Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

INDUSTRI PRODUKSI TERNAK RUMINANSIA

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Kuswati, MS., IPM., ASEAN Eng

Oleh:

Asrullah As 236050100111008

MAGISTER ILMU TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2024
UJIAN TENGAH SEMESTER INDUSTRI PRODUKSI TERNAK RUMINANSIA

Soal!
1. Industri sapi pedaging saat ini menjadi tantangan mengalami, pasalnya harga
daging sapi masih belum pada kondisi ideal. Hal ini disebabkan beberapa hal
antara lain proses perbaikan peternakan pasca PMK dan LSD yang terjadi
disejumlah daerah pada pertengahan 2022, berakibat persoalan penurunan bobot
badan, banyaknya sapi dipotong paksa dan dijual dengan harga relative murah,
hingga persaingan harga dengan daging kerbau asal India (harga daging kerbau
dari India Rp. 80.000,-/kg dan daging sapi lokal Rp. 120.000,-). Dalam upaya
mengatasi hal tersebut diatas strategi apa yang Saudara lakukan untuk mengejar
target pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Silahkan berpendapat (Didukung
jurnal minimal 3 jurnal nasional, regulasi pemerintah dan 1 jurnal internasional:
jurnal dilampirkan dalam GD) CP4- Nilai 40.
Jawaban:
Masalah PMK dan LSD yang terjadi disejumlah daerah memberikan dampak
terhadap harga jual daging menjadi realif murah dan tentunya memberikan kerugian
bagi peternak. Dalam hal mengatasi masalah tersebut pemerintah melalui Direktur
Jendral Peternakan dan Kesehatan hewan mengeluarkan beberapa kebijakan,
diantaranya yaitu:
- Surat edaran DITJEN PKH Nomor 9677 Tahun 2022. Surat ini memberikan
petunjuk teknis terkait monitoring dan evaluasi pasca program vaksinasi
penyakit mulut dan kuku (PMK). Tujuannya adalah untuk memastikan
efektivitas program vaksinasi dan memantau dampaknya terhadap kesehatan
hewan serta daging sapi.
- Surat edaran DITJEN PKH Nomor 10712 tahun 2022. Surat edaran tersebut
berhubungan dengan percepatan kegiatan penandaan dan pendataan ternak. Hal
tersebut dianggap penting untuk mengidentifikasi dan melacak populasi ternak,
termasuk yang telah divaksinasi dan belum.
- Peraturan pemerintah nomor 5 tahun 2021 tentang penyelenggaraan perizinan
berusaha berbasis resiko. Peraturan ini mengatur tentang perizinan berusaha
yang berdampak atau mempengaruhi sektor peternakan. Dalam hal ini, perizinan
usaha dapat mempengaruhi operasional peternakan dan distribusi daging sapi,
khususnya mendatangkan daging beku dari luar yang berpotensi membawa
penyakit.
- Undang-Undang No. 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengatur
larangan pemotongan ternak ruminansia besar betina produktif. Pasal 18 ayat (4)
menyebutkan bahwa “Setiap Orang dilarang menyembelih Ternak ruminansia
besar betina produktif.” Pelanggaran terhadap aturan ini dapat dikenai pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, serta denda
minimal Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan maksimal
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Menurut saya dari sisi regulasi pemerintah semuanya memiliki maksud dan
tujuan yang baik. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan adalah perlun ada peningkatan
pengawasan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan. Pemerintah
harus lebih serius mengenai pengawasan, monitoring dan evaluasi kebijakan, karena
akan sia-sia diadakan pengadaan dan distribusi vaksin PMK dalam jumlah besar apabila
tidak diawasi dengan baik. Pencatatan yang keliru akan berdampak pada kurang
tepatnya sasaran kebijakan dan hanya membuang uang negera. Kurang baiknya
monitoring dan evaluasi sebelum dan setelah vaksin akan berdampak pada efektivitas
vaksin yang digunakan. Pengawasan pengadaan daging beku dari luar negeri jika tidak
diawasi dengan baik karena berpotensi membawa inang penyakit yang sama ataupun
penyakit baru. Dan yang terakhir pengawasan pelaksanaan pelarangan pemotongan
betina produktif perlu ditingkatan karena masih belum konsisten, masih banyak praktik
RPH yang melakukan pemotongan betina tanpa pengawasan dari petugas Dinas Terkait
atau dokter hewan sebagai pengawas kesehatan masyarakat.
Menurut Sasongko (2024) upaya atau program yang dapat dilakukan antara lain
pengaturan pengendalian impor secara konsisten untuk mengendalikan stabilitas
harga daging sehingga mampu mendorong dan memotivasi peternak, perbaikan
distribusi sapi dari sentra produsen ke konsumen, Penyelamatan sapi betina
produktif, revitalisasi RPH, optimalisasi inseminasi buatan dan kawin
alam, penanganan gangguan reproduksi. Selain pembenahan dari sektor
produksi sapi, pemerintah hendaknya memperhatikan permasalahan logistik atau
transportasi yang juga menjadi faktor dominan kenaikan harga daging di Indonesia
karena pengirimannya dilakukan antar pulau dan belum ada sarana memadai.
Kebutuhan daging sapi terus meningkat setiap tahun akan tetapi populasi ternak
di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Firmansyah et al. (2022)
menyatakan upaya untuk menutup kekurangan permintaan daging sapi di dalam negeri
dilakukan impor dari berbagai negara seperti Australia. Berdasarkan data dari
Direktorat Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesiabahwa
kebutuhan daging sapi pada periode 2022 mencapai 695.394 ton dan pada saat
ini pemerintah hanya dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri sebanyak 4367.704
ton atau 73,16% dan sisanya sebanyak 26,84% atau sebanyak 184.145 ton diperoleh
dari impor daging dan/ atau setara dengan sapi bakalan sebanyak 526.128 ekor
(Kementan RI, 2022).
Upaya peningkatan produksi dan populasi ternak sapi potong membutuhkan
ketersediaan pakan yang cukup banyak, khususnya yang memiliki sumber serat yang
cukup. Berdasarkan hal tersebut tentunya diperlukan ketersediaan lahan yang memadai.
Saat ini luah lahan perkebunan sawit terus meningkat, seiring dengan perkembangan hal
tersebut maka potensi untuk mengembangkan ternak sapi potong secara terintegrasi di
kawasan ini cukup besar. Oleh karena itu salah satu solusi peningkatan populasi dan
pemenuhan kebutuhan dalam negeri telah mulai dikembangkan program integrasi sapi
dan perkebunan kelapa sawit (SISKA).
Pola pemeliharaan dapat berupa SISKA murni, Breedlot murni, atau kombinasi
keduanya. SISKA murni adalah pemeliharaan sapi di bawah tegakan sawit sepanjang
tahun tanpa pemberian pakan tambahan. Breedlot murni adalah pemeliharaan sapi di
kandang sepanjang tahun dengan pemberian pakan konsentrat dan hijauan secara
terbatas. Kombinasi SISKA dan Breedlot adalah pemeliharaan sapi di bawah tegakan
sawit dan di kandang dengan pemberian pakan tambahan sesuai kebutuhan. Melakukan
diagnosis kebuntingan secara rutin untuk mengetahui status reproduksi sapi. Diagnosis
kebuntingan dapat dilakukan dengan metode anamnesis, pemeriksaan per rektal,
pemeriksaan ultrasonografi, atau pemeriksaan hormon progesteron. Diagnosis
kebuntingan sebaiknya dilakukan pada usia kebuntingan 2-3 bulan untuk SISKA dan 1-
2 bulan untuk Breedlot (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, 2023).
Pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia coba diatasi oleh pemerintah dengan
mengimpor dari Australia. Impor tersebut untuk menyeimbangkan masuk dan keluarnya
ternak secara agregat. Menurut Firman et al (2023) untuk mengurangi kesenjangan
permintaan, pemerintah menerapkan program terobosan untuk meningkatkan populasi
ternak di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah telah mengeluarkan program
inseminasi nasional untuk mengakselerasi peningkatan populasi sapi perah melalui
pelaksanaan inseminasi buatan secara masif pada akhir tahun 2016. Nama program
tersebut adalah SIWAB/SIKOMANDAN. Program ini bertujuan untuk menghasilkan
populasi sapi lokal dengan memfasilitasi dan mengoptimalkan inseminasi buatan secara
masif, meningkatkan pakan dan nutrisi, kesehatan hewan, dan integrasi sistem
informasi. Peningkatan populasi ternak menjadi target utama program ini.
Berdasarkan analisis key perforamance indicators (KPI) untuk program
SIWAB/SIKOMANDAN yang dilaporkan oleh Firman et al (2023) berada di antara
kinerja hasil yang baik dan sangat baik. Lima aspek yang dinilai, yaitu distribusi semen
beku (excellent), akseptor sapi (excellent), kebuntingan sapi (good), laju S/C (normal),
dan Kelahiran pedet (excellent). Sementara itu, dampak ekonomi yang timbul dari
program ini dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi serta efisiensi pembangunan,
yaitu nilai ICOR < 1.
Soal!
2.1. Perkembangan global dunia pada saat ini, menuntut konsekuensi bagi Indonesia
yaitu peningkatan daya saing produk nasional dan pengamanan pasar dalam negeri
termasuk sapi pedaging. Dalam upaya upaya peningkatan produksi sapi pedaging secara
kuantitas dan kualitas diperlukan beberapa pertimbangan dan strategi yang harus
saudara dilakukan ditinjau dari segi:
a. Peningkatan populasi:
b. Perbibitan:
c. Penggemukan:
d. Rumah potong hewan:
e. Manufaktur (Industri daging):
f. Pasar/Konsumen:
(Didukung jurnal minimal 3 jurnal nasional, regulasi pemerintah dan 1 jurnal
internasional: jurnal dilampirkan dalam GD) CP4- Nilai 40.
Jawaban:
a. Peningkatan populasi:
Menurut saya beberapa beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya yaitu
malakukan program pemuliaan yang selekstif untuk meningkatkan kualitas genetik sapi
dengan fokus kepada sifat-sifat yang diidnginkan seperti pertumbuhan yang cepat,
kualitas daging yang baik, efisiensi konsumsi pakan, dan ketahanan terhadap penyakit.
Selanjutnya yaitu memperluas serta meningkatkan kualitas program inseminasi buatan
untuk mempercepat peningkatan populasi sapi dengan memanfaatkan bibit berkualitas
unggul. Serta menerapkan sistem pemantauan kesehatan hewan yang efektif untuk
mencegah penyebaran penyakit dan memastikan kesehatan yang optimal dalam populasi
sapi. Impor tidak selamanya akan berdampak baik khususnya bagi ternak lokal, menurut
Danasari et al. (2020) adanya kebijakan impor sapi bakalan dan daging sapi berdampak
terhadap populasi sapi potong lokal serta menurunkan penawaran dan permintaan
daging sapi di Indonesia.
b. Perbibitan:
Menurut saya dapat dilakukan seleksi induk sapi yang memilki performa
reproduksi yang baik dan sifat-sifat genetik yang diinginkan, meningkatkan fasilitas
perkandangan untuk meningkatankan kenyamanan dan kondisi lingkungan yang optimal
bagi sapi betina selama masa kebuntingan dan menyusui, dan mendorong penggunaan
teknologi reproduksi buatan seperti inseminasi buatan, transfer embrio atau invitro
fertilization untuk mempercepat peningkatan jumlah bibit berkualitas. Menurut Davis
and White (2020) aplikasi teknologi reproduksi sangat efisien untuk kemajuan genetik,
memungkinkan pemilihan genetik unggul, meningkat efisiensi reproduksi karena
memperpendek calf crop atau jarak kelahiran.
c. Penggemukan:
Menurut saya dapat dilakukan pengembangan sistem produksi pakan
berkelanjutan dan berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sapi selama
masa penggemukan serta juga dapat memaksimalkan potensi bahan pakan lokal,
melakukan manajemen termasuk program vaksinasi dan pencegahan penyakit, untuk
meminimalkan risiko kesehatan selama masa penggemukan. Selanjutnya memanfaatkan
teknologi penggemukan seperti pemberian pakan terotomatisasi dan sistem monitoring
kesehatan sapi secara digital untuk meningkatkan efisiensi produksi usaha ternak sapi.
Salah satu pola yang diterapkan di Indonesia untuk penggemukan ternak yaitu dengan
memanfaatkan sumber daya lokal dan integrasi sapi sawit. Sistem yang ada pada
program integrasi sapi sawit (SISKA) adalah breedlot.
Sistem produksi breedlot bertujuan untuk menghasilkan anak yang akan
digemukkan dan selanjutnya dijual. Pembiakan semi intensif dan penggemukan secara
intensif. Pakan penggemukan berupa hijauan pada sapi penggemukan yang dilakukan
selama 9 bulan dan penjualan hanya satu kali saat hari raya Idul Adha. Hasil kaji terap
menunjukkan bahwa sapi jantan yang digemukkan dengan cara peternak (100%
hijauan), pertambahan bobot badannya lebih rendah daripada sapi jantan yang diberikan
perbaikan pakan. Hasil tertinggi pada sapi Bali yang diberikan perbaikan pakan tanpa
kastrasi berdasarkan PBBH sebesar 0,61 kg-1 ekor-1 hari-1. Perlakuan kastrasi tidak
mempengaruhi konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada sapi
yang diberikan perbaikan pakan (Susanti, 2023).
d. Rumah Potong Hewan:
Menurut saya dapa dimulai dengan peningkatan kualitas SDM dengan
melakukan pelatihan secara berkala bagi petugas RPH untuk meningkatkan
keterampilan dan pengtahuan dalam pemotongan hewan ternak yang sesuai denhan
standar kemanan dan kesejahteraan hewan. Selanjutnya meningkatkan fasilitas dan
infrastruktur di RPH untuk memastikan proses pemotongan yang efisien, higienis, dan
sesuai dengan standar nasional mauapun international. Selanjutnya untuk meningkatan
pangsa psar dan kepercayaan konsumen RPH perlu memperoleh sertifikasi halal untuk
rumah potong hewan guna memperluas akses pasar, terutama di pasar ekspor yang
membutuhkan produk halal. Menurut Gaznur et al. (2017) RPH harusnya menjadi
lembaga yang menjamin ketersediaan daging bagi masyarakat konsumen dari segi
kuantitas dan kualitas. RPH menjadi sangat penting untuk menghasilkan dan menjamin
kualitas daging secara aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).
e. Manufaktur (Industri Daging):
Menurut saya dapat dilakukan pengembangan berbagai produk daging sapi
olahan yang sesuai dengan preferensi konsumen lokal hingga international, memastikan
produk daging sapi memenuhi standar mutu yang baik dari segi kebersihan, kemanan
pangan dan kualitas hasil organoleptik. Selain itu perlu dilakukan adopsi teknologi
produksi yang inovatif dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan kualitas produk
daging sapi. Menurut Gaznur et al. (2017) semakin tinggi permintaan masyarakat
terhadap daging sapi menyebabkan intensitas pemotongan juga semakin meningkat.
f. Pasar/Konsumen:
Menurut saya perlu dilakukan riset pasar secara teratur untuk memahami tren
konsumen, preferensi, dan permintaan pasar baik di tingkat domestik maupun
internasional. Kemudian mengembangkan strategi pemasaran yang efektif guna untuk
memperkenalkan produk sapi pedaging Indonesia di pasar domestik dan internasional.
Dan untuk memperluas jankauan pasar dan meningkatkan penetrasi pasar produk daging
sapi perlu menggalang kerjasama pihak swasta dan pemerintah. Menurut Kariyasa
(2012) meningkatnya konsumsi daging diakibatkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat.
Soal!
2.2. Bagiamana analisis saudara kondisi pada saat ini dan ke depan (2.1.)? (Didukung
jurnal minimal 3 jurnal nasional, regulasi pemerintah dan 1 internasional jurnal
dilampirkan dalam GD) CP-6-Nilai 20
Jawaban:
Dalam upaya upaya peningkatan produksi sapi pedaging secara kuantitas dan
kualitas khususnya di Indonesia. Data dari Direktorat Kesehatan Hewan,
Kementerian Pertanian Republik Indonesiaba hwa kebutuhan daging sapi pada periode
2022 mencapai 695.394 ton, tahun 2021 produksi daging sapi sebesar 487,80 ribu
ton, dari total produksi daging 4.546,96 ribu ton atau memberikan kontribusi hingga
10,73% terhadap produksi daging nasional. Sekitar 30-40% kebutuhan daging sapi
berasal dari impor sapi bekalan. Dari data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa
pada tahun 2020 defisit daging sapi nasional 294.617 ton, defisit tersebut diatas oleh
pemerintah dengan impor daging kerbau sebesar 100.000 ton dan daging sapi sebesar
100.000 ton.
Kualitas daging sapi di Indonesia masih perlu ditingkatkan apalagi di tingkat
pasar tradisional jarang ada pengelompokkan potongan daging berdasarkan kualitasnya.
Menurut Gunawan (2012) aspek yang menetukan perbedaan kualitas fisik daging sapi
impor dan daging sapi lokal dinilai dari tekstur daging, lemak (marbling) dan rasa
daging. Tekstur daging sapi impor teksturnya empuk karena serat dagingnya sedikit
serta halus terlihat untuk seratnya, berbanding berbeda dengan tesktur daging sapi lokal
yang teksturnya keras karena mempunyai banyak serat daging dan jelas terlihat untuk
seratnya. Kondisi lemak di dalam daging atau marbling sapi impor dinilai lebih unggul.
Aspek perbandingan terakhir adalah rasa daging impor yang dagingnya tasty, juiciness,
gurih, dan melted di mulut, sedangkan rasa daging lokal adalah hambar, tidak ada juicy
daging, dan tidak tasty.
Prediksi di masa depan proyeksi produksi daging sapi di Indonesia akan selalu
meningkat karena jumlah penduduknya yang juga terus meningkat. Menurut data dari
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal-Kementrian Pertanian
2022 diperkirakan pada tahun 2024 sekitar 534.567 ton dan pada tahun 2025 meningkat
lagi menjadi 545.343 ton, sedangkan tingkat konsumsinya diprediksi 76.000-77.000 ton
per tahun. Namun, prediksi tersebut bisa berubah tergantung pada faktor-faktor seperti
kebijakan pemerintah, kesehatan ternak, dan segmeentasi pasar.
Di masa yang akan datang saya percaya Indonesia mampu mandiri pangan jika
mampu mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lokal yang ada dengan baik.
Indonesia memiliki bekal utama yang memadai yakni luas lahan, variasi vegetasi dan
sumber daya genetik ternak lokal yang beragam. Keunggulan sumber daya alam tidak
cukup jika tidak diimbangi dengan manajemen yang baik, tidak ada upaya peningkatan
kualitas genetik ternak lokal, peningkatan kualitas dan kuantitas bahan pakan,
pemanfaatan teknologi dan inovasi, manajemen reproduksi dan kesehatan yang baik,
serta implemenasi kebijakan dan regulasi yang mendukung pertumbuhan sektor
peternakan.
DAFTAR PUSTAKA

Danasari, I.F., Harianto, H. and Falatehan, A.F., 2020. Dampak kebijakan impor ternak
dan daging sapi terhadap populasi sapi potong lokal di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis, 4(2), pp.310-322.
Davis, T.C. and White, R.R., 2020. Breeding animals to feed people: The many roles of
animal reproduction in ensuring global food security. Theriogenology, 150, pp.27-33.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Timur. 2023. Laporan Evaluasi
Perkembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi di Kalimantan Timur.
Firman, A., Kuswaryan, S., Nurlina, L., Hadiana, M.H., Sulistyati, M., Yunasaf, U.,
Budinuryanto, D.C. and Trisman, I., 2023. Valuation of massive artificial insemination
programs and the economic impact for Indonesia. Adv. Anim. Vet. Sci, 11(7), pp.1037-
1046.
Firmansyah, F., Arkeman, Y., & Arief, I. I. 2023. Strategi kebijakan impor sapi berbasis
manajemen risiko di masa pandemi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 28(1), 93-102.
Gunawan, Lia. 2012. Analisa Perbandingan Kualitas Fisik Daging Sapi Impor dan
Daging Sapi lokal. UKP.
Kariyasa, K., 2012. Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi di Indonesia
Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi Swasembada Daging Sapi
2005. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 4(3), p.43906.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia Direktorat Kesehatan Hewan. 2022.
Strategi Kebijakan Pasokan Sapi Bakalan (import Sapi) dalam Pemenuhan
Kebutuhan dalam Negeri.
Sasongko, D. W. 2024. Tinjauan Hukum Kebijakan Pemerintah Pelaksanaan Impor
Daging Sapi Luar Negeri Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia. Hukum dan Demokrasi (HD), 24(2), 81-
91.
Susanti, A. E. 2023. Model Produksi Sapi Breedlot Berbasis Korporasi Di Peternakan
Rakyat, Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Disertasi. Institut
Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai