Anda di halaman 1dari 18

RSU HATI MULIA

PANDUAN KRITERIA GIZI

RUMAH SAKIT HATI MULIA KENDARI


2022

1
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA
NOMOR : /PER/DIR/ /201
TENTANG
PANDUAN KRITERIA GIZI
DI RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSU HATI MULIA, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan Gizi yang bermutu tinggi.

b. Bahwa agar pelayanan Gizi di RSU HATI MULIA dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur RSU HATI MULIA sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Gizi di RSU HATI MULIA

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan


dengan Peraturan Direktur RSU HATI MULIA.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang kualitas pangan yang dikonsumsi harus
memenuhi beberapa criteria, diantaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat
terjangkau oleh daya beli masyarakat.

5. Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan & Kepmenkes Nomor


715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga

6. Menurut UU RI No. 7 tentang Pangan Tahun 1996, Pasal 16 ayat (1) “ Setiap orang yang
memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai
kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran
yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia” dan ayat (3) “ Pemerintah
menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara
pebgemasan pangan tertentu yang diperdagangkan”.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tanggal 6 Februari 2008


tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret 2007


tentang Standar Profesi Gizi

9. Peraturan Menkes RI Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga


Kesehatan

2
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

12. Permenkes Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan


Makanan

14. Peringatan Publik BPOM Nomor KH.00.02.1.55.2890 Tahun 2009 tentang “ Plastik
Kresek “ dan Keterangan Pers BPOM Nomor KH.00.02.1.55.2888 Tahun 2009
TENTANG “ Kemasan Makanan Styrofoam” (lampiran) ditambah dengan penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan terhadap bahaya plastic dan Styrofoam, semakin perlu
diwaspadai.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU HATI MULIA TENTANG KEBIJAKAN


PELAYANAN GIZI DI RSU MITRA SEHAT

Kedua : Kebijakan pelayanan Gizi RSU HATI MULIA sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Peraturan Direktur ini

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelanggaraan pelayanan Gizi RSU HATI MULIA
dilaksanakan oleh Direktur Pembinaan Pelayanan Medik RSU HATI MULIA

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Di tetapkan di: Kendari


Pada tanggal :
Direktur,

dr.Hj. Suhartini, Sp.OG.

3
KEBIJAKAN PENGELOLAAN MAKANAN PADA UNIT GIZI
DI RSU MITRA SEHAT

Kebijakan Umum

kegiatan pelayanan gizi berada dibawah koordinasi Unit Gizi meliputi :

1. Penyelenggaraan Makanan

2. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Jalan

3. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap

4. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan

5. Peralatan di Unit Gizi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku

6. Pelayanan di Unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien

7. Semua petugas Unit Gizi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku

8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)

4
9. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien

10. Penyelenggaraan Makanan pasien dilaksanakan dalam 24 jam

11. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada Orgas RSU HATI MULIA sesuai dengan Keputusan
Kasad Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006

12. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu
bulan sekali

Kebijakan Khusus

1. Kegiatan penyelenggaraan makanan dan nutrisi untuk pasien tersedia secara regular

2. Persiapan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan dan makanan di Unit Gizi
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan resiko kontaminasi dan pembusukan.

3. Persiapan dan pengelolaan bahan makanan dengan memperhatikan prinsip HACCP untuk
mengurangi resiko kontaminasi dan pembusukan.

4. Produk ebteral komersil untuk penyimpanan disesuaikan dengan rekomendasi pabrik

5. Pendistribusian makanan menggunakan system yang dipusatkan (sentralisasi) dan system yang tidak
dipusatkan (desentralisasi), dilakukan secara teoat waktu.

6. Pendistribusian makanan di ruangan dibantu oleh Pembantu Perawat (PP) dengan pengawasan
Nutrisoinis.

7. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan RSU HATI MULIA sesuai diet pasien dan ketentuan
penggunaan Uang Lauk Pauk (ULP) Pasien dinas.

8. Perhitungan dan pemesanan kebutuhan Bahan Makanan sesuai dengan jumlah pasien ruangan dan
siklus menu 10 hari.

5
9. Pasien yang memerlukan diet makanan khusus, direncanakan dietnya dan dipesankan makanan
khusus oleh Kaur ruangan ke Unit Gizi (Sediamak).

10. Pasien masuk perawatan dilakukan skrining gizi untuk mengidentifikasi adanya resiko nutrisi
dilakukan oleh perawat yang pertama menangani pasien.

11. Pasien yang berisiko malnutrisi akan diassesmen lebih lanjut dan dibuat perencanaan terapi gizi.
12. Tingkat kemajuan pasien dan dievaluasi serta didokumentasikan dalam rekam medik.
13. Setiap pasien dan keluarga mendapatkan edukasi gizi sesuai dengan diet dan penyakitnya.

14. Unit Gizi bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah ditetapkan, baik untuk kepentingan
eksternal maupun internal.

15. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi diupayakan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

16. Seluruh Pelayanan Gizi wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Direktur RSU HATI MULIA

dr. Hj. Suhartini,Sp. OG

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga
kualitas hidup yang optimal.Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang.Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat
gizi.Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang


mengutamakan keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang

7
pelayanan kesehatan yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan terbaik pasien
yang diutamakan. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya melalui
pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan pasien, yang disebut dengan
pelayanan gizi berbasis patient safety dan sejalan dengan standar akreditasi.

8
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesehatan pasien. Pengaturan dan pemberian makanan
yang memenuhi kecukupan zat gizi pasien,
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai
status gizi optimal.
b. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
c. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
d. Mempercepat proses penyembuhan.
e. Menurunkan angka kesakitan dan kematian.

9
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Definisi
Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisa masalah gizi, merumuskan
dan mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta
serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki
keinginan untuk tahu lebih dalam.
Dietetic adalah terintegrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, social, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan,
penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan diberbagai area/
lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan yang
sama bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada pelaksanaan
dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil monitoring evaluasi kegiatan
asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan lain yang menangani masalah gizi
tersebut.
Membuat keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik
dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Memecahkan masalah yaitu proses yang terdiri dari indentifikasi masalah gizi,
formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil
Monitoring dan evaluasi gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Nutrisonis adalah seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional dibidang pelayanan gizi, makanan, dietetic, baik dimasyarakat maupun
rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya.

10
Nutrisionis Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan
sarjana gizi yang telah lulus uji kompetisi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undang.
Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,makanan,
dietetic masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetic dalam rangka mencapai status
kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan
berbagai kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang
menekankan pada pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambah dari
proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran yang
objektif untuk perbaikan berkelanjutan.
Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara
individual mulai dari menetapkan kebutuhan energy, komposisi zat gizi yang
mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan
rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi,
komponen diagnose gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta
kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien/klien.
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi,
melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana
gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi dan telah lulus uji kompetensi serta
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin
memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetic dan menyelenggarakan praktik gizi
mandiri.
Rujukan gizi adalah system dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah
gizi, baik secara vertical maupun horizontal.
Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli
Madya Gizi (AMG) yang telah lulus uji kompetensi dan teregitstrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

11
Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga gizi meliputi TRD, NR dan
RD

B. Kebijakan
1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia
6. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
23/KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1306/Menkes/SK/XII/2001 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/PER/VII/2011 tentan
Registrasi Tenaga Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 78 tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)

12
BAB III
TATA
LAKSANA

A. Tata Laksana

1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi
oleh perawatruangan dan penetapan diet awal oleh dokter.Skrining gizi bertujuan
untuk mendidentifikasi pasien yang berisiko, tidak berisisko malnutrisi atau kondisi
khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelaianan metabolik,
hemodialisis, anak, geriatri, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien
dengan imunitas menurun, sakit kritis dan sebagainya.
Idealnya skrinng awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan dengan
kondisi rumah sakit. Contoh metode skrining antar lain Malnutrition Universal
Screening Tools (MUST), Malnutrition Screening Tools (MST), Nutrition Risk
Sreening (NRS) dan sebagainya.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malntrisi, maka
dilakukan pengkajian / assesmen gizi dan dilakukan dengan langkah - langkah Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) oleh dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau
tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika
hasil skrining ulang berisiko malnutrisi makadilakukan Proses Asuhan Gizi
Terstandar.

13
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang
gizi, mengalamikurang gizi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini
merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:

Pasien masuk
opometr
Tidak beresiko Malnutrisi *)

Skrining

Beresiko Malnutrisi
(3). Intervensi Gizi
Perencanaan Implementasi
(2). Diagnosa Gizi
Riwayat Gizi Antropometri Laboraturium Pemeriksaan fisik Riwayat pasien
(1) Asesemen Gizi Problem Etiologi
Sign/ Symptom

(4) Monitoring & Evaluasi


Monitoring Mengukur hasil
TujuanEvaluasi hasil
Tercapai Stop

Pasien
Target tidak
Target Tercapai, ada masalah baru gizi pulang
Tercapai

Bagan 3.1. Siklus Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

a. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1) Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan
termasuk komposisi, polamakan, diit saat ini dan data lain yang
terkait. Selain itu diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap gizi
dan kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan
di lingkungan klien. Gambaran asupan maka dapat digali melaluai
anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
2) Biokimia Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi
organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.
3) Antropometri Merupakan pengukuran fisik individu yang dilakukan
dengan berbagai cara,antar lain pengukuran Tinggi Badan (TB),
pengukuran Berat Badan (BB). Pada kondisitinggi badan tidak dapat

14
diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB), Tinggi Lutut (TL),
Rentang Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti
Lingkar Lengan Atas (LiLA), tebal lipat kulit, lingkar kepala, dan lain
sebagainya dapat dilakukan.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa
ukuran tersebut misalnya Indeks Masa tubuh (IMT).Pemeriksaan fisik
yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada pasien rawat
inap adalah BB.BB pasien sebaiknya dicatat saat pasien masuk
dirawat dan dilakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien
dirawat minimal 7 hari.
4) Pemeriksaan fisik/klinis Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui
adanya kelainan kinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat
menimbulkan masalah gizi. Contoh beberapa
data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi
gigi geligi, masa oto tyang hilang, lemak tubuh yang menumpuk.
5) Riwayat personal data riwayat personal meliputi :
 Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang
dikonsumsi.
 Sosial budaya, meliputi sosial ekonomi, budaya,
kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan pelayanan kesehatan
dan sosial.
 Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait maslah gizi,
riwayat penyakitdahulu dan sekarang, riwayat pembedahan
penyakit kronik atau risikokomplikasi, riwayat penyakit keluarga,
stastus kesehatan mental sertakemampuan kognitif.
 Data umum paisen antara lain umur, pekerjaan dan tingkat
pendidikan.
b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola hubungan antara data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang
spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstuktur
dengan konsep PES atau Problem, Etiologi dan Signs/Symptoms.

15
Diagnosis gizi dikelompokan menjadi tiga (3) domain, yaitu :
1. Domain Asupan
Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan
asupan energi, zat gizi,cairan, substansi bioaktif dari makanan baik
yang melalui oral maupun parenteral danenteral.
2. Domain Klinis
Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi
medis atau fisik/fungsi organ.
3. Domain Perilaku/Lingkungan
Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan
dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan
akses keamanan makanan.
c. Intervensi Gizi
Terdapat dua (2) komponen intervensi gizi yaitu :
1. Perencanaan Intervensi Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi
yang ditegakkan. Output dari intervensi iniadalah tujuan yang
terukur, preskripsi diit dan strategi pelaksanaan (implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi :
 Penetapan tujuan intervensi
 Preskripsi diit
 Menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan
zat gizi individual, jenis diit, bentuk makanan, komposisi zat
gizi, frekuaensi makan/jadwal pemberiandiit, jalur makanan.
2. Implementasi Intervensi
Dietisien melaksanakan dan megkomunikasikan rencana asuhan
kepada pasien dan tenagakesehatan atau tenaga lain yang terkait.
Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data
tersebut dapat menunjukkan respon paisen dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi.
d. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan
keberhasilanimplementasi terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi.
Empat (4) langkah kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu :
1. Monitor perkembangan, antar lain : mengecek pemahaman dan
ketaatan diit pasien,mengecek asupan makan, menetukan apakah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status
gizi pasien tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status

16
hemodinamik serta kondisi metabolik pasien, dan mengidentifikasi
hasil pemeriksaan lain.
2. Mengukur hasil
3. Evaluasi hasil
4. Pencatatan dan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi
antara lain Subjektive Objektive Assesment Planning (SOAP) dan
Assesment Diagnosis Intervensi Monitoring (ADIME). Format
ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.
5. Konseling
Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan
mampumengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurka.
Konseling diberikan kepada pasien dan/atau keluarganya yang
membutuhkan untuk mendapatkan penjelasanan tentang diet yang
harus dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit dan
kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan
kompetensinya.

17
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Skrining Gizi
Seluruh pasien dilakukan skrinig gizi untuk resiko nutrisional sebagai bagian
dari asesmen awal.
Dokumen Asesmen Skrining Gizi ini yang berlaku di RSU sesuai dengan
panduan ini. Menjadi lampiran dokumen yang tidak terpisahkan dengan panduan ini
(terlampir).

B. Asesmen Awal Gizi


Bagi pasien yang mengalami kriteria resiko nutrisional yang telah dilakukan
skrining gizi dari asesmen awal maka dilanjutkan asesmen lanjutan oleh dietisen
dengan menggunakan asesmen awal gizi.
Dokumen Asesmen Awal Gizi ini yang berlaku di RSU sesuai dengan
panduan ini. Menjadi lampiran dokumen yang tidak terpisahkan dengan panduan ini
(terlampir).

C. Asesmen Lanjut Gizi


Bagi pasien yang telah diidentifikasi mengalami kriteria resiko nutrisional
maka dilanjutkan asesmen lanjut oleh dietisen selanjutnya diberi asuhan dan
didokumentasikan di dalan Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dengan
metode ADIME.
Dokumen Asesmen Lanjut Gizi ini yang berlaku di RSU sesuai dengan
panduan ini. Menjadi lampiran dokumen yang tidak terpisahkan dengan panduan ini
(terlampir).

18

Anda mungkin juga menyukai