Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN SKRINING STATUS NUTRISI

RAWAT INAP

RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU


Dsn. Dohik Empaning, Ds. Binjai, Kecamatan Tayan
Hulu, Kabupaten Sanggau
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
BAB IV DOKUMENTASI
BAB V PENUTUP
KOP SURAT RUMAH SAKIT PARINDU

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU
TENTANG
PANDUAN ASUHAN GIZI RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU

NOMOR :

DIREKTUR RUMAH SAKIT PARINDU SANGGAU,

Menimbang : a. bahwa untuk mempercepat proses penyembuhan,


mempertahankan dan meningkatkan status gizi,
menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku sehat pada pasien rawat inap melalui kebiasaan
makan dan minum;
b. bahwa untuk mewujudkan tujuan sebagaimana
dituangkan dalam huruf a dibutuhkan pola asuhan gizi
secara berkesinambungan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a diatas, maka perlu ditetapkan dalam suatu
keputusan Direktur RS Parindu tentang Panduan Asuhan
Gizi Rawat Inap di RS Parindu;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


3. Undang–Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Aparatur
Sipil Negara;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga
Gizi;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga kesehatan;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat
Propinsi;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Medical Staff By Laws
Di Rumah Sakit;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/
2008 tentang Pedoman Penyusunan Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS PARINDU TENTANG PANDUAN


ASUHAN GIZI RAWAT INAP DI RS PARINDU.

KESATU : Panduan asuhan gizi rawat inap sebagaimana tercantum


dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini.

KEDUA : Dengan diberlakukannya keputusan ini, maka Keputusan


Direktur Nomor 445/204/412.2020.1/SK/2017 tentang
Pemberlakuan Panduan Asuhan Gizi Rawat Inap di nyatakan
dicabut dan tidak berlaku lagi
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan atau
kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU

dr. MISLAINI MATONDANG


NIP : 00.0516.0273.0056
Lampiran I SK Direktur RUMAH SAKIT
PARINDU SANGGAU
Nomor :
Tanggal : ….. Juni 2023
Tentang : Panduan Asuhan Gizi Rawat Inap

BAB I

DEFINISI

1.1 Pengertian
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) adalah pendekatan
sistematik dalam memberikan pelayanan yang berkualitas, melalui
serangkaian aktifitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Proses
asuhan gizi terstandar merupakan struktur dan kerangka yang konsisten
yang digunakan untuk memberikan asuhan gizi dan menunjukkan
bagaimana asuhan gizi dilakukan.
Proses asuhan gizi terstandar terdiri atas empat langkah sistematis,
dimulai dari pengkajian gizi (Nutrition Assessment), diagnosis gizi (Nutrition
Diagnosis), intervensi gizi (Nutrition Intervention), monitoring dan evaluasi
gizi (Nutrition Monitoring and Evaluation). Dietisien secara profesional
menggunakan cara berpikir kritisnya dalam membuat keputusan untuk
menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi.
Asuhan gizi rawat inap dilaksanakan oleh dietisien dengan
pendidikan minimal D3 Gizi. Asuhan gizi dibuat sesuai Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Pengkajian gizi dilakukan oleh dietisien dalam waktu 1
x 24 jam. Pelayanan asuhan gizi rawat inap dilaksanakan setiap hari jam
07.00 – 14.00 WIB.

1.2 Tujuan
- Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya.
- Mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta menanamkan dan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku sehat pada pasien rawat inap melalui
kebiasaan makan dan minum yang sesuai anjuran dietnya.
BAB II

RUANG LINGKUP

2.1 Tempat Layanan


- Irna Anggrek
- Irna Wijaya Kusuma
- Irna penyakit dalam
- Irna bedah
- Irna paru
- Irna jantung
- Irna syaraf
- Irna anak
- Irna obsgyn & kamar bersalin
- Irna gedung H
- ICU
- ICCU
2.2 Sasaran
- Pasien rawat inap
2.3 Alur Proses Asuhan Gizi Rawat Inap

GAMBAR 2.1
PROSES ASUHAN GIZI RAWAT INAP
DI RS Parindu

Pasien masuk
Skrining ulang secara periodik

Skrining status nutrisi

Tidak beresiko malnutrisi Beresiko malnutrisi

assesmen

Diagnosa gizi

Intervensi gizi

Monitoring &
evaluasi
BAB III

TATA LAKSANA

3.1 PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui
serangkaian kegiatan mulai dari Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis gizi,
Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi. Proses asuhan gizi terstandar
dilakukan pada pasien yang beresiko malnutrisi, pasien tidak beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu. Langkah PAGT
terdiri dari :
a. Pengkajian Gizi/ Nutrition Assessment
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan (yang dicatat
dan berhubungan dengan gizi). Pengkajian gizi dikelompokkan dalam 5
kategori yaitu :
1) Pengukuran antropometri
2) Data biokimia
3) Pemeriksaan fisik klinis
4) Anamnesis riwayat gizi
5) Riwayat personal

1. Pengukuran antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
- Tinggi badan (TB)
- Berat badan (BB)
- Panjang badan (PB)
- Tinggi lutut (TL) apabila dalam kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur
- Lingkar lengan atas (LILA)
Penilaian status gizi pasien dewasa dilakukan dengan membandingkan
beberapa ukuran tersebut diatas, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT)
yaitu rasio BB menurut TB. Untuk pasien anak menggunakan standar
CDC/Z-score, standar WHO dll. Parameter antropometri yang penting
untuk melakukan evaluasi status gizi pada bayi, anak, dan remaja
adalah pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat diukur melalui
pengukuran antropometri yaitu berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, dan lainnya yang kemudian dibandingkan dengan standar.
2. Data biokimia
Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi
organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan
kesimpulan dari data laboratorium yang terkait dengan masalah gizi
harus selaras dengan data assessment gizi lainnya, seperti riwayat gizi
yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan
sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan pengobatan,
prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan
kimiawi, sehingga hal tersebut perlu dipertimbangkan.
3. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik terkait
dengan masalah gizi merupakan kombinasi dari tanda – tanda vital dan
antropometri yang dikumpulkan dari catatan medik pasien.
4. Anamnesis Riwayat Gizi
Anamnesis riwayat gizi terdiri dari riwayat gizi dahulu dan riwayat gizi
sekarang. Riwayat gizi dahulu merupakan data meliputi adanya alergi
terhadap makanan, pola makan, susunan menu seimbang dan
pemberian ASI pada anak. Sedangkan riwayat gizi sekarang meliputi
data tentang nafsu makan, kemampuan menelan dan mengunyah,
adanya mual muntah, nutrisi parenteral serta enteral yang diberikan,
intake makanan pada saat di rumah sakit, makanan yang dikonsumsi
selain makanan dari rumah sakit.
5. Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi riwayat penyakit dahulu dan sekarang.
b. Diagnosis Gizi/ Nutrition Diagnosis
Diagnosis gizi merupakan langkah mencari pola dan hubungan antara data
yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilih
masalah gizi yang spesifik dan menentukan masalah gizi secara singkat dan
jelas menggunakan terminologi sesuai dengan standart rumah sakit.
Pernyataan diagnosis gizi menggunakan PES (Problem Etiologi Sign
Symptom). Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu NI
(Domain Intake), NC (Domain Klinis), dan NB (Domain Perilaku/lingkungan).
c. Intervensi Gizi/ Nutrition Intervention
Intervensi gizi yang dilakukan meliputi :
1. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.
Menentukan target asupan makanan. Menetapkan tujuan dan prioritas
intervensi berdasarkan masalah gizinya, penyebab, gejala dan tanda.
Perencanaan intervensi meliputi, penetapan tujuan intervensi dan
preskripsi diet. Preskripsi diet secara singkat menggambarkan
rekomendasi mengenai kebutuhan zat gizi, jenis diet, frekuensi
pemberian diet, dan rute pemberian diet.
2. Implementasi Intervensi
Bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan lain yang terkait serta rencana edukasi/KIE yang diberikan ke
pasien. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas apa,
dimana, kapan, dan bagaimana intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini
juga termasuk pengumpulan data kembali, agar dapat menunjukkan
respon pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
d. Monitoring dan Evaluasi/ Nutrition Monitoring and Evaluation
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang dilakukan untuk mengetahui
respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Yang dilakukan dalam monitoring dan evaluasi adalah :
1. Menentukan rencana monev yang akan dilakukan berdasarkan skor
hasil skrining status nutrisi awal dengan ketentuan sebagai berikut :
- Jika skor < 2 maka monev dilakukan setiap 7 hari ditulis di CPPT
dengan format ADIME.
- Jika skor ≥ 2 maka monev dilakukan setiap 3 hari ditulis di CPPT
dengan format ADIME.
- Jika skor ≥ 5 maka monev dilakukan setiap hari ditulis di CPPT
dengan format ADIME.
2. Menentukan hasil monev
Tiga langkah monitoring dan evaluasi gizi :
1. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati kondisi klien/ pasien
yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi apakah sesuai dengan
yang diharapkan.
2. Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi.
Parameter yang harus diukur adalah berdasarkan tanda dan gejala dari
diagnosis gizi.
3. Evaluasi hasil
Berdasarkan tahapan diatas, didapatkan 4 jenis hasil :
a. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait dengan gizi yaitu,
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia, dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi dari berbagai sumber.
c. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh
pada asupan makan dan zat gizi.
d. Dampak pada pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya.

3.2 KOORDINASI PELAYANAN/ KOLABORASI


Koordinasi atau komunikasi antar disiplin ilmu yang sangat diperlukan
untuk memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan, dietisien harus berkolaborasi dengan dokter, perawat,
farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dengan pemberian
pelayanan asuhan gizi. Maka dari itu setiap tenaga kesehatan perlu
mengetahui peranan masing–masing tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan pelayanan.
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
Dokter berperan sebagai ketua tim asuhan gizi, yang bertanggung jawab
atas pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Dokter menegakkan
diagnosa dan menetapkan terapi secara keseluruhan, memberi penilaian
akhir tentang status gizi pasien, menetapkan preskripsi diet, dan mengirim
atau merujuk pasien ke dietisien untuk mendapatkan penyuluhan dan
konsultasi gizi. Dokter melakukan evaluasi tentang pelayanan gizi yang
diberikan berdasarkan masukan dari dietisien dan perawat, serta
melakukan perubahan diet jika diperlukan.

b. Perawat
1. Merujuk pasien yang beresiko maupun sudah terjadi malnutrisi
maupun kondisi khusus ke dietisien.
2. Melakukan pemantauan asupan terhadap makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan kepada
dietisien bila terjadi perubahan pada kondisi pasien.
c. Dietisien
1. Melakukan assessment/ pengkajian gizi pada pasien yang beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengukuran antropometri,
pencatatan hasil laboratorium, fisik klinik, interpretasi data riwayat gizi
dan riwayat personal.
2. Mengidentifikasi masalah/ diagnosa gizi berdasarkan hasil assessment
dan menetapkan prioritas diagnosa gizi.
3. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet
yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan
edukasi/ konseling.
4. Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan kondisi pasien dan
diet definitive.
5. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam
pelaksanaan intervensi gizi.
6. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
7. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
8. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
9. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada rekam medik pasien.
10. Melakukan assessment gizi ulang (reassessment) apabila tujuan belum
tercapai.
11. Melaksanakan visite dengan atau tanpa dokter.
12. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,
perawat, farmasi, anggota tim asuhan gizi lain, pasien/ klien dan
keluarganya, dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan asuhan gizi.

d. Farmasi
1. Mempersiapkan obat dan zat gizi yang terkait dengan misalnya vitamin,
mineral, elektrolit, nutrisi parenteral, dan lain sebagainya.
2. Melakukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral pada pasien oleh perawat.
4. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi
obat dan makanan.

e. Tenaga kesehatan lainnya


Tenaga kesehatan lainnya adalah tenaga terapi okupasi, tenaga wicara yang
berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien
dengan gangguan menelan yang berat dan lain sebagainya.
BAB IV

DOKUMENTASI

Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk


pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Format
ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT (Proses Asuhan
Gizi Terstandar). Pencatatan yang digunakan di ruang rawat inap adalah
Rekam Medik Pasien yang dicatat dalam folder-folder. Adapun pencatatan oleh
dietisien dilakukan secara harian dan pelaporan tentang cakupan asuhan gizi
dilakukan setiap bulan.

Pendokumentasian dari kegiatan pelayanan asuhan gizi ruang rawat


inap adalah :
1. Form Rekam Medik meliputi :
 Form pengkajian gizi (RM.RI.63)
 Form rencana asuhan gizi (RM.RI.64)
 Form catatan perkembangan pasien terintegrasi (RM.RI.7)
 Form pemberian edukasi pasien dan keluarga terintegrasi (RM.RI.5b)
2. Pencatatan Harian dalam form kegiatan gizi ruang rawat inap yang meliputi
nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, antropometri (BB, TB, status gizi),
hasil skrining, diagnosa medis, diagnosa gizi, diet yang diberikan, leaflet
yang diberikan, asuransi.
3. Pelaporan Bulanan meliputi :
 Laporan Hasil Kegiatan Asuhan gizi
BAB V
PENUTUP

Demikian Panduan Asuhan Gizi Rawat Inap di RS Parindu ini dibuat demi
kelancaran dan ketertiban proses pelayanan. Bilamana ada perkembangan dan
perbaikan terhadap panduan ini, maka dapat dilakukan koreksi demi
kemajuan pelayanan gizi.

Ditetapkan di : Sanggau
Pada tanggal : ….. Juni 2023
DIREKTUR
RS PARINDU SANGGAU

dr. MISLAINI MATONDANG


NIP : 00.0516.0273.0056

Anda mungkin juga menyukai