Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KESMAVET

UNDANG-UNDANG RI NO 41 TAHUN 2014 MENGENAI


PERUBAHAN ATAS UU NO 18 TAHUN 2009 TENTANG
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KELOMPOK VII KELAS B

BERLIANI SUSI ESTER NATARA 1709511058


GEDE WIYASA ARDY NUGRAHA 1709511059
I KOMANG WIRA KUSUMA MAHA ARTA 1709511061

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
UNDANG-UNDANG RI NO 41 TAHUN 2014 MENGENAI PERUBAHAN ATAS UU
NO 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN.

PASAL I
Pada pasal ini dijelaskan mengenai perubahan bunyi, penambahan maupun penghapusan pasal
yang diatur dalam UU No 18 Tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan. Pasal yang
dihapus antara lain pasal 1 (angka 9, 17, 20, 33, 44), dan pasal 96. Untuk pasal yang berubah
bunyi dan ditambahkan dijelaskan pada penjelasan dibawah
 PASAL 1
Dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan Peternakan, Kesehatan Hewan, Hewan,
Hewan Peliharaan, Ternak (Ternak Ruminansia Betina Produktif & Ternak Ruminansia
Indukan), Satwa Liar, Sumber Daya Genetik, Bibit Hewan, Rumpun Hewan, Bakalan
Ternak Ruminansia Pedaging, Produk Hewan, Peternak, Perusahaan Peternak, Usaha di
Bidang Peternak, Inseminasi Buatan, Pemuliaan Ternak, Usaha di Bidang Kesehatan,
Pakan, Bahan Pakan, Kawasan Penggembalaan Umum, Veteriner, Medik Veteriner,
Otoritas Veteriner, Dokter Hewan, Dokter Hewan Berwenang, Medik Reproduksi, Medik
Konservasi, Penyakit Hewan, Penyakit Hewan Menular, Penyakit Hewan Menular
Strategis, Zoonosis, Wabah, KESMAVET, Obat Hewan, Alat dan Mesin Kesehatan
Hewan, Kesejahteraan Hewan, Tenaga Kesejatan Hewan, dan Sistem Kesehatan Hewan
Nasional.

 PASAL 13
Pemerintah wajib untuk melakukan pengembangan usaha pembibitan dan melibatkan
masyarakan dengan cara membentuk unit pembenihan agar menjamin ketersediaan
benih/bibit. Setiap benih/bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat keterangan mengenai
silsilah dan ciri keunggulannya yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi yang
terakreditas atau ditunjuk oleh Menteri. Setiap orang dilarang untuk menyebarkan
benih/bibit yang tidak memiliki sertifikat.

 PASAL 15
Pemasukan benih/bibit dari luar negeri ke dalam Indonesia harus memenuhi persyaratan
mutu, teknis Kesehatan Hewan, bebas dari penyakit Hewan Menular, memuhi peraturan
di bidang Karantina Hewan, dan wajib memiliki izin dari Menteri.
 PASAL 16
Pengeluaran benih/bibit dari Indonesia ke luar negeri dilakukan apabila kebutuhan dalam
negeri telah terpenuhi dan terjamin. Dilarang mengeluarkan benih yang terbaik di dalam
negeri. Dan wajib memperoleh izin dari Menteri.

 PASAL 18
Ternak Ruminansia Betina Produktif diseleksi oleh Dokter Hewan berwenang untuk
pemuliaan dan mencukupi ketersediaan bibit. Setiap orang dilarang menyembelih Ternak
Ruminasia Kecil/Besar betina produktif kecuali Penelitian, pemuliaan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan, ketentuan agama, ketentuan adat istiadat, dan
pengakhiran penderitaan hewan.

 PASAL 31
Ketentuan mengenai peternak yang dapat melakukan kemitraan usaha di bidang budi daya
Ternak yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kemitraan
usaha.

 PASAL 32
Pemerintah dan Pemerintah daerah wajib memfasilitasi, membina, serta mendorong
masyarakat untuk budi daya Ternak serta badan usaha di bidang Peternakan.

 PASAL 36
Pemerintah wajib memfasilitasi kegiatan pemasaran hewan, ternak dan produk hewan di
dalam negeri maupun diluar negeri.

 PASAL 36A
Pengeluaran atau pemasukan ternak dan produk hewan dari Indonesia ke luar negeri
dilakukan apabila produksi dalam negeri telah mencukupi kebutuhan konsumsi
masyarakat.
 PASAL 36B
Pemasukan ternak dan produk hewan dari luar negeri dilakukan apabila tidak mencukupi
kebutuhan konsumsi masyarakat. Pemasukan ternak harus memiliki izin dari Menteri,
memenuhi syarat perundang-undang,bebas dari penyakit, dan wajib melakukan
penggemukan kurang lebih 4 bulan setelah pelepasan dari karantina.

 PASAL 36C
Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan ke dalam negeri harus memenuhi persyaratan,
tata cara pemasukannya, serta wajib memperoleh izin dari Menteri.

 PASAL 36D
Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan harus ditempatkan di Pulau Karantina untuk
pengamanan maksimal dalam jangka waktu tertentu.

 PASAL 36E
Pemasukan ternak dari suatu negara dapat dilakukan apabila keadaan mendesak (akibat
bencana, saat masyarakat membutuhkan pasokan ternak/produk hewan) yang telah
memenuhi persyaratan dan tata cara.

 PASAL 37
Ketentuan mengenai pembinaan dan fasilitasi berkembangnya industri pengolahan Produk
Hewan.

 PASAL 41
Pada pasal 41 dijeaskan mengenai pencegahan penyakit hewan yang dijelaskan pada pasal
39 untuk melindungi NKRI dari menyebarnya penyakit dari luar negeri dan antar daerah
dalam wilayah NKRI dan juga mencegah keluarnya penyakit dari NKRI.

 PASAL 41 A
Pada pasal ini dijelaskan mengenai pemerintah pusat dan pemda bertanggung jawab dalam
mencegah penyebaran penyakit hewan dengan cara kordinasi dengan pihak masyarakat
melalui penyebarluasan informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat.
 PASAL 41 B
Pada pasal ini menjelaskan mengenai cara mencegah penyebaran penyakit sesuai dengan
wilayah yang dimaksud seperti luar negeri dan antar daerah di dalam NKRI.

 PASAL 58
Pada pasal ini dijelaskan mengenai cara menjamin produk hewan yang ASUH melalui
pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standardisasi, sertifikasi dan registrasi produk
hewan baik yang didalam negeri maupun yang akan masuk dan keluar dari NKRI.

 PASAL 59
Pada pasal ini dijelaskan mengenai tata cara dan syarat mengenai pemasukan produk
hewan ke dalam wilayah NKRI.

 PASAL 65
Pada pasal ini dijelaskan ketentuan lanjutan kesmavet dari pasal 56-64 diatur dalam
peraturan pemerintah
 PASAL 66 A
Pada pasal ini dijelaskan mengenai pelarangan penganiayaan maupun penyalahgunakan
hewan dan pelaporan kasus tersebut.

 PASAL 68
Pada pasal ini dijelaskan mengenai kewajiban untuk menjalankan kesmavet oleh
pemerintah dan pemda di wilayah NKRI.

 PASAL 68 A
Pada pasal ini dijelaskan mengenai otoritas veteriner

 PASAL 68 B
Pada pasal ini dijelaskan mengenai pengangkatan pejabat otoritas veteriner di masing-
masing tingkat
 PASAL 68 C
Pada pasal ini dijelaskan mengenai fungsi dan wewenang otoritas veteriner dan juga
pelibatan dokter hewan.

 PASAL 68 D
Pada pasal ini dijelaskan mengenai siskeswasnas yang menjadi acuan bekerjanya otoritas
veteriner.

 PASAL 68 E
Pada pasal ini dijelaskan mengenai ketentuan lebih lanjut pada pasa 68-68 D diatur dalam
peraturan pemerintah.

 PASAL 85
Pada pasal ini dijelaskan mengenai sanksi bagi yang melanggar ketentuan dalam pasal-
pasal yang ada dalam pasal yang dijelaskan dengan sanksi administrasi.

 PASAL 86
Pada pasal ini dijelaskan mengenai sanksi untuk orang yang menyembelih ternak yang
dilarang disembelih.
 PASAL 91 A dan 91 B
Pada pasal ini dijelaskan mengenai sanksi untuk pemalsuan produk hewan, penganiayaan,
penyalahgunaan hewan maupun mengetahui kasus diatas tapi tidak dilaporkan.

 PASAL 96 A
Pada pasal ini menjelaskan mengenai ketetapan peraturan pemerintah yang akan dikaitan
dengan UU ini.

PASAL II
Pada pasal ini dijelaskan mengenai kapan berlakunya UU No 41 Tahun 2014 yaitu pada tanggal
17 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai