PETERNAKAN
Oleh :
Kelas C
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor peternakan sangat memiliki nilai penting bagi pembangunan
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan itu sendiri dalam
hal ini daging (sapi). Namun kenyatan yang terjadi di Indonesia saat ini
akan daging terutama daging sapi, maka dibutuhkan sapi-sapi potong yang
memiliki kualitas yang baik. Namun populasi sapi potong di Indonesia akhir-akhir
mencukupi kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari daging sapi. Masalah
serius yang menghambat populasi ternak sapi di Indonesia saat ini yaitu
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menelaah kasus
Indonesia.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan malakah ini adalah untuk dapat mengetahui
bagaimana cara penanganan dan sanksi yang diberikan bagi kasus pelanggaran
Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 18 ayat (4) meyebutkan bahwa “Setiap
Dijelaskan lebih lanjut bahwa jika larangan pemotongan ternak betina produktif
tetap dilanggar maka ada sangsi hukumnya dan ini berlaku pula untuk
a.
ayat(4)dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 6 (enam)bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta
a. penelitian;
b. pemuliaan;
d. ketentuan agama;
Ternak ruminansia yang dimaksud dalam UU itu adalah sapi, domba, dan
kambing. Populasi sapi potong di Indonesia terus menurun karena laju
pertumbuhan populasi lebih lambat dari kebutuhan. Jumlah kelahiran anak sapi
per tahun rata-rata sebesar 1,7 juta ekor, sedangkan kebutuhan sapi potong setiap
tahun 2,1 juta ekor. Saat ini populasi sapi potong 10,5 juta-11 juta ekor. Akibat
yang akan ditimbulkan dari pemotongan ternak betina produktif tersebut akan
menurunkan jumlah populasi dari ternak lokal karena berkurangnya sedikit demi
potong semakin sedikit dan akan berdampak sangat besar bagi berlangsungnya
perdagangan pasar hewan yang akan dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH)
dalam hal ini kelompok ternak guna meningkatkan populasi atau meningkatkan
angka kelahiran. Hal itu juga harus tidak lepas dari campur tangan pemerintah.
Selain itu upaya yang bisa dilakukan guna menekan tingginya angka pemotongan
memberikan manfaat yang baik bagi peternak itu sendiri. Upaya pengendalian
1. Sanksi Admistratif
Pasal 85 :
dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 13 ayat (4), Pasal 15 ayat (3),
Pasal 18 ayat (2), Pasal 19 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) atau ayat (2), Pasal 23, Pasal
24 ayat (2), Pasal 25 ayat (1), Pasal 29 ayat (3), Pasal 42 ayat (5), Pasal 45 ayat
(1), Pasal 47 ayat (2) atau ayat (3), Pasal 50 ayat (3), Pasal 51 ayat (2), Pasal 52
ayat (1), Pasal 54 ayat (3), Pasal 58 ayat (5), Pasal 59 ayat (2), Pasal 61 ayat (1)
atau ayat (2), Pasal 62 ayat (2) atau ayat (3), Pasal 69 ayat (2), dan Pasal 72 ayat
berupa : “
c. pencabutan izin
d. pengenaan denda.
Ayat ( 4 ), “ Besarnya denda sebagaimana dikenakan kepada setiap orang
yang : “
(dua puluh lima juta rupiah) dan besarnya denda ditambah 1/3 (sepertiga) dari
denda tersebut jika pelanggaran dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau
korporasi.
Ayat ( 5 ), “ Besarnya denda sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditambah 1/3
2. Ketentuan Pidana
Pasal 86 :
ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling
lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) dan paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 92
(1) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi atau pejabat yang
ditambah 1/3 (sepertiga) dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi atau
usaha, status badan hukum, atau status kepegawaian dari pejabat yang berwenang.
Pasal 93
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88, Pasal
produktif.
III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pemotongan sapi betina produktif sangat bertentangan dengan undang-
undang nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan karena
akan menurunkan angka kelahiran dan tingkat populasi dari ternak potong itu