Anda di halaman 1dari 14

A.

Kasus-kasus korupsi ditahun 2015

1. Dewie Yasin Limpo

Dewie Yasin Limpo ditangkap penyidik KPK bersama


5 orang lainnya pada Selasa 20 Oktober 2015 sekitar
pukul 18.45 WIB. Ia ditangkap di Bandara Soekarno-
Hatta, Tangerang, Banten.

Operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK ini diduga terkait kasus suap yang mencapai Rp 1,5
miliar dalam bentuk dolar Amerika. Suap itu disebut-sebut terkait pemulusan proyek
pembangkit listrik di Sulawesi Selatan.

2. Patrice Rio Capella.

KPK menetapkan Patrice Rio Capella sebagai tersangka


pada 15 Oktober 2015. Sekretaris Jenderal DPP Partai
Nasdem dijadikan tersangka dalam kasus dugaan suap
sebesar rp 200 juta terkait 'pengamanan' perkara dugaan
korupsi Dana Bantuan Sosial (Bansos), tunggakan Dana Bagi Hasil (DBH), dan Penyertaan
Modal sejumlah BUMD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Saat ini, jaksa pada KPK telah menuntut Rio dengan hukuman penjara 2 tahun yang dihitung
dari masa penahanan dan denda Rp 50 juta subsider 1 bulan kurungan.

3. Suryadharma Ali

KPK menetapkan Suryadharma Ali terkait dugaan


korupsi penyelenggaraan haji di Kementrian agama
tahun 2011-2013.Ia dituntut 11 tahun denda 750 juta
subsider 6 bulan.Dia juga dituntut mengembalikan
uang kerugian negara Rp 2,325 miliar.

Tidak hanya itu, sebagai mantan Ketua Umum PPP, hak politik nya juga diminta dicabut
selama 5 tahun, terhitung sejak terdakwa menyelesaikan masa hukumannya.

4. Gatot Pujo Nugroho

Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo


Nugroho ditetapkan sebagai tersangka pada 28 Juli
2015 dengan kasus dugaan pemberian suap terhadap
hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Medan.

5. Jero Wacik

KPK menetapkan Menteri Energi dan Sumber


Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik sebagai
tersangka terkait indikasi penyimpangan dana di
Kementerian ESDM. Penetapan itu disampaikan
Wakil Ketua KPK Zulkarnaen.

Hingga kini, kasus pria yang pernah menjabat wakil sekjen Partai Demokrat ini masih
bergulir di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.
B. Kasus-kasus korupsi ditahun 2016

1. Bupati Subang Ojang Sohandi

Bupati Subang Ojang Sohandi menjalani


pemeriksaan pada 12 april 2016 dan ditetapkan
sebagai tersangka karena diduga memberikan uang
sebesar Rp 528 juta kepada Jaksa Penuntut Umum yang menangani kasus korupsi anggaran
BPJS Kabupaten Subang . KPK menduga uang tersebut diberikan agar Jaksa Penuntut
meringankan tuntutan terhadap Jajang, dan mengamankan Ojang agar tidak tersangkut kasus
tersebut di persidangan.Selain itu, Ojang juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
gratifikasi. Hal ini bermula saat dilakukan penangkapan terhadap Ojang di Subang, Jawa
Barat.

2. Bupati Rokan Hulu Suparman

Pada April 2016, KPK menetapkan Bupati terpilih


Rokan Hulu, Suparman sebagai tersangka. Suparman
ditahan setelah menjalani pemeriksaan kedua sebagai
tersangka dalam dugaan tindak pidana korupsi
menerima pemberian atau janji terkait pembahasan R-APBD tahun 2014 dan 2015.

3. Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam

Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan melakukan
penyalahgunaan wewenang dalam pemberian izin pertambangan nikel di dua kabupaten di
Sultra, selama 2009 hingga 2014. Nur Alam diduga melakukan penyalahgunaan wewenang
sehingga memperkaya diri sendiri dan orang lain atau korporasi, dengan menerbitkan SK
Persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan dan Persetujuan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Eksplorasi. Selain itu, penerbitan SK Persetujuan Peningkatan Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT
Anugrah Harisma Barakah (AHB), selaku perusahaan yang melakukan penambangan nikel di
Kabupaten Buton dan Bombana, Sulawesi Tenggara. Penyidik KPK menduga Nur Alam
menerima pemberian dari pihak swasta dalam setiap penerbitan izin pertambangan yang
dikeluarkan tanpa mengikuti aturan yang berlaku.

4. Bupati Banyuasin, Yan Anton Ferdian

KPK menetapkan Bupati Banyuasin, Yan Anton Ferdian


sebagai tersangka dalam kasus suap terkait proyek di
Dinas Pendidikan dan dinas lainnya di Kabupaten
Banyuasin.Yan Anton diduga menerima suap terkait
proses perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan proyek pengadaan barang dan jasa Dinas
Pendidikan Kabupaten Banyuasin.

5. Wali Kota Madiun, Bambang Irianto

Bambang diduga menerima gratifikasi saat


menjabat sebagai Wali Kota pada periode 2009-
2014. Bambang diduga secara langsung maupun
tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, dan penyewaan
proyek pembangunan Pasar Besar Kota Madiun.

6. Bupati Tanggamus, Bambang Kurniawan

KPK menetapkan Bupati Tanggamus Bambang


Kurniawan sebagai tersangka. Bambang diduga
menyuap sejumlah anggota DPRD Kabupaten
Tanggamus, terkait pengesahan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2016.
7. Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome

KPK kembali menetapkan Marthen Dira Tome sebagai tersangka dalam kasus dugaan
korupsi dana pendidikan luar sekolah (PLS) di Nusa Tenggara Timur. Status tersangka
Marthen pada November 2014 lalu, pernah dibatalkan oleh hakim dalam gugatan
praperadilan.Lalu pada November 2016, Marthen ditangkap di kawasan Tamansari, Jakarta
Barat.

8. Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun

Penetapan Samsu sebagai tersangka terkait dugaan


suap kepada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi,
Akil Mochtar. Menurut Samsu, pemberian uang Rp
1 miliar itu berkaitan dengan sengketa Pilkada Buton
yang bergulir di MK.

9. Wali Kota Cimahi, Atty Suharti

KPK menetapkan Wali Kota Cimahi Atty


Suharti dan suaminya M Itoc Tochija sebagai
tersangka. Selain keduanya, KPK juga
menetapkan dua orang pengusaha yakni
Triswara Dhanu Brata dan Hendriza Soleh
Gunadi sebagai tersangka pemberi suap. Dalam pemeriksaan, para penyuap mengakui bahwa
pemberian sebesar Rp 500 juta kepada Atty dan Itoc terkait proyek pembangunan tahap dua
Pasar Atas Baru Cimahi. Kedua pengusaha ingin menjadi kontraktor proyek pembangunan
pasar yang nilai total proyeknya mencapai Rp 57 miliar.
10. Bupati Nganjuk, Taufiqurrahman

Taufiq ditetapkan sebagai tersangka setelah diduga


terlibat korupsi terkait 5 proyek pembangunan
infrastruktur di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2009.
Selain itu, ia juga disangka menerima gratifikasi sejak
tahun 2008.

C. Kasus-kasus korupsi ditahun 2017

1. Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti

KPK menetapkan Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti sebagai


tersangka, Kamis (22/6/2017). Ia ditetapkan sebagai tersangka
setelah ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK
pada Rabu (21/6/2017), atas dugaan suap pada proyek
peningkatan jalan TES-Muara Aman dan proyek peningkatan
jalan Curug Air Dingin Kabupaten Rejang Lebong.

Selain Ridwan, istrinya Lily Martiani Maddari, Direktur PT


Statika Mitra Sarana (PT SMS) Jhoni Wijaya, dan pengusaha Rico Dian Sari juga menjadi
tersangka kasus dugaan suap tersebut. PT SMS merupakan pemenang dua proyek jalan
tersebut. Dalam kasus ini, Ridwan diduga mendapat commitment fee Rp 4,7 miliar dari
proyek itu. Suap untuk Ridwan diberikan oleh Jhoni. Istri Ridwan ikut menjadi tersangka
karena diduga sebagai perantara suap dari Jhoni. Uang suap itu diduga diberikan Jhoni
melalui Rico.
2. Bupati Pamekasan Achmad Syafii

KPK menetapkan Bupati Pamekasan Achmad Syafii sebagai tersangka


pada Rabu (2/8/2017) dalam kasus dugaan suap untuk menghentikan
penanganan kasus korupsi penyelewengan dana desa. Selain Achmad,
KPK menetapkan empat orang lainnya sebagai tersangka yakni Kepala
Kejaksaan Negeri Pamekasan Rudi Indra Prasetya, Kepala Inspektorat
Kabupaten Pamekasan, Sucipto Utomo, Kepala Desa Dasuk Agus
Mulyadi, dan Kepala Bagian Administrasi Inspektorat Kabupaten Pamekasan Noer
Solehhoddin. Kasus ini berawal dari laporsn sejumlah lembaga swadaya masyarakat soal
dugaan penyimpangan anggaran dalam proyek infrastruktur senilai Rp 100 juta yang
menggunakan dana desa. Anggota LSM melaporkan Kepala Desa Dassok, Agus Mulyadi, ke
Kejaksaan Negeri Pamekasan. Laporan itu sempat ditindaklanjuti Kejari Pamekasan dengan
melakukan pengumpulan bahan dan keterangan.

3. Bupati Batubara OK Arya Zulkarnaen

KPK menetapkan Bupati Batubara OK Arya Zulkarnaen sebagai


tersangka pada Kamis (14/9/2017), pasca-operasi tangkap tangan
yang dilakukan sehari sebelumnya. Dalam kasus ini, selain Bupati
OK Arya, empat orang lainnya yakni Kadis Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR) Helman Herdady, seorang pemilik dealer
mobil Sujendi Tarsono alias Ayen, dua orang kontraktor bernama
Maringan Situmorang dan Syaiful Azhar, turut ditetapkan sebagai
tersangka. OK Arya menjadi tersangka kasus suap pengerjaan pembangunan infrastruktur di
Kabupaten Batubara tahun 2017.
D. Korupsi Ditahun 2018

1. Bupati Cianjur, Irvan Rivano Muchtar

KPK menangkap Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar di


rumah dinasnya. Ia bersama tiga orang lainnya ditetapkan
tersangka. Irvan diduga bersama tiga orang tersebut meminta,
menerima, atau memotong dana alokasi khusus (DAK) pendidikan Kabupaten Cianjur sekitar
14,5 persen dari total Rp 46,8 miliar. Diduga alokasi komisi untuk Irvan sebesar 7 persen dari
alokasi DAK tersebut.

2. Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolando Berutu

Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolando Berutu tertangkap


tangan oleh KPK. Remigo menjadi tersangka karena
diduga menerima suap sekitar Rp 550 juta dari para
kontraktor yang mengerjakan proyek pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pakpak Bharat.

3. Bupati Bekasi, Neneng Hassanah Yasin

KPK melakukan OTT terhadap Bupati Bekasi Neneng


Hassanah Yasin dan empat pejabat dinas. KPK juga
mengamankan dua konsultan dan Direktur Operasional
Lippo Group, Billy Sindoro. Neneng bersama sejumlah kepala dinas menjadi tersangka
karena diduga dijanjikan menerima suap sekitar Rp 13 miliar dari pengembang Lippo Group
terkait proses perizinan proyek pembangunan Meikarta di Cikarang. Nilai suap yang sudah
diterima mencapai Rp 7 miliar.
4. Wali Kota Pasuruan, Setiyono

KPK melakukan OTT terhadap Wali Kota Setiyono


sebagai tersangka karena diduga menerima suap dari
pengusaha Muhammad Baqir. Dugaan suap itu terkait
proyek belanja modal gedung dan bangunan
pengembangan pusat layanan usaha terpadu pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Pemkot
Pasuruan. Pada 7 September 2018, setelah Baqir ditetapkan sebagai pemenang lelang proyek,
Baqir menyerahkan uang Rp 115 juta kepada Setiyono melalui pihak perantara.

5. Bupati Lampung Selatan, Zainudin Hasan

Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan diamankan


oleh KPK,diduga menerima hadiah atau janji sebesar Rp
600 juta dari pemilik CV 9 Naga, Gilang Ramadhan,
yang meminta ditunjuk sebagai pelaksana proyek
infrastruktur di Lampung Selatan. Dalam pengembangan kasusnya, ia juga diduga melakukan
tindak pidana pencucian uang dengan menyamarkan hasil korupsinya ke dalam bentuk aset-
aset atas nama pribadi, keluarga atau pihak lainnya.

6. Kalapas Sukamiskin, Wahid Husein

KPK menangkap Kepala Lapas Sukamiskin Wahid


Husein atas dugaan korupsi pemberian fasilitas dan izin
khusus bagi sejumlah narapidana. KPK juga menangkap
staf Wahid bernama Hendry Saputra. Dalam kasus ini,
Fahmi yang merupakan narapidana kasus korupsi di Lapas Sukamiskin disangka menyuap
Kepala Lapas Wahid Husein. KPK menduga Fahmi dibantu Hendry Saputra dan Andri
Rahmat dalam menjalankan aksinya menyuap Wahid.
7. Bupati Labuhanbatu, Pangonal Harahap

KPK mengamankan Bupati Labuhanbatu Pangonal Harahap


karena menerima suap terkait proyek-proyek di lingkungan
Labuhanbatu tahun anggaran 2018. Bukti transaksi sebesar
Rp 576 juta dalam kegiatan ini diduga merupakan bagian
dari pemenuhan dari permintaan Pangonal sekitar Rp 3 miliar dari pengusaha bernama
Effendy Sahputra.

8. Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eni Maulani Saragih

KPK melakukan OTT terhadap sejumlah pihak, termasuk


Wakil Ketua Komisi VII DPR Eni Maulani Saragih. KPK
juga mengamankan salah satu pemegang saham Blackgold
Natural Resources Limited, Johannes Budisutrisno Kotjo. Ia diduga menjadi pihak pemberi
suap sebesar Rp 4,8 Milyar yang merupakan komitmen fee 2,5 persen dari nilai kontrak
proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt. Keduanya terjerat dalam kasus dugaan suap atas
kesepakatan kontrak kerja sama pembangunan PLTU Riau-1 di Provinsi Riau.

9. Bupati Bener Meriah, Ahmadi

Bupati Bener Meriah Ahmadi bersama Gubernur Aceh


Irwandi Yusuf diamankan karena memberi suap kepada
Irwandi sebesar Rp 500 juta bagian dari Rp 1,5 miliar
terkait fee ijon proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang bersumber dari Dana
Otonomi Khusus Aceh Tahun 2018.
10. Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar

KPK melakukan OTT karena diduga menerima pemberian


dari kontraktor Susilo Prabowo melalui pihak swasta
bernama Bambang Purnomo sekitar Rp 1,5 miliar terkait
ijon proyek-proyek pembangunan sekolah lanjutan pertama
di Blitar dengan nilai kontrak Rp 23 miliar.

E. Kasus Korupsi di tahun 2019

1.Muhammad Romahurmuzy

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadikan


Ketua Umum PPP, Romahurmuziy, sebagai tersangka
kasus dugaan suap jabatan di Kementerian

Dalam operasi tersebut, tim KPK menyita uang sebesar


Rp156.758.000. Uang tersebut, menurut Laode, hanya
sebagian kecil dari pemberian-pemberian yang sebelumnya.

Dalam perkara ini ia diduga bersama-sama dengan pihak Kementerian Agama RI menerima
suap untuk memengaruhi hasil seleksi jabatan pimpinan tinggi di Kementerian Agama RI
yakni kepala kantor kemenag Kabupaten Gresik dan kepala kantor wilayah Kementerian
Agama Provinsi Jatim.
Analisis Kasus Menteri Agama Suya Dharma Ali

Kata korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” atau corruptus yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut para ahli bahasa, corruptio berasal
dari kata kerja corrumpere, suatu kata dari Bahasa Latin yang lebih tua. Kata tersebut
kemudian menurunkan istilah corruption, corrups (Inggris), corruption (Perancis),
corruptie/korruptie (Belanda) dan korupsi (Indonesia).

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi,
ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang
ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi
masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.

Seorang politikus Indonesia yang berasal dari Jakarta,Surya Dharma Ali pernah menjabat
sebagai pemimpin Kementrian Agama Republik Indonesia pada tahun 2009-2014.Ia adalah
orang ke-20 yang menjabat di kursi kementerian tersebut.Sebelumnya jabatan tersebut
diduduki oleh Mari Elka Pangestu.

Surya Dharma Ali ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantaan Korupsi (KPK)
pada tanggal 22 Mei 2014.Hal itu termasuk berita yang mengejutkan mengingat Surya
Dharma Ali adalah Menteri Agama yang menegakkan moral dalam kehidupan beragama
yang seharusnya menjauhi hal yang merusak dirinya dan pastinya negara.Ia dituntut pidana
penjara selama 11 tahun, pidana denda sebesar 750 juta subsider 6 bulan kurungan atau 2,232
juta subsider 4 tahun penjara dan ia juga diberi pidana tambahan yaitupencabutan hak-hak
untuk menduduki jabatan publik selama 5 tahun terhitung sejak ia selesai menjalani masa
kurungannya.KPK menangkap Surya Dharma Ali karena kasus penyalahgunaan wewenang
dalam pengelolaan dana haji.Berikut ini penjelasan kasus-kasus korupsi yang dilakukannya.
1.Menunjuk Orang-Orang Tertentu Yang Tidak Memenuhi Persyaratan Menjadi Petugas
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi

Dalam penyelenggaraan ibadah haji dan penggunaan dana operasional menteri, Surya
menunjuk orang-orang tertentu yang tidak memenuhi persyaratan dalam menjadi Petugas
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi yang setiap tahunnya diputuskan
melalui Surat Keputusan Menteri Agama.

Surat Keputusan Menteri Agama berisi persyaratan umum sebagai PPIH arab saudi
diantaranya harus PNS Kementrian Agama,Kementerian/Instansi terkait dan diusulkan oleh
pimpinan Instansi/Unit Terkait, serta harus melalui mekanisme tes dan pembekalan.Dengan
menyalahgunakan wewenangnya Suryadharma Ali memerintahkan untuk menyetujui orang-
orang yang direkomendasikan oleh Dirjen PHU Slamet Riyanto untuk dapat menunaikan
ibadah haji gratis dengan menjadi petugas PPIH Arab Saudi.Padahal seharusnya penunjukan
petugas PPHI Arab Saudi harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam pedoman
Rekrutmen, diantaranya PNS Kemenag atau Kementrian/Instansi yang terkait, diusulkan oleh
pimpinan Instansi/Unit terkait dan harus melalui proses seleksi.

Setelah dikeluarkan Surat Keputusan mengenai pembentukan PPIH,Surya menunjuk Ahmad


Kartono untuk membayarkan biaya operasional berupa uang harian dan transport yang
bersumber dari APBN kepada 40 Petugas PPIH Arab Saudi yang telah ditunjuk olehnya
sejumlah Rp2,837 milyar.Selain itu,ia memerintah Saefudin untuk memasukkan orang-orang
dekat Surya termasuk isteri dan keluarganya, staff khusus menteri dan adiknya, ajudan,
pegawai pribadi, sekretaris menteri, wakil sekretaris menteri, Staff TU Kemenag, Staff
khusus isteri dari Suryadharma Ali agar dapat menunaikan Ibadah Haji dengan gratis.

Mengangkat Petugas Pendamping Amirul Hajj Tidak Sesuai Ketentuan

Selain menunjuk petugas PPIH Arab Saudi tanpa memenuhi kriteria persyaratan,ia juga
menunjuk petugas Amirrul Hajj tidak sesuai ketentuan,ia memberangkatkan istri dan orang-
orang terdekatnya menunaikan haji secara gratis dan memerintahkan beberapa orang untuk
memudahkan melaksanakan tugasnya.

2. Dalam Penggunaan Dana Operasional Menteri

Suryadharma Ali sebagai Pengguna Anggaran pada Kemenag, mendaptakan Dana


Operasional Menteri yang bersumber dari APBN.Setelah DOM dicairkan Suryadharma Ali
memerintahkan Rosandi atau Saefuddin A. Syafi’i untuk membayarkan sebagian DOM
kepada pihak-pihak tertentu di luar tujuan diberikannya DOM.Suryadharma Ali juga
menggunakan DOM untuk kepentingan pribadi serta diberikan kepada pihak lain yang tidak
sesuai dengan ketentuan penggunaan DOM diantaranya untuk THR, sumbangan kepada
kolega, staf dan pihak yang tidak sesuai.

3. Penyewaan Perumahan Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi

Pada tahun 2010, Tim Penyewaan Perumahan jemaah haji Indonesia melakukan proses
penyewaan perumahan jemaah haji Indonesia di Arab Saudi. Dalam prosesnya tim tersebut
menerima berkas-berkas penawaran 4 rumah yang menjadi perumahan jemaah haji Indonesia
yang dijanjikan akan memberikan fee sejumlah SR25 per jemaah. Setelah tim melakukan
verifikasi terhadap 4 rumah yang ditawarkan , tim memutuskan untuk menolak perumahan
tersebut karena rawan kriminalitas dan daerahnya tidak familier dengan jemaah haji
Indonesia. Atas penolakan tersebut, dengan dibantu oleh pihak kader Partai Persatuan
Pembangunan akhirnya Surya Dharma Ali menyutujui pelancaran penawaran tersebut. Lalu
Suryadharma Ali menerima pemberian berupa potongan kain penutup ka’bah (kiswah)
sebagai imbalan karena telah membantu meloloskan rumah-rumah yang ditawarkan oleh
Cholid melalui Mukhlisin.

4. Pemanfaatan Sisa Kuota Nasional Tahun 2010-2012

Dalam pemberangkatan jemaah haji tahun 2010 dilaksanakan tanpa berdasarkan antrian
nomor porsi yang mengakibatkan setoran yang disetorkan tidak cukup untuk membayar biaya
tidak langsung seperti biaya penerbangangan petugas kloter, general service dan biaya
operasional baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi . Oleh karena itu untuk menutup
keuangan nya ,atas persetujuan Suryadharma Ali menggunakan setoran yang telah disetorkan
oleh calon jemaah haji lain yang masih dalam antrian.Dan hal itu terus dilakukan untuk
pemberangkatan jemaah haji pada tahun 2010,2011,dan 2012.

Anda mungkin juga menyukai