Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

KASUS
MALPRAKTIK
I Gede Wisnu Nugraha
Kelompok B3
22710077

Pembimbing : dr. Nily Sulistyorini, SpFM


Latar Belakang
Menurut Valentinv. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los
Angelos California, malpraktek adalah kelalaian dari seseorang
Kesehatan adalah salah satu hal yang penting dalam hidup dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian
seseorang, sehingga ketika kesehatan seseorang terganggu, mereka
dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien
akan berusaha untuk menyehatkan tubuhnya kembali
yang lazim digunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama

Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek Indonesia adalah salah satu negara yang kasus malprakteknya
hukum yang sangat luas yang sering kali tumpang tindih pada semakin merajalela dan banyak yang mucul kepermukaan dan
suatu isu tertentu seperti informed consent, wajib simpan rahasia digugat secara formal oleh pasien/keluarga kesidang pengadilan
kedokteran, profesionalisme bahkan di dalam praktek kedokteran,
aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, Oleh karena itu pengetahuan mengenai malpraktek penting untuk
oleh karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi dipahami bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktiknya
norma hukum atau sebaliknya norma hukum yang mengandung khususnya dokter umum.
nilai-nilai etika
Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan aspek midekolegal pada


kasus malpraktik yang dilakukan oleh dokter ?
Tujuan Manfaat
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan medikolegal dalam 1. Bagi Dokter
menghadapi malpraktek a. Sebagai bahan referensi bagi dokter agar
mengetahui dan menjalankan tugas dengan
2. Tujuan Khusus bertanggung jawab.
• Untuk mengetahui definisi dan jenis-jenis b. Untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat
malpraktek dan untuk menambah ilmu dan pengalaman.
• Untuk mengetahui usaha-usaha untuk
menghindari malpraktek
2. Bagi Rumah Sakit
• Untuk mengetahui sanksi malpraktek
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi
• Untuk mengetahui Undang-undang praktek
pelayanan kesehatan pasien, sehingga
dokter
• Untuk mengetahui sanksi pelanggaran kode meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan.
etik kedokteran
Apa itu Malpraktik?

Malpraktik adalah praktik kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar operasional. Definisi tersebut malpraktek
harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga
kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Seorang
dokter yang salah dalam melakukan praktek kedokteran dapat bertanggung
jawab secara pidana, perdata, maupun administratif.
Jenis-jenis malpraktik
1. Ethical Malpraktik
Dokter/petugas kesehatan yang mengabaikan standar etik yang ada sehingga akan berurusan dengan komite
disiplin dengan hukuman pencabutan izin praktik

2. Legal Malpraktik
a) Administrative malpraktek
terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lain melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi Negara yang
berlaku, misalnya menjalankan praktek dokter tanpa lisensi atau izin praktek atau SIP, melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan lisensi
b) Civil malpraktek
adalah tipe malpraktek dimana dokter karena pengobatannya dapat mengakibatkan pasien meninggal atau luka
tetapi dalam waktu yang sama tidak melanggar hukum pidana. Sementara Negara tidak dapat menuntut secara
pidana, tetapi pasien atau keluarganya dapat menggugat dokter secara perdata untuk mendapatkan uang sebagai
ganti rugi
c) Criminal malpraktek
terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana.
Malpraktek dianggap sebagai tindakan criminal dan termasuk perbuatan yang dapat diancam hukuman
USAHA-USAHA UNTUK MENGHINDARI
MALPRAKTIK
• memperoleh persetujuan pasien terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan medik, yang dikenal
dengan istialah informed consent yaitu suatu ijin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan
secara bebas, sadar dan rasional setelah pasien mendapat informasi dari dokter tentang
penyakitnya.
• Semua tindakan sesuai dengan indikasi, dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan memiliki SIP
• Memperlakukan pasien secara manusiawi dan diperlakukan sama
• Semua tindakan dicatat dalam rekam medis (Identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
dan terapi
• Jika terdapat keraguan dikonsultasikan kepada konsulen. Tetapi jika dalam keadaan emergency,
dokter dapat menyelamatkan nyawa pasien terlebih dahulu
Sanksi Malpraktik

Sanksi PIDANA Sanksi PERDATA Sanksi Administratif

• KUHP Pasal 359 • KUH Perdata Pasal 1366 • UU RI No. 36 Tahun 2009
• KUHP Pasal 360 • KUH Perdata Pasal 1367 Pasal 188
• KUHP Pasal 361 • KUH Perdata Pasal 1370 • UU RI No. 29 Tahun 2004
• UU RI No.36 Tahun 2009 • KUH Perdata Pasal 1371 Pasal 66, 67, 69
• UU RI No. 29 Tahun 2004 • UU RI No. 36 Tahun 2009 • PERMENKES RI No:
• UU RI No. 44 Tahun 2009 pasal 58 2052/MENKES/PER/X/201
tentang Rumah Sakit 1 (Pasal 30. 31, 32, 33, 34,
KUHP Pasal 359 KUHP Pasal 360
(1) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan
orang luka berat dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan
Barangsiapa karena kesalahannya selama-lamanya satu tahun
menyebabkan matinya orang
dihukum penjara selama-lamanya (2) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan
orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi
lima tahun atau kurungan selama-
sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya
lamanya satu tahun atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya sembilan bulan atau hukuman
kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman
denda setinggi-tingginya
KUHP Pasal 361

Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab


ini dilakukan dalam melakukan sesuatu
jabatan atau pekerjaan, maka hukuman
ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah
dapat dipecat dari pekerjaannya, dalam waktu
mana kejahatannya diumumkan
UU RI No. 36 Tahun 2009

Pasal 193 Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
melakukan bedah plastik dan rekonstruksi
aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
untuk tujuan mengubah identitas seseorang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
diancam dengan pidana penjara paling lama pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). miliar rupiah)
UU RI No. 29 Tahun 2004

Pasal 75 Pasal 76
(1) Setiap dokter atau dokter gigi
yang dengan sengaja melakukan
praktik kedokteran tanpa memiliki Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
surat tanda registrasi sebagaimana melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat
izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
dipidana dengan pidana penjara paling (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
lama 3 (tiga) tahun atau denda paling 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
Pasal 79

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
yang :
a. Dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1);
b. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 ayat (1); atau
c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
Undang - undang Praktek
Dokter

• Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009


• Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang praktik kedokteran
Sanksi Pelanggaran Kode Etik Kedokteran
Tujuan pemberian sanksi bagi pelanggar etik kedokteran sejatinya bersifat pembinaan terhadap teman sejawat
sehingga mereka menyadari kekeliruan yang dilakukan tanpa merasa direndahkan martabatnya

Pemberian sanksi secara umum :


Tahap pertama adalah merumuskan tujuan sanksi yang diberikan. Sanksi harus bertujuan mendidik pelaku dengan
nilai yang sesuai, mempertimbangkan kondisi pelaku dan masyarakat secara luas.
Tahap kedua adalah menentukan berat ringannya sanksi berdasarkan beberapa pertimbangan: jenis pelanggaran,
berat ringannya pelanggaran berdasarkan konsensus atau ketentuan yang berlaku, riwayat pelanggaran, dan faktor-
faktor penyerta lain.
Tahap ketiga adalah pelaksanaan sanksi yang konkrit dan terawasi. Sanksi yang telah diberikan harus dievaluasi bila
terdapat pengulangan pelanggaran atau hambatan ketika sanksi sedang dijalankan

Sanksi dapat berupa pencabutan atau pembekuan hak pelaku yang bersifat sementara. Berat ringannya sanksi
biasanya ditentukan pemilik kuasa berdasarkan kerugian atau beban yang dialami pihak korban
Contoh Kasus

Diberitakan Sindonews.com, pada pukul 09.00, WITA, Selasa, 5 Januari 2013 , warga bernama
Sakura umur 44 tahun, warga Lingkungan Pallengoreng Kelurahan Biru Kecamatan Tanete Riattang,
Kabupaten Bone diduga korban malpraktik oleh oknum dokter di Puskesmas Biru berinisial DW. Pasalnya,
warga ini langsung mengalami kebutaan setelah menggunakan resep dokter berupa salep kulit saat berobat
dan memeriksakan diri menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di Puskesmas
setempat
Mulanya warga yang berprofesi sebagai petani ini memeriksakan diri dengan keluhan sakit dibagian
kepalanya. Namun, dokter yang menjelaskan cara pemakaian kepada pasiennya dengan mengoleskan salep
kulit dengan tempat obat warna putih dan coklat yang diresepkan itu di bagian pinggir mata atas dan bawah
Selvi menuturkan bahwa “Setiba dirumah, saya oleskan salep kulit itu ke bagian mataku, tidak
lama kedua mata saya terasa panas dan tidak melihat sama sekali," ujar Sakura yang ditemui dengan kondisi
kedua matanya merah, Selasa (5/2/2013).
*Lanjutan Kasus

Akibat kebutaan yang dialaminya, berselang 20 menit kemudian, Sakura kemudian kembali ke
Puskesmas menemui oknum dokter yang memberikan resep kulit untuk meminta pertanggungjawabannya.
Kerabat korban, Ros, mengatakan oknum dokter yang membawa adiknya itu sudah mengakui kesalahannya
dan minta maaf hingga telah membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Watampone,
dan telah diberikan pengobatan tetes mata. Saya sangat sesalkan oknum dokter itu, adik saya hanya sakit
kepala kenapa dikasi obat salep kulit. Dia harus bertanggung jawab terhadap kesembuhan adik saya"
keluhnya. Ros mengungkapkan, oknum dokter itu juga telah mengambil bukti obat untuk menutupi
kesalahannya, karena menurutnya kadar dosis di dalam obat tersebut tinggi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bone, Dr Alimuddin mengaku belum
mengetahui kasus tersebut, namun pihaknya akan menelesuri dulu siapa yang salah apakah dokter atau
penjaga apotik yang salah memberikan obat.
Yang jelas jika kesalahan memang karena dokter ataupun perawatnya kita akan berikan sanksi sesuai
undang-udang kesehatan," jelas Alimuddin
Analisa Kasus
Alur pemeriksaan
• Dokter saat menerima pasien hendaknya melakukan pemeriksaan lebih teliti lagi mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
• Setelah pemeriksaan dokter memberikan kesimpulan berupa diagnosis, dan suspek terhadap penyakit
yang telah di derita oleh pasien.
• Setelah mengetahui diagnosis yang diderita pasien seharusnya dokter memberikan resep sesuai dengan
diagnosis pasien serta menjelaskan cara terapi yang tepat
• Dokter harus mngetahui kadar dosis yang tepat supaya tidak berakibat fatal terhadap pasien

Pada kasus Sakura dapat dilihat beberapa kelalaian yang terjadi yaitu :
1. Tidak adanya komunikasi yang baik antara dokter dan pasien.
2. Dokter tidak berkompeten dalam memberikan resep dengan dosis yang tepat kepada pasien
3. Dokter melakukan kesalahan yang berakibat fatal terhadap pasien sehingga menyebabkan pasien menjadi
buta
Analisa Kasus
Pada Kasus tersebut terjadi malpraktik dimana dokter melakukan kesalahan
berupa pemberian dosis yang berlebih sehingga berakibat fatal yaitu kebutaan
terhadap pasien maka dari itu oknum dokter tersebut bisa terjerat Pasal 360
KUHP dimana "Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka
berat dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau
hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun" . Sudah sewajarnya oknum
dokter tersebut dijerat pasal karena sudah terlihat bahwa dokter itu
memberikan dosis berlebih sehingga menyebabkan kebutaan pada pasien
KESIMPULAN
1. Malpraktik adalah praktik kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar
profesi atau standar operasional, jenis-jenis malpraktik yaitu Ethical malpraktik, legal
malpratik, legal malpraktik terbagi menjadi administrative malpraktik, civil malpraktik,
dan criminal malpraktik.
2. Salah satu upaya untuk mencegah malpraktik adalah memperoleh persetujuan pasien
terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan medik, yang dikenal dengan istilah informed
consent
3. Sanksi yang dapat diberikan bagi dokter yangmelakukan malpraktik yaitu sanksi pidana,
sanksi perdata, dan sanksi administratif.
4. Undang-undang praktik dokter dan dokter gigi diatur dalam UU RI No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, maupun UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
5. Pemberian sanksi secara umum dilakukan dengan tiga tahap: Tahap pertama adalah
merumuskan tujuan sanksi yang diberikan. Tahap kedua adalah menentukan berat
ringannya sanksi berdasarkan beberapa pertimbangan. Tahap ketiga adalah pelaksanaan
sanksi yang konkrit dan terawasi.
Daftar Pustaka
1. Notoatmojo, soekidjo. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rikena cipta; 2010.
2. Suharto G. Aspek Medikolegal Praktik Kedokteran. Semarang: ABH Associates; 2008.
3. Hartono HS, dkk. Pemahaman Etik Medikolegal: Pedoman bagi profesi dokter. Semarang:Universitas
Diponegoro; 2008.
4. Hanafiah, M. Yusuf, Amri Amir. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Kedokteran EGC: Jakarta;2006.
hal.96.
5. Perkonsil No. 16 Tahun 2016 tentang tata cara penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan
dokter gigi oleh majelis kehormatan disiplin kedokteran indonesia. Konsil kedokteran Indonesia.
6. Hoediyanto, Hariadi A. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi 8. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya; 2012.Hal.392-96-98.
Thank you
PEMERIKSAAN FISIK TTV
UMUM

• Keadaanumum : Sakit sedang • Tekanan Darah : 160/98


• Kesadaran : Compos Mentis mmHg
• GCS : 4 - 5 – 6 • Nadi : 86 x/menit
• Status gizi : Tb 155cm, BB • Suhu : 36,5oC
67kg • Respiration Rate : 20 x/menit
S Keluar darah nifas sedikit. Pusing (-)

O Keluhan umum : Sedang, tensi 120/70 mmHg, Nadi : 86, suhu

FOLLOW UP 36,5 C, RR : 20, Kesadaran CM, UC : keras, TFU( tinggi fundus


uteri): 2Jr. b. pst. Lochea + rubra

13/06/2022
A P3-3 pp SptB Hr.O + PEB

Jam 20.00

P Monitoring
-TTV dbn
-Tidak terjadi kejang
-Masa nifas normal
FOLLOW 14/06/2022
UP
Jam 13.00

S Tidak pusing, perut mules

O Keluhanumum : Sedang, tensi 140/90 mmHg, suhu 36,5 C, RR: 16, Nadi : 86
UC : keras, Kes CM, TFU( tinggi fundus uteri): 2Jr. b. pst. Lochea +Rubra

A P3-3 pp SptB Hr1 + PEB

P Monitoring
-TTV dbn
-Tidakterjadi kejang
-Masa nifas normal
S Keluar darah dari nifas sedikit – sedikit dari kemaluan

O Keluhan umum : Sedang, tensi 150/90 mmHg, suhu 36,6 C, RR:

FOLLOW UP 20, Nadi : 88 UC : keras, Kesadaran CM, TFU( tinggi fundus


uteri): 2Jr. bawahpst. Lochea +Rubra

14/06/2022
A P3-3 pp SptB Hr3 + PEB

Jam 20.00

P Monitoring
- TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi Eklamsia
FOLLOW 15/06/2022
UP
Jam 06.00

S Perut mules

O Keluhan umum : Sedang, tensi 142/83 mmHg, suhu 36,9 C, RR: 16, UC : keras,
TFU( tinggi fundus uteri): 2Jr. b. pst. Lochea Rubra : 10 c, Modul :3, Skala nyeri :
2

A P3003 pp SptB + PEB H2

Monitoring
P
- Tidak terdapat pendarahan aktif

Anda mungkin juga menyukai