Tugas Undang-undang dan Kebijakan Peraturan Peternakan
Outline UU No. 18 Tahun 2009 yang dilengkapi dengan UU No.41 Tahun 2014
Nama: Dini Sumarni
NPM: 200110180128
Kelas: A
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 pengertian-pengertian dari undang-undang dalam peternakan dan kesehatan hewan BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan bersadarkan beberapa asas pasal 3 tujuan pengaturan penyelenggaraan peternakan dan kesehata hewan BAB III SUMBER DAYA Bagian kesatu: Lahan Pasal 4 penyediaan lahan untuk syarat teknik peternakan dan kesehatan hewan perubahan tata ruang wilayah sesuai syarat peternakan dan kesehatan hewan dan Pasal 5 argoekosistem mempertahankan dan memanfaatkan secara berkelanjutan kawasan pengembalaan Pasal 6 umum yang didukung Perda Kab./Kota Bagian kedua: Air Pasal 7 syarat baku mutu air dan prioritasnya untuk hewan ternak Bagian ketiga: Sumber Daya Genetik Pasal 8 penguasaan, pemanfaatan, pengelolaan, dan pelestarian sumber daya genetik Pasal 9 perjanjian pemanfaatan sumber daya genetik hewan ternak dan satwa liar Pasal 10 pembudidayaan dan pemuliaan dilindungi serta dilakukan pemerintah Pasal 11 perizinan pemasukan dan/atau pengeluaran sumber daya genetik Pasal 12 ketentuan lebih lanjut pasal 8 - pasal 11 diatur dengan Peraturan Pemerintah BAB IV PETERNAKAN Bagian satu: Benih, Bibit, dan Bakalan Pasal 13 penyediaan, pengembangan dan sertifikasi benih, bibit, dan bakalan. Pasal 14 peran pemerintah dan Menteri dalam menetapkan ketentuan perbibitan nasional. Pasal 15 syarat dan ketentuan pemasukan benih/atau bibit dari luar negeri Pasal 16 syarat dan ketentuan ekspor benih, bibit, dan/atau bakalan Pasal 17 perbaikan kualitas benih dan/atau bibit dengan pemanfaatan bioteknologi modern Pasal 18 upaya mencukupi ketersediaan bibit dan ternak ruminansia produktif Bagian kedua: Pakan Pasal 19 budidaya ternak wajib mencukupi kebutuhan pakan dan kesehatan ternaknya Pasal 20 pengawasan pengadan dan peredaran bahan pakan dan tanaman pakan. Pasal 21 penetapan batas tinggi kandungan zat dalam bahan pakan. Pasal 22 syarat teknis produksi pakan untuk diedarkan secara komersial. Pasal 23 syarat teknis pakan impor dan ekspor harus memenuhi kesehatan hewan. Bagian ketiga: Alat dan Mesin Peternakan Pasal 24 pengawasan peredaran alat dan mesin peternakan produksi alat dan mesin peternakan wajib menyediakan suku cadangan, dibina, Pasal 25 dan difasilitasi pemerintah pasal 26 ketentuan lebih lanjut pasal 24 dan pasal 25 diatur dengan Peraturan Pemerintah Bagian keempat: Budi Daya Pasal 27 pelaksanaan dan penetapan kawasan budi daya Pasal 28 penetapan hewan hasil budi daya dari pemanfaatan satwa liar Pasal 29 syarat dan ketentuan bagi pihak-pihak melakukan budi daya ternak pasal 30 penyelenggaraan budi daya dapat dilakukan oleh perorangan warga negara pasal 31 kemitraan peternakan oleh peternak dan dibina oleh pemerintah serta Pemda pemerintah dan Pemda pengupayaan, pembinaan, memfasilitasi dan mendorong pasal 32 budi daya ternak Pasal 33 ketentuan lebih lanjut pasal 27 - pasal 32 diatur dengan Peraturan Pemerintah Bagian kelima: Panen, Pasca Panen, Pemasaran, dan Industri Pengolahan Hasil Ternak Pasal 34 syarat dan tata cara pelaksanaan panen hasil budi daya ternak Pasal 35 unit pascapanen produk ternak difasilitasi oleh pemerintah dan Pemda Pasal 36 kewajiban pemerintah menyelenggarakan pemasaran produk dan hewan ternak ekspor produk dan hewan ternak dilakukan apabila kebutuhan konsumsi protein Pasal 36A dalam negeri tercukupi impor ternak dilakukan jika kebutuhan protein hewani dalam negeri kurang Pasal 36B mencukupi pencegahan penyakit berupa pencegahan masuknya penyakit, keluarnya penyakit, Pasal 36C penyebaran penyakit, dan pemunculan penyakit impor indukan ruminansia harus ditempatkan di pulau karantina dalam jangka Pasal 36D waktu tertentu yang diatur oleh Peraturan Pemerintah kegiatan pemasukan ternak dari zona tertentu dapat dilakukan dengan Pasal 36E memperhatikan kepentingan nasional dan memenuhi syarat kesehatan industri pengolahan produk ternak dibina dan difasilitasi Pemerintah dengan Pasal 37 mengutamakan bahan baku dalam negeri. ketentuan panen, pascapanen, pemasaran dan industri (diatur Peraturan Pasal 38 Pemerintah), dan pengolahan hasil peternakan dalam pasal 34-37. BAB V KESEHATAN HEWAN Bagian Kesatu: Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Pasal 39 pengendalian dan penanggulangan penyakit pada hewan ternak Pasal 40 pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan tenak pencegahan penyakit hewan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 41 di bidang karantina hewan. Pasal 41A peranan pemerintah dan Pemda dalam mencegah penyakit hewan pencegahan penyakit berupa pencegahan masuknya penyakit, keluarnya penyakit, Pasal 41B penyebaran penyakit, dan pemunculan penyakit Pasal 42 pengamanan penyakit hewan Pasal 43 penetapan jenis penyakit hewan menular oleh menteri Pasal 44 pemberantasan penyakit hewan wajib lapor kejadian penyakit, penetapan status daerah tertular dan melaksanakan Pasal 45 pemberantasan penyakit tersebut mengumuman kejadian wabah hewan menular oleh menteri serta segera Pasal 46 penangananya Pasal 47 syarat dan ketentuan penanganan hewan yang tertular penyakit ketentuan pengamatan, pengamanan, pemberantasan penyakit, pengobatan, Pasal 48 maupun syarat teknis kesehatan hewan, termasuk kompensasi yang diatur Peraturan Pemerintah. Bagian kedua: Obat Hewan Pasal 49 golongan, syarat pemakaian, dan ketersediaan obat hewan nomor pendaftaran, pengujian, sertifikasi mutu obat hewan dan diawasi oleh Pasal 50 pemerintah dan Pemda. obat keras harus sesuai resep dokter, dan larangan menggunakan obat hewan pada Pasal 51 ternak yang hasilnya dikonsumsi manusia perizinian pembuatan, penyediian dan tau peredaran obat serta larangan membuka Pasal 52 usaha jika tidak memenuhi syarat dalam peraturan perundang-undangan pembuatan sediaan biologik yang penyakitnya tidak ada di Indonesia wajib memenuhi persyaratan keamanan hayati yang tinggi untuk melindungi Pasal 53 kepentingan nasional dan membantu pengendalian serta penggulangan penyakit hewan dan diatur Peraturan Pemerintah. Pasal 54 syarat dan ketentuan pengeluaran dan pemasukan obat hewan Bagian ketiga: Alat dan Mesin Kesehatan Hewan syarat jenis dan mutu alat dan mesin kesehatan serta pengadaan dan peredarannya Pasal 55 diawasi pemerintah. BAB VI KESEHATAN MASYARAKAN VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN Bagian pertama: Kesehatan Masyarakat Veteriner Pasal 56 penyelenggaraan kesehatan hewan untuk kesehatan masyarakat veteriner Pasal 57 penetapan, pengendalian dan penanggulangan penyakit zoonosis oleh menteri laksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi, sertifikasi, dan Pasal 58 registrasi produk ternak persyaratan dan tata cara pemasukan produk hewan ke dalam wilayah NKRI dan Pasal 59 dari luarg negeri ke negeri. setiap pengusaha ternak wajib memiliki nomor kontrol veteriner dan dibina oleh Pasal 60 pemerintah. Pasal 61 syarat dan ketentuan pemotongan hewan Pasal 62 setiap Perda Kab./kota harus memiliki RPH yang memenuhi syarat penyelenggaraan penjaminan higiene dan sanitasi produk hasil ternak oleh Pasal 63 pemerintah pemerintah dan Pemda mengantisipasi ancaman kesehatan akibat hewan atau Pasal 64 perubahan lingkungan (bencana alam) yang memerlukan penanggulangan zoonis, masalah higiene, dan sanitasi. Pasal 65 ketentuan kesehatan masyarakat veteriner diatur dengan Peraturan Pemerintah. Bagian kedua: Kesejahteraan Hewan Pasal 66 ketentuan kesejahteraan hewan Pasal 66A larangan menganiaya hewan ternak dan wajib lapor jika melihat kejadian tersebut. Pasal 67 penyelenggaraan kesejahteraan hewan berdasarkan pasal 66. BAB VII OTORITAS VETERINER pemerintah berwenang menyelenggarakan kesehatan hewan dengan meningkatkan Pasal 68 tugas, fungsi, dan wewenang Otoritas Veteriner. Pasal 68A pimpinan, pejabat, dan tugas Otoritas Veteriner Pasal 66B pengangkatan Pejabat Otoritas Veteriner pada berbagai tingkat. Pasal 66C fungsi dan wewenang otoritas veteriner. penetapan siskeswanas dengan wewenang pemerintah, menteri, dan pemerintah Pasal 66D daerah untuk meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan yang melaksanakannya ketentuan lebih lanjut mengenail Pasal 68A sampai Pasal 68D diatur dalam Pasal 66E Peraturan Pemerintah. menjelaskan tentang yang termasuk pada pelayanan kesehatan hewan dan wajib Pasal 69 memiliki izin usaha. Pengaturan ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan hewan yang telah Pasal 70 memiliki ijazah di seluruh wilayah Indonesia. tenaga kesehatan hewan melaksanakan tugas sesuai kompetensi yang telah Pasal 71 dipelajar dalam pendidikan, mematuhi kode etik, dan memegang sumpah profesinya. tenaga kesehatan hewan wajib memiliki surat izin praktik kesehatan hewan dari Pasal 72 bupati/walikota, cara memperoleh surat izin, dan kontrak praktik. tenaga kesehatan hewan wajib memiliki surat izin praktik kesehatan hewan dari Pasal 73 bupati/walikota, cara memperoleh surat izin, dan kontrak praktik. penerapan ilmu kedokteran perbandingan untuk meningkatkan pemanfaatan Pasal 74 hewan labolatorium. kelanjutan pasal 70-74 tentang tenaga kesehatan hewan diatur dalam Peraturan Pasal 75 Pemerintah. BAB VIII PEMBERDAYAAN PETERNAK DAN USAHA DI BIDANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN pemberdayaan peternak, usaha peternakan dan kesehatan dilakukan bersama, Pasal 76 didorong dan difasilitasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah kelanjutan pasal ini diataur Peraturan Pemerintah pemerintah dan pemerintah daerah melindungi peternak dari pemerasan salah satu Pasal 77 pihak dan mencegah eksploitasi dan menyalahgunaan modal. BAB IX PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA macam-macam sumber daya manusia, cara pengembangan kualitas SDM dengan Pasal 78 difasilitasi dan diselenggaranakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Kelanjutan di atur dalam Peraturan Menteri BAB X PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN kewajiban pemerintah menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Pasal 79 peternakan dan kesehatan hewan selain itu dapat dilakukan oleh semua pihak. perorangan warga negara asing yang akan melakukan penelitian dan Pasal 80 pengembangan peternakan harus mendapat izin dan bekerja sama dengan lembaga negeri. Pasal 81 hak cipta hasil penelitian dilindungi negara. penelitian rekayasa genetika dapat dilakukan sepanjang tidak melanggar kaidah Pasal 82 agama, kesejahteraan hewan dan tidak merugikan keanekaragaman hayati. Pasal 83 pelaksanaan penelitian harus mengikuti peraturan perundang-undangan. BAB XI PENYIDIKAN tugas dan wewenang pejabat penyidik negeri sipil dalam bidang peternakan dan Pasal 84 memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana BAB XII SANKSI ADMINISTRATIF sanksi admistratif yang dikenakan bagi yang melanggar beberapa pasal larangan Pasal 85 yang telah ditetapakan, kelanjutannya diatur dalam Peraturan Pemerintah. Denda uang dilakukan oleh pejabat yang berwenang. BAB XIII KETENTUAN PIDANA hukum pidana dan denda bagi yang melanggar pasar 22 ayat (4) tentang larangan Pasal 87 pakan tidak layak konsumsi, pakan mengandung darah, daging, tulang dan hormon. hukum pidana dan denda bagi yang melanggar pasar 24 ayat (2) yakni larangan pengedar alat yang belum diuji keamanannya. hukum pidana dan denda bagi yang melanggar larangan pengedaran ternak, hasil Pasal 89 ternak yang berpenyakit, kemudian yang diduga telah terlular, dan mengakibatkan orang meninggal. hukum pidana dan denda bagi yang melanggar pasal 51 ayat (3) tentang laranagn Pasal 90 penggunaan obat hewan pada ternak yang hasil ternaknya dikonsumsi. hukum pidana dan denda bagi yang mengedarkan obat hewan sesuai pasal 52 ayat Pasal 91 (2). hukum pidana dan denda bagi orang yang memalsukan produk peternakan sesuai Pasal 91A Pasal 58 ayat (6). hukum pidana dan denda bagi orang yang menganiaya hewan pasal 66A ayat (1) Pasal 91B dan yang tidak melapor kejadian tersebut pasal 66A ayat (2). tindak pidana dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan dapat dikenai pidana Pasal 92 tambahan. tindak pidana pasal 86, 88, 90, dan 91 merupakan pelanggaran sedangkan pasal 89 Pasal 93 adalah kejahatan. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN pada saat UU ini mulai berlaku penomoran pendaftaran dan surat perizinan yang berhubungan dengan bidang peternakan juga ikut berlaku sampai habis masa Pasal 94 berlaku berdasarkan ketentuan peraturan pelaksanaan di bidang peternakan dan kesehatan hewan. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 95 semua peraturan perundang-undangan peternakan dan kesehatan hewan tetap dilaksakan selama tidak bertentangan dengan UU ini. ketentuan praktik kedokteran hewan dan ketentuan veteriner yang belum cukup Pasal 96 diatur dalam Undang-undang. Dihapus penetapan pulau karantina, otoritas veteriner, dan Siskeswnas ditetapkan maksimal Pasal 96A 2 tahun sejak UU ini diundangkan peraturan pelaksanaan undang-undang oleh peraturan pemerintah dan peraturan Pasal 97 presidan, keputusan menteri, dan peratuhan pemerintah daerah. Pasal 98 ketentuan-ketentuan yang mengatur kehewanan. Pasal 99 pemberlakuan Undang-undang ini pada tanggal diundangkan.