RAWAT INAP
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU
TENTANG
PANDUAN ASUHAN GIZI RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU
NOMOR :
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU
BAB I
DEFINISI
1.1 Pengertian
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) adalah pendekatan
sistematik dalam memberikan pelayanan yang berkualitas, melalui
serangkaian aktifitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Proses
asuhan gizi terstandar merupakan struktur dan kerangka yang konsisten
yang digunakan untuk memberikan asuhan gizi dan menunjukkan
bagaimana asuhan gizi dilakukan.
Proses asuhan gizi terstandar terdiri atas empat langkah sistematis,
dimulai dari pengkajian gizi (Nutrition Assessment), diagnosis gizi (Nutrition
Diagnosis), intervensi gizi (Nutrition Intervention), monitoring dan evaluasi
gizi (Nutrition Monitoring and Evaluation). Dietisien secara profesional
menggunakan cara berpikir kritisnya dalam membuat keputusan untuk
menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi.
Asuhan gizi rawat inap dilaksanakan oleh dietisien dengan
pendidikan minimal D3 Gizi. Asuhan gizi dibuat sesuai Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Pengkajian gizi dilakukan oleh dietisien dalam waktu 1
x 24 jam. Pelayanan asuhan gizi rawat inap dilaksanakan setiap hari jam
07.00 – 14.00 WIB.
1.2 Tujuan
- Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya.
- Mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta menanamkan dan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku sehat pada pasien rawat inap melalui
kebiasaan makan dan minum yang sesuai anjuran dietnya.
BAB II
RUANG LINGKUP
GAMBAR 2.1
PROSES ASUHAN GIZI RAWAT INAP
DI RS Parindu
Pasien masuk
Skrining ulang secara periodik
assesmen
Diagnosa gizi
Intervensi gizi
Monitoring &
evaluasi
BAB III
TATA LAKSANA
1. Pengukuran antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
- Tinggi badan (TB)
- Berat badan (BB)
- Panjang badan (PB)
- Tinggi lutut (TL) apabila dalam kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur
- Lingkar lengan atas (LILA)
Penilaian status gizi pasien dewasa dilakukan dengan membandingkan
beberapa ukuran tersebut diatas, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT)
yaitu rasio BB menurut TB. Untuk pasien anak menggunakan standar
CDC/Z-score, standar WHO dll. Parameter antropometri yang penting
untuk melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak, dan remaja
adalah pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat diukur melalui
pengukuran antropometri yaitu berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, dan lainnya yang kemudian dibandingkan dengan standar.
2. Data biokimia
Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi
organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan
kesimpulan dari data laboratorium yang terkait dengan masalah gizi
harus selaras dengan data assessment gizi lainnya, seperti riwayat gizi
yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan
sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan pengobatan,
prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan
kimiawi, sehingga hal tersebut perlu dipertimbangkan.
3. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik terkait
dengan masalah gizi merupakan kombinasi dari tanda – tanda vital dan
antropometri yang dikumpulkan dari catatan medik pasien.
4. Anamnesis Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi terdiri dari riwayat gizi dahulu dan riwayat gizi
sekarang. Riwayat gizi dahulu merupakan data meliputi adanya alergi
terhadap makanan, pola makan, susunan menu seimbang dan
pemberian ASI pada anak. Sedangkan riwayat gizi sekarang meliputi
data tentang nafsu makan, kemampuan menelan dan mengunyah,
adanya mual muntah, nutrisi parenteral serta enteral yang diberikan,
intake makanan pada saat di rumah sakit, makanan yang dikonsumsi
selain makanan dari rumah sakit.
5. Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi riwayat penyakit dahulu dan sekarang.
b. Diagnosis Gizi/ Nutrition Diagnosis
Diagnosis gizi merupakan langkah mencari pola dan hubungan antara data
yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilih
masalah gizi yang spesifik dan menentukan masalah gizi secara singkat dan
jelas menggunakan terminologi sesuai dengan standart rumah sakit.
Pernyataan diagnosis gizi menggunakan PES (Problem Etiologi Sign
Symptom). Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu NI
(Domain Intake), NC (Domain Klinis), dan NB (Domain Perilaku/lingkungan).
c. Intervensi Gizi/ Nutrition Intervention
Intervensi gizi yang dilakukan meliputi :
1. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.
Menentukan target asupan makanan. Menetapkan tujuan dan prioritas
intervensi berdasarkan masalah gizinya, penyebab, gejala dan tanda.
Perencanaan intervensi meliputi, penetapan tujuan intervensi dan
preskripsi diet. Preskripsi diet secara singkat menggambarkan
rekomendasi mengenai kebutuhan zat gizi, jenis diet, frekuensi
pemberian diet, dan rute pemberian diet.
2. Implementasi Intervensi
Bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan lain yang terkait serta rencana edukasi/KIE yang diberikan ke
pasien. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas apa,
dimana, kapan, dan bagaimana intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini
juga termasuk pengumpulan data kembali, agar dapat menunjukkan
respon pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
d. Monitoring dan Evaluasi/ Nutrition Monitoring and Evaluation
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang dilakukan untuk mengetahui
respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Yang dilakukan dalam monitoring dan evaluasi adalah :
1. Menentukan rencana monev yang akan dilakukan berdasarkan skor
hasil skrining status nutrisi awal dengan ketentuan sebagai berikut :
- Jika skor < 2 maka monev dilakukan setiap 7 hari ditulis di CPPT
dengan format ADIME.
- Jika skor ≥ 2 maka monev dilakukan setiap 3 hari ditulis di CPPT
dengan format ADIME.
- Jika skor ≥ 5 maka monev dilakukan setiap hari ditulis di CPPT
dengan format ADIME.
2. Menentukan hasil monev
Tiga langkah monitoring dan evaluasi gizi :
1. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati kondisi klien/ pasien
yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi apakah sesuai dengan
yang diharapkan.
2. Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi.
Parameter yang harus diukur adalah berdasarkan tanda dan gejala dari
diagnosis gizi.
3. Evaluasi hasil
Berdasarkan tahapan diatas, didapatkan 4 jenis hasil :
a. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait dengan gizi yaitu,
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia, dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi dari berbagai sumber.
c. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh
pada asupan makan dan zat gizi.
d. Dampak pada pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya.
b. Perawat
1. Merujuk pasien yang beresiko maupun sudah terjadi malnutrisi
maupun kondisi khusus ke dietisien.
2. Melakukan pemantauan asupan terhadap makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan kepada
dietisien bila terjadi perubahan pada kondisi pasien.
c. Dietisien
1. Melakukan assessment/ pengkajian gizi pada pasien yang beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengukuran antropometri,
pencatatan hasil laboratorium, fisik klinik, interpretasi data riwayat gizi
dan riwayat personal.
2. Mengidentifikasi masalah/ diagnosa gizi berdasarkan hasil assessment
dan menetapkan prioritas diagnosa gizi.
3. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet
yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan
edukasi/ konseling.
4. Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan kondisi pasien dan
diet definitive.
5. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam
pelaksanaan intervensi gizi.
6. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
7. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
8. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
9. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada rekam medik pasien.
10. Melakukan assessment gizi ulang (reassessment) apabila tujuan belum
tercapai.
11. Melaksanakan visite dengan atau tanpa dokter.
12. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,
perawat, farmasi, anggota tim asuhan gizi lain, pasien/ klien dan
keluarganya, dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan asuhan gizi.
d. Farmasi
1. Mempersiapkan obat dan zat gizi yang terkait dengan misalnya vitamin,
mineral, elektrolit, nutrisi parenteral, dan lain sebagainya.
2. Melakukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral pada pasien oleh perawat.
4. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi
obat dan makanan.
DOKUMENTASI
Demikian Panduan Asuhan Gizi Rawat Inap di RS Parindu ini dibuat demi
kelancaran dan ketertiban proses pelayanan. Bilamana ada perkembangan dan
perbaikan terhadap panduan ini, maka dapat dilakukan koreksi demi
kemajuan pelayanan gizi.
Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU