Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MINI PROJECT

KELAS KOLABORATIF PARTISIPATIF

MATA KULIAH ILMU DAN MANAJEMEN TERNAK PEDAGING


KODE MATA KULIAH : PET 61005
SEMESTER GANJIL 2022/2023

Oleh :

Nama : Natasya Mahira Azali Litanjua


NIM : 215050101111123
Kelas :O
Dosen : Wike Andre Septian, S.Pt., M.Si.

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TAHUN 2022

1
1. TOPIK :
“Dinamika Industri Ternak Pedaging”
2. KOMODITAS:
Babi
3. POPULASI DAN KEBUTUHAN DAGING:
a. Populasi
Jumlah populasi babi pada tahun 2021 sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik tahun
2021 jumlah populasi babi mencapai angka 8.011.776 dengan data populasi paling banyak
terdapat di daerah Nusa Tenggara Timur sebesar 2.598.370 populasi babi, kemudian
disusul Papua dengan populasi babi sebesar 967.208, dan Sulawesi Selatan dengan
1.022.717. sedangkan data populasi paling rendah yaitu di daerah Jakarta dengan angka
populasi 0.
Provinsi 2017 2018 2019 2020 2021
Dki Jakarta 0 0 0 0 0
Nusa Tenggara 2.073.446 2.025.412 2.266.222 2.352.441 2.598.370
Timur
Sulawesi Selatan 744.435 765.345 821.508 948.245 967.208
Papua 805.450 685.475 927.913 959.181 1.022.717
Indonesia 8.260.995 8.254.108 8.520.947 7.622.724 8.011.776
b. Kebutuhan Daging
Produksi daging babi atau supply daging babi di Indonesia pada tahun 2021 tercatat sebesar
323.669,56 ton, dimana mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang menghasilkan
produksi daging babi sebesar 280.937,58 ton. Data tersebut membuktikan bahwa supply
daging babi di Indonesia masuk kategori tinggi. Namun, hal tersebut berbanding terbalik
dengan angka demand atau permintaan yang rendah, hal tersebut karena mayoritas
penduduk Indonesia beragama muslim sehingga tidak mengonsumsi daging babi. Selain itu,
bagi masyarakat nonmuslim daging babi juga bukan daging utama yang dikonsumsi. Karena
kondisi tersebut, maka Indonesia mengekspor daging babi ke berbagai negara seperti
Singapura, Hongkong, dan Cina untuk memenuhi kebutuhan dari negara-negara yang
membutuhkan pasokan daging babi dalam kuantitas yang besar.
4. POHON INDUSTRI :

2
Bulu Kuas Industri alat tulis, perkakas

Taring Pipa Rokok Industri cerutu

Usus Obat heparin (Lenovox). Industri Farmasi

Tulang Rem kereta Industri Manufaktur

Babi

Darah Hemoglobin darah babii (Filter rokok). Industri Cerutu

Daging Babi guling, steak. Industri pangan

Fatty Acids dari lemak tulang babi (lilin, sabun, sampo, pasta gigi, Industri bahan kimia,
Lemak
detergen, pelembut pakaian, dan body lotion) dan Industri Farmasi.

- Kerupuk kulit dan pelapis kulit sepatu, tas, kursi, sarung tangan.
Kulit - kolagen (skincare)
- Gelatin (pelembut adonan, low fat butter, cangkang kapsul obat, Industri Kecantikan, Industri Farmasi, Industri
bir, wine). pangan, Industri kerajinan

5. POTENSI :
a. Ekspor daging
b. Alternatif daging lain, khususnya nonmuslim
c. Penambahan populasi yang cepat atau mudah (karena potensi pejantan yang menghasilkan
sperma dalam jumlah banyak dan betina dapat melahirkan 10 – 12 ekor)
d. Hasil samping dapat dimanfaatkan diberbagai bidang industri
6. MASALAH DAN TANTANGAN :
Manajemen pemeliharaan buruk yang disebabkan antara lain:
a. Mayoritas peternak babi adalah peternak rakyat dengan pengetahuan yang masih
rendah
b. Pencegahan penyakit yang kurang optimal
Contoh: penyebaran wabah African Swine Fever (ASF) di akhir tahun 2019 yang
menyebabkan kematian pada babi hingga 100%.

7. GAGASAN DAN SOLUSI PEMECAHAN MASALAH :


1) Solusi dari Kelompok Komoditas Babi
a. Para peternak lokal dapat mengikuti pendidikan nonformal atau penyuluhan yang
diadakan oleh dinas terkait agar mendapat pengetahuan dasar pemeliharaan babi,
pengendalian penyakit, pengobatan sederhana, dan pemasaran.
b. Para peternak babi dapat membentuk kelompok atau bergabung dengan kelompok
ternak agar mendapat informasi di bidang peternakan dengan mudah.

3
c. Memperbaiki manajemen pemeliharan dengan cara:
 Pemberian pakan sesuai golongan umur (starter, grower, finisher) dengan
memperhatikan kandungan nutrisi pakan tiap golongan agar kebutuhan
nutrisi babi terpunuhi dan produktivitas akan meningkat. Pemberian pakan
dapat dilakukan 2 kali sehari
 Menggunakan sistem perkandangan yang sesuai dengan kebutuhan, karena
kandang menjadi faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan produktivitas
babi. Kandang babi harus jauh dari pemukiman, kandang harus dalam
kondisi bersih, lantai datar atau tidak miring dan tidak berlubang, dekat
dengan sumber air agar pemberian air minum atau pembersihan kandang
mudah dilakukan, mendapat sinar matahari yang cukup, dan perkandangan
dibedakan menjadi kandang induk, kandang fattening, dan kandang
penjantan, dll.
 Memperhatikan manajemen kesehatan dengan biosecurity yang baik,
kontrol lalu lintas untuk meminimalkan kontaminasi pada ternak,
memperhatikan sanitasi mulai dari sanitai pekerja hingga kandang,
memberikan pelayanan kesehatan berupa pemberian vaksin, vitamin, dan
pengecekan kesehatan ternak secara berkala.
2) Tanggapan dari Kelompok Lain
a. Pemerintah dapat memberikan bekal berupa wawasan atau edukasi kepada
peternak babi agar pola pikir peternak mengenai peluang bisnis babi semakin
luas tidak hanya berskala rumah tangga tetapi mencapai skala industri. Upaya
peningkatan SDM dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-
penyuluhan yang dilakukan dinas terkait. Selain itu, pemerintah juga dapat
membentuk pembinaan kelompok agar peternak mendapatkan fasilitator untuk
mendukung terselanggaranya proses beternak. Penyuluhan juga dapat
dilakukan secara berkala untuk mempercepat perkembangan atau inovasi
sehingga ada tindak lanjut dan pemantauan berkala dadi fasilitator.
b. Peningkatan biosecurity. Penerapan biosecurity dilakukan dengan mengisolasi
babi yang terkena penyakit agar tidak menular ke babi yang sehat dan
memisahkan babi sesuai golongan umur. Fasilitas yang digunakan juga harus
bersih agar tidak terkontaminasi mikroorganisme yang merugikan. Sanitasi
pekerja yang akan memasuki area perkandangan juga harus diperhatikan
dengan menyemprot desinfektan dan memakai sepatu boot agar
meminimalisir kontaminasi. Tidak hanya itu, sanitasi kandang juga perlu
diperhatikan dengan membersihkan feses secara rutin dan membersihkan

4
kandang secara rutin agar kandang tidak menjadi sarang penyakit.
c. Peternak melakukan pengecekan kesehatan ternak secara rutin agar segera
mengisolasi babi apabila babi terkena penyakit dan peternak dapat melakukan
pengobatan sederhana bagi babi yang terkena penyakit. Pengecekan
Kesehatan dapat dilakukan setiap hari yang dilakukan bersamaan dengan saat
pemberian pakan. Peternak juga dapat memotong taring babi jika tumbuh
memanjang agar meminimalkan cidera yang dialami babi karena tergores
taring atau mencegah kanibalisme. Tidak hanya itu, peternak juga dapat
memberikan vaksin atau memberikan vitamin untuk meningkatkan kesehatan
babi dan mencegah babi tertular penyakit. Selain itu, untuk menunjang
Kesehatan, peternak juga dapat memberikan antibiotik atau antiseptik ke babi.
d. Untuk mengatasi masalah pemasaran peternak dapat mencari mitra kerja
misalkan dengan investor sehingga peternak tidak kesulitan dalam
memasarkan produk hasil ternak. Dengan adanya kemitraan dengan investor
peternak akan dapat memperluas skala bisnisnya tidak hanya di skala
domestik tetapi skala internasional seperti ekspor daging ke Singapura.
e. Memperbaiki manajemen bibit dengan memilih bibit babi yang unggul karena
bibit babi di Indonesia masih termasuk memiliki bibit yang rendah, karena itu
dalam beternak babi memilih dan mengembangkan bibit unggu agar kualitas
babi yang dihasilkan juga baik. Selain itu, memperbaiki manajemen
perkandangan sesuai dengan standar perkandangan babi yang baik agar tidak
melanggar animal welfare dan perkandangan sesuai standar sehingga
produktivitas babi meningkat.
a. Daftar Pustaka:
1. Dihni, V.A. 2021. Populasi Babi di NTT Terbanyak Nasional pada 2021. Katadata
Network. Diakses pada 31 Agustus 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/23/populasi-babi-di-ntt-terbanyak-
nasional-pada-2021
2. Hetharia, C. 2020. Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi Lokal pada Distrik Sausapor
Kabupaten Tambrauw. Jurnal Akrab Juara. 5(2): 35-44.
3. Hurek, D. T., Rihi, D. M., dan Simarmata, Y. T. 2021. Sistem Pemeliharaan Ternak Babi di
Desa Tapenpah. Jurnal Veteriner Nusantara. 4(2): 1-34.
4. Badan Pusat Statistik. (2022). Populasi Babi menurut Provinsi (Ekor), 2019-2021. Diakses pada
5 September 2022.
https://www.bps.go.id/indicator/24/474/1/populasi-babi-menurut-provinsi.html
5. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2022. Pencegahan Penyakit African Swine

5
Fever (ASF) di Indonesia. Diakses pada 31 Agustus 2022.
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=4141
6. Jigibalom, T., Malingkas J.A., Oley, F.S., dan Lombogia, S.O.B. 2019. Peranan Penyuluhan
Pemeliharaan Ternak Babi Lokal di Desa Gumbo Kecamatan Tionmeri Kabupaten Lanny
Jaya. Jurnal Zootec. 39(2): 468-476.

Anda mungkin juga menyukai