Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENENTUAN HPP (HARGA POKOK PRODUKSI) MEBEL DENGAN

METODE FULL COSTING DALAM PENCAPAIAN LABA PERUSAHAAN DI CV.


RAJAWALI PERKASA FURNITURE JUWANA

oleh:
Magdalena Aprilia

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi S1


Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Email: lenaadamayanti@gmail.com

ABSTRAK

Penentuan harga pokok produksi merupakan suatu hal yang sampai sekarang
mendominasi pembahasan akuntansi pada perusahaan karena penentuan harga tersebut akan
mempengaruhi penghitungan laba perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perhitungan harga pokok produksi mebel di CV Rajawali Perkasa Furniture Juwana dengan
metode full costing serta mengetahui pencapaian target laba perusahaan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data sekunder pada bulan
September 2015 yang diperoleh dari perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi
perusahaan lebih tinggi dibanding dengan metode full costing. Terdapat selisih Rp 152.652,98
untuk produk kursi, dan selisih Rp 74.793,96 untuk produk meja. Perbedaan harga pokok
produksi tersebut disebabkan karena perusahaan memasukkan biaya administrasi umum ke
dalam perhitungan harga pokok produksi. Selisih harga tersebut berpengaruh juga pada
capaian laba perusahaan, diperoleh bahwa produk kursi lebih memungkinkan untuk
memenuhi target laba perusahaan dibandingkan dari capaian laba untuk produk meja.
Kata kunci: Harga pokok produksi, full costing, laba.

1
ABSTRACT

Determines the cost of goods manufactured is a matter that until now dominate the
discussion of accounting in the company because it will affect the pricing of the profit
company. This study aims to determine the calculation of the cost of goods manufactured of
furniture in CV Rajawali Perkasa Furniture Juwana with a full costing method and know the
achievement of its profit target. This research is a quantitative descriptive study using
secondary data in September 2015 obtained from the company.
The results of this study indicate that the company's calculation of the cost of goods
manufactured is higher than the full costing method. There is a difference of Rp 152.652,98
for product chair, and the remaining Rp 74.793,96 for the product table. Differences in the
cost of good manufactured is caused by the company to enter general administrative costs
into the calculation of the cost of good manufactured. The price difference also affect the
achievement of corporate profits, acquired that product more chair allow it to meet its profit
target of achievement of profit compared to the products table.

Keywords: Cost of goods manufactured, full costing, profit.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi saat ini sangat berdampak pada meningkatnya persaingan
dalam dunia usaha. Persaingan bisnis saat ini tidak hanya antar perusahaan dalam negeri saja,
tetapi juga perusahaan asing yang sekarang mulai muncul dan menjadi saingan berat untuk
semua warga negara Indonesia. Mulai dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
sampai dengan usaha kelas atas (CV maupun PT) mulai merasakan semakin ketatnya
persaingan dalam dunia bisnis. Hal ini banyak dirasakan juga oleh para pengusaha khususnya
di bidang perusahaan manufaktur.
Pada perusahaan manufaktur, menentukan harga pokok produksi merupakan suatu hal
yang sampai sekarang mendominasi pembahasan akuntansi pada perusahaan, karena
penentuan harga tersebut akan mempengaruhi penghitungan laba rugi perusahaan. Penentuan
harga pokok produksi merupakan hal yang penting karena berisi tentang informasi biaya dari
barang mentah sampai barang jadi guna menentukan harga jual produk (Batubara 2013, 218).
Kesalahan dalam menghitung harga pokok produksi dapat mempengaruhi harga jual
produk (Samsul 2013, 367). Apabila dalam perhitungan harga pokok produksi suatu
perusahaan menunjukkan kesalahan dengan hasil yang rendah, maka hal ini akan merugikan
perusahaan karena perusahaan tersebut akan mengalami minim laba atau malah rugi. Hal
sebaliknya juga akan merugikan perusahaan, jika hasil perhitungan harga pokok produksinya
terlalu tinggi.
Menentukan harga pokok suatu produk sama halnya dengan menghitung berapa biaya
yang diserap oleh produk tersebut (Daljono 2011, 33). Biaya tersebut meliputi banyaknya
biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead perusahaan. Ketiga hal tersebut perlu diperhatikan dan dicatat sesuai dengan
penggolongan dan pengalokasiannya, untuk mendapatkan harga pokok produk yang tepat dan
akurat (tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah) dan mempermudah penentuan laba yang
diinginkan perusahaan. Pihak perusahan harus cerdas dalam mengambil keputusan berapa

2
jumlah harga pokok produksi yang dipatok dengan menimbang banyaknya biaya yang
dikeluarkan serta laba yang ingin dicapai perusahaan.
Menurut (Moniaga 2014) dalam penelitian (Pricilia 2014, 1081), laba yang dihasilkan
dapat membantu perusahaan dalam mengetahui seberapa kontribusi laba yang dihasilkan
masing-masing produk terhadap perusahaan. Menurut (Charter 2009, 15), Perhitungan biaya
berdasarkan pesanan memberikan kesempatan untuk mengendalikan biaya dan evaluasi
profitabilitas dari suatu produk. Maka dari itu sangat penting suatu perusahaan menimbang
berapa laba yang diharapkan, karena dapat berpengaruh pada keuntungan jangka panjang
perusahaan.
Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Batubara (2013) dengan judul
“Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing Pada Pembuatan
Etalase Kaca Dan Alumunium Di Ud. Istana Alumunium Manado” menghasilkan bahwa
harga pokok produksi perusahaan lebih tinggi dibanding dengan metode full costing. Hal
tersebut disebabkan karena perusahaan membebankan biaya administrasi umum ke dalam
harga pokok produksi. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Slat (2013) dengan judul
“Analisis Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing dan Penentuan Harga Jual”,
menunjukkan bahwa harga pokok produksi perusahaan lebih tinggi dari metode full costing
dikarenakan perusahaan tidak membebankan biaya penyusutan dan asuransi. Dari kedua
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk menentukan harga pokok
produksi, pengalokasian biaya produksi yang tepat akan menghasilkan harga pokok produksi
yang tepat pula.
CV. Rajawali Perkasa merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi mebel,
dengan bahan baku kayu. Berbagai jenis produk indoor dan outdoor yang dihasilkan mulai
dari living room sets, bedroom sets, dan Garden Collection semuanya dapat dikerjakan sesuai
dengan model yang diinginkan. Variasi harga disesuaikan dengan jenis kayu yang dipakai,
ukuran, dan tingkat kesulitan pembuatannya. Jenis kayu yang paling mahal adalah yang
memiliki kualitas terbaik, mulai dari Grade A, B dan C, namun kayu jenis Grade A mulai
jarang ditemui. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah dalam menentukan
harga pokok produksi yang akan diberikan kepada konsumen pada awal pemesanan. Biaya
yang dibebankan untuk harga pokok produksinya hanya didominasi dari bahan baku kayu,
bahan penolong, tenaga kerja, dan biaya overhead yang meliputi listrik dan bahan bakar
minyak (BBM). Sedangkan pada teori akuntansi biaya yang menggunakan metode Full
Costing perhitungan diperoleh dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead baik yang tetap maupun variabel. Masih banyak biaya overhead yang belum
dibebankan dalam penghitungan harga pokok produksi perusahaan meliputi biaya tenaga
kerja tidak langsung, biaya penyusutan gedung pabrik, penyusutan mesin, dan asuransi
gedung pabrik. Perusahaan juga mengalokasikan biaya penolong ke biaya bahan baku,
sedangkan dalam teori akuntansi biaya seharusnya bahan penolong dimasukkan ke dalam
overhead pabrik.
Pada bulan September, produk yang dihasilkan perusahaan meliputi produk kursi dan
meja dengan harga yang bervariasi untuk tiap jenisnya. Perbedaan harga tersebut dipengaruhi
dari ukuran kayu yang digunakan serta jenis kayu yang dipakai. Penulis tertarik untuk
menghitung harga pokok produksi per unit Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey
karena jenis kursi tersebut memiliki harga jual yang tinggi dibanding jenis kursi yang lain,
kemudian penulis juga tertarik untuk menghitung harga pokok produksi per unit dari Devon
Teak Haast Bar Table 1500 karena jenis meja tersebut memiliki harga jual yang lebih tinggi
dari jenis meja yang lain. Perusahaan membutuhkan perhitungan harga pokok produksi yang

3
lebih akurat supaya perusahaan dapat menjual produk tersebut dengan harga yang tepat dan
laba yang diharapkan sebesar 15 % dapat tercapai.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi mebel meja dan kursi di CV
Rajawali Perkasa Furniture yang dihitung dengan metode full costing
2. Untuk mengetahui apakah target laba 15 % pada CV Rajawali Perkasa Furniture sudah
tercapai

METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Penentuan HPP (harga pokok
produksi) Mebel dengan Metode Full Costing di CV. Rajawali Perkasa Furniture Juwana
untuk produk Devon teak jackson easy chair shadow grey dan Devon Teak Haast Bar Table
1500 yang diproduksi di bulan September 2015.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV. Rajawali Perkasa Furniture yang berlokasi di Jl. Raya Juwana
KM 1, Juwana - Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan
September sampai dengan Oktober 2015.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam meneliti penentuan harga pokok produksi yang peneliti
pakai adalah data kuantitatif. Sedangkan sumber data dari penelitian ini, yaitu Data Sekunder
(Secondary Data). Indriantoro (2009:147), data sekunder merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) atau data
yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berisi mengenai data keuangan.
Metode Pengumpulan Data
1. Dokumenter (documentary), Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dimana
metode yang dilakukan untuk mendapatkan data berupa dokumen dan arsip-arsip dari
perusahaan yang berkaitan dengan obyek penelitian, seperti data produk, biaya yang
dikeluarkan perusahaan sebagai overhead pabrik, dan sebagainya.
2. Studi Kepustakaan, Metode ini dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari literatur
dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam
penulisan skripsi ini. Data yang dihasilkan dari kepustakaan berupa referensi terkait
dengan penentuan harga pokok produksi.

Metode Analisis Data


Dalam melakukan penelitian ini, metode analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan metode full costing dalam analisis menentukan harga pokok
produksi. Adapun teknik atau langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini:
1. Melakukan observasi ke perusahaan yaitu CV. Rajawali Perkasa Furniture guna
mengetahui gambaran umum dan proses produksi dari perusahaan

4
2. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi biaya yang dipakai selama memproduksi barang
dari perusahaan CV. Rajawali Perkasa Furniture bulan september
3. Menganalisis perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok produksi
menurut CV. Rajawali Perkasa Furniture
4. Melakukan perhitungan harga pokok produksi sesuai dengan landasan teori yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan yang diteliti. Teori yang digunakan peneliti
adalah Full Costing Method, yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan overhead tetap.
5. Melakukan evaluasi dan perbandingan dari kedua metode tersebut (metode perusahaan
dengan metode yang digunakan peneliti)
6. Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi untuk perusahaan atas analisis yang
diperoleh.

Definisi operasional:
Metode full costing: merupakan metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan
seluruh komponen biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap sebagai unsur harga pokok. Harga
pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai
berikut :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx +
Harga pokok produksi xxx

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian
CV Rajawali Perkasa Furniture adalah industri furniture yang menjadi salah satu
produsen profesional terkemuka dan eksportir furniture indoor dan outdoor. Perusahaan
tersebut didirikan pada 21 Agustus 2003 oleh Yafet Sutrisno. CV Rajawali Perkasa Furniture
berlokasi di Jl. Raya Juwana KM 1, Juwana - Pati, Jawa Tengah.
Perusahaan ini didukung sekitar 84 tenaga kerja di bagian produksi dan 17 orang
karyawan di bagian office. Selain di dukung oleh tenaga kerja yang berkualitas, perusahaan ini
juga memiliki mesin lengkap yang mampu memproduksi berbagai jenis produk dari kayu
dengan model yang diinginkan.
Bahan baku kayu yang diperoleh perusahaan furniture ini hanya menggunakan kayu
legal dari Perhutani. Perusahaan sudah memiliki dua sertifikat, TFC dan FSC kayu dengan
sertifikat no.SW-COC-003724. CV Rajawali Perkasa Furniture juga sudah memiliki surat ijin
usaha perdagangan (SIUP) dari Pemerintah Kabupaten Pati dengan nomor 510.41/14/11-
05/PM/II2014.

5
B. Tahapan Produksi Produk CV. Rajawali Perkasa Furniture
Pada umumnya, proses produksi mebel antara perusahaan yang satu dengan yang lain
relatif sama. Dalam memproses bahan baku menjadi barang jadi, produk yang diproduksi juga
melalui tahap yang sama, meskipun produk yang dihasilkan bervariasi. Dalam perusahaan CV
Rajawali Perkasa, proses produksi terdiri dari empat tahap yaitu:
1. Tahap Awal
Dalam perusahaan CV Rajawali Perkasa Furniture proses produksi diawali dengan adanya
pemesanan produk dari konsumen ke bagian marketing. Setelah pesanan tersebut disetujui
oleh pihak marketing, kemudian pesanan tersebut diberikan ke bagian pembahanan. Bagian
Pembahanan bertanggung jawab dalam pembelian bahan baku dan mendesain produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Tahap Penggarapan (Process)
Dalam tahap ini, kayu mulai diproses dari gelondongan menjadi balok atau papan. Balok atau
papan tersebut dibentuk menjadi komponen-komponen dari bagian produk yang di produksi.
Setelah kayu dipotong dan dibentuk, selanjutnya kayu-kayu tersebut dimasukkan ke mesin
kiln dry untuk dikeringkan. Kayu yang sudah dikeluarkan dari mesin kiln dry selanjutnya
diberikan ke bagian perakitan.
3. Tahap Perakitan (Assembling)
Tahap selanjutnya adalah tahap perakitan. Kayu yang sudah di potong dan dibentuk kemudian
dirakit atau digabungkan untuk menjadi suatu produk seperti meja atau kursi. Dalam proses
perakitan, bagian-bagian tersebut digabungkan dengan cara dilem dan dipaku.
4. Tahap Akhir (Finishing)
Pada tahap ini produk sudah dapat dikatakan sebagai produk setengah jadi, karna produk
sudah terlihat bentuk aslinya. Selanjutnya produk tersebut dihaluskan dengan amplas atau
mesin penghalus untuk menjadi produk jadi.
C. Identifikasi Produk
Pada bulan September, produk yang dihasilkan perusahaan meliputi produk kursi
dan meja dengan harga yang bervariasi untuk tiap jenisnya. Perbedaan harga tersebut
dipengaruhi dari ukuran kayu yang digunakan serta jenis kayu yang dipakai. Penulis tertarik
untuk menghitung harga pokok produksi per unit Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow
Grey karena jenis kursi tersebut memiliki harga jual yang tinggi dibanding jenis kursi yang
lain, kemudian penulis juga tertarik untuk menghitung harga pokok produksi per unit dari
Devon Teak Haast Bar Table 1500 karena jenis meja tersebut memiliki harga jual yang lebih
tinggi dari jenis meja yang lain. Berikut adalah daftar produk yang dihasilkan oleh CV
Rajawali Perkasa pada bulan September 2015:
Tabel 1. Produk yang Dihasilkan pada Bulan September 2015

Nama Jumlah Nilai Jual Total Nilai Jual Proporsi Proporsi


Produk Pesanan Produk Per Unit
(*) (**)
Devon Teak 26 Rp 575.000 Rp 14.950.000 8.96% 0.34%
Moki Chair
Dining
Crocodile

6
Nest
Devon Teak 2 Rp 560.000 Rp 1.120.000 0.67% 0.34%
Jackson
Chair Dining
White Wash
Devon Teak 24 Rp 686.000 Rp 16.464.000 9.87% 0.41%
Jackson Easy
Chair
Shadow Grey
Devon Teak 24 Rp 686.000 Rp 16.464.000 9.87% 0.41%
Jackson Easy
Chair White
Wash
Devon Teak 4 Rp 545.000 Rp 2.180.000 1.31% 0.33%
Portland 750
Stool Shadow
Grey
Devon Teak 4 Rp 488.000 Rp 1.952.000 1.17% 0.29%
Portland 450
Stool Shadow
Grey
Devon Teak 20 Rp 473.000 Rp 9.460.000 5.67% 0.28%
Jackson
Footstool
White Wash
Devon Teak 20 Rp 473.000 Rp 9.460.000 5.67% 0.28%
Jackson
Footstool
Shadow Grey
Devon Teak 10 Rp 1.700.000 Rp 17.000.000 10.19% 1.02%
Ranfurly
1950 Bench
Devon Teak 20 Rp 672.000 Rp 13.440.000 8.06% 0.40%
Marsden Bar
Chair
Shadow Grey
Devon Teak 10 Rp 1.914.000 Rp 19.140.000 11.48% 1.15%
Porter Bar
Table 1800
Devon Teak 10 Rp 2.167.000 Rp 21.670.000 12.99% 1.29%
Haast Bar
Table 1500
Devon Teak 10 Rp 1.600.000 Rp 16.000.000 9.59% 0.96%
Haast Bar
Table 700
Equinox 12 Rp 624.000 Rp 7.488.000 4.49% 0.37%
Staking
Dining
Armchair
Jumlah 196 Rp 13.163.000 Rp 166.788.000 100%

7
(*) Proporsi produk = Total nilai jual x 100%
Jumlah total nilai jual
(**) Proporsi per unit = Proporsi produk
Jumlah pesanan
a. Biaya bahan baku
Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan kebanyakan jenis kayu jati grade B+.
Berikut adalah rincian bahan baku yang dibutuhkan untuk produk Devon teak jackson
easy chair shadow grey dan Devon Teak Haast Bar Table 1500:
Tabel 2. Biaya Bahan Baku

Produk Jenis Ukuran Harga per m3


Devon Teak Kayu Jati (Grade 0.061553 m3 Rp. 24.683.333,3
Haast Bar B+)
Table 1500
Total biaya bahan baku Rp. 1.519.333,21
3
Devon Teak Kayu Jati (Grade 0.0138131 m Rp. 24.683.333,3
Jackson Easy B+)
Chair Shadow
Grey
Total Biaya Bahan Baku Rp. 340.953,35

b. Tenaga Kerja Langsung


Pada bagian tenaga kerja produksi tidak hanya mempekerjakan laki-laki saja, tetapi
juga banyak terdapat pekerja wanita. Jam kerja karyawan di perusahaan CV Rajawali
Perkasa Furniture adalah setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu dengan jadwal
sebagai berikut:
Jam 07.00 – 12.00 jam kerja
Jam 12.00 – 13.00 jam istirahat
Jam 13.00 – 16.00 jam kerja
Bagian pembahanan dan pemotongan bahan baku perusahaan tersebut mempunyai
jumlah pekerja sebanyak 23 orang. Pada bagian mesin dan perakitan, terdapat pekerja
sebanyak 32 orang. Sedangkan pada bagian finishing perusahaan mempunyai pekerja
dengan jumlah 29 orang. Upah dari masing-masing bagian berbeda. Sistem pemberian
upahnya dihitung per hari, dan pemberian gaji dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Pemberian gaji tiap masing-masing pegawai berbeda sesuai bagiannya. Pemberian gaji
dilakukan setian 2 minggu sekali. Berikut adalah perhitungan biaya tenaga kerja
langsung untuk produk Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey dan Devon
Teak Haast Bar Table 1500:

8
Tabel 3. Tenaga Kerja Langsung Devon Teak Jackson Easy Chair

Shadow Grey

Keterangan Jumlah tenaga Gaji per hari Gaji per bulan


Pemotong 1 orang Rp 45.000 Rp 1.080.000
Rakit 1 orang Rp 35.000 Rp 840.000
Finishing 1 orang Rp 40.000 Rp 960.000
Jumlah Rp 2.880.000
Proporsi Tenaga Kerja Langsung Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey:
0,41% x Rp 2.880.000 = Rp 11.808
Tabel 4. Tenaga Kerja Langsung Devon Teak Haast Bar Table 1500

Keterangan Jumlah tenaga Gaji per hari Gaji per bulan


Pemotong 1 orang Rp 45.000 Rp 1.080.000
Rakit 1 orang Rp 40.000 Rp 960.000
Finishing 1 orang Rp 40.000 Rp 960.000
Jumlah Rp 3.000.000
Proporsi Tenaga Kerja Langsung Devon Teak Haast Bar Table 1500:
1,29% x Rp 3.000.000 = Rp 38.700

c. Biaya Overhead Pabrik


1. Bahan Penolong
Bahan penolong untuk tiap produk kursi relatif sama. Persediaan awal bahan penolong
yang dimiliki perusahaan adalah 24 pcs lem, 12 roll selotip, 2 roll amplas sobek
(panjang 180 meter), 100 pcs Cartoon Box. Berikut adalah rincian dari bahan
penolong yang dibutuhkan untuk produk Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow
Grey dan Devon Teak Haast Bar Table 1500:
Tabel 5. Bahan Penolong Devon Teak Haast Bar Table 1500

Keterangan Bahan Jumlah Harga Total


Penolong Pemakaian satuan biaya
Proses Rakit Amplas 0,5 meter 12.000/meter 6.000
produksi
Lem Kayu 0,25 pcs 14.500/pcs 3.625
Finishing Selotip 1 4.500/pcs 4.500
Cartoon Box 1 40.000/pcs 40.000
Total Bahan Penolong 59.125

9
Tabel 6. Bahan Penolong Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey

Keterangan Bahan Jumlah Harga Total


Penolong Pemakaian satuan biaya
Proses Rakit Amplas 0,2 meter 12.000/meter 2.400
produksi
Lem Kayu 0,2 pcs 14.500/pcs 2.900
Finishing Selotip 1 4.500/pcs 4.500
Cartoon Box 1 20.000/pcs 20.000
Total Bahan Penolong 29.800

Bahan bakar minyak yang digunakan untuk proses kiln dry adalah sebesar *Rp 1.000.000,
maka besarnya bahan bakar minyak per unit adalah sebagai berikut:
Biaya bahan bakar minyak Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey Per unit:
BBM = 0,41 % x Rp 1.000.000 = Rp 4.100
Biaya bahan bakar minyak Devon Teak Haast Bar Table 1500 Per unit:
BBM = 1,29 % x Rp 1.000.000 = Rp 12.900
*Data yang diperoleh berdasarkan kisaran taksiran, bukan merupakan data riil karena pihak
perusahaan membatasi akses
2. Biaya Listrik Perusahaan menggunakan tenaga listrik dari PLN. Dari tagihan yang
diterima pada bulan September 2015 biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik
adalah sebesar *Rp 10.000.000, dengan rincian 80% untuk produksi dan 20% untuk
kantor.
Biaya Listrik Produksi Rp 10.000.000 x 80% = Rp 8.000.000
Biaya Listrik Kantor Rp 10.000.000 x 20% = Rp 2.000.000
Biaya Listrik Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey Per unit:
Listrik = 0,41 % x Rp 8.000.000 = Rp 32.800
Biaya Listrik Devon Teak Haast Bar Table 1500 Per unit:
Listrik = 1,29 % x Rp 8.000.000 = Rp 103.200
*Data yang diperoleh berdasarkan kisaran taksiran, bukan merupakan data riil karena pihak
perusahaan membatasi akses
3. Penyusutan Mesin
Dalam kegiatan produksi, perusahaan banyak menggunakan mesin selama proses
produksinya. Maka dalam pembebanan biaya overhead pabrik perusahaan harus
mengalokasikan biaya penyusutan mesin dan peralatan. Metode penyusutan yang
digunakan adalah metode garis lurus, yaitu dengan menghitung harga beli dikurangi
dengan nilai sisa dan membaginya dengan umur ekonomis. Metode penyusutan tersebut
sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan No.96/PMK.03/2009 dan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang telah diatur pada pasal 11 undang-undang Pajak
Penghasilan.

10
Beban Penyusutan = (Harga Beli-Nilai Sisa)
Umur Ekonomis
Mesin yang digunakan untuk tiap produk kursi relatif sama, karena untuk setiap produk
melalui proses yang sama yaitu pemotongan, perakitan, dan finishing. Berikut adalah
biaya penyusutan mesin yang diberikan untuk tiap produknya:
Tabel 7. Penyusutan Mesin dan Peralatan Produksi Devon Teak Haast Bar Table 1500

dan Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey

Keterangan Jumlah Harga Nilai Umur Penyusutan Penyusutan


Sisa Ekonomis per tahun per bulan
Generator 1 85.000.000 8.500.000 8 9.562.500 796.875
Mesin kiln 1 70.000.000 7.000.000 8 7.875.000 656.250
dry
Mesin 1 1.3000.000 1.300.000 8 1.462.500 121.875
Cutter Saw
Mesin 1 14.962.500 1.496.250 8 1.683.281,25 140.273,44
Sercle
Mesin 1 35.635.500 3.563.550 8 4.008.993,75 334.082,81
Tenon &
Mortize
Mesin Bor 1 1.500.000 150.000 4 337.500 28.125
Surface 1 8.000.000 800.000 4 1.800.000 150.000
Planer
Total 26.729.775 2.227.481,25

Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey


0,41 % x 2.227.481,25 = Rp 9132,67
Devon Teak Haast Bar Table 1500
1,29 % x 2.227.481,25 = Rp 28.734,51
4. Penyusutan Bangunan
Bangunan yang digunakan CV. Rajawali Perkasa Furniture adalah seluas 20.000 m 2, dengan
nilai bangunan Rp 3.000.000.000. Dari nilai total nilai tersebut 50% adalah nilai bangunan
produksi, 35 % adalah nilai bangunan kantor, dan 15% untuk showroom. Penyusutan
bangunan tersebut disusutkan selama 20 tahun. Perhitungan biaya penyusutan dari nilai
bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
Bangunan produksi 50% x 3.000.000.000 = Rp 1.500.000.000
Bangunan Kantor 35% x 3.000.000.000 = Rp 1.050.000.000
Showroom 15% x 3.000.000.000 = Rp 450.000.000

11
Penyusutan bangunan produksi= (Rp 1.500.000.000 – Rp 150.000.000)
20 tahun
= Rp 67.500.000/tahun

= Rp 67.500.000
12 bulan
= Rp 5.625.000
Asumsi biaya yang dikenakan untuk pembebanan biaya penyusutan bangunan per produk
adalah sebagai berikut:
Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey
0,41 % x 5.625.000 = Rp 23.062,5
Devon Teak Haast Bar Table 1500
1,29% x 5.625.000 = Rp 72.562,5
5. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung yang ada di perusahaan CV Rajawali Perkasa Furniture
adalah 1 orang yaitu bagian kepala produksi. Perusahaan megeluarkan biaya tenaga kerja
tidak langsung pada bulan September sebesar Rp. 4.000.000. Dalam menentukan biaya
tenaga kerja tidak langsung yang dibebankan per unit produk digunakan sebagai berikut:
Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey:
0.41 % x 4.000.000 = Rp 16.400
Devon Teak Haast Bar Table 1500
1,29 % x 4.000.000 = Rp 51.600
6. Biaya Asuransi Gedung
CV Rajawali Perkasa Furniture juga mengasuransikan gedung bangunannya apabila suatu saat
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perusahaan mengeluarkan Rp 1.500.000 untuk asuransi
gedung pada bulan September.
Bangunan produksi 50% x 1.500.000= Rp 750.000
Bangunan Kantor 35% x 1.500.000 = Rp 525.000
Showroom 15% x 1.500.000 = Rp 225.000
Maka proporsi pembebanan biaya asuransi gedung produksi adalah:
Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey:
0.41 % x 750.000 = Rp 3.075
Devon Teak Haast Bar Table 1500
1,29 % x 750.000 = Rp 9.675

12
D. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing untuk Produk
Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey:
Biaya Bahan Baku Rp 340.953,35
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 11.808
Biaya Overhead:
Biaya Penolong Rp 33.900
Biaya Listrik Rp 32.800
Biaya tenaga kerja TL Rp 16.400
Biaya penyusutan gedung Rp 23.062,5
Biaya penyusutan mesin Rp 9.132,67
Biaya asuransi gedung Rp 3.075
Rp 118.368,17
Harga Pokok Produksi Rp 471.129,52
E. Perhitungan Harga Pokok Pesanan dengan Metode Full Costing untuk Produk
Devon Teak Haast Bar Table 1500:
Biaya Bahan Baku Rp. 1.519.333,21
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 38.700
Biaya Overhead
Biaya Penolong Rp 72.025
Biaya Listrik Rp103.200
Biaya tenaga kerja TL Rp 51.600
Biaya penyusutan gedung Rp 72.562,5
Biaya penyusutan mesin Rp 28.734,51
Biaya asuransi gedung Rp 9.675
Rp 337.797,01
Harga Pokok Produksi Rp 1.895.830,22
F. Pembahasan
Perbandingan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit dengan menggunakan metode
perusahaan dan Metode Full Costing adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Perbandingan HPP Metode Perusahaan dengan Metode Full Costing
(Sumber: Data olahan CV. Rajawali Perkasa Furniture)

Produk Keterangan Metode Metode Full Selisih


perusahaan Costing

Devon Harga Pokok 623.782,5 471.129,52 152.652,98


Teak Produksi
13
Jackson Kontribusi 62.217,5 214.870,48 152.652,98
Easy Chair Laba (9,07 %)* (31,32 %) (22,25 %)
Shadow
Grey Harga Jual 686.000 686.000
Devon Harga Pokok 1.970.624,18 1.895.830,22 74.793,96
Teak Haast Produksi
Bar Table
Kontribusi 196.375,82 271.169,78 74.793,96
1500
Laba
(9,06 %) (12,51 %) (3,45%)
Harga Jual 2.167.000 2.167.000
*Kontribusi laba dari harga jual

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi untuk produk Devon Teak
Jackson Easy Chair Shadow Grey metode perusahaan dengan metode full costing terdapat
selisih sebesar Rp 152.652,98 yang berarti bahwa harga pokok produksi yang ditentukan
perusahaan lebih tinggi dibanding dengan metode full costing. Tingginya harga pokok
produksi yang dibebankan perusahaan menyebabkan kontribusi laba yang dicapai perusahaan
hanya sebesar 9,07 % dan belum mencapai target laba sebesar 15%. Sedangkan harga pokok
produksi dengan metode full costing lebih rendah sehingga kontribusi laba yang diperoleh
lebih besar yaitu sebesar 31,32 %. Selanjutnya harga pokok produksi untuk produk Devon
Teak Haast Bar Table 1500 terdapat selisih sebesar Rp 74.793,96, harga pokok produksi yang
dipatok perusahaan juga lebih tinggi dibanding dengan harga pokok produksi dengan metode
full costing sehingga laba yang diperoleh perusahaan sebesar 9,06 % dan tidak bisa mencapai
target laba sebesar 15%. Sedangkan laba yang diperoleh dengan metode full costing sebesar
12,51 %.
Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil perhitungan yang ditetapkan oleh perusahaan
ditemukan bahwa harga pokok produksi Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow Grey dan
Devon Teak Haast Bar Table 1500 per unit yang dikenakan lebih tinggi dibanding dengan
metode full costing. Perbedaan tersebut disebabkan karena perusahaan memasukkan biaya
administrasi umum ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Perbedaan tersebut akan
berdampak pada pencapaian laba perusahaan. Dengan metode full costing perhitungan harga
pokok produksi perusahaan lebih akurat. Akurasi harga pokok produksi akan mempengaruhi
informasi capaian laba perusahaan. Bila perusahaan menargetkan laba bersih 15%,
berdasarkan metode full costing menunjukkan laba 31,32 % untuk produk Devon Teak
Jackson Easy Chair Shadow Grey dan 12,51% untuk produk Devon Teak Haast Bar Table
1500. Capaian laba di atas masih harus memperhitungkan biaya non operasi (ditaksir 5% dari
harga jual). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa produk kursi lebih
menguntungkan perusahaan karena memiliki kontribusi laba yang lebih besar dibandingkan
produk meja. Capaian laba dari produk kursi telah memenuhi target laba perusahaan.

14
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan evaluasi yang telah dilakukan terhadap perusahaan mebel CV
Rajawali Perkasa Furniture mengenai harga pokok produksi metode perusahaan dengan
metode harga pokok pesanan full costing maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Harga pokok produksi untuk produk kursi Devon Teak Jackson Easy Chair Shadow
Grey yaitu sebesar Rp 623.782,5,- lebih tinggi dari harga pokok produksi kursi metode
full costing yang hanya sebesar Rp 471.129,52. Harga pokok produksi meja produk
Devon Teak Haast Bar Table 1500 sebesar Rp 1.970.624,18 juga lebih tinggi dari
harga pokok produksi metode full costing yang hanya sebesar Rp 1.895.830,22,-
2. Dengan menggunakan metode full costing, pencapaian laba produk kursi Devon Teak
Jackson Easy Chair Shadow Grey lebih memungkinkan untuk memenuhi target laba
perusahaan dibandingkan dari capaian laba produk meja Devon Teak Haast Bar Table
1500.
Saran
Saran yang diberikan penulis kepada perusahaan berdasarkan teori akuntansi biaya
dalam menentukan harga pokok produksi adalah sebagai berikut: CV Rajawali Perkasa
Furniture lebih baik menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok
produksinya, karena mengingat CV Rajawali Perkasa Furniture merupakan perusahaan yang
tergolong besar dan banyak mengeluarkan biaya untuk memproduksi mebel yang meliputi
penyusutan bangunan, listrik, dan penyusutan mesin, sehingga perusahaan dapat memperoleh
harga pokok produksi yang lebih akurat dan bisa memperoleh laba yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Batubara, H. (2013). Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing
Pada Pembuatan Etalase Kaca dan Alumunium di UD. Istana Alumunium Manado.
Jurnal Emba , 217-224.
Charter, W. K. (2009). Akuntansi Biaya Buku 1 Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.
Daljono. (2011). Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok & Pengendalian Edisi 3.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Pricilia, Sondakh, J. J., & Poputra, A. T. (2014). Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam
Menetapkan Harga Jual Pada UD. Martabak Mas Narto Di Manado. Jurnal Emba ,
1077-1088.
Samsul, N. H. (2013). Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable
Costing Untuk Harga Jual CV. PYRAMID. Jurnal Emba , 366-373.

Slat, A. H. (2013). Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full Costing dan Penentuan
Harga Jual. Jurnal Emba , 110-117.
15

Anda mungkin juga menyukai