai