Anda di halaman 1dari 28

1 PENERAPAN TEKNOLOGI PENGGUNAAN RUMPUT

2 LAUT SEBAGAI BIOFILTER ALAMI AIR TAMBAK


3
4
5
6
7 KAJIAN PUSTAKA
8
9
10
11
12
13 ASRI RAHMA
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

33
34 PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
35 JURUSAN AKUAKULTUR
36 FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
37 UNIVERSITAS TADULAKO
38 PALU
39 2021

i
40 PENERAPAN TEKNOLOGI PENGGUNAAN RUMPUT
41 LAUT SEBAGAI BIOFILTER ALAMI AIR TAMBAK
42
43
44 KAJIAN PUSTAKA
45
46
47 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
48 Mata Kuliah Seminar Pustaka pada Program Studi Akuakultur
49 Jurusan Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako
50
51 Oleh
52
53
54
55 ASRI RAHMA
56 O 271 16 014
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

72
74
73

75 PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


76 JURUSAN AKUAKULTUR
77 FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
78 UNIVERSITAS TADULAKO
79 PALU
80 2021

ii
81 HALAMAN PENGESAHAN

82Judul : Penerapat Teknologi Penggunaan Rumput Laut Sebagai Biofilter


83 Alami Air Tambak
84Nama : Asri Rahma
85Stambuk : O 271 16 014
86Tanggal Ujian : . .........................

87

88

89
90 Palu, 27 Februari 2021
91
92
93
94
95
Menyetujui,
96 Pembimbing Utama
97
98
99
100
101 Ir. Achmad Rizal, M.App.Sc., Ph.D
102 Nip. 196206271988031003

Disahkan oleh,
Ketua Jurusan Akuakultur

Rusaini, S.Pi., M.Sc., Ph.D


NIP. 19690627 199903 1 001

iii
103 KATA PENGANTAR

104 Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

105hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kajian pustaka dengan judul

106“Penerapan Teknologi Pengunaan Rumput Laut Sebagai Biofiilter Alami Air Tambak”

107dengan baik. Kajian pustaka  ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

108mata kuliah seminar pustaka di Jurusan Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan

109Universitas Tadulako.

110 Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

111besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian kajian pustaka ini,

112terutama kepada yang terhormat  : Ir. Achmad Rizal, M.App.Sc., Ph.D selaku dosen

113pembimbing penulisan kajian pustaka.

114 Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan kajian pustaka

115ini, namun sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Olehnya itu

116dengan penuh rasa rendah hati penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya

117membangun. Semoga kajian pustaka ini dapat memberikan manfaat kepada

118pembacanya. Amin.

iv
119 ABSTRAK

120 Penerapan Teknologi Pengunaan Rumput Laut Sebagai Biofilter Alami Air
121Tambak. Asri Rahma. O27116014. Dibimbing oleh Achmad Rizal. Budidaya air
122payau memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Tingkat pemanfaatan lahan
123masih rendah sehingga diperlukan upaya pemanfaatan agar produksi perikanan
124budidaya dapat terus ditingkatkan. Produksi budidaya pada tambak dapat ditingkatkan
125dengan penerapan teknologi budidaya secara intensif. Penerapan teknologi budidaya
126secara intensif pada tambak untuk meningkatkan produksi berdampak negatif berupa
127limbah. Penumpukan limbah dari tambak dapat dihindari dengan penerapan teknologi
128pengunaan rumput laut sebagai biofilter. Rumput laut merupakan tumbuhan air yang
129dapat berfungsi sebagai biofilter air tambak. Perkembangan budidaya kearah intensif
130menyebabkan penumpukan limbah berupa nitrogen (N), fosfat (F) dan karbon (C) pada
131perairan. Beberapa rumput laut yang dapat digunakan sebagai biofilter yaitu Gracilaria
132sp. dan Sargasum. Penggunaan rumput laut sebagai biofilter dapat dilakukan dengan
133metode budidaya teknologi sederhana.
134Kata kunci: Tambak, Limbah, biofilter dan rumput laut
135
136 ABSTRACT
137
138Application of Seaweed as a Natural Biofilter Pond Water. Asri Rahma.
139O27116014. Supervised by Achmad Rizal. Brackish water cultivation has enormous
140resource potential. The level of land use is still low so that efforts are needed to utilize it
141so that aquaculture production can continue to be increased. Aquaculture production can
142be increased by intensive application of cultivation technology. The intensive
143application of cultivation technology to ponds to increase production has a negative
144impact in the form of waste. Waste accumulation from ponds can be avoided by the
145application of seaweed usage technology as biofilter. Seaweed is an aquatic plant that
146can function as a pond water biofilter. The development of intensive cultivation led to
147the accumulation of waste in the form of nitrogen (N), phosphate (F) and carbon (C) in
148the waters. Some seaweeds that can be used as biofilter are Gracilaria sp. and
149Sargasum. The use of seaweed as a biofilter can be done with simple technology
150cultivation methods..
151Key words: Pond, waste, biofilter, and seaweed

v
152 DAFTAR ISI

153HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................III
154KATA PENGANTAR...........................................................................................IV
155ABSTRAK............................................................................................................V
156DAFTAR ISI.........................................................................................................VI
157DAFTAR TABEL.................................................................................................VII
158DAFTAR GAMBAR.............................................................................................VIII
1591. PENDAHULUAN..........................................................................................1
1602. TAMBAK.......................................................................................................1
1613. RUMPUT LAUT SEBAGAI BIOFILTER................................................4
162 3.1 RUMPUT LAUT GRACILARIA........................................................5
163 3.2 RUMPUT LAUT SARGASUM...........................................................6
1644. LIMBAH PADA TAMBAK BUDIDAYA...................................................3
1655. PEMANFAATAN RUMPUT LAUT SEBAGAI BIOFILTER................4
166 5.1 FILTER UNSUR KARBON (C) DENGAN RUMPUT LAUT.............7
167 5.2 FILTER LOGAM BERAT DENGAN RUMPUT LAUT......................10
1686. GAGASAN DESAIN BIOFILTER PADA TAMBAK................................11
1697. SIMPULAN/SARAN/REKOMENDASI.......................................................15
170DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
171

vi
172 DAFTAR TABEL

173Tabel 1 Batasan sistem budidaya udang di tambak Tahun 2007 (Darmawan 2008)..2

174

vii
175 DAFTAR GAMBAR

176Gambar 1. Rumput Laut Gracilaria sp.......................................................................6

177Gambar 2 Sargassum (Ardiansyah 2017)...................................................................7

178Gambar 3 desain dan tata letak tambak biofiter serta padat penebaran
179 komoditas yang digunakan pada petakan biofilter (Pantjara, dkk.
180 2010)...................................................................................................11

181Gambar 4 Tendon IPAL (WWF-Indonesia 2014)....................................................12

182Gambar 5 Aplikasi sistem biofiltrasi dengan rumput laut pada perairan budidaya
183 (Komarawidjaja 2003)........................................................................13

184Gambar 6 Pola integrasi Gracilaria sp. (biofilter) pada tambak budidaya


185 (Komarawidjaja 2005)........................................................................14

viii
1861. PENDAHULUAN

187 Budidaya air payau memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Lahan

188pengembangan budidaya air payau mencapai 2.964.331 ha (KKP, 2018). Sementara

189pemanfaatannya baru sekitar 21,9% atau seluas 650.509 ha. Tingkat pemanfaatan lahan

190masih rendah sehingga diperlukan upaya pemanfaatan agar produksi perikanan

191budidaya dapat terus ditingkatkan (DJPB, 2019). Produksi budidaya pada tambak dapat

192ditingkatkan dengan penerapan teknologi budidaya secara intensif.

193 Penerapan teknologi budidaya kearah intensif untuk meningkatkan produksi tambak

194memberi beberapa dampak negatif (Nurhidayat, 2009). Dampak negatif umumnya

195ditandai dengan menurunnya kualitas perairan. Padat tebar yang tinggi dan adanya

196kelebihan pemberian pakan sehingga kualitas perairan budidaya mengalami penurunan

197(Dewi dan Tjahjo., 2013). Kelebihan pakan dan hasil metabolisme dari organisme

198menumpuk di dalam tambak sehingga menjadi sumber limbah perairan.

199 Penumpukan limbah dari tambak dapat dihindari dengan penerapan teknologi

200pengunaan rumput laut sebagai biofilter. Menurut Nurhidayat (2009) bahwa tumbuhan

201air yang dapat digunakan sebagai biofilter yaitu diantaranya jenis rumput laut

202Glacilaria sp. dan sargassum. Kemampuan rumput laut dapat menggabsorbpsi berbagai

203senyawa, baik organik maupun non organik (Nurhidayat, 2009). Oleh karena itu perlu

204dilakukan kajian pustaka mengenai penerapan teknologi rumput laut sebagai biofilter

205alami air tambak untuk memperoleh informasi.

2062. TAMBAK

207 Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan yang biasanya dibangun pada daerah

208pantai. Menurut Darmawan (2008) bahwa istilah tambak berasal dari bahasa jawa yaitu

209nembok yang berarti membuat bendungan. Organisme yang biasanya dibudidayakan

1
2

210pada tambak yaitu ikan, rumput laut, udang, serta kerang. Penyebutan tambak ini

211biasanya dihubungkan dengan air payau. Keberhasilan budidaya ikan, udang, kerang-

212kerangan dan lain sebagainya ditentukan oleh faktor penggunaan air di tambak itu

213sendiri. Penggunaan yang baik menghasilkan produksi yang baik begitu pula

214sebaliknya.

215 Tambak dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan letak tambak terhadap muara

216sungai yaitu: tambak lanyah, biasa dan darat (Darmawan 2008). Intensitas budidaya

217dikenal dengan budidaya ekstensif, semi-intensif dan intensif. Batasaan intensitas

218budidaya di tambak memiliki beberapa faktor dalam tingkat intensitas budidaya seperti

219pakan, pengolahan air, padat penebaran, ukuran petak tambak dan produksi (Suyono

220dan M Ahmad 2001).

221Tabel 1. Batasan intensitas budidaya udang di tambak Tahun 2007 (Darmawan 2008)

222

223 Berdasarkan Tabel 1. bahwa tambak intensif memiliki padat tebar yang tinggi

224sehinga pakan buatan yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Aktifitas pemberian pakan

225dan metabolisme organisme dapat menurunkan kualitas ligkungan perairan (Setyorini

226dan Edy 2018). Permasaalahan ini dapat dicegah dengan penerapan teknologi biofilter

227secara biologis menggunakan tumbuhan air. Tumbuhan air yang dapat digunakan

228sebagai biofilter yaitu rumput laut (Dewi dan Tjahjo 2013).


3

2294.1 INTENSITAS BUDIDAYA

230 Intensitas pembudidayaan ikan umumnya ditingkatkan tahap demi tahap, dengan

231cara mulu-mula meningkatkan padat penebaran dan ditingkatkan sebanding dengan

232input kuantitas dan diikiuti oleh modifikasi-modifikasi lingkungan guna mengimbangi

233masalah-masalah yang timbul. Perkembangan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan

234sangat ditentukan oleh mutu pakan yang tersedia, jumlah pakan, frekuensi pemberian

235pakan, temperature, stabilitas mutu air dan minimum harian serta rat-rata, keefektifan

236sistem pembuangan limbah, metabolik secara biologi , fisik dan atau mekanik, besaran

237dan frekuansi stress lingkungan spesies yang dibudidayakan, kesehatan spesies

238yang dibudidayakan, potensial genetik bagi pertumbuhan (Sukadi, 2002).

2392.2.2.1 Ekstensif

240 Sistem budidaya ekstensif merupakan sistem budidaya yang sepenuhnya

241diserahkan kepada alam atau tergantung terhadap alam baik kualitas air maupun pakan.

242Ikan yang dipelihara dalam suatu wadah atau kolam dalam sistem ini mempunyai

243pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan sangat memerlukan waktu yang lama dalam

244prosesnya, sistem ini melakukan padat penebaran yang rendah, biaya produksi yang

245rendah serta nilai jual ikannya sangat rendah (Kordi, 2013).

246 Pemberian pakan secara ekstensif juga memilki ciri-ciri pemberian pakan secara

247ekstensif adalah dengan kualitas dan kuantitas kurang dari optimum ditambahkan bagi

248konsumsi langsung ikan untuk mensuplemen pakan alami, nutrisi pakan biasanya tidak

249komplit pakan dan tidak seimbang, lingkungan dimodifikasi sehingga pengeringan air

250dan pemanenan ikan dapat dilakukan, pengontrolan air secara kualias dan kuantitas

251tidak sempurna, komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies

252ditentukan (Sukadi, 2002).


4

253 2.2.1.2 Semi Intensif

254 Budidaya ikan air tawar semi intensif ialah sistem budidaya yang masih

255tergantung pada produktivitas alami, contohnya pada budidaya ikan nila pada kolam air

256tenang masih tergantung terhadap pakan alami dan bubuatan (pelet), menjaga kualitas

257airnya, penebaran benih cukup banyak, dan tingkat produktifitasnya sangat

258tingi serta melakukan pemupukan (Kordi, 2013)

2592.2.1.3 Intensif

260 Sistem budidaya ikan air tawar dengan menggunakan sistem intensif merupakan

261sebuah kegiatan pemeliharaan atau peningkatan budidaya dengan melakukan padat

262penebaran yang tinggi dan pengontrolan yang ketat terhadap factor lingkungan oleh

263peleksanaannya . contohnya tangki, kolam terpal, kolam air tenang, tambak, dan lain-

264lain. Produksi pada sistem budidaya ini sangat tinggi karena

265menggunakan bibit unggul dalam prosesnya (Kordi, 2013).

266

2673. LIMBAH PADA PERAIRAN TAMBAK BUDIDAYA

268 pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat atau kompone lain ke dalam

269air, sehingga kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air

270tidak berfungsi lagi sebagaimana peruntukannya. Menurut Kristanto (2002) pencemaran

271air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Berkembangnya kegiatan

272usaha di darat maupun perairan mengakibatkan beberapa dampak diantaranya

273pencemaran air berupa limbah.

274 Budidaya merupakan kegiatan usaha penghasila limbah dalam perairan dengan

275jumlah besar (Erlania, 2010). Limbah pada tambak budidaya dihasilkan dari pemberian
5

276pakan yang berlebihan sehingga menyebabkan terbentuknnya limbah organik yang

277relatif besar baik dalam bentuk padat yang langsung mengendap menuju dasar perairan.

278Limbah organik yang paling banyak mencemari lingkungan perairan yaitu budidaya

279udang dengan sistem intensif. Menurut Syah dkk. (2014) bahwa sisah pakan merupakan

280faktor kunci yang mempengaruhi penurunan kualitas air tambak. Sisah pakan yang

281menggendap di dasar tambak harus segerah dibuang untuk menjaga stabilitas kualitas

282air dalam kondisi yang baik bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme (Syah dkk.

2832014).

284 Berikut ini beberapa literatur penelitian yang berhubungan dengan limbah-limbah

285yang dihasilkan tambak. Menurut Mulatsih dan Nurjanah (2015) bahwa beberapa unsur

286organik pada kondisi yang tidak dapat ditoleransi organisme dapat menjadi limbah di

287perairan. Unsur organik berasal dari sisah pakan dan aktifitas metabolisme organisme.

288Unsur organik tersebut dapat berupa Nitrogen (N), Posfor (P), dan C organik.

289 Parameter kualitas air ini menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam menilai

290baik atau buruknya perairan tambak. Berdasarkan penelitian Syah dkk. (2014) bahwa

291beban limbah pada tambak supra intensif udang kaki putih (Penaeus vannamei) berupa

292Nitrogen (N), Posfor (P), dan C organik. Menurut Rahmaningsih (2012) bahwa unsur

293organik yang dapat menjadi salah satu limbah pada tambak berupa konsentrasi NO 3.

294Selain itu limbah logam berat non esensial juga didapatkan pada perairan budidaya yang

295berasal dari penggunaan CuSO4 sebagai desinfektan. Senyawa ini mengalami akumulasi

296di media dasar karena efek kenaikan suhu, sehingga logam ini menjadi Cu yang toksik

297(Yulianto, dkk., 2006).


6

2984. PEMANFAATAN RUMPUT LAUT SEBAGAI BIOFILTER

299 Manfaat rumput laut sebagai biofilter yaitu mampu meningkatkan kualitas

300tambak. Berdasarkan hasil penelitian mulatsih dan Nurjanah (2015) bahwa keberadaan

301rumput laut mampu meningkatkan kualitas air dengan peranan biofilter dimana hasil

302penyerapan kandungan Nitrogen (N), phosphor (P) dan unsur C organik yaitu

303berturut-turut 0,08%, 0,01 % dan 0,07 %. Beberpa dari jenis rumut laut mampu

304berperan sebagai biofilter pada perairan tambak diantaranya rumput laut Gracilaria

305sp. dan Sargassum.

3064.2 JENIS RUMPUT LAUT

307 Rumput laut merupakan salah satu kelompok tumbuhan laut yang tidak dapat

308dibedakan antara batang, akar dan daun namun keseluruhan bagian tumbuhan ini

309disebut talus (Eti dkk. 2014 dalam Gultom dkk. 2019). Menurut Kamlasi (2008) bahwa

310bentuk talus rumput laut ada bermacam-macam yaitu bulat seperti tabung, pipih,

311gepeng, bulat seperti kantog, rambut dan lain sebagainya. Sifat substansi thallus juga

312berenaka ragam yaitu lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung

313zat kapur (calcareous) dan sebagainya (Soegiaeto dkk., 1978 dalam Kamlasi 2008).

314 Beberapa rumput laut dapat berfungsi sebagai biofilter biologi dalam perairan.

315Penelitian Gultom dkk. (2019) menggunakan rumput laut (Eucheuma cottonii) sebagai

316biofilter pada perairan pantai. Penelitian Pantjara dkk. (2010) mengunakan rumput laut

317Gracilaria sp. sebagai biofilter pada tambak udang windu dengan metode polikultur

318bersama ikan bandeng, dan tiram. Menurut Prayogi (2017) bahwa rumput laut dapat

319dibudidayakan dengan polikultur maupun monokultur. Peneltian Setyorini dan Edy

320(2018) tentang pemanfaatan sargasum sp., pasir, kerikil dan aerasi dalam penurunan

321kandungan nitrat dan fosfat pada air tambak.


7

322 Menurut Rahmaningsih (2012) bahwa keberadaan rumput laut dalam tambak

323selain meningkatkan potensi ekonomis juga berperan sebagai biofilter alami. Hasil

324penelitian Pantjara dkk. (2010) bahwa pemanfatan biofilter untuk budidaya udang windu

325dapat menghambat berkembangnya penyakit (bakteri dan virus). Hal tersebut

326merupakan salah satu model pengembangan tambak berkelanjutan. Menurut Mulatsih

327dan Nurjanah (2015) bahwa model optimasi pengolahan kualitas lingkungan melalui

328peranan biofilter rumput laut.

3294.1.1..Rumput laut Gracilaria sp.

330 Gracilaria sp. merupakan rumput laut yang termasuk dalam golongan alga merah

331(Rhodophyceae) (Sjafrie, 1990). Menurut Anggadiredja dkk., (2006) Gracilaria sp. di

332klasifikasi dalam; divisi rhodophyta, kelas rhodophycea, ordo gigartinales, familia

333gracilariaceae, genus gracilaria, dan species Gracilaria sp. Rumput laut Gracilaria sp.,

334merupakan tumbuhan yang berbentuk thalus, memiliki panjang 7,5 – 30 cm (Pramesti

335dan Nirwani, 2007). Sebagaimana alga pada umumnya, Gracilaria sp., tidak memiliki

336perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman laut ini berbentuk batang yang

337disebut sebagai thallus dengan banyak percabangan.

338

339 Gambar 1. Rumput Laut Gracilaria sp.


8

3404.1.1.1. Habitat Rumput Laut Gracilaria sp.

341 Rumput laut Gracilaria sp. umumnya terdapat di daerah dengan kondisi tertentu

342(Alifatri, 2012). Rumput laut Gracilaria sp., tumbu secara alami di daerah pasang surut

343yaitu pada substrat pasir berlumpur, perairan subur dengan temperatur tinggi dan

344merupakan daerah sedimentasi (Ashari, 2016). Rumput laut selalu terendam dalam air

345(subtidal) melekat pada benda padat seperti batu gamping, karang mati, dan cangkang

346moluska (Alifatri, 2012).

3474.1.2..Rumput Laut Sargassum sp.

348 Sargasum sp., merupakan rumput laut yang termasuk dalam kelas Phaeophyceae

349dan genus terbesar dari famili Sargassaceae. Sebaran rumpur laut Sargassum sp. di

350indonesia luas dan bervariasi (Ardinsyah 2017). Rumput laut ini terdistribusi secara luas

351di perairan indonesia. Rumput laut Sargassum sp. dapat diklafikasikan kedalam; divis

352thallophyta, kelas phaeophyceae, ordo fucale, famili sargassaceae, genus sargassum, dan

353spesies Sargassum sp. (Merdekawati dkk. 2009 dalam Ardiansyah 2017).

354

355 Gambar 2 Sargassum (Ardiansyah 2017)

356 4.3 KEMAMPUN RUMPUT LAUT SEBAGAI BIOFILTER

357 Rumput laut memiliki banyak manfaat salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai

358biofilter. Rumput laut yang dapat dimanfaaatkan sebagai biofilter diantaranya rumput

359laut Sargassum sp., dan Gracilaria sp. Menurut Mulatsih dan Nurjanah (2015) bahwa
9

360keberadaan budidaya rumput laut di tambak mampu meningkatkan kualitas lingkungan

361tambak terutama kandungan bahan organik unsur N dan P dibandingkan dengan tambak

362yang tidak ditanami rumput laut. Hal dapat membantu eksistensi tambak yang

363berkelanjutan melalui peran biofilter rumput laut. Adapun unsur yang dapat difilter

364oleh rumput laut adalah sebagai berikut:

3654.2.1 Unsur Nitrogen (N) dan Posfor (P)

366 Hasil pengujian kemampuan Gracilaria sp. dalam memanfaatkan limbah tambak

367udang, dilaporkan oleh Nelson dkk. (2002) bahwa Gracilaria sp., dapat dikembangkan

368di tambak udang, khususnya pada kolam pembuangan. Integrasi rumput laut Gracilaria

369sp., sebagai upaya pemulihan kualitas air, akibat pencemaran ekosistem perairan payau,

370khususnya di perairan budidaya dapat dilakukan dengan berbagai jenis teknologi, dari

371sederhana hingga kompleks. Menurut penelitian Msuya (2002), Gracilaria sp., memiliki

372kemampuan menyerap nitrogen dan Posfor dalam air tercemar bahan organik mencapai

373konsentrasi 0,4 gram N/m2/hari. Menurut Jones et al. (2003), rumput laut Gracilaria sp.,

374dengan cepat mampu mereduksi kandungan nutrien terlarut dalam air buangan tambak

375budidaya.

376 Penyisihan nitrogen oleh 500 gram rumput laut segar Gracilaria sp.,

377menunjukkan penurunan rata-rata konsentrasi nutrien N-total dari 1,2 mg/L menjadi 0,4

378mg/L. Menurut Nelson dkk. (2002) nitrogen tersebut akan disimpan di dalam selnya

379dalam thalus. Peningkatan konsentrasi N dalam thalus dari 1,3% menjadi 3,1% setelah

38010 hari Gracilaria sp. ditumbuhkan dalam air pembuangan tambak.

381 Perbandingan C dan N menggambarkan ketersediaan nutrien di perairan. Rasio

382tinggi menunjukkan rendahnya kandungan N dalam air, sedangkan rasio rendah

383merupakan kondisi saat rumput laut mengakumulasikan N dalam selnya atau sebagai
10

384indikator bahwa lingkungan perairan mengandung kadar N yang tinggi. Oleh karena itu,

385rumput laut jenis Gracilaria sp. disebut “Nitrogen starved Gracilaria” yang berarti

386semua N dalam air akan terus diserap dan disimpan di dalam sel, sehingga

387konsentrasinya berlipat. Gracilaria sp. menyerap nitrogen dari kolom air tambak dalam

388bentuk nitrat. Sisa pakan yang mengandung kadar protein tinggi, akan segera

389membentuk amonia (NH3) yang sangat berbahaya bagi udang. Amonia ini akan

390dioksidasi menjadi nitrit (HNO2) oleh bakteri Nitrosomonas atau Nitrosococcus yang

391telah ada secara alami di tambak udang. Nitrit merupakan senyawa antara dan akan

392teroksidasi dibantu oleh bakteri Nitrobacter (ada secara alami di tambak udang) menjadi

393nitrat (HNO3). Oleh karena itulah, Gracilaria sp. dapat dimanfaatkan sebagai penyaring

394(biofilter).

3954.2.2 Unsur Karbon (C)

396 Melimpannya unsur organik di perairan seperti unsur N dan P karena akumulasi

397dari limbah tambak sehingga membutuhkan tanaman air seperti rumput laut sebagai

398biofilter. Selain sebagai biofilter disisi lain rumput laut membutuhkan N yang cukup

399untuk pertumbuhan (Komarawidjaja 2003). Unsur utama bagi pertumbuhan rumput laut

400yaitu unsur karbon (C). Unsur ini dapat di peroleh dari karbondioksida (CO2) yang

401sangat banyak terlarut dalam air. Karbondioksida yang yang tinggi menyebabkan pH air

402dapat menjadi rendah (Ghufron, dkk. 2017).

403 Karbondioksida adalah senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon dan 2

404atom oksigen yang mudah larut dalam air dingin. Karbondioksida merupakan senyawa

405kimia tidak berbau dan tidak berwarna (Afandi, 2009). Karbondioksida lebi berat dari

406pada udara dan larutan dalam air. Menurut Nybakken (1998) dalam Purba dan

407Alexander (2010) menyatakan karbondioksida merupakan parameter kimia yang


11

408membentuk suatu keseimbangan dalam perairan, jika karbondioksida dikeluarkan dari

409perairan akan mengganggu keseimbangan sampai Karbondioksida baru terbentuk dalam

410volume yang banyak sehingga membentuk kesimbangan yang baru.

411 Kandungan karbondioksida di perairan adalah 15 % sedangkan di atmosfer sangat

412kecil yakni 0,03 % dari semua gas-gas yang terlarut (Purba dan Alexander 2010).

413Meskipun demikin karbondioksida memiliki sifat kelarutan yang tinggi (Afandi, 2009).

414Karbondioksida terabsorbsi dengan cepat dari udara ke perairan tetapi sangat lambat

415dari perairan ke atmosfer (Purba dan Alexander 2010). Sifat kelarutan beberapa jenis

416gas dalam air murni pada suhu 100 C dan tekanan 1 Atm yaitu seperti gas

417Karbondioksida dengan kelarutan 1.194 ml/liter. Menurut Purba (2010), bahwa

418berbagai karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari sumber yaitu Sebagai

419berikut:

420 1. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami difusi secara langsung ke

421 dalam air

422 2. Air yang melewati tanah organik

423 3. Respirasi tumbuhan hewan dan bakteri aerob maupun anerob

424 Sumber utama karbondioksida dalam air adalah hasil respirasi organisme yang

425terdiri dari ikan, bakteri, dan plankton. Fitoplankton pada siang hari melakukan

426fotosintesis tetapi pada malam hari melakukan respirasi. Menurut Purba (2010) bahwa

427kandungan karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan hasil pembuangan bahan

428organik dari organisme atau hewan yang berada dalam perairan tersebut. Sumber

429karbondioksida yang terdapat di dasar perairan berasal dari penguraian bahan organik

430(Purba dan Alexander 2010). Ikan dapat hidup dengan baik pada konsentrasi CO2 di

431bawah 10 mg/l. Pada konsentrasi 20 mg/l, CO2 dapat mempengaruhi metabolisme ikan.
12

4324.2.3 Logam Berat

433 Integrasi rumput laut dalam upaya perbaikan kualitas air, akibat pencemaran

434ekosistem perairan payau, khususnya di perairan budidaya, dapat dilakukan dengan

435berbagai jenis teknologi sederhana maupun teknologi kompleks (Ashari 2016). Namun

436secara biologi, pengolahan limbah dengan memanfaatkan rumput laut spesis tertentu

437seperti Gracilaria sp. Sargassum sp. dan Eklonia sp (Rahmaningsih 2012). Rumput laut

438dapat memfilter logam berat seperti timbal (Pb) dengan kombinasi biofilter rumput laut

439Glacilaria sp. (Ashari 2016).

440 Hasil penelitian Ashari (2016) bahwa dengan kombiasi biofilter rumput

441Glacilaria sp. zeolit dan arang aktif dapat memfilter timbak (Pb). Menurut Bambang

442(2006) dalam Ashari (2016) bahwa Glacilaria sp. berpotensi mengatasi kualitas

443perairan laut atau payau secara biologi (biofilter) dalam kegiatan budidaya perikanan.

444Sehingga, menjadikan tanaman ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam

445menyerap logam berat. Berdasarkan hasil penelitian Yulianto dkk., (2006) dalam

446Ashari (2016) bahwa Glacilaria sp. mampu menyerap tembaga yang terlarut dalam air

447laut. Logam berat pada perairan dapat diserap rumput laut secara signifikan dalam

448waktu satu minggu (Alamsjah, dkk. 2005 dalam Alamsjah, dkk. 2010).

449 Penelitian Alamsjah, dkk. (2010) tetang sargasum sp. sebagai biokontrol

450terhadap kandungan logam berat timbal (Pb). Keberadaan Sargassum sp. sebagai

451biokontrol berpengaruh secara langsung terhadap penyerapan Pb oleh kerang darah

452(Alamsjah, dkk. 2010). Hasil penelitin sargassum sp. sebagai biokontrol memberikan

453pengaruh nyata terhadap jumlah dosis kandungan Pb yang terserab. Hal ini menujukan

454bahwa rumput laut Sargassum sp. memiliki kemampuan sebagai biofilter logam berat

455timba (Pb) pada perairan dengan cara mengabsorbsi logam tersebut.


13

4565. DESAIN PENERAPAN BIOFILTER PADA TAMBAK

457 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros, melakukan penelitian pada

458tambak marginal yang memiliiki tanah dasar sulfat masam. Berikut ini desain dan

459tata letak tambak biofiter serta padat penebaran komoditas yang digunakan pada

460petakan biofilter di tampilkan pada Gambar 3.

461

462 Gambar 3 desain dan tata letak tambak biofiter serta padat penebaran komoditas
463 yang digunakan pada petakan biofilter (Pantjara, dkk. 2010)
464 Berikut desain tambak udang yang mengintegrasikan rumput laut sebagai biofilter

465pada petakan berbeda (Gambar 6).

466

467 Gambar 4 Tendon IPAL (WWF-Indonesia 2014)


14

468 Integrasi rumput laut dalam upaya pemulihan kualitas air, akibat pencemaran

469ekosistem perairan payau, khususnya di perairan budidaya, dapat dilakukan dengan

470berbagai jenis teknologi, baik dengan teknologi yang kompleks (Komarawidjaja 2003).

471Namun secara biologi, pengolahan limbah dengan pemanfaatan rumput laut spesies

472tertentu dari jenis Gracilaria sp., dipandang lebih berpeluang, mengigat metode aplikasi

473sangat sederhana, daya adaptasi yang tinggi, mudah pemeliharannya, dan memiliki nilai

474ekonomis. Integrasi rumput laut sebagai biofilter, akan dengan mudah diterimah oleh

475masyarakat (Komarawidjaja 2003).

476 Pemanfaatan Gracilaria sp. sebagai biofilter, tidak terbatas pada pengelolaan

477pencemaran di kawasan budidaya tambak, tetapi dapat pula diintegrasikan dengan

478upaya pengolahan limbah dari sumber lain, seperti limbah domestik, limbah pertanian

479dan limbah industri (Komarawidjaja 2003). Peluang itu dapat diterapkan dengan

480memanfaatkan lahan kurang produktif untuk dijadikan salah satu tempat proses

481pengolahan perairan tercemar, sehingga areal tanaman biofiltrasi menjadi lebih

482produktif dan ekonomis (Komarawidjaja 2003).

483 Selanjutnya integrasi rumput laut dalam budidaya ikan di sekitar perairan payau,

484secara sederhana dapat dilakukan dalam satu kolam, yakni menanam rumput laut

485bersama sama dengan ikan yang dibudidayakan. Namun tidak menutup peluang untuk

486melakukan berbagai kemungkinan modifikasi, yang disesuaikan dengan tujuan dan

487kebutuhan (Komarawidjaja 2003). Salah satu gambaran modifikasi sistem pengolahan

488perairan budidaya dengan memanfaatkan rumput laut Gracilaria disajikan pada Gambar

4895.
15

490

491Gambar 5 Aplikasi sistem biofiltrasi dengan rumput laut pada perairan budidaya
492 (Komarawidjaja 2003)

493 Gambar 5 terlihat pond, hal itu merupakan lahan budidaya yang memanfaatkan air

494dari sumber air laut. Pergantian air pond dilakukan, dengan terlebih dahulu mengalirkan

495air pond ke areal yang ditanami rumput laut sebagai biofilter (Komarawidjaja 2003).

496Selanjutnya bersamaan dengan penggelotoran air pond ke areal rumput laut, air dari

497areal rumput laut dialirkan ke luar tambak dan masuk ke perairan payau atau jika

498diperlukan dapat langsung dialirkan kembali ke pond untuk dimanfaatkan kembali.

499 Berikut desain pola integrasi budidaya rumput laut pada tambak udang kaki putih

500ditunjukkan pada Gambar 6. Integrasi budidaya rumput laut pada tambak udang bisa

501dilakukan pada tambak budidaya udang kaki putih saja, bisa dilakukan budidaya rumput

502laut pada air buangan saja (pada tandon IPAL saja), atau bisa dilakukan pada tambak

503budidaya dan pada tandon IPAL.

504 Integrasi budidaya rumput laut Gracilaria sp. ini, menjadi solusi masalah air

505tambak alternatif dan ramah lingkungan, karena air budidaya tambak tidak dibuang ke

506laut tetapi bisa dipakai ulang dengan cara resirkulasi air tambak. Sanitasi air tambak
16

507yang baik, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan udang kaki putih. Sehingga

508bisa meningkatkan nilai ekonomis udang vannamei, akibatnya harga udang kaki puih di

509pasaran bisa meningkat. Pertumbuhan rumput laut Gracilaria sp. juga bisa dijual,

510sehingga ekonomi masyarakat petani tambak udang bisa meningkat.

511

512 Gambar 6 Pola integrasi Gracilaria sp. (biofilter) pada tambak budidaya
513 (Komarawidjaja 2005)

5146. SIMPULAN/SARAN/REKOMENDASI

515 Berdasarkan hasi penelusuran beberapa jurnal, buku dan referensi yang relefan

516dengan kajian pustaka tentang penerapan teknologi rumput laut sebagai biofilter alami

517air tambak maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

5181. Rumput merupakan tanaman air yang dapat di gunakan sebagai biofilter.

5192. Beberapa rumput laut dapat digunakan sebagai biofilter diantaranya rumput laut

520 Glacilaria sp. dan Sargassum.

5213. Rumput dapat memfilter unsur organik berupa Nitrogen (N), Posfor (P), dan C

522 organik.
17

523 DAFTAR PUSTAKA

524Afandi, B. 2009, Pengaruh CO2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan


525 Mikroorganisme pada Produk Minuman Fanta di PT. Coca-Cola Bottling
526 Indonesia Unit Medan. Karya Ilmiah. Diploma -3 Kimia Analis Fakultas
527 Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

528Ardiansyah, M.R. 2017, Analisis Kadar Flavonoid Total dari Alga Coklat (Sargassum
529 sp. dan Padina sp.) sebagai Obat Analgesik. SKRIPSI. Ilmu Bedan Mulut
530 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin.

531Ashari. 2016, Pengaruh kobinasi biofilter Gracilaria sp, zeolit dan arang aktif terhadap
532 logam berat timbal (Pb). SKRIPSI. Fakultas Perikanan dan Kelautan,
533 Universitas Airlangga. Surubaya

534Darmawan, V. 2008, Permintaan Lahan dan Nilai Land Rent Tambak Udang di
535 Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. SKRIPSI. Manajemen
536 Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
537 Institut Pertanian Bogor.

538Dewi, D dan Tjahjo, W., 2013. Rasio Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp pada
539 Skala Laboratorium dan Lapang di Tambak Silvofishery. Jurnal Harpodon
540 Borneo. Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains dan Teknik Universitas
541 Jenderal Soedirman. Purwakerto. Vol. 6 (1): 21-25

542Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2019. Laporan Kinerja (LKj) Triwulan I


543 Tahun 2019 Ditjen perikanan Budidaya. Jakarta

544Erlani. 2010, Pengendalian Limba Budidaya Perikanan Melalui Pemanfaatan Tumbuhan


545 Air dengan Sistem Constructed Wetland. Jurnal Media Akuakultur. Pusat
546 Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Vol. 5(2): 129-137

547Gultom, R.C., I Gusti, N.P.D., dan Ni Luh, P.R.P. 2018, Perbandingan Laju
548 Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dengan Menggunakan Sistem
549 Budidaya Ko-kultur dan Monokultur di Perairan Pantai Geger, Nusa Dua, Bali.
18

550 Jurna Journal Of Marine Research dan Technology. Ilmu Kelautan Fakultas
551 Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Bali. Vol. 2(1): 8-16

552Hadiwidodo, M., Wihariyanto, O., Alloysius, R.P., Bernadette, N.P dan Ismaryanto, G.
553 2012, Pegolahan Air Lindi dengan Proses Kombinasi Biofilter Anaerob-Aerob
554 dan Wetland. Jurnal Presipitasi. Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNDIP.
555 Semarang.Vol. 9(2): 84-95

556Jones A B, N P Preston dan W C Dennison. 2003. The efficiency and condition of


557 oysters and macroalgal used as biological filters of shrimp pond affluent.
558 Aquaculture Research, 33: 1-19.

559Kamlasi, Y. 2008, Kajian Ekologis dan Biologi untuk Pengembangan Budidaya Rumput
560 Laut (Eucheuma cottonii) di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang
561 Propinsi Nusa Tenggara Timur. TESIS. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
562 Bogor.

563Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018. Laporan Tahunan 2018 Sekertariat Jendral
564 Perikanan dan Kelautan. Jakarta

565Komarawidjaja, W. 2003, Peluang Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Agen Biofiltrasi


566 pada Ekosistem Perairan Payau yang Tercemar. Jurnal Teknologi Lingkungan.
567 Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan
568 Penerapan Teknologi. Vol. 4(3): 155-159

569Komarawidjaja, W. 2005. Rumput Laut Gracilaria sp. Sebagai Fitoremedian Bahan


570 Organik Perairan Tambak Budidaya. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. Pusat
571 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL), BPPT. Jakarta. Vol.
572 6(2): 410-415.
573Msuya F E. dan A. Neori. 2002. Ulva reticulate and Gracilaria crassa: macroalgae that
574 can biofilter effluent from tidal fishpond in Tanzania. Western Indian Ocean J.
575 Mar. Sci. 1(2): 117-126.
19

576Nelson, S., Glenn, E., Moore, D., Walsh, T. dan Fitzsimmons, K. 2001. Useof an edible
577 red seaweed to improve effluent from shrimp farms. Environmental Research
578 Laboratory, Univ. Arizona. Tucson. AZ.

579Nurhidayat. 2009, Efektifitas Kinerja Media Biofilter dalam Sistem Resirkulasi


580 Terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Red
581 Rainbow (Glossolepis incisus Weber). TESIS. Sekolah Pascasarjana, Institut
582 Pertanian Bogor. Bogor

583Pantjara, B., Erfan, A.H., dan Hidayat, S.S. 2010, Pemanfaatan Biofilter pada Budidaya
584 Udang Windu di Tambak Marjinal. Prosiding Forum Inovasi Akuakultur. Balai
585 Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros.

586Prayogi, D.A. 2017, Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut (Gracilaria sp.,) pada
587 Tambak Udang di Kecamatan Cilebar, Karawang. SKRIPSI. Ilmu dan
588 Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
589 Bogor.

590Purba, N.P., dan Alexander, M.A.K. 2010, Karakateristik Fisika-Kimia Perairan Pantai
591 Dumai pada Musim Peralihan. Jurnal Akuatika. Fakultas Perikanan dan Ilmu
592 Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Vol. 1(1): 69-83

593Rahmaningsih, S. 2012, Penerapan Teknologi Penggunaan Rumput Laut Sebagai


594 Biofilter Air Tambak untuk Mengurangi Tingkat Serangan Penyakit pada
595 Udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Jurnal Teknologi Perikanan dan
596 Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNIROW, Tuban. Vol. 3(1): 11-16

597Setyorini, H.B dan Edy, M. 2018, Pemanfaatan Sargassum sp., Pasir, Kerikil dan Aerasi
598 dalam Penurunan Kandungan Nitrat dan Fosfat Air Tambak Pantai Kuwaru
599 Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Riset Daerah. Institut Teknologi
600 Yogyakarta. Gedongkuning. Vol. 18 (3): 3146-3166

601Suyanto RS dan M Ahmad. 2001. Budidaya Udang Windu. Jakarta : Penebar Swadaya.

602Syah, R., Makmur dan Muhammad, C.U. 2014, Estimasi Beban Limbah Nutrien Pada
603 Pakan dan Daya Dukung Kawasan Pesisir untuk Tambak Udang Vaname
20

604 Super Intensif. Jurnal Riset Akuakultur. Balai Penelitian dan Pengembangan
605 Budidaya Air Payau. Maros. Vol. 9(3): 439-448

606WWF Indonesia. 2014. Budidaya Udang Vannamei. Jakarta: WWF-Indonesia.

607Yulianto, B., Raden, A dan Agung, T. 2006, Daya Serap Rumput Laut (Gracilaria sp)
608 Terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) Sebagai Biofilter. Jurnal Kelautan. Ilmu
609 Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponogoro,
610 Semarang. Vol. 11(2): 72-78

Anda mungkin juga menyukai