Anda di halaman 1dari 54

SKRIPSI

DINAMIKA POPULASI TERNAK SAPI BALI di


KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

Oleh:

RAHMAD RIDHO
11481104462

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020

1
SKRIPSI

DINAMIKA POPULASI TERNAK SAPI BALI di


KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

Oleh:

RAHMAD RIDHO
11481104462

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh Gelar Sarjana Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020

2
Persembahan

“Dan seandainya semua pohon yang ada di bumi dijadikan pena, dan lautan
dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan
habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Lukman: 27)

Alhamdulillahirobbil’alamin...Segala puji untuk-Mu ya Allah…


Atas bantuan dari-Mu, atas kesempatan yang Engkau berikan serta atas
rahmat dan nikmat-Mu yang tiada henti Engkau berikan kepada ku, akhirnya
aku bisa sampai ketitik ini, sepercik keberhasilan yang Engkau
hadiahkan kepada ku ya Rabb...
Namun itu bukan akhir dari perjalananku, melainkan
Awal dari sebuah perjalanan.

Kupersembahkan Karya Ilmiah ini:

Spesial untuk Ayah dan Ibuku tersayang


Yang tanpa kalian aku bukanlah siapa-siapa di dunia fana ini....
Terimakasih atas doa serta kasih sayang yang telah engkau berikan, pengajaran,
nasehat, serta motivasi moril maupun materil....
Hanya Allah SWT yang mampu membalas semua kebaikanmu...
Amin ya rabbal’alamin...
Serta terimakasih untuk abang, kakak dan istri ku tercinta.... Motivasi dan
dukungan serta doa kalian membuatku semakin semangat untuk berjuang....
Kini sambutlah anak mu ini di depan pintu tempat dulu dimana anak mu ini
mencium tanganmu dan terimalah keberhasilan berwujud gelar
persembahan ku sebagai bukti cinta dan tanda baktiku.....
Dengan Ridho Allah SWT

i
RIWAYAT HIDUP

Rahmad Ridho dilahirkan di Desa Balung, Kecamatan XIII


Koto Kampar, Kabupaten Kampar, pada tanggal 02
Agustus 1993. Lahir dari pasangan Bapak Sabarudin dan
ibu Rosmaidar, yang merupakan anak ke-4 dari 4
bersaudara. Masuk sekolah dasar di SDN 028 Balung dan
tamat pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di
MTs Balung dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan
pendidikan ke SMKN 1 Bangkinang dan tamat pada tahun 2013.
Pada tahun 2014 melalui jalur UM-PTAIN diterima menjadi mahasiswa
pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Selama masa kuliah penulis pernah
menjadi anggota organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian dan
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Bulan Agustus
2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Simental Jaya Payakumbuh,
Sumatera Barat.
Pada bulan Juli sampai Agustus 2017 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Batu Bersurat, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupatan
Kampar, Provinsi Riau. Melaksanakan penelitian pada bulan Januari 2020 di
Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.
Pada tanggal 08 Desember 2020 dinyatakan lulus dan berhak menyandang
gelar Sarjana Peternakan melalui sidang tertutup Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultas Syarif Kasim
Riau.

i
UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanallahu


Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Dinamika Populasi Ternak Sapi Bali
di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar”, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian dan
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih pada semua pihak yang
telah memberikan sumbangsih ilmu dan bantuan serta dorongan yang tak ternilai
kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung terutama ditujukan
kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan hormati ayahanda
Sabarudin dan ibunda Rosmaidar, saudara Laki-laki yang sangat penulis
sayangi Anton Saputra, Toni Indra dan saudari perempuan yang sangat
penulis sayangi Darlina Susanti, serta istri tercinta Ramisaswita, S.Pd yang
telah banyak memberikan do’a, kasih sayang, semangat, perhatian dan
dukungan yang tak ternilai selama ini.
2. Bapak Prof. Dr. Suyitno, M.Ag selaku Pelaksana Tugas (Plt) Rektor
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
3. Bapak Edi Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian dan
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M.Sc selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P selaku Wakil Dekan II Fakultas Pertanian
dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
6. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr.Sc selaku Wakil Dekan III Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
7. Ibu Dewi Ananda Mucra, S.Pt., M.P selaku Ketua Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.

i
8. Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P selaku Ketua Munaqasah, terimakasih telah
memberikan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan skripsi ini.
9. Ibu Penti Suryani, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing I dan bapak Edi
Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi dan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Ibu Ir. Eniza Saleh, MS selaku dosen penguji I dan bapak Dr. Arsyadi Ali,
S.Pt., M.Agr.Sc selaku dosen penguji II, terimakasih telah memberikan kritik
dan sarannya untuk kesempurnaan skripsi ini.
11. Bapak Edi Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku dosen penasehat akademis yang
selalu memberikan arahan, nasehat, motivasi dan do’a hingga penyelesaian
skripsi ini.
12. Bapak dan ibu dosen selaku staf pengajar yang telah mendidik penulis selama
perkuliahan, karyawan/i dan Civitas Akademika Fakultas Pertanian dan
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, yang telah
membantu penulis dalam mengikuti aktivitas perkuliahan.
13. Teman-teman seperjuangan terimakasih atas bantuan, persahabatan dan
semangatnya selama ini, Ferdi Dinata, S.Pt, M. Ulul Absyor, Tri Sutrisno, M.
adi Saputra, Afdhol Rizki, Denis Herian Lase, Abdul Rozak, S.Pt, Sandi
Andri Wahyudi, S.Pt, Nasrol Amri, S.Pt, Arif Hamidi, S.Pt, Lailatudduriyah,
Syahroja Fadilla, S.Pt, Santi Harahap, S.Pt, Nora Adiyanti, S.Pt, Khairun
Nisa, Tri Wahyu Ningsih, S.Pt, Sartuni, Irfan Ifwandi, S.Pt, Rahmad Yani
Siregar, S.Pt, Ummul Laila Siregar, S.Pt, Romaito Maharani Harahap,
Ardinur, Aziz Rifa’i, Muhammad Depe, M. Rizki D, Sa’adillah Mursid, Aldi
Ariandi, Ariski Rahmadi, S.Pt, Habibi, S.Pt, Azhari, S.Pt, Ulil Amri, S.Pt,
Ulul Azmi, S.Pt, M. Hidayat, S.Pt, serta seluruh teman-teman seperjuangan
angkatan 2014 Program Studi Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
14. Seluruh abang-abang dan kakak-kakak angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013
Program Studi Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, terimakasih atas sumbangsih ilmu, semangat, dukungan dan
kebersamaannya selama ini.

i
15. Seluruh adik-adik angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018 Program Studi
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terimakasih
atas do’a, semangat dan dukungannya selama ini.
Akhir kata, atas segala peran dan partisipasi yang telah diberikan, semoga
mendapat balasan dari Allah Subhanallahu Wata’ala untuk diberikan kemudahan
dan kelancaran dalam setiap melaksanakan segala urusan. Semoga skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya, baik masa kini maupun
masa yang akan datang. AminYa Rabbal’alamin.

Pekanbaru, Desembar 2020

Rahmad Ridho

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan bersholawat kepada Nabi


Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Dinamika
Populasi Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
memberikan motivasi dan do’a sampai selesainya Skripsi ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Penti Suryani, SP., M.Si sebagai dosen
pembimbing I dan Bapak Edi Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D sebagai dosen
pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi dan
do’a sampai selesainya Skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian Skripsi ini,
tidak ada kiranya yang pantas penulis berikan untuk membalasnya selain balasan
dari Allah SWT untuk diberikan kemudahan dan kelancaran setiap melaksanakan
segala urusan.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar Skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Pekanbaru, Desember 2020

Penulis

i
DINAMIKA POPULASI TERNAK SAPI BALI di KECAMATAN XIII
KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

Rahmad Ridho (11481104462)


Di bawah bimbingan Penti Suryani dan Edi Erwan

INTISARI

Masalah dalam pengembangan ternak sapi Bali di Kecamatan XIII Koto


Kampar Kabupaten Kampar, cukup bervariasi diantaranya, pola pemeliharaan
yang masih tergolong tradisional, berkurangnya lahan pengembalaan akibat
berbagai macam pendirian bangunan dan kematian pedet. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran dinamika populasi ternak sapi potong di
KecamatanXIII Koto Kampar Kabupaten Kampar, mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi dinamika populasi sapi potong di Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari 2020
sampai selesai di desa Binamang, Gunung Bungsu, Batu Bersurat, Koto Tuo
Barat, Koto Tuo dan Ranah Sungkai, Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei atau
pengamatan langsung yang dilakukan peneliti kepada peternak. Teknik
pengumpulan data yang dingunakan Purposive Sampling, merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sampel diambil berdasarkan
kebutuhan peneliti dengan mengunakan angket, wawancara dan dokumentasi,
dengan analisis data statistik deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Dinamika Populasi Ternak Sapi Bali di
Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar dengan persentase kelahiran
15,47%, pembelian 13,07%, Hibah 5,23%, kematian 4,36%, penjualan 10,89%
dan pemotongan 3,48% dengan Natural Increase 11,11% dan kenaikan dan
penurunan populasinya tidak teratur atau tidak signifikan. Faktor yang
mempengaruhi Dinamika Populasi ternak sapi potong di kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar yaitu faktor input sebesar 33,77% sedangkan faktor
output sebesar 18,72%. Kesimpulan Dinamika Dopulasi Ternak Sapi Bali di
Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar mengalami kenaikan dan
penurunan tidak teratur atau tidak signifikan dipengruhi oleh faktor input sebesar
33,77%, faktor output sebesar 18,72% dan Natural Increase 11,11%.

Kata Kunci: Dinamika Populasi, Kelahiran, Pembelian dan Natural Increase

ii
The Dynamics of Bali Cattle Population in XIII Koto Kampar District, Kampar
Regency

RahmadRidho (11481104462)

Supervised by PentiSuryani and Edi Erwan

ABSTRACT

The problems in Bali cattle developmentinXIII Koto Kampar District, Kampar Regency
were various such as: the animal husbandry was still on traditional category, reduced
grazing land because various kinds of building construction, and calf death. This research
aimed at knowing the dynamics of beef cattlepopulation in XIII Koto Kampar District,
Kampar Regency, and studying the factors influencing the dynamics of beef
cattlepopulation in XIII Koto Kampar District, Kampar Regency. This research was
conducted from January 2020 until finish invillages ofBinamang, GunungBungsu, Batu
Bersurat, West Koto Tuo, Koto Tuo, and RanahSungkai, XIII Koto Kampar District,
Kampar Regency. Survey method or direct observation done to the cattle breeders was
used in this research. Purposive sampling technique was used in this research, the
sampling technique was done by certain consideration, or the samples were selected
based on the researcher need. The techniques of collecting the data were questionnaire,
interview, and documentation. Quantitative descriptive statistical data analysis was used
in this research in the form of percentage. The research findings showed the dynamics of
beef cattle population in XIII Koto Kampar District, Kampar Regency that the percentage
of birth was 15.47%, purchase was 13.07%, grant was 5.23%, dead was 4.36%, sale was
10.89%, slaughtering was 3.48% with the natural increase 11.11%, and the increase and
decrease in population was not regular and significant. The factorsinfluencing the
dynamics of beef cattle population in XIII Koto Kampar District, Kampar Regency were
input 33.77% and output 18.72%. The conclusion showed that the dynamics of beef
cattle population in XIII Koto Kampar District, Kampar Regency increased and decreased
unregularly and insignificantly, and it was influenced by the factors of input 33.77%,
output 18.72%, and natural increase 11.11%.

Keywords: Population Dynamics, Birth, Purchase, Natural Increase

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
INTISARI ................................................................................................... ii
ABSTRACT ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


2.1. Sapi Bali .................................................................................... 6
2.2. Potensi Ternak Sapi Bali ............................................................ 7
2.3. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Bali ..................................... 9
2.4. Populasi ..................................................................................... 10
2.5. Dinamika Populasi ..................................................................... 11
2.6. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Populasi Ternak Sapi
Bali ............................................................................................. 11
2.7. Natural Increase ........................................................................ 14

III. MATERI DAN METODE ................................................................ 16


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 16
3.2. Konsep Operasional ................................................................... 16
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 17
3.4. Metode Penelitian ...................................................................... 18
3.5. Analisis Data .............................................................................. 19

IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 20


4.1. Gambaran Umum Wilayah ........................................................ 20
4.2. Identitas Responden ................................................................... 21
4.3. Sistem Pemeliharaan .................................................................. 26
4.4. Struktur Populasi Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar ...................................................... 27
4.5. Dinamika Populasi Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar ...................................................... 28
4.6. Natural Increase ....................................................................... 39
iv
V. PENUTUP ......................................................................................... 41
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 41
5.2. Saran ........................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42

LAMPIRAN ............................................................................................. 45

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1. Populasi Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar Tahun 2019 ....................................................... 18
4.1. Tingkat Kelahiran Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar Tahun 2019 ....................................................... 29
4.2. Tingkat Pembelian Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar Tahun 2019 ....................................................... 30
4.3. Tingkat Bantuan/Hibah Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII
Koto Kampar Kabupaten Kampar Tahun 2019 ................................ 32
4.4. Tingkat Kematian Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar Tahun 2019 ....................................................... 35
4.5. Tingkat Penjualan Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar
Tahun 2019 ....................................................................................... 36
4.6. Tingkat Pemotongan Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar Tahun 2019 ......................................... 37
4.7. Natural Increase (NI) Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar Tahun 2019 ......................................... 39

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1. Populasi Sapi Bali di XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar ........... 3
2.1. Sapi Bali .............................................................................................. 7
4.1. Gambaran Umum Wilayah ................................................................. 20
4.2. Umur Peternak ................................................................................... 22
4.3. Tingkat Pendidikan Peternak ............................................................. 23
4.4. Jenis Pekerjaan Peternak ..................................................................... 24
4.5. Pengalaman Peternak .......................................................................... 25
4.6. Sistem Pemeliharaan Peternak ........................................................... 26
4.7. Populasi Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar ............ 27

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Daftar Pertanyaan Responden ............................................................ 45
2. Populasi Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar
Tahun 2019.............................................................................................. 50
3. Data Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar
Tahun 2018 ............................................................................................ 51
4. Data Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar
Tahun 2019 ............................................................................................ 52
5. Persentase Faktor Input dan Output Dinamika Populasi ................... 53
6. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 54

viii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sub sektor peternakan merupakan sektor yang sangat potensial untuk
dikembangkan, mengingat kebutuhan masyarakat akan daging sangat tinggi.
Selain itu sektor pertanian khususnya peternakan juga memberikan pengaruh
terhadap kesejahteraan masyarakat baik melalui penciptaan lapangan kerja.
Menurut Bamualim (2011) bahwa produksi sapi potong lokal belum
mampu memenuhi kebutuhan daging sapi domestik sehingga harus di impor.
Menurut (Ditjennak, 2018) berdasarkan prognosa produksi daging sapi di dalam
negeri tahun 2018 sebesar 403.668 ton, sedangkan perkiraan kebutuhan daging
sapi di dalam negeri tahun 2018 sebesar 663.290 ton, sehingga kebutuhan daging
sapi baru terpenuhi 60,9% dari daging sapi di dalam negeri (Direktorat Jenderal
Peternakan, 2018). Sementara data laju peningkatan populasi ternak sapi di dalam
negeri sebagai bahan baku produksi daging tidak dapat mengimbangi laju
permintaan sehingga ketersediaan daging dalam negeri mengalami kekurangan,
oleh karena itu, untuk mendukung kecukupan daging tersebut, ternak sapi dapat
diharapkan untuk mencapai kebutuhan akan protein hewani tersebut.
Sensus Pertanian (ST) 2017 menyebutkan populasi sapi potong dalam
negeri hanya 12,69 juta ekor, dimana dibandingkan dengan sensus sapi 2015 (14,8
juta ekor) jumlah ini berkurang sebanyak 14,26 persen. Jika mengacu pada
proyeksi Kementerian Pertanian dalam cetak biru swasembada daging sapi 2018,
populasi sapi potong 2017 ini seharusnya mencapai 16,6 juta ekor, yang berarti
naik 2 juta ekor dibandingkan 2015 yaitu 14,6 juta ekor karena peningkatan
populasi. Populasi 16,6 juta ekor itu juga sudah memperhitungkan pasokan daging
sapi ke pasar dalam negeri yang terus naik setiap tahun (Ditjennak, 2010). Melihat
data hasil pemutakhiran populasi sapi pada sensus 2017 dan membandingkannya
dengan proyeksi sesuai cetak biru, terjadi selisih populasi hingga hampir 4 juta
ekor.
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan konsumsi protein hewani
khususnya daging sapi, pemerintah secara nasional pernah mencanangkan
program swasembada pada tahun 2005, namun pada hasilnya pemerintah belum
mampu mengatasi permasalahan terhadap pemenuhan daging sapi secara
1
maksimal sehingga jumlah permintaan akan daging sapi lebih tinggi daripada
ketersediaan. Permintaan akan kebutuhan daging terus meningkat, sementara dari
dalam negeri bila hanya mengandalkan teknologi dan kebijaksanannya yang ada
dengan rata-rata peningkatan populasi 2-3% maka akan terjadi kekurangan
(Tanari, 2007). Berhubungan dengan usaha pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan protein hewani masyarakat (Ardhani, 2006). Saragi dan Suparman
(2017) menyatakan bahwa pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan protein
hewani masyarakat dengan mendayagunakan potensi ternak daerah.
Pengembangan usaha ternak sapi potong dapat dilakukakan dengan
memanfaatkan sumber daya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan
dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana
prasarana, teknologi peternakan yang berkembang dan kelembagaan serta
kebijakan yang mendukung (Yendraliza, 2018).
Selain itu, struktur populasi sapi pada peternakan rakyat haruslah memiliki
data yang akurat agar dapat dijadikan informasi kedepannya. Struktur populasi
merupakan susunan sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama
(takson tertentu) serta menempati kawasan tertentu dan dalam waktu tertentu dan
struktur populasi pada peternak mencakup indukan pejantan dan betina, jantan
dan betina muda, serta pedet jantan dan betina (Putra, 2017). Struktur populasi
perlu diketahui sebagai suatu parameter dalam mengatur sistem perkawinan,
manajemen pemeliharaan dan jumlah populasi di peternakan rakyat. Dengan
demikian dapat diketahui berapa induk betina dan betina muda produktif serta
rasio antara induk betina dan betina muda dengan pejantan, (Utami, 2015).
Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Kampar yang terdiri dari 12 desa dan 1 kelurahan, yang
pusat pemerintahannya berada di Kelurahan Batu Bersurat. Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar memiliki luas daerah ± 732.4 km2 (BPS Kampar,
2015). Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar memiliki potensi untuk
pengembangan ternak besar khususnya sapi potong. Berdasarkan data dari Dinas
Peternakan Kabupaten Kampar sebagai berikut:

2
Populasi Sapi Bali (Ekor)

Gambar 1.1. Populasi Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Kampar dan UPTD Kec. XIII Koto
Kampar

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa populasi sapi potong di


Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar mengalami perkembangan
yang tidak teratur, dimana pada tahun 2012 berjumlah 654 ekor, tahun 2013
berjumlah 320 ekor dan tahun 2014 berjumlah 512 ekor, pada tahun 2015
mengalami peningkatan lagi yang berjumlah 979 ekor dan mengalami penurunan
lagi pada tahun 2016 yang berjumlah 478 ekor, tahun 2017 berjumlah 478 ekor
dan tahun 2018 berjumlah 446 ekor, kemudian mengalami peningkatan kembali
pada tahun 2019 yang berjumlah 550 ekor.
Masalah dalam pengembangan ternak sapi bali di Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar cukup bervariasi diantaranya, pola pemeliharaan
yang masih tergolong tradisional, berkurangnya lahan pengembalaan akibat
berbagai macam pendirian bangunan, tingginya pemotongan ternak betina
produktif, kematian pedet, rendahnya produktivitas ternak sapi itu sendiri serta
pengembangan sistem pemeliharaan semi intensif yang masih terbatas. Selain itu,
kendala lain yang dihadapi oleh peternakan rakyat di Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar belum adanya data yang akurat tentang kelahiran
ternak sapi bali, kematian ternak, pemotongan ternak, pembelian dan penjualan

3
ternak serta pemasukan dan pengeluaran ternak sapi bali. Akibatnya inisiatif
untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi bali tidak terprogram dengan baik
dan perkembangan populasi cenderung menurun. Dengan adanya data produksi
dan reproduksi yang meliputi umur pertama kali dikawinkan, cara pengawinan,
umur beranak pertama, jarak beranak dan batas umur pemeliharaan, persentase
kelahiran, persentase kematian dan nilai natural increase, maka peningkatan
populasi peternakan rakyat dapat ditingkatkan (Tanari danYendraliza, 2018).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Dinamika Populasi Ternak Sapi Bali di
Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang diajukan pada penelitian ini adalah bagaimana dinamika populasi ternak sapi
bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran dinamika populasi ternak sapi bali di Kecamatan XIII
Koto Kampar Kabupaten Kampar.
2. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika populasi sapi bali di
Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini bisa dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah untuk
mengambil kebijakan dalam rangka peningkatan produksi dan menjaga
keberadaan serta kelestarian sapi bali.
2. Bagi Peternak
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor

4
yang mempengaruhi jumlah ternak sapi bali.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah kemampuan dan wawasan penulis dalam
upaya meningkatkan produksi dan menjaga kelestarian sapi bali terutama di
daerah.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Bali


Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli di Indonesia yang
merupakan hasil domestikasi langsung dari banteng liar (Hikmawaty, 2014). Sapi
bali juga merupakan sapi asli Pulau Bali (Chamdi, 2005). Sapi bali
dikembangkan, dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai sumberdaya ternak asli
yang mempunyai ciri khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk
berkembang dengan baik pada lingkungan yang ada di Indonesia dan sapi bali
juga memiliki performa produksi yang cukup bervariasi dan kemampuan
reproduksi yang tinggi (Hikmawaty, 2014).
Sapi bali memiliki keunggulan karakteristik seperti fertilisasi tinggi, lebih
tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, cepat beradaptasi apabila
dihadapkan dengan lingkungan yang baru, cepat berkembangbiak dan kandungan
lemak karkas rendah (Putri, 2017). Namun ada juga beberapa kekurangannya
yaitu pertumbuhannya lambat, peka terhadap penyakit jembrana, penyakit
ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali Ziekte (Chamdi, 2005).
Ciri-ciri fisik sapi bali antara lain berukuran sedang, berdada dalam, serta
berbulu pendek, halus dan licin, warna bulu merah bata dan coklat tua dimana
pada waktu lahir, baik jantan maupun betina berwarna merah bata dengan bagian
warna terang yang khas pada bagian belakang kaki, warna bulu menjadi coklat tua
sampai hitam pada saat mencapai dewasa dimana jantan lebih gelap daripada
betina, warna hitam menghilang dan warna bulu merah bata kembali lagi jika sapi
jantan dikebiri, bibir, kaki dan ekor berwarna hitam dan kaki putih dari lutut ke
bawah, dan ditemukan warna putih di bawah paha dan bagian oval putih yang
amat jelas pada bagian pantat, pada punggung ditemukan garis hitam di sepanjang
garis punggung (garis belut) dan kepala lebar dan pendek dengan puncak kepala
yang datar, telinga berukuran sedang dan berdiri, tanduk jantan besar, tumbuh ke
samping dan kemudian ke atas dan runcing (Saharia, 2017). Menurut Setiawan
(2017) sapi bali mempunyai ciri khas yaitu tidak berpunuk, umumnya keempat
kaki dan bagian pantatnya berwarna putih, sedangkan pedet tubuhnya berwarna
merah bata (Ni’am, 2012).

6
Karakteristik yang harus dipenuhi dari sapi bali murni adalah warna putih
pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada kaki bawah mulai
tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, rambut pada ujung ekor hitam,
rambut pada bagian tengah telinga putih, terdapat garis belut pada punggung,
bentuk tanduk jantan silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-
mula keluar dari dasar sedikit lalu membengkok ke atas dan pada ujung tanduk
tersebut membengkok keluar, dan tanduk berwarna hitam (Utami, 2015). Untuk
lebih jelasnya ciri-ciri sapi bali dapat dilihat pada Gambar berikut 2.1.

Gambar 2.1. Sapi Bali.


Sumber: Dokumentasi Penulis (2020)

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas terlihat bahwa sapi bali memiliki badan
berukuran sedang, tidak memiliki gelambir dan memiliki tanduk, sapi bali juga
memilki garis hitam disepanjang tulang punggung.

2.2. Potensi Ternak Sapi Bali


Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat beriringan dengan
meningkatnya kebutuhan protein hewani. Upaya yang dilakukan oleh bidang
subsektor peternakan adalah meningkatkan sumber daya yang menghasilkan
protein hewani semaksimal mungkin. Salah satu jenis ternak yang potensial dan
mempunyai prospek untuk dapat mengimbangi kesejahteraan protein asal ternak
adalah ternak sapi (Setiawan, 2017).

7
Permintaan ternak sapi yang meningkat setiap tahunnya sebagai hewan
kurban pada hari raya Idul Adha, membuat ternak sapi memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam lingkungan masyarakat. Ternak sapi sebagai ternak
ruminansia besar lebih digemari oleh petani karena mempunyai nilai ekonomis
yang lebih tinggi dari ternak ruminansia besar lainnya, dimana daging dan kulit
sapi mempunyai kualitas yang lebih tinggi daripada kulit kerbau, sapi lebih tahan
bekerja diterik matahari daripada kerbau (Darmawi, 2011).
Sapi bali merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia.
Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan
karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Rendahnya populasi sapi
bali disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil
dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005). Pola pengembangbiakan
ternak akan mempengaruhi komposisi dari ternak yang akan dipotong dari suatu
wilayah, karena ternak yang disingkirkan dari pembiakan merupakan salah satu
bagian dari jumlah ternak yang dapat dikeluarkan atau dipotong (Setiawan, 2017).
Usaha untuk meningkatkan populasi ternak meliputi peningkatan
kelahiran, penekanan angka kematian, pengendalian pemotongan (Rochmah,
2017). Sesuai dengan Sulastri (2014) bahwa tingginya tingkat kelahiran dan
rendahnya tingkat kematian juga mendukung tingginya sisa ternak pengganti atau
sisa ternak muda dan ternak afkir yang dapat dikeluarkan tanpa mengganggu
pertumbuhan populasi sapi bali.
Menurut Kariyasa (2005) ada beberapa alasan pentingnya peningkatan
populasi sapi bali dalam upaya mencapai swasembada daging antara lain adalah:
1) Subsektor peternakan berpotensi sebagai sumber pertumbuhan baru pada sektor
pertanian, 2) Rumah tangga yang terlibat langsung dalam usaha peternakan terus
bertambah, 3) Tersebarnya sentra produksi sapi bali di berbagai daerah,
sedangkan sentra konsumsi terpusat di perkotaan sehingga mampu menggerakkan
perekonomian regional dan 4) Mendukung upaya ketahanan pangan, baik sebagai
penyedia bahan pangan maupun sebagai sumber pendapatan yang keduanya
berperan meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan.

8
2.3. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Bali
Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi dan mempercepat
penyebaran ternak besar oleh peternak adalah dengan cara pemeliharaan ternak
tersebut (Prasetya, 2011). Pemeliharaan ternak yang baik sangat mempengaruhi
perkembangbiakan serta terjaminnya kesehatan ternak (Prasetya, 2011).
Bahwa peternakan hanya sebagai usaha sambilan, dimana petani
mengusahakan komoditas pertanian terutama tanaman pangan, sedangkan ternak
hanya sebagai sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan pendapatan
usaha dari peternakan <30% (Suryana, 2009).
Sistem pemeliharaan sapi bali di Indonesia dapat dibedakan menjadi 3
yaitu pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif (Utami, 2015).
1. Pemeliharaan Ekstensif
Pada pemeliharaan ini sapi dilepaskan di padang pengembalaan atau
digembala setiap hari, mulai dari pagi hari sampai sore hari, selanjutnya ternak
digiring kekandang (Suryana, 2009). Di dalam kandang ternak tidak diberikan
pakan tambahan lagi (Putra, 2017). Sepanjang hari sapi digembalakan dan malam
hari dikumpulkan di tempat tertentu yang diberi pagar, biasanya disebut kandang
terbuka (Setiawan, 2017).
Pada sistem pemeliharan ekstensif ini biasanya aktivitas perkawinan,
pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan ternak sapi dilakukan oleh satu
orang yang sama di padang penggembalaan yang sama (Setiawan, 2017). Sistem
pemeliharan ekstensif ini dapat dilakukan daerah yang luas padang rumputnya,
tandus dan iklimnya tidak memungkinkan untuk pertanian (Samal, 2015). Namun
dibeberapa daerah ternak dilepas dilapangan tanpa memperhatikan kecukupan
pakan dan keadaan padang rumput (Samal, 2015).
2. Pemeliharaan Semi Intensif
Pemeliharaan semi intensif merupakan penggabungan pemeliharaan
ekstensif dan intensif (Sodiq dan Budiono, 2012). Pada sistem pemeliharaan ini
ternak dikandangkan pada malam hari dan dan dilepas diladang pengembalaan
pada pagi hari (Prasetya, 2011). Pemeliharaan semi intensif ini pemberian pakan
tidak terlalu rutin dilakukan dikandang, karena ternak dibiarkan mencari rumput

9
pada siang hari hingga sore hari dan pada malam hari ternak diberi pakan di dalam
kandang (Syahidah, 2017).
Cara pemenuhan pakan (hijauan) pada sistem pemeliharaan ini, peternak
mengambil dengan cara menyabit rumput lapangan (pagi dan terutama sore) yang
dibawa langsung ke kandang masing-masing. Pada siang hari, sapi dilepas
dipadang pengembalaan atau di lahan kosong pinggir sawah atau kebun dan atau
digembalakan pada persawahan saat pasca panen, sedangkan pada malam harinya
peternak mengandangkan sapi dan diberi makan tambahan (sabitan rumput
lapangan dan konsentrat) (Putra, 2017).
3. Pemeliharaan Intensif
Pemeliharaan intensif yaitu pembibitan sapi potong dengan pemeliharaan
di kandang (Sodiq dan Budiono, 2012). Pada pemeliharaan secara intensif,
dikandang secara terus menerus atau hanya dikandang pada malam hari dan pada
siang hari digembala dan pola pemeliharaan sapi secara intensif ini banyak
dilakukan petani-peternak di Jawa, Madura dan Bali (Suryana, 2009).
Sistem pemeliharaan intensif ini dianggap lebih baik karena selain tidak
banyak menggunakan lahan, pengemukan ternak lebih intensif karena sapi-sapi
memperoleh perlakuan yang lebih teratur atau rutin dalam hal memberikan pakan
dilakukan dengan baik, pembersihan kandang, kesehatan dan keamanan lebih
terjamin, bahaya penyakit yang disebabkan oleh virus dan sejenisnya bisa
diketahui sejak dini (Syahidah, 2017).

2.4. Populasi
Populasi adalah sehimpunan atau kelompok individu suatu jenis makhluk
hidup yang tergolong dalam suatu spesies (kelompok lain yang dapat
melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan) pada suatu
waktu tertentu yang menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu (Setiawan,
2017).
Menurut Dimyati (2013) populasi adalah elemen penting yang hidup dan
tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target penelitian. Didukung oleh
pendapat Sugiono (2009) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari atas, objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu

10
yang ditetapkan peneliti untuk pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

2.5. Dinamika Populasi


Dinamika populasi pada suatu ternak adalah naik turunnya jumlah ternak
dalam suatu populasi ternak itu sendiri (Tanari, 2017). Menurut Putra (2017)
dinamika populasi merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta
pengaturan populasi. Populasi ternak selalu mengalami perubahan atau dinamika,
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu
lain yang berasal dari daerah lain (migrasi) atau pembelian dan karena adanya
kelahiran (natalitas), sedangkan pengurangan terhadap suatu populasi dapat
disebabkan karena kematian (mortalitas) atau keluarnya individu dari populasi
tersebut (penjualan) (Saputra,2007).
Dinamika populasi pada suatu ternak sangat di tentukan oleh kenaikan dan
penurunan populasi akibat dari adanya kelahiran, kematian serta proses jual beli
ternak. Kelahiaran yang tinggi sangat mempengaruhi komposisi anak dan ternak
muda yang menentukan proporsi calon pengganti sehingga komposisi ternak
dewasa meningkat (Putra, 2017).
Pipiet (2007) menyatakan bahwa penurunan populasi ternak disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya tingkat kelahiran, tingginya
pemotongan dan tingkat kematian serta pengembangan lingkungan hidup ternak
yang semakin terdesak akibat kurangnya padang pengembalaan.
Untuk mengatasi penurunan populasi ternak, dapat dilakukan dengan
peningkatan produktivitas per unit ternak atau pengeluaran atau pemotongan
disesuaikan dengan pertumbuhan populasi ternak tersebut (Poerwoto dan Dania,
2006).

2.6. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Populasi Ternak Sapi Bali


1. Faktor Input
a. Tingkat Kelahiran
Tingkat kelahiran adalah banyaknya jumlah kelahiran yang dialami oleh
ternak betina dalam satu tahun/periode melahirkan. Menurut Putra (2017) angka
kelahiran adalah jumlah anak yang lahir per tahun dibagi dengan jumlah betina

11
dewasa atau populasi dikali 100%. Penurunan angka kelahiran atau penurunan
populasi ternak terutama dipengaruhi oleh efisiensi reproduksi atau kesuburan
yang rendah atau kematian presentasi kira-kira 80% sedangkan 20% dipengaruhi
oleh faktor genetik (Putra, 2017).
Rendahnya kesuburan (8,3%) disebabkan oleh penyakit, 56,1% oleh
terganggunya alat kelamin betina, 13,3% oleh tata laksana yang tidak sempurna
dan 5,9% oleh pengaruh keturunan (Setiawan, 2017). Selain itu berbagai masalah
yang menghambat pencapaian populasi produksi, produktivitas dan
reproduktivitas ternak sapi diantaranya rendahnya tingkat kebuntingan atau
kelahiran, jarak beranak serta tingginya tingkat pemotongan betina produktif atau
bunting yang telah menghambat perkembangan populasi ternak (Putra, 2017).
b. Pembelian Ternak
Dalam meningkatkan populasi sapi potong peternak membeli ternak sapi
jantan maupun betina sebagai bakalan untuk penggemukan dan sebagai indukan
(Setiawan, 2017). Setiawan (2017) menyatakan, bahwa pada dasarnya sapi jantan
maupun sapi betina dapat digunakan sebagai bakalan dalam usaha penggemukan
sapi, namun sapi jantan lebih diminati dari pada sapi betina karena pertambahan
bobot badannya lebih cepat dibandingkan dengan sapi betina. Menurut Putra
(2017), bahwa keberhasilan penggemukan sapi bali sangat tergantung pada
pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan.
c. Bantuan/hibah Ternak
Menurut kamus besar bahasa indonesia “hibah” berarti pemberian (dengan
sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain (Ariadi, 2001).
Maka hibah dapat diberikan oleh siapapun kepada siapapun dalam bentuk apapun
dengan cara apapun, yang menentukan ada atau tidaknya hibah adalah adanya
pengalihan hak milik (Ariadi, 2001).
Pemberian bantuan hibah dibidang peternakan juga guna mendukung
pencapaian swasembada daging sapi dan mengurangi ketergantungan impor dari
luar negeri, maksud dan tujuan digulirkan belanja hibab adalah 1) Mendukung
diverifikasi usaha peternakan terpadu dan berwawasan agribisnis; 2) Sebagai
upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran; 3) Dengan target
peningkatan pendapatan petani ternak pelaksana (Sumarna dan Ristina, 2017).

12
Selain itu, dengan memfasilitasi penguatan modal atau pemberian modal
usaha kelompok maupun masyarakat perorangan juga merupakan bagian dari
upaya pemberdayaan masyarakat petani, yang dikawal dengan kegiatan terkait
yaitu penguatan kelembagaan petani dan peningkatan SDM petani melalui
pembinaan, penyuluhan, pelatihan, monitoring, evaluasi dan lainnya, (Setiawan,
2017). Penguatan modal usaha kelompok adalah stimulasi dana bagi pelaku
peternakan yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya mampu
mengakses lembaga permodalan secara mandiri (Dirjen Peternakan, 2008).
2. Faktor Output
a. Tingkat Kematian
Menurut Setiwan (2017) pemeliharaan ternak sapi yang dijumpai didaerah-
daerah banyak masih menggunakan cara tradisional karena campur tangan
manusia dan teknologi yang digunakan masih minim, sehingga persentase yang
diharapkan tidak tercapai dimana banyak terjadi kematian terutama anak yang
baru lahir. Tingkat mortalitas pedet di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu diatas
5% kelahiran hidup. Periode yang sangat peka terhadap berbagai faktor dan dapat
menimbulkan kematian adalah masa menyusui yaitu sebelum pedet berumur tiga
bulan akibat diare karena mengkonsumsi pakan yang berkualitas rendah (Suryani,
2008).
Selain faktor genetik dan faktor lingkungan maka faktor kesehatan juga
mempengaruhi peningkatan produksi ternak sapi. Karena salah satu kendala pada
pemeliharaan ternak sapi ini adalah adanya kematian pada ternak sapi yang
umumnya terjadi pada anak sapi akibat penyakit yang menyerangnya (Utami,
2015). Pipiet (2007) mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan penurunan
populasi ternak sapi di Indonesia adalah kematian ternak sapi yang cukup tinggi
6,98% dibandingkan dengan kematian anak sapi 2,75%.
Angka kematian yang tinggi pada umumnya disebabkan oleh kurangnya
pengawasan peternak dan kondisi anak yang lemah saat dilahirkan serta
kurangnya penanganan khusus dari peternak terhadap induk-induk bunting
menjelang kelahiran maupun anak yang baru lahir (Tatipikalawan dan Hehanussa,
2006).

13
b. Penjualan Ternak
Tekanan ekonomi dan kebutuhan peternak, terkadang membuat peternak
akan panik sehingga tidak ada pilihan kecuali menjual ternaknya yang produktif,
apalagi yang dijual adalah ternak betina yang bunting (Utami, 2015). Tingginya
ternak yang diperdagangkan di pasar hewan karena dijual oleh masyarakat keluar
daerah dari daerah setempat, dapat mengurangi populasi ternak produktif
(Setiawan, 2017).
Output ternak dari suatu wilayah ditentukan oleh struktur populasi dan
rencana pengembangan atau peningkatan populasi dari wilayah tersebut. Untuk
menentukan output dari suatu wilayah perlu pertimbangan kebutuhan ternak
pengganti yang akan digunakan untuk perkembangbiakan sehingga populasinya
tidak akan terkuras akibat pengeluaran yang berlebihan (Tanari, 2011).
c. Pemotongan Ternak
Dalam pengembangan ternak sapi, memang masih banyak ditemui
kendala, diantaranya yang cukup berpengaruh adalah tingginya pemotongan sapi
betina produktif (Utami, 2015). Menurut Jamal (2008) yang menyatakan bahwa
pemotongan ternak betina produktif perlu mendapatkan perhatian, mengingat
aktivitas ini akan mempercepat proses pengurasan populasi ternak sapi potong.
Pemotongan betina produktif merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan percepatan penurunan populasi sapi dalam negeri. Berdasarkan UU
No. 18/2009 (Inounu dan Ilham, 2017) menyatakan dalam rangka mencukupi
ketersediaan bibit, ternak ruminansia betina produktif diseleksi untuk pemuliaan,
sedangkan ternak ruminansia betina tidak produktif disingkirkan untuk dijadikan
ternak potong dan setiap orang dilarang menyembelih ternak ruminansia kecil
betina produktif atau ternak ruminansia produktif.
Selain itu pemotongan yang tidak dilakukan di RPH menyebabkan
pengawasan relatif kurang intensif sehingga tidak ada jaminan bahwa ternak sapi
yang dipotong bukan betina produktif (Putra, 2017).

2.7. Natural Increase


Nilai Natural Increase (NI) merupakan selisih antara tingkat kelahiran dan
tingkat kematian dalam wilayah tertentu dan waktu tertentu yang biasanya diukur

14
dalam jangka waktu satu tahun (Sumadi, 2001). Tujuan perhitungan nilai Natural
Increase (pertambahan populasi secara alami) dilakukan untuk mengetahui naik
turunnya populasi ternak disuatu wilayah. Rendahnya betina melahirkan,
kegagalan beranak, kualitas dan kuantitas pakan serta manajemen pemeliharaan
merupakan faktor yang akan mempengaruhi kelahiran ternak. Tingkat kematian
ternak dalam satu daerah juga mempengaruhi tingkat Natural Increase
(Tatipikalawan dan Hehanussa, 2006).

15
III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2020 di desa
Binamang, Gunung Bungsu, Batu Bersurat, Koto Tuo Barat, Koto Tuo dan Rana
Rungkai, Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar.

3.2. Konsep Operasional


Untuk menghindari kesalahpahaman yang muncul dalam menafsirkan
pengertian atau makna dari judul penelitian ini. Maka peneliti memberikan
defenisi operasional sebagai berikut:
1. Dinamika
Dinamika adalah suatu bentuk perubahan yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik itu yang bersifat besar atau kecil, maupun secara cepat atau lambat
yang bersifat nyata.
2. Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah
tertentu dan pada waktu tertentu pula.
Maka dinamika populasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah suatu
bentuk perubahan terhadap persebaran sapi bali di Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar yang dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, penjualan,
pembelian, bantuan dan pemotongan. Variabel yang akan di teliti pada penelitian
ini yaitu:
a. Faktor Input
1) Jumlah Kelahiran : jumlah anak yang lahir selama satu tahun terakhir
2) Jumlah Pembelian : ternak sapi potong yang dibeli selama satu tahun
terakhir
3) Jumlah Bantuan/Hibah: ternak sapi potong yang diterima peternak dari
pemerintah atau lembaga lain selama satu tahun terakhir
b. Faktor Output
1) Jumlah Kematian : jumlah ternak yang mati selama satu tahun terakhir
2) Jumlah Penjualan : ternak sapi potong yang dijual selama satu tahun
terakhir
16
3) Jumlah Pemotongan : ternak sapi yang dipotong sendiri atau dipotong
sebagai hewan qurban.

3.3. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi menurut Sugiono (2009) adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari atas, objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Kemudian di
dukung oleh pendapat Amirullah (2015) berpendapat bahwa populasi merupakan
keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum,
yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh desa yang ada di kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar yang
terdiri dari 12 desa dan satu kelurahan.
2. Sampel
Sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih untuk
untuk digunakan dalam penelitian (Amirullah, 2015). Didukung oleh pendapat
Dimyati (2013) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan
diteliti. Membahas masalah sampel Sugiono (2009) juga berpendapat bahwa
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.
Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive
Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
atau sampel diambil berdasarkan kebutuhan peneliti (Anggoro, 2010). Maka
sampel pada penelitian ini terdiri dari 6 desa yaitu desa Binamang, Batu Bersurat,
Gunung Bungsu, Koto Tuo Barat, Rana Sungkai dan Koto Tuo sebanyak 459 ekor
sapi bali. Peneliti menjadikan 6 desa tersebut menjadi sampel penelitian karena di
desa-desa tersebut memiliki populasi yang relatif banyak dibandingkan desa-desa
lain di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar, sedangkan karakteristik
sampel yang akan diteliti yaitu sapi bali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel berikut:

17
Tabel 3.1. Populasi Ternak Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar Tahun 2019
No Nama Desa Jumlah Ternak (ekor)
1 Balung 35
2 Batu Bersurat 52
3 Binamang 86
4 Gunung Bungsu 107
5 Koto Mesjid 19
6 Koto Tuo 53
7 Koto Tuo Barat 118
8 Lubuk Agung 0
9 Muara Takus 21
10 Pulau Gadang 0
11 Pongkai Istiqomah 0
12 Rana Sungkai 43
13 Tanjung Alai 16
Total 550
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar (2019).

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas terlihat bahwa jumlah populasi sapi bali
yang paling banyak terdapat di desa Koto Tuo Barat yang berjumlah 118 ekor
sedangkan di desa Pongkai Istiqomah, Pulau Gadang dan Lubuk Agung tidak
terdapat sapi bali. Populasi sapi potong secara keseluruhan di Kecamatan XIII
Koto Kampar Kabupaten Kampar berjumlah 550 ekor.

3.4. Metode Penelitian


Metode yang digunakan pada Penelitian ini yaitu dengan metode survei
atau pengamatan langsung yang dilakukan peneliti kepada peternak. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi separangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiono, 2009). Jadi angket pada penelitian ini yaitu peneliti
mengajukan pertanyaan tertulis kepada peternak.
2. Wawancara
Wawancara menurut Mujono (2007) merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
18
memberikan informasi atau penjelasan tentang hal-hal yang dipandang perlu. Pada
penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan peternak tentang keadaan
ternak dan cara pemeliharaan ternak.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk sebagai penunjang dan
memperkuat data yang diperoleh dari hasil pengisian angket oleh peternak.
adapun dokumentasi yang diambil pada penelitian ini yaitu dokumentasi peternak,
ternak, kandang ternak atau tempat pemeliharaan ternak.
Sedangkan instrument yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan lembar angket yang akan di isi oleh peternak untuk mengumpulkan
data primer. Kemudian peneliti menggunakan lembar wawancara tidak terstruktur
dan alat dokumentasi baik tertulis maupun gambar atau video untuk
mengumpulkan data sekunder.

3.5. Analisis Data


Setelah memperoleh data, maka data penelitian di analisis menggunakan
statistik deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase dengan rumus :
jumlah kelahiran
% Kelahiran  x 100
total sampel
jumlah pembelian
% Pembelian  x 100
total sampel
jumlah bantuan
% Bantuan / Hibah  x 100
total sampel
jumlah kematian
% Kematian  x 100
total sampel
jumlah penjualan
% Penjualan  x 100
total sampel
jumlah pemotongan
% Pemotongan  x 100
total sampel

Natural Increase (NI) = persentase kelahiran - persentase kematian (Sumadi


dkk., 2001).

19
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Dinamika Populasi Ternak sapi bali di Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar mengalami kenaikan dan penurunan tidak teratur atau tidak
signifikan dipengruhi oleh faktor input sebesar 33,77%, faktor output sebesar
18,72% dan Natural Increase 11,11%.
.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan
maka peneliti menyarankan :
1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam
tatalaksana pemeliharaan ternak.
2. Perlu adanya tenaga penyuluh untuk mendampingi peternak dan
memberikan informasi dan teknologi tentang dunia peternakan
3. Perlu dilakukan peningkatan populasi ternak sapi potong melalui
peningkatan jumlah indukan dan pengawasan terhadap pemotongan ternak
sapi bali yang masih produktif guna untuk menjaga kelestarian ternak sapi
tersebut.

41
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2015. Metode Penelitian Manajemen. Malang: Bayumedia Publishing


Malang.

Anggoro, M. T. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. 6.50 hal.

Ardhani. F. 2006. Prospek dan Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong di


Kalimantan Timur di Tinjau dari Ekonomi. EPP, 3 (1): 21-30.

Arif, A. N. A. 2015. Kajian Struktur Populasi dan Upaya Perbaikan Produksi


Ternak Sapi Potong di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makasar.
Ariadi, K. 2001. Hibah Luar Negeri APBN dan Grand Trap. Majalah
Perencanaan Pembangunan, Edisi 23.
Bamualim. A. M. 2011. Pengembangan Teknologi Pakan Sapi Potong di Daerah
Semi-Arid Nusa Tenggara. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4 (3): 175-
188.

Chamdi. A.N. 2005. Karakteristik Sumberdaya Genetik Ternak Sapi Bali (bos
bibos banteng) dan Alternatif Pola Konservasinya. Biodiversitas, 6 (1): 70-
75.

Darmawi, D. 2011. Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten


Muaro Jambi. Jurnal ilmiah ilmu-ilmu Peternakan, XIV (1).
Dimyati, J. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta:Kencana.

Dirjen Peternakan. 2018. Petunjuk Teknis Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi


Brahman Cross EX Impor Tahun 2018.
http://ditjennak.go.id/regulasi%5CPerDJP26181_2008.pdf. Tanggal 22
Agustus 2019.

Hikmawaty, A, Gunawan, RR Noor dan Jakaria. 2014. Identifikasi Ukuran Tubuh


dan Bentuk Tubuh Sapi Bali di Beberapa Pusat Pembibitan Melalui
Pendekatan Analisis Komponen Utama. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan, 2 (1): 231-237.

Jamal, H. 2008. Strategi Pengembangan Ternak Kerbau. http://blog-


husni.blogspot.com/2008/09/strategi-pengembangan-ternak-kerbau.html.
Tanggal 21 Agustus 2019.

Kariyasa, K. 2005. Sistem Integrasi Tanaman Ternak dalam Perspektif


ReorientasiKebijakan Subsidi Pupuk dan Peningkatan Pendapatan Petani.
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 3 (1): 68-80.

42
Mujono. 2007. Metode Penelitian Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Ni’am. 2012. Hubungan Antara Ukuran-ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi
Bali Betina Pada Berbagai Kelompok Umur. Animal Agicultur Journal, 1
(1): 541-556

Pipiet, O. 2007. Perkembangan Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Tanah


Toraja. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Poerwoto, H, dan I.B Dania. 2006. Perbaikan Manajemen Ternak Kerbau untuk
Meningkatkan Produktivitas ternak. Lokakarya Nasional Usaha ternak
Kerbau Mendukung Program Kecukupan daging Sapi. Fakultas Peternakan.
Universitas Mataram. Mataram.

Prasetya, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong pada Peternakan


Rakyat di Sekitar Kebun Percobaan Rambatan BPTP Sumatera Barat.
Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian: Bogor.
Priyanti, A. Inounu, I dan N. Ilham. 2017. Pencegahan Pemotongan Sapi Betina
Produktif Melalui Tata Kelola Lembaga Korporasi Perusahaan Daerah.
Wartazoa, 27 (2): 053-066.
Putra. Y.E. (2017). Struktur dan Dinamika Populasi Ternak Sapi Potong di
Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas. Payakumbuh.

Putri. S. 2017. Performans Populasi Inti Induk Bibit Sapi Bali yang Mempunyai
Kinerja Prima pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Barru. Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin: Makassar.

Rochmah, N. 2017. Sejarah Peterakan Sapi Bali di Desa Mekar Sari Kecamatan
Palangga Kabupaten Konawe Sulawesi Selatan (1993-2015). Jurnal
Penelitian Pendidikan Sejarah, 2 (3): 103-117.
Saharia. (2017). Pertumbuhan Sapihan Sapi Bali Jantan Dan Betina Yang
Dipelihara Secara Intensif di Kabupaten Baru. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Samal. F. 2015. Analisis Manajemen Kesehatan Terhadap Produktivitas Ternak


Sapi Potong di PT Berdikari Untted Livestock (BULS) Kabupaten Sidrap.
Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin: Makassar.

Saputra, S. W. (2007). Buku Ajar Dinamika Populasi. Universitas Diponegoro:


Semarang.

Setiawan, D. (2017). Dinamika Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan XIII


Koto Kampar Kabupaten Solok. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Andalas. Padang.

43
Sugiono. (2009). Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarna, D & Ristina, S. S. 2017. Perbedaan Pendapatan Antara Penerima
dengan Non Penerima Bantuan Belanja Hibah Bidang Peternakan Dalam
Usaha Penggemukan Sapi Potong. Jurnal Hexago, 1 (1): 17-23.
Sumadi. 2001. Estimasi Dinamika Populasi dan Output Kambing Peranakan
Ettawah di Kabupaten Kulon Progo. Buletin Peternakan, 25(4): 161-171.

Sulastri. 2014. Karakteristik Genetik Bangsa-bangsa Kambing di Provinsi


Lampung. Disertasi. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Mada,Yogyakarta.

Suparman. 2017. Potensi Pengembangan Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan


Malunda Kabupaten Majene. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Islam
Negeri Alauddin. Makassar.

Suryani. 2008. Upaya Pencegahan Kematian Dini dan Peningkatan Utilisasi


Nutrien pada Pedet Melalui Pengembangan Probiotik Asal Rumen
Kerbau dengan Pendekatan Sidik Jari DNA Menggunakan PCR RISA.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berogribisnis dengan


Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1): 29-37

Sodiq. A dan Budiono. M. 2012. Produktivitas Sapi Potong pada Kelompok Tani
Ternak di Pedesaan. Jurnal Agripet, 12 (1): 28-33.

Syahidah. 2017. Analisis Pemeliharaan Sapi Potong di Desa Sapobonto


Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin: Makassar.

Tanari, M. Yulius, M. Yohan, R & Mardiah, M. 2011. Dinamika Populasi Sapi


Potong Di Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso. Jurnal
Agrisains,12(1): 24-29.

Tatipikalawan, J. M. dan Hehanussa, S.C. 2006. Estimasi Natural


IncreaseKambing Lokal di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Jurnal Agroforestri, 1 (3): 65-69.

Utami, E. U. 2015. Struktur Populasi Sapi Bali di Peternakan Rakyat Kelurahan


Sapaya Kabupaten Gowa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Yendraliza, Y. Magfirah dan Muhammad Rodiallah. 2018. Struktur Populasi dan


Potensi Kecamatan Benai di Kabupaten Kuantan Singingi Untuk
Perkembangan Sapi Potong. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan, 21 (2):70-
77.
44
LAMPIRAN

Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

Hari/Tgl :
Nama :
Desa :

I. Identitas Responden
A. Identitas Peternak
1. Nama :
2. Umur :
3. Lama beternak :
4. Pendidikan tertinggi :
5. Pekerjaan utama :
Petani/PNS/TNI-POLRI/Swasta/Lainnya: ……*
*Coret item yang tidak sesuai
B. Motif Pemeliharaan
1. Usaha pokok
2. Usaha sambilan
3. Tabungan
Keterangan : lingkari item yang sesuai
C. Tujuan Pemeliharaan
1. Bibit (Mendapatkan keturunan).
2. Penggemukan
3. Penghasil pupuk
4. Lain-lain: …
Keterangan : lingkari item yang sesuai
D. Kepemilikan Ternak Sapi Potong
1. Sendiri
2. Seduaan
Keterangan : lingkari item yang sesuai
45
E. Kemampuan Responden Mengenali Tanda Sapi Birahi
( ….. ) Kurang (K) : Peternak mengenali dari kegelisahan sapi
dan suara sapi yang lebih berisik dari pada
biasanya.
( ….. ) Sedang : Peternak mengenali dari kegelisahan sapi,
sapi bersuara lebih berisik dari pada
biasanya, dan nafsu makan berkurang
( ….. ) Baik (B) : Peternak mengenali dari kegelisahan sapi
dan dan suara sapi yang lebih berisik dari
pada biasanya, nafsu makan berkurang,
suka menaiki sapi lain dan keuar lendir dari
organ reproduksi.
( ….. ) Baik Sekali (BS) : Peternak mengenali tanda-tanda birahi dari
organ reproduksi luar yang menunjukan A-3
(Abang, abuh, anget).
Bari tanda ceklist ( √ ) pada item yang sesuai
II. Keadaan Ternak Sapi Potong
Jumlah dan Struktur Ternak Sapi Potong
Jumlah Sapi Berdasarkan
No Umur Sapi Jenis Kelamin Keterangan
Jantan Betina

1 Dewasa

2 Muda

3 Pedet

Keterangan:
1. Dewasa adalah sapi dengan umur lebih dari dua tahun.
2. Muda adalah sapi dengan umur dua belas bulan sampai dikawinkan
pertama kali atau umur dua tahun.
3. Pedet adalah sapi sejak lahir sampai umur dua belas bulan atau satu
tahun

46
III. Data Reproduksi
A. Umur Pertama Kali Dikawinkan
1. Jantan:……… bulan
2. Betina:……….bulan
B. Metode Perkawinan
1. Inseminasi buatan (IB)
2. Alam
3. Campuran
Keterangan : Lingkari item yang sesuai
C. Jumlah Perkawinan Sampai Terjadi Kebuntingan:……. Kali
Batas umur pemeliharaan
1. Jantan: ……….tahun (bulan)
2. Betina:………..tahun (bulan)
Beranak:……...kali
D. Bibit Sapi yang Digunakan dengan IB : . . . . .
E. Umur sapi betina pertama kali beranak: . . . . . tahun (bulan)
F. Jarak waktu antara dua kelahiran: . . . . . bulan
G. Pedet disapih pada umur: . . . . . bulan
H. Jarak waktu induk dikawinkan lagi setelah beranak: . . . . . bulan
I. Jumlah induk yang beranak dalam satu tahun terakhir: ekor, dengan
jumlah kelahiran
1. Pedet jantan: . . . . . ekor
2. Pedet betina: . . . . . ekor
IV. Bantuan Hiba/Bantuan
Bantuan/Hibah ternak dalam kurun waktu satu tahun terakhir

Usia Ternak Jeniskelamin Jumlah Alasan Keterangan


Dewasa Jantan
Betina
Muda Jantan
Betina
Pedet Jantan
Betina

47
V. Pembelian Ternak

Jenis Harga
Usia Ternak Alasan Keterangan
Kelamin ( Rp)
Dewasa Jantan
Betina
Muda Jantan
Betina
Pedet Jantan
Betina

VI. Sistem Pemeliharaan


1. Intensif
2. Semi Intensif
3. Ekstensif
Keterangan: lingkar item yang sesuai
Lama Pemeliharaan: . . . . . tahun
VII. Bangsa/Jenis Sapi Potong yang dipelihara:
VIII. Kematian Ternak
1. Penyebab kematian sapi potong yang dipelihara: . . . . .
2. Jumlah ternak yang mati pada satu tahun terakhir: . . . . . ekor
3. Cara mencegah/menanggulangi penyebaran penyakit: . . . . .
4. Jenis penyakit yang pernah menyerang
a. Sakit Perut/ Kembung
b. Cacingan
c. Kudis
d. Keguguran Menular (Bruccellosis)
e. Ngorok
f. Mulut dan Kuku
g. Sakit Lainnya
Keterangan : Lingkari item yang sesuai

48
IX. Penjualan Ternak

Jenis Harga
Usia Ternak Alasan Keterangan
Kelamin ( Rp)
Dewasa Jantan
Betina
Muda Jantan
Betina
Pedet Jantan
Betina

X. Pemotongan Ternak Dalam Kurun Waktu Satu Tahun Terakhir


Komposisi Jeniskelamin Jumlah Alasan Keterangan
Dewasa Jantan
Betina
Muda Jantan
Betina
Pedet Jantan
Betina

49
Lampiran 2.
Data Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Tahun
2019
Struktur Populasi Desa
Koto
Jenis Batu Gunung Ranah Koto Jumlah (%)
Umur Binamang Tuo
Kelamin Bersurat Bungsu Sungkai Tuo
Barat
Dewasa Jantan 13 7 21 13 5 8 67 14.60
Betina 34 23 45 11 18 24 155 33.80
Muda Jantan 12 4 13 20 3 5 57 12.40
Betina 15 7 14 57 7 9 109 23.70
Pedet Jantan 5 4 6 8 5 4 32 7.00
Betina 7 6 8 10 5 3 39 8.50
Sub Total
86 51 107 119 43 53 459 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

50
Lampiran 3.
Data Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Tahun
2018
Populasi Jantan 2018 Populasi Betina 2018
No Total
Desa Sapot Sapot KK
.
Sapot Anak Muda Dewasa Anak Muda Dewasa sapot
1 Binamang 84 18 5 2 12 9 38 19
Batu 43
2 Bersurat 4 4 6 7 2 20 13
Muara 15
3 Takus 1 0 4 2 1 7 4
Gunung 72
4 Bungsu 7 9 9 9 8 30 21
Koto Tuo 88
5 Barat 11 6 17 11 5 48 27
Tanjung 12
6 Alai 2 1 2 2 0 5 5
Pongkai 0
7 Istiqomah 0 0 0 0 0 0 0
Koto 15
8 Mesjid 3 0 2 3 0 7 5
Ranah 36
9 Sungkai 5 1 6 6 2 16 8
10 Koto Tuo 46 5 3 5 7 1 25 13
11 Balung 35 6 2 1 6 2 18 8
Jumlah 446 62 31 54 65 30 214 123
Sumber : UPTD Peternakan Kecamatan XIII Koto Kampar

51
Lampiran 4.
Data Sapi Bali di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Tahun
2019
Populasi Jantan 2019 Populasi Betina 2019
Total
Sapot Sapot KK
No. Desa
sapot Anak Muda Dewasa Anak Muda Dewasa sapot
Binamang 86 6 11 10 16 9 34 19
1
Batu Bersurat 51 6 2 7 10 3 23 13
2
Muara Takus 21 2 1 4 3 3 8 4
3
Gunung Bungsu 107 10 10 18 17 7 45 21
4
Koto Tuo Barat 119 15 11 13 23 8 49 27
5
Tanjung Alai 16 2 2 3 2 2 5 5
6
Pongkai
0 0 0 0 0 0 0 0
7 Istiqomah
Koto Mesjid 19 2 3 2 3 2 7 5
8
Ranah Sungkai 43 5 3 5 8 4 18 8
9
Koto Tuo 53 3 5 8 9 4 24 13
10
Balung 35 6 2 1 6 2 18 8
11
Jumlah 550 57 50 71 97 44 231 123
Sumber : UPTD Peternakan Kecamatan XIII Koto Kampar

52
Lampiran 5.
Persentase Faktor Input dan Output Dinamika Populasi
jumlah kelahiran
% Kelahiran  x 100
total sampel

jumlah pembelian
% Pembelian  x 100
total sampel

jumlah bantuan
% Bantuan / Hibah  x 100
total sampel

jumlah kematian
% Kematian  x 100
total sampel

jumlah penjualan
% Penjualan  x 100
total sampel

jumlah pemotongan
% Pemotongan  x 100
total sampel

NI = % kelahiran - % kematian

= 15.47 – 4.36

= 11.11%

53
Lampiran 6.
Dokumentasi Penelitian

54
55
56
57

Anda mungkin juga menyukai