Anda di halaman 1dari 38

Etika dan Legal pada End of

Life
PENDAHULUAN
• Kemajuan teknologi menyebabkan pergeseran
paradigma pelayanan kedokteran/ kedokteran gigi.
• Teknologi memerlukan pandangan masalah etika
dan medikolegal.
• Penanganan kegawatdaruratan perlu kepastian &
kecepatan tindakan pelayanan.
• Resusitasi perlu perhatian masalah etika medik.
PROFESIONALISME

PENGETAHUAN & KETERAMPILAN


( Benar - Salah )
+
TATA NILAI ETIKA
( Baik - Buruk )

KEBAIKAN PASIEN
Pelayanan yg profesional & bermartabat
Sumpah danKode Etik
• Sumpah:

• Pasal 1

• Pasal 12:
Non-maleficence – first of all do no harm.
Beneficence – semua usaha untuk kebaikan pasien
kembali sehat , tidak menderita , tidak kesakitan.
Autonomy – menghormati hak pasien , setelah
diberikan cukup informasi , tanpa tekanan.
Justice – mempertimbangkan pemanfaatan sumber
daya yg terbatas secara rasional , adil dan fair.
Masalah Etika
• Keputusan untuk memulai resusitasi
• Keputusan untuk tidak melanjutkan terapi
(yang tidak lagi bermanfaat - futile)
• Keputusan untuk tidak melakukan resusitasi .
• Kriteria penderita dinyatakan sudah mati
(brain death vs vegetative state)
• Keputusan memakai terapi ‘high-tech’ &
tindakan invasif.
Penyakit yang menyebabkan
Kondisi Akhir Hayat
• Kronis : TBC, Pneumonia berat, Edema Paru,
Sirosis hepatis, CKD, Gagal jantung
• Keganasan : CA pancreas, otak, liver, leukemia
• Syaraf : Stroke, Cerebral Palsy, Guillian-Barre
• KLL : multiple trauma (rupture liver,
hemathoraks)
• Keracunan : insektisida, herbisida
Tahap-Tahap Kematian
1. Menolak (denial)
Tahap-Tahap Kematian
2. Marah (anger)
Tahap-Tahap Kematian
3. Tawar-Menawar (bargaining)
Tahap-Tahap Kematian
4. Kemurungan (depresi)
Tahap-Tahap Kematian
4. Menerima (Acceptance)
Tanda-Tanda Klinis Menjelang
Kematian
Kehilangan tonus otot, ditandai :
• Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
• Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan
hilangnya reflek menelan.
• Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai:
nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.
• Penurunan kontrol spinkter urinari dan rektal.
• Gerakan tubuh yang terbatas
• Tidak mampu bergerak
Tanda-Tanda Klinis Menjelang
Kematian
Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai :
• Kemunduran dalam sensasi
• Cyanosis pada daerah ekstermitas
• Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki,
kemudian tangan, telinga dan hidung
Tanda-Tanda Klinis Menjelang
Kematian
Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital :
• Nadi lambat dan lemah
• Tekanan darah turun
• Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak
teratur
Tanda-Tanda Klinis Menjelang
Kematian
Gangguan Sensori berupa :
• Penglihatan kabur, pupil mata melebar
• Gangguan penciuman dan perabaan
• Variasi tingkat kesadaran dapat dilihat
sebelum kematian, kadang-kadang pasien
tetap sadar sampai meninggal
• Pendengaran merupakan sensori terakhir yang
berfungsi sebelum meninggal
Etik Resusitasi Jantung Paru Otak
• Kapan RJPO dilakukan ?
* Henti jantung
* Tidak ada penyakit terminal
* Tidak ada DNR (do not resuscitate)
* Tidak ada resiko untuk penolong
* Jika ragu2  lakukan !
 Permenkes No 585 th 1989 pasal 11 :
Dalam hal pasien tdk sadar dan tdk didampingi
keluarga,memerlukan tindakan terapi maupun
diagnostik untuk menyelamatkan jiwa/cacad,tdk
perlu persetujuan dari siapapun.

 KUHP
Kapan RJPO dihentikan ?
• RJPO efektif dan jantung pasien kembali berdenyut
dan bernafas spontan

• Terbukti ada pesanan DNR

• Terbukti telah terjadi mati biologis.


Tanda pasti kematian : Rigor mortis, Livor Mortis,
pembusukan

• Telah dilakukan RJPO efektif selama minimal 10 menit, dan


selama itu jantung tidak berdenyut . Kecuali pada kasus
tenggelam,keracunan,fibrilasi ventrikel .

•Korban lain kemungkinan tertolong lbh besar


• Penolong kelelahan atau terancam bahaya
Kapan RJPO dihentikan ?
• RJPO efektif dan jantung pasien kembali berdenyut dan bernafas
spontan

• Terbukti ada pesanan DNR

• Terbukti telah terjadi mati biologis.


Tanda pasti kematian : Rigor mortis, Livor Mortis,
pembusukan

•Telah dilakukan RJPO efektif selama minimal 10


menit, dan selama itu jantung tidak berdenyut . Kecuali
pada kasus tenggelam,keracunan,fibrilasi ventrikel .

• Korban lain kemungkinan tertolong lbh besar


• Penolong kelelahan atau terancam bahaya
Penentuan Kematian
permenkes 37 th 2014
• Penentuan Kematian Klinis/Konvensional
• Pasal 8 (1)
• berhentinya fungsi sistem jantung sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti secara
permanen, sesuai standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional
prosedur.
– SK PB IDI No.231/ PB.A.4/07/90. : fungsi pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau
irreversible, atau terbukti telah terjadi kematian batang otak

• Penentuan Mati Batang Otak


• Pasal 9 (1)
• hanya dapat dilakukan oleh tim dokter : 3 (tiga) orang dokter yang kompeten,
harus melibatkan dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis syaraf, bukan
merupakan dokter yang terlibat dalam tindakan transplantasi, pemeriksaan secara
mandiri dan terpisah, di ruang ICU.
MATI KLINIS  MATI BIOLOGIS

RESUSITASI ........ MATI


PENGHENTIAN TINDAKAN
TEURAPETIK

. PERTAHANKAN HIDUP BILA DARI SEGI BIOLOGIS MEMANG DAPAT DIPERTAHANKAN

. PERTIMBANGKAN KUALITAS HIDUP

. JELAS MENUJU KEMATIAN PRIORITAS BERUBAH

. BUKAN HAK & KEWAJIBAN DOKTER dan DOKTER GIGI UNTUK


MEMPERPANJANG PENDERITAAN

. TERAPI TAK DILANJUTKAN BILA HANYA MEMPERPANJANG PROSES KEMATIAN (FUTILITY)


Withholding
Keputusan tidak memulai terapi penunjang kehidupan:
dilakukan tdk akan bermanfaat , tdk merubah outcome.
• Do Not Attempt Resuscitation jika mati klinis.
• Tidak memberi vasopressor pada hipotensi
• Tidak melakukan RRT pada gagal ginjal

Withdrawing
• Keputusan untuk menghentikan terapi penunjang kehidupan.
• Menghentikan ventilasi mekanik , pemberian oksigen , infus
vasopressor , tidak lagi dialysis.
• Ex: brain death, fase terminal penyakit mematikan , status
agonal.
• Keputusan harus melibatkan keluarga (prinsip AUTONOMI)
Kalau begitu dipercepat saja agar tdk menderita ?
Injeksi KCl intravena bolus  VF  meninggal.

EUTHANASIA
Greek: “dying in a good way”
~ Secara sadar mematikan orang yang tidak berdaya akibat sakitnya.
Euthanasia
• Active euthanasia: mematikan pasien dengan
melakukan sesuatu (lethal injection).
• Passive euthanasia: tidak melakukan terapi
sehingga menyebabkan pasien meninggal
• Active euthanasia is killing

34
Asuhan Keperawatan : Anxietas
• Bantu pasien untuk mengurangi ansietasnya,
seperti :
• Berikan kepastian dan kenyamanan.
• Tunjukkan sikap empati, jangan menghindari
pertanyaan yang diungkapkan oleh pasien.
• Dorong pasien untuk mengungkapkan setiap ketakutan
atau permasalahan yang berhubungan dengan
pengobatannya.
• Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
penguatan koping positif
Asuhan Keperawatan : Berduka
• Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaannya. Diskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna
pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum
dan sehat. Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang
dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan
menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang
dalam dan respon berduka
• Berikan perawatan dengan penuh perhatian, seperti :
– Membantu berdandan.
– Mendukung fungsi kemandirian.
– Memberikan obat nyeri saat diperlukan
– Meningkatkan kenyamanan fisik
Diagnosa III : Perubahan proses
dalam keluarga
• Izinkan keluarga atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
• Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat
membantu mengurangi ansietas pasien dan keluarga.
• Jelaskan tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien
dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan pasien.
• Anjurkan keluarga untuk sering berkunjung dan berpartisipasi
dalam tindakan keperawatan Kunjungan dan partisipasi yang
sering dapat meningkatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
Diagnosa IV : Perubahan Distress
• Gali apakah pasien menginginkan untuk melaksanakan
praktek /kegiatan keagamaan karena melalui praktek ini dapat
menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan bagi pasien.
• Berikan privasi dan ketenangan agar pasien dapat
melaksanakan kegiatan keagamaan dan berikan lingkungan
yang memudahkan pasien untuk refleksi dan perenungan.
• Tawarkan untuk berdoa bersama atau membaca buku ke
agamaan yang disediakan oleh rumah sakit.
• Tawarkan untuk menghubungkan bagian rohaniwan rumah
sakit jika dibutuhkan.
EUTHANASIA
MENURUT ETIK & MEDIKOLEGAL
di INDONESIA
– Belum ada aturan hukum euthanasia ,
– Tersirat dlm pasal2 KUHP tentang hukuman bagi
tindakan yg menyebabkan kematian / menghilangkan
nyawa seseorang ( ps 340, 344, 345, 359 )
– Witholding dan withdrawing diatur dalam permenkes
37 th 2014 (legal)
Dokumentasi
• Panduan Pelayanan Pasien Tahap AKHIR HAYAT
• SPO-SPO terkait proses kerja yang disebutkan
di dalam panduan ini :
– Asesmen Pelayanan pasien tahap akhir hayat
– Pelayanan pasien tahap akhir hayat
• Formulir pelayanan konseling pastoral
• Metodologi pendokumentasian proses kerja
ini Di Lembar Catatan Terintegrasi.
Tidak melakukan resusitasi
Tidak melakukan resusitasi
dapat diterima pada keadaan:
dapat diterima pada keadaan:
Masa gestasi < 23 mgg atau
BB < 400 gram
Anensefali
Terbukti trisomi 13 atau 18

Anda mungkin juga menyukai