Disusun Oleh :
KELOMPOK I
JURUSAN AKUNTANSI
STIE MULTI DATA PALEMBANG
PALEMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencapaian laba dapat dilakukan oleh perusahaan dengan berbagai cara antara
lain penentuan harga jual, efisiensi biaya produksi dan berbagai cara lain yang
berhubungan dengan pencapaian laba. Harga jual suatu produk merupakan salah
satu faktor penting disamping faktor-faktor lain yang harus diperhatikan. Seorang
pelanggan atau konsumen seringkali memperhatikan harga dalam membuat
keputusan apakah ia akan membeli suatu produk atau tidak. Walaupun tidak jarang
kualitas lebih diunggulkan daripada harga, namun tidak dapat dipungkiri bahwa
harga sangat berperan dalam proses pembuatan keputusan pembelian barang
konsumen. Penetapan harga pokok harus memegang peranan penting pada suatu
perusahaan, sebab dari harga pokok dapat dibuat analisa rencana dan kekuatan
pemasaran dan penentuan harga jual.
Harga pokok produksi biasanya terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya produksi
dan biaya non produksi. Berdasarkan penentuan harga pokok produksi yang benar
dari suatu produk akan dapat mengurangi ketidakpastian dalam penentuan harga
jual. Dalam penentuan harga pokok produksi harus diperhatikan unsur – unsur biaya
apa saja yang masuk dalam harga pokok produk dan mengakolasikan unsur – unsur
biaya secara tepat sehingga dapat menggambarkan pengorbanan sumber ekonomi
yang sesungguhnya (Djumali, dkk 2012). Untuk dapat menentukan harga pokok
produksi secara akurat yang digunakan sebagai dasar penentuan harga jual, maka
elemen biaya produksi baik bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, maupun biaya
overhead pabrik harus dikumpulkan dan dihitung secara akurat. Informasi dan
pengumpulan biaya produksi yang tepat akan sangat menentukkan perhitungan
harga pokok produksi yang tepat pula. Demikian juga dengan perhitungan harga
pokok produksi yang benar, akan mengakibatkan penetapan harga jual yang benar
pula, tidak terlalu tinggi bahkan terlalu rendah dari harga pokok, sehingga nantinya
mampu menghasilkan laba sesuai dengan yang diharapkan. Namun jika perhitungan
harga pokok produksi yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap harga jual,
yang berakibat tidak mendapatkan laba atau mengalami kerugian.
Job Order Costing adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk
yang dibuat berdasarkan pesanan. Apabila suatu pesanan diterima segera
dikeluarkan perintah untuk membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-
masing pesanan. Penentuan metode job order costing sangatlah penting dalam
pengambilan keputusan bagi manajemen, dimulai dengan diterimanya permintaan
dari pelanggan maka perusahaan harus segera menghitung harga pokok produksi
dengan cermat dan akurat untuk menentukan harga jual produk tersebut. Setelah
harga jual ditetapkan maka langkah selanjutnya yaitu melakukan negosiasi dengan
pembeli sehingga terdapat kesepakatan diantara kedua belah pihak, dan setelah
harga jual produk tersebut disepakati maka pesanan tersebut dapat langsung
diproduksi.
Metode job order costing sangat penting untuk diterapkan dalam suatu
perusahaan untuk penentuan harga pokok produksi. Metode tersebut dapat
digunakan untuk mengatur dan mengawasi pengeluaran-pengeluaran biaya dalam
proses produksi perusahaan. Mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
A. Landasan Teori
1. Pengertian Biaya
Pada dasarnya perhitungan harga produksi adalah berdasarkan biaya- biaya apa
saja yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut, oleh karena itu
perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu biaya dan bagaimana penggolongannya.
Pengertian biaya telah mengalami perkembangan, sekarang biaya ditentukan oleh
nilai yang dikorbankan untuk mencapai sasaran sedangkan sebelumna biaya
diartikan sebagai seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan. Istilah
biaya mempunyai arti yang sangat luas, karna adanya perbedaan tujuan biaya maka
pengertian biaya juga berbeda pula.
Adapun menurut Mulyadi dalam Akuntansi Biaya (2009:8) biaya adalah “Biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Di dalam perusahaan yang mengelola bahan baku menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi, ada biaya yang dikenal dengan biaya produksi atau manufacturing
cost. Pada umumnya biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
2. Klasifikasi Biaya
Umumnya jenis biaya yang ditimbulkan dan cara biaya itu diklasifikasikan,
akan tergantung pada jenis organisasi yang bersangkutan.
Biaya produksi adalah biaya yang terjadi atau dikeluarkan untuk fungsi
produksi, meliputi perubahan bahan mentah menjadi produk jadi melalui upaya
karyawan pabrik dan penggunaan peralatan produksi. Biaya produksi terdiri dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Biaya non produksi adalah biaya yang dikeluarkan bukan untuk proses
produksi. Biaya ini meliputi: 1) Biaya pemasaran atau biaya penjualan, yaitu
seluruh biaya yang diperlukan untuk menjamin pesanan konsumen dan
menyampaikan produk jadi atau jasa ke tangan konsumen. 2) Biaya administrasi,
yaitu seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum.
Misalnya, gaji pimpinan perusahaan, personalia, sekretaris, dan lain-lain.
Biaya periode adalah biaya yang berkaitan dengan jarak waktu yang terukur
daripada dengan barang yang dikirim atau jasa yang diberikan. Misalnya, sewa
kantor yang dibayar tiap bulan tanpa memperhatikan jumlah aktifitas usaha yang
terjadi selama bulan ini.
Biaya produk adalah biaya yang terkait dalam pembuatan produk dan meliputi
bahan baku langsung dan overhead pabrik. Biaya ini dipandang sebagai biaya yang
melekat pada satuan produk ketika satuan produk ini diproduksi dan sampai terjadi
penjualan
3. Unsur-unsur Biaya Produksi
Biaya yang terjadi dalam proses produksi dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu:
Menurut (Simamora, 1999: 39) Biaya bahan baku adalah bahan baku yang
menjadi bagian dari produk jadi perusahaan dan dapat ditelusuri dengan mudah.
Biaya bahan baku adalah bahan baku yang akan diolah menjadi produk selesai dan
pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan integral
pada produk tertentu (Supriyono: 1999). Bahan baku merupakan bahan yang
membentuk kegiatan menyeluruh dari produk jadi dan dapat diidentifikasi secara
langsung pada produk yang bersangkutan. Bahan baku yang digunakan oleh Studio
Kreasindo Digital Artwork Media adalah kertas, tinta, dan plate. Kertas dan tinta
merupakan bahan baku yang sering digunakan untuk memproduksi, kegunaannya
dan macamnya disesuaikan dengan produk yang akan diproduksi. Plate adalah
semacam alat yang dimasukkan ke dalam mesin cetak yang akan menimbulkan
tulisan atau gambar.
Alokasi biaya pembelian seperti biaya angkut untuk masing-masing jenis bahan
baku yang dibeli dalam faktur dianggap relatif kecil, maka harga pokok bahan baku
hanya dicatat sebesar harga beli menurut pemasok. Biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan bahan baku diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik.
Demikian pula pada Studio Kreasindo Digital Artwork Media, harga pokok bahan
baku dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok dan memperlakukan
biaya lain yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku sebagai biaya overhead
pabrik.
atau
Biaya overhead pabrik adalah unsur biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya
overhead pabrik dibebankan ke harga pokok produksi dengan cara tidak langsung.
Pembebanan tidak langsung dapat dilakukan xl dengan perkiraan ataupun standar.
Pembebanan tidak langsung dilakukan dengan alasan:
2) Tingkat kesulitan yang tinggi dalam menelusur biaya aktual yang harus
dibebankan ke setiap unit barang jadi.
Biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi lima macam, antara lain:
1) Biaya Bahan Pembantu Adalah bahan yang menempel menjadi satu dengan
barang jadi dan mempunyai nilai relatif rendah dibanding nilai bahan yang lain
dalam pembuatan suatu barang jadi.
2) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Adalah semua upah yang dibayarkan
kepada tenaga kerja tidak langsung.
3) Tambahan Gaji Tenaga Kerja Langsung Tambahan gaji tenaga kerja
langsung, misalnya uang makan, uang lembur, bonus, dan lain-lain.
4) Biaya Produksi Karena Berlalunya Waktu Adalah biaya produksi yang timbul
karena berlalunya waktu, misalnya biaya depresiasi mesin.
1. Dapat dipakai sebagai alat untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada
produk secara teliti, adil dan cepat dalam rangka menghitung harga pokok produksi.
Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan terdapat berbagai
macam dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada
produk, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut ini:
1. Satuan Produksi
Metode ini paling sederhana, tarif biaya overhead pabrik didasarkan pada satuan
produksi dihitung dengan rumus:
Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan biaya tenaga kerja langsung
dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari biaya tenaga kerja langsung dengan
rumus:
BOP mempunyai hubungan yang erat dengan waktu untuk membuat produk,
maka dasar yang digunakan untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.
Tarif BOP yang dihitung dengan rumus:
a. Process Costing
Job Order Costing adalah cara penentuan harga pokok pesanan dimana
biaya produksi dikumpulkan untuk sejumlah produk tertentu atau suatu jasa
yang dapat dipisahkan identitasnya dan yang perlu ditentukan harga pokoknya
secara individual. Sistem ini digunakan dalam kondisi banyak produk,
pekerjaan berbeda yang diproduksi setiap periodenya. Hal inilah yang
menyebabkan perbedaan dari unsur sistem penentuan harga pokok proses, yaitu
biaya-biaya dikumpulkan untuk suatu operasi atau subdivisi perusahaan, seperti
sebuah departemen.
Menurut Sri Hanggana (2006: 1), ada tiga metode penghitungan harga
pokok produksi yaitu,
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap meskipun ada
perubahan aktivitas, atau biaya yang jumlah per unitnya berubah berbanding
terbalik dengan perubahan aktivitas. Sedangkan biaya variable adalah biaya
yang jumlah totalnya berubah secara proposional dengan perubahan aktivitas,
atau biaya yang jumlah per unitnya tetap meskipun ada perubahan aktivitas.
d. Metode harga pokok per unit produk dilakukan setelah produk pesanan
yang bersangkutan selesai dikerjakan dengan cara membagi harga pokok
produk pesanan dengan jumlah unit produk yang diselesaikan.
c) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut biaya
overhead pabrik.
e) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam
pesanan yang bersangkutan.
Tujuan dari metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga
pokok produk masing-masing pesanan, baik secara keseluruhan dari setiap
pesanan atau persatuan. Metode ini menghitung biaya-biaya produksi dari
pesanan tertentu yang dikumpulkan dan kemudian kalkulasi harga pokok
produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut.
Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya, terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi dalam menentukan harga pokok pesanan, yaitu:
1. Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan
harus dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individu.
2. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya produksi langsung
yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja, serta biaya produksi tidak
langsung yang terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.
1. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung
pada pesanan, sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan pada
pesanan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Dalam metode harga pokok pesanan, BOP harus dikenakan pada tiap
pemesanan menurut tarif yang ditentukan di muka.
Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan dan Kartu
Harga Pokok Pesanan dipindahkan ke arsip Kartu Harga Pokok Pesanan
yang sudah selesai.
Untuk mengetahui laba atau rugi secara periodik suatu perusahaan dihitung
dengan mengurangkan pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu diperlukan
informasi dari harga pokokproduksi. Menurut Mulyadi (2007 : 41) manfaat dari
penentuan harga pokok produksi secara garis besar adalah sebagai berikut :
d. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk dalam Proses
yang Disajikan Dalam Neraca.
Saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggung jawaban periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi
laba, yang menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok
yang
Biaya yang melekat pada produk jadi pada tanggal neraca disajikan dalam
harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk
yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam
neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian Penelitian ini penulis lakukan untuk memperoleh data dan informasi
mengenai penerapan harga pokok produksi berdasarkan pesanan pada perusahaan
Studio Kreasindo Digital Artwark Media yang ada di Jln. Mayor Salim Batubara,
Sekip Pangkal Palembang. Dan lamanya waktu penelitian ini dilakukan oleh
peneliti yang pernah bekerja disana selama kira-kiranya 1 tahun lebih.
B. Jenis Data
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil pengamatan
di dalam perusahaan mengenai sejarah singkat perusahaan, aktivitas
perusahaan, dan kebijakan dalam perlakuan harga pokok produksi. Penulis
mengadakan peninjauan langsung ke tempat pelaksanaan kerja yaitu
perusahaan Studio Kreasindo Digital Artwork Media.
2. Data sekunder yaitu data atau informasi yang diolah perusahaan berupa
laporan keuangan dan struktur organisasi yang sehubungan dengan penelitian,
teori-teori dari buku kuliah dan literatur-literatur yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
C. Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini berasal dari dokumen maupun keterangan
lisan yang diperoleh dari direktur dan wakil direktur berupa laporan laba rugi,
alokasi biaya,neraca, biaya tetap, biaya overhead, laporan harga pokok produksi,
sejarah dan struktur organisasi serta kegiatan usaha perusahaan.
D. Defenisi Operasional
F. Analisis Data
5. Pemberian rekomendasi.
A. Kelebihan
1. Studio Kreasindo Digital Artwork Media telah melakukan pengumpulan,
penghitungan, dan pembebanan unsur-unsur biaya produksi untuk tujuan
penghitungan harga pokok produksi pada masing-masing pesanan yang
diterima dan diproduksi.
B. Kelemahan
A. Sejarah Singkat
1. Eko Chandra
2. Antoni
3. Tommy
Bertugas sebagai operator yang menjalankan mesin cetak, dibantu oleh 6 orang
karyawan.
4. Tania
6. Elisabeth
7. Alvin
Bertugas Sebagai Ketua Tim Retail, dalam menerima & mengawasi pekerjaan
karyawan Retail ( Customer Service, Admin Retail, Tim Design ).
B. Lokasi Perusahaan
C. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan perserikatan orang–orang yang masing– masing diberi
peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja Struktur organisasi
merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi, hubungan antara fungsi–fungsi serta wewenang dan tanggung
jawab. Tujuan disusunnya organisasi adalah untuk membantu mencapai tujuan
organisasi dengan efektif.
Adapun struktur organisasi pada Percetakan Arif Digital Printing adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
1. Pimpinan Perusahaan
2. Bagian Pemasaran
3. Bagian Produksi
4. Bagian Keuangan
D. Aktivitas Perusahaan
Undangan, Banner, Neon Box, Baju Kaos, Sticker, Kartu nama, Pin Button, Plakat,
Tentcard, Brosur , Dll
BAB V
Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan saat ini masih
sederhana, biaya-biaya yang diperhitungkan untuk menghitung harga pokok
produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya- biaya lain yang
merupakan biaya overhead pabrik yang dihitung perusahaan. Sampai saat ini
perusahaan masih menggunakan sistem job order costing namun belum sesuai
dengan teori yang sebenarnya. Berbagai produk dalam kegiatan usahanya menerima
beberapa pesanan dari konsumen, diantaranya Undangan, baliho, MMT banner,
neon box, baju kaos, sticker, kartu nama, pin button, plakat, tentcard, brosur, dan
lain-lain. Berikut kami sajikan tabel produksi perusahaan.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dua produk yang paling
didominasi yaitu produk undangan 25.500 unit dan baliho 11.250 m. Dari kedua
produk tersebut produk baliho memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar
Rp.225.000.000. Oleh karena itu, penulis memfokuskan pada produk baliho untuk
contoh perhitungan harga pokok produksinya. Berikut ini tabel produksi pesanan
baliho selama tahun 2018
Tabel 02 Produksi pesanan baliho pada Tahun 2018
Selama tahun 2018 produk baliho yang dikerjakan oleh Studio Kreasindo
Digital Artwork Media, bulan maret menduduk pesanan terbanyak yaitu sebanyak
1150 m. Dengan demikian penulis akan melakukan analisis perhitungan harga
pokok produksi untuk pesanan baliho sebanyak 1150 m yang didalamnya terdapat
beberapa instansi pemesan dan jenis ukuran pesanan yang berbeda. Salah satu
jenisnya yakni baliho kampanye calon kepala desa yang memesan sebanyak 70
lembar baliho berukuran 2x3m jadi jumlah keseluruhan menjadi 420 m.
Dalam perhitungan harga pokok produksi selama 4 hari pada pesanan baliho
sebanyak 420 m, perusahaan mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar Rp
660.000,00 sehingga total biaya tenaga kerja langsung permeter adalah Rp 1.571.
sedangkan per unitnya mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 9.428 untuk
ukuran 2x3.
Dalam perhitungan harga pokok produksi selama 4 hari pada pesanan baliho
sebanyak 420 m, perusahaan mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar Rp
660.000,00 sehingga total biaya tenaga kerja langsung permeter adalah Rp 1.571.
sedangkan per unitnya mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 9.428 untuk
ukuran 2x3.
Total Biaya Overhead Pabrik pada periode maret menggunakan metode dari
perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 700.000,00, Sehingga jika dibagikan 4
hari akan mendapatkan jumlah sebesar Rp.93.333. sedangkan biaya overhead per
unitnya Rp 1.333 untuk ukuran baliho 2x3 sebanyak 420 m .
Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat disajikan rekapitulasi harga
pokok produksi dalam tabel berikut.
D. Analisis Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Metode Job Order Costing.
Bahan baku yang dibeli untuk membuat baliho sebanyak 70 lembar adalah
420m vinyl dan tinta 1 set untuk 4 warna. Sedangkan bahan penolong yang dibeli
yaitu cincin atau mata ayam dan lem. Jumlah biaya bahan baku dan bahan penolong
untuk 70 lembar baliho seperti pada tabel sebagai berikut ini.
Biaya overhead pabrik pada metode job order costing sangat menentukan
akurasi dan efisiensi pada penentuan keseluruhan jumlah biaya pokok produksi.
Pada perhitungan biaya overhead pabrik perusahaan belum memasukan semua
unsur biaya overhead. Pengelompokan biaya produksi yang seharusnya merupakan
bagian dari biaya overhead pabrik tidak dimasukan, namun Studio Kreasindo
mengalokasi biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan mesin, biaya
telepon dan biaya lain-lain. Hal ini menyebabkan jumlah biaya overhead pabrik
menjadi tidak akurat. Biaya overhead yang sebelumnya tidak diperhitungkan oleh
perusahaan akan penulis uraikan dalam tabel berikut.
Maka dari itu kita bisa melihat perbandingan antara jumlah Harga pokok
produksi oleh perusahaan dengan harga pokok produksi yang menggunakan metode
job order costing sebagai berikut.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai yang
dihasilkan dari kedua metode perhitungan harga pokok produksi pesanan antara
perhitungan perusahaan dengan perhitungan berdasarkan teori. Perhitungan harga
pokok produksi oleh perusahaan berdasarkan jumlah pesanan baliho 420 m 2
sebesar Rp 5.328.333 dan harga pokok produksi permeternya sebesar Rp 12.686,
sedangkan dengan metode Job Order Costing sesuai teori menghasilkan harga
pokok produksi sebesar Rp 5.236.664, dan harga pokok produksi permeternya
sebesar Rp 12.468, sehingga menghasilkan selisih harga dalam pesanan sebesar Rp
91.669 dan selisih permeternya sebesar Rp 218.
Jika dilihat dari perhitungan laporan laba rugi terlihat bahwa laba kotor yang
dihasilkan jauh lebih kecil perhitungan perusahaan dengan perhitungan job order
costing berdasarkan teori. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan tidak tepat
membebankan beberapa unsur biaya yang terjadi dalam proses produksi yang
seharusnya harus menjadi beban yang ditanggung perusahaan. Dengan demikian
maka perusahaan Studio Kreasindo tidak menyajikan seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan distribusi penjualannya. Oleh karena itu,
penulis dapat mengatakan bahwa perusahaan ini dalam laporannya selain terlihat
tidak lebih untung namun juga terjadi kerugian karena adanya kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan.
Jika dilihat dari perhitungan laporan laba rugi terlihat bahwa laba kotor yang
dihasilkan jauh lebih kecil perhitungan perusahaan dengan perhitungan job order
costing berdasarkan teori. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan tidak tepat
membebankan beberapa unsur biaya yang terjadi dalam proses produksi yang
seharusnya harus menjadi beban yang ditanggung perusahaan. Dengan demikian
maka perusahaan Studio Kreasindo tidak menyajikan seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan distribusi penjualannya. Oleh karena itu,
penulis dapat mengatakan bahwa perusahaan ini dalam laporannya selain terlihat
tidak lebih untung namun juga terjadi kerugian karena adanya kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan.
BAB VI
1. Kesimpulan
b. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode Job Order Costing Lebih
rendah meskipun banyak biaya overhead pabrik seperti biaya telepon, biaya
perawatan dan pemeliharaan mesin, biaya penyusutan mesin, dan biaya sewa
gedung tidak dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi perusahaan
sehingga laba yang dihasilkan dengan metode job order costing lebih optimal.
Dengan demikian maka hipotesis ditolak.
2. Saran
a. Untuk mendapatkan hasil perhitungan harga pokok produksi secara tepat dan
akurat, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk menghitung semua
komponen harga pokok produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik, serta biaya non produksi seperti
menggunakan metode Job Order Costing, dimana dalam metode ini biaya
dikumpulkan untuk setiap pesanan secara terpisah sesuai dengan identitas
masing-masing pesanan. Karena dengan adanya perhitungan tersebut
perusahaan dapat mengetahui keseluruhan biaya produksi saat memproduksi
pesanannya.
Ariskawati, Mila dan Sumanto. 2014. “Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan
Metode Harga Pokok Pesanan”. JABPI. ISSN 1441.6871. Volume 22. Nomor 2.
Halaman 109.
Don R. Hansen dan Maryanne M. mowen, 2006. “Manajemen Biaya, Akuntansi dan
Pengendalian”, buku I edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta
Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah, 2009. “Akuntansi Biaya”, edisi
kedua, penerbit Salemba Empat, Jakarta
Gozali Imam, 2009. “Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Pesanan (Job
Order Cost) Pakaian Anak-Anak Untuk Menentukan Harga Jual Dengan
Menggunakan Metode Full Costing Pada Konveksi Dahlia Collection”, skripsi tidak
dipublikasikan, Fakultas Ekomomi, Universitas Sumatra, Sumatra Utara
Hansen & Mowen 2006, “Akuntansi Manajemen”. Buku 2, Edisi 7, Salemba Empat,
Jakarta.
Nunik. L.D, 2007. “Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kekurangan Sistem Biaya
Tradisional”, Jurnal Ilmiah Akuntansi, volume 6, Nomor 2, November 2007,
Universitas Kristen Maranata, Bandung
Sihite, Lundu Bontor dan Sudarno. 2012. “Analisis Penentuan Harga Pokok
Produksi pada Perusahaan Garam Beryodium (Studi Kasus pada UD. Empat
Mutiara)”. Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1. Nomor 2.