Anda di halaman 1dari 10

Makalah Praktikum Ke-14 Hari : Jumat, 2 Desember 2021

Etika Profesi, Penghayatan Profesi & Dosen : Drh. Surya Kusuma Wijaya, M.Si
Legislasi Veteriner

IMPLEMENTASI SANKSI PELANGGARAN TERHADAP


PERATURAN PERUNDANGAN BAGI PARAMEDIK
VETERINER
Kelompok 5
Disusun oleh:

1. Adelia Rosa Mahadewi J3P219068


2. Ellysca Octaviani J3P219081
3. Elisya Saly Tjiumena J3P219080
4. Irfan Hakim Utomo J3P119029
5. Muhammad Wisnu Syafrudin J3P119041
6. Ronas Salfitra J3P219097
7. Sonia Nila Sari J3P119058
8. Tri Enggar Deswanto J3P119064
9. Zahra Afifah Eryanda J3P119066

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga paramedik veteriner merupakan tenaga medik kesehatan hewan
lulusan sekolah kejuruan, pendidikan diploma, atau memperoleh sertifikat untuk
melaksanakan urusan kesehatan hewan dan dilakukan dibawah penyeliaan dokter
hewan. Dalam menjalankan tugasnya, tenaga paramedik veteriner mempunyai hukum
atau perundangan yang akan mengatur mengenai pelayanan kesehatan hewan. Hukum
merupakan suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku agar
dapat terkontrol sehingga menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
(Anonim 2017). Dengan adanya hukum, maka terdapat sanksi jelas bagi tindak
pidana yang dilakukan.
Dalam hukum pidana dikenal dengan adanya sanksi pidana berupa kurungan,
penjara, pidana mati, pencabutan hak dan pengambilan harta benda milik pelaku
tindak pidana. Menurut Pasal 10 KUHP, jenis pidana yang dapat dijatuhkan berupa
pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok terdiri dari pidana mati, penjara,
kurungan dan denda, sedangkan pidana tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak
tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan pengumuman putusan hakim. Sanksi
yang diberikan bergantung pada jenis pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui sanksi-sanksi
pelanggaran yang akan diberikan serta implementasi terhadap peraturan perundangan
bagi Paramedik Veteriner.
BAB II
PEMBAHASAN

Penetapan berbagai peraturan perundang-undangan terkait tugas Paramedik


Veteriner tidak lepas sebagai dasar pelaksanaan uji kompetensi untuk Paramedik
Veteriner. Tujuan dari penetapan peraturan perundang-undangan adalah untuk
menghasilkan Paramedik Veteriner yang kompeten dan profesional dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab jabatan (Permentan RI 2014). Dalam
pelaksanaan tugasnya, jika seorang Paramedik Veteriner melakukan pelanggaran
terhadap peraturan yang sudah ditetapkan, tentu akan ada sanksi yang diberikan atas
pelanggaran tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 03 Tahun


2019 pasal 51, 54 dan 55 tentang Pelayanan Jasa Medik Veteriner, Implementasi
Sanksi Pelanggaran terhadap Peraturan Perundangan bagi Paramedik Veteriner yaitu :
Pasal 51
(1) Tenaga Paramedik Veteriner yang melakukan Pelayanan Jasa Medik Veteriner
tidak memiliki SIPP Keswan, SIPP Inseminator, SIPP PKb, atau SIPP ATR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa penutupan
Tempat Pelayanan Paramedik Veteriner.

Pasal 54
(1) Tenaga Kesehatan Hewan yang melaksanakan tugas Pelayanan Jasa Medik
Veteriner pada unit pelayanan Kesehatan Hewan milik pemerintah, tidak
memiliki keputusan penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(1), dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa sanksi
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 55
(1) Tenaga Kesehatan Hewan dalam melakukan Pelayanan Jasa Medik Veteriner
yang tidak melaporkan hasil diagnosis Penyakit Hewan menular strategis
yang mengindikasikan wabah dan/atau Penyakit Hewan menular eksotik
kepada pejabat Otoritas Veteriner kabupaten/kota dalam jangka waktu 1 x 24
(satu kali dua puluh empat) jam sejak indikasi ditemukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1), diberikan sanksi administratif.
(2) Sanksi adiminstratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. sanksi
kepegawaian dan pencabutan keputusan penugasan untuk Tenaga Medik
Veteriner dan Tenaga Paramedik Veteriner pada instansi pemerintah; atau b.
pencabutan SIP DRH, SIPP Keswan, SIPP Inseminator, SIPP PKb atau SIPP
ATR untuk Tenaga Medik Veteriner dan Tenaga Paramedik Veteriner mandiri.

Penjelasan mengenai Pasal 54, pada Pasal 41 (1) disebutkan bahwa tenaga
kesehatan hewan yang bertugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 40, yaitu tenaga
kesehatan hewan yang bertugas pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan hewan, kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian yang bidang tugasnya berkaitan dengan kesehatan hewan, pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pelayanan jasa medik veteriner,
ditetapkan dengan keputusan mengenai penugasan pelayanan jasa medik veteriner.
Keputusan mengenai penugasan pelayanan jasa medik veteriner ini disamakan
sebagai izin praktik pelayanan jasa medik veteriner. Keputusan mengenai penugasan
sebagaimana yang dimaksudkan sebelumnya ditetapkan oleh pimpinan satuan kerja
sebagaimana format yang sudah ditetapkan.

Penjelasan mengenai Pasal 55, pada Pasal 45 (1) disebutkan bahwa dalam hal
tenaga Kesehatan hewan melaksanakan pelayanan jasa medik veteriner sebagaimana
yang disebutkan dalam pasal 3, yaitu jasa pemberian diagnosis dan prognosis
penyakit hewan, tindakan transaksi terapetik, dan konsultasi kesehatan hewan dan
Pendidikan klien atau masyarakat mengenai kesehatan hewan dan lingkungan,
ditemukan hasil diagnosis penyakit hewan menular strategis yang mengindikasikan
wabah dan/atau penyakit hewan menular eksotik, tenaga kesehatan hewan wajib
melaporkan hasil temuan tersebut kepada pejabat otoritas veteriner kabupaten/kota
paling lama 24 jam sejak indikasi ditemukan.

Pelaporan temuan berupa data dan informasi diagnosis dapat melalui sistem
daring informasi diagnosis hewan nasional (iSIKHNAS) dan pejabat otoritas
veteriner kabupaten/kota wajib menindaklanjuti laporan dengan melaporkannya dan
memberi rekomendasi kepada bupati/wali kota untuk melaporkan terjadinya wabah
dan/atau penyakit menular eksotik kepada gubernur dan Menteri serta melakukan
pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.

Selain Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 03


Tahun 2019 yang mengatur tentang sanksi pelanggaran terhadap peraturan
perundangan bagi paramedik veteriner adalah UU No. 18 Tahun 2009 pada pasal 85,
86, 88, dan 89. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa :

Pasal (85)

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat dapat berupa:

1. peringatan secara tertulis


2. penghentian sementara dari kegiatan,produksi, dan/atau peredaran
3. pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan Obat Hewan, Pakan, alat dan
mesin, atauProduk Hewan dari peredaran; atau
4. pencabutan izin
5. pengenaan denda;
Pasal 86 Setiap orang yang menyembelih:

1. Ternak ruminansia kecil betina produktifsebagaimana dimaksud dalam Pasal


18 ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan
paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)
2. ternak ruminansia besar betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) dan paling banyak Rp25.000.000,00(dua puluh lima juta
rupiah)

Pasal 88
Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan alat dan mesin tanpa
mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi pemakai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2) dan/atau belum diuji berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3
(tiga) bulan dan paling lama 11 (sebelas) bulan dan denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah)
Pasal89
1. Setiap orang yang melakukan pelanggaran atas tindakan mengeluarkan
dan/atau memasukkan hewan, produk hewan, atau media pembawa penyakit
hewan lainnya dari dan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal42 ayat (5), Pasal 58 ayat (5), dan Pasal 59
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah)
2. Setiap orang yang mengeluarkan dan/atau memasukkan hewan, produk
hewan, atau media pembawa penyakit hewan lainnya ke dalam wilayah bebas
dari wilayah tertular atau terduga tertular sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 ayat (5), Pasal 59 ayat (3), dan Pasal 60 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
3. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
matinya orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tenaga paramedik veteriner dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan
peraturan yang ditetapkan seperti peraturan menteri pertanian republik indonesia
nomor 03 tahun 2019 pasal 51, 54 dan 55 tentang pelayanan jasa medik veteriner,
serta dalam penugasanya medik veteriner diputuskan dan ditetapkan oleh pimpinan
satuan kerja sebagaimana format yang sudah ditetapkan. Apabila medik veteriner
melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang sudah ditetapkan, maka aka ada
sanksi yang diberikan atas pelanggaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Pengertian hukum [diakses pada 2021 Desember 1]. Tersedia dari:
https://fh.unikama.ac.id/id/2017/05/24/pengertian-hukum/

[KUHP] Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10 mengenai Pidana Pokok dan
Pidana Tambahan.

[PERMENTAN] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 133 Tahun


2014 tentang Pedoman Uji Kompetensi Pejabat Fungsional Paramedik
Veteriner

[PERMENTAN] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 03 Tahun 2019


tentang Pelayanan Jasa Medik Veteriner

[UU] Undang-undang Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik


Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentanf Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Jakarta: UU

Anda mungkin juga menyukai