TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN GIZI
DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 03 SEPTEMBER 2012
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi pada proses penyembuhan dan harus
diperhatikan secara individual. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit
yang terkait dengan gizi pada semua kelompok rentan semakin dirasakan
perlunya penanganan khusus. Pelayanan gizi yang bermutu untuk
mempertahankan gizi yang optimal sehingga tidak terjadi kurang gizi dan
untuk mempercepat penyembuhan sangat diperlukan. Resiko kurang gizi
muncul secara klinis pada orang sakit terutama pada penderita anoreksia,
kondisi mulut atau gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit
saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila yang
tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran pencernaan dan
pasien yang mendapat kemoterapi.
Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit haji memerlukan sebuah
pedoman agar diperoleh pelayanan yang bermutu.
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan gizi rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah
sakit haji jakarta untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien, keperluan
metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, mengoreksi kelainan
metabolisme dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif,dan
promotif.
2. Terapi gizi adalah pelayanan gizi dan konseling yang diberikan kepada
pasien untuk penyembuhan penyakit.
3. Konseling gizi : serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan
perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi
masalah gizi.
4. Dietiesien : Seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang
mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan
bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
5. Nutrisionis : Seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan
dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana
kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
6. Food model adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat
dari bahan sintetis atau asli yang di awetkan, dengan ukuran dan satuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi.
7. Penyelenggaraan Makanan adalah Rangkaian kegiatan dari
perencanaan menu sampai pendistribusian makanan kepada pasien
dalam rangka pencapaian status guzi yang optimal melalui pemberian
diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan
dan evaluasi.
D. LANDASAN HUKUM
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan
Pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai daerah Otonomi.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 tentang Standarisasi
Nasional.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang
Stndar Pelayanan rumah Sakit.
9. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No.
894/MenKes/SKB/VIII/2001 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
No. 35 tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
10. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara Nomor
23/Kep/M.PAN/4/2001 tentang jabatan Fungsional Nutrisionis dan
Angka Kreditnya.
11. Hasil Pertemuan Berkelanjutan Tentang Evaluasi Pedoman PGRS dari
tahun 2002-2003.
12. Keputusan Direktur Rumah Sakit Haji Jakarta Nomor
057/RSHJ/DIR/SK/I/2009 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Di Rumah
sakit Haji Jakarta.
BAB II STANDAR
KETENAGAAN
Dari data diatas jumlah keseluruhan tenaga gizi ada 35 orang. Dari
keseluruhan tenaga tersebut karyawan yang tetap ada 27 orang, karyawan
yang kontrak ada 7 orang dan tenaga harian ada 4 orang. Tenaga Harian
ditempatkan 1 orang di pengantar dan 3 orang di pramusaji. Adapun
analisanya sebagai berikut.
Daftar Ketenagaan Gizi RS Haji Jakarta 2011
No Jenis Pekerjaan Standar Realisasi Kekurangan Kebutuhan
2012
1. Ahli Gizi Ruangan 4 2 2 1
2. Pemasak 13 9 4 1
3. Pramusaji 16 12 4 1
4. Pengantar/pekarya 8 8
5. Petugas Gudang 3 1 2
g. Petugas Administrasi
1) Petugas administrasi umum 1 orang
2) Petugas administrasi pengolahan 1 orang
3) Kecukupan tenaga administrasi (365:275) x 2 orang = 2,66 ~ 3
orang
BAB III
STRUKTUR
STRUKTUR ORGANISASI
SUB BAGIAN GIZI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
Koordinator Pengolahan
Makanan
Pasien dan Karyawan
PJ Administrasi dan
PJ Litbang gizi
B. Distribusi ketenagaan
C. Pengaturan jaga
Pembagian jam kerja dari jumlah tenaga yang ada sbb:
No Jenis Pekerjaan Jumlah Jumlah kary /shihft Keterangan
Shihft
1. Ahli Gizi Non 5 orang
shihft
2. Petugas Gudang Non 2 orang
dan Administrasi shihft
3. Pemasak Snack Non 1 orang
shihft
4. Pengatur Gizi 3 shihft Pagi : 1 orang Bila ada 1 orang libur
(3 orang) Midle : 1 orang hanya terbagi 2
Sore : 1 orang shihft, 1 orang pagi
dan 1 orang sore.
5. Pemasak 3 Shihft Pagi : 2-3 org Bila ada kelebihan
(9 orang) (pagi, Sore : 2 org tenaga shihft pagi 3
sore, Malam : 2 org orang
malam) Lepas Malam dan
libur : 2 org
6. Pengantar 3–4 Pagi : 1-2 orang Bila 1 orang libur
/Pekarya shihft Midle : 1 orang maka terbagi mjd 3
(6 orang) Sore : 1-2 orang shihft, 2 orang pagi, 2
Sebelum ada Malam : 1 orang orang sore & 1 org
tenaga harian. Lepas Malam dan malam.
libur : 1-2 orang Bila ada 2 orang libur
maka terbagi mjd 4
shihft, 1 orang pagi, 1
orang midle, 1 orang
sore &1 orang
malam
Pengantar 3 Shihft Pagi : 2 orang Dengan adanya
/Pekarya Sore : 3 orang penambahan tenaga
(7 orang) Malam : 1 orang harian, pembagian
Setelah ada Lepas Malam dan shift hanya terbagi
tenaga harian. libur : 1-2 orang menjadi 3 shift,
sehingga tenaga
menjadi lebih efektif
dan efisien.
7. Pramusaji 2 shihft Pagi : 4-5 orang Lantai V (Sakinah &
(9 orang) Sore : 3 – 4 orang Istiqomah) Shihft
Sebelum ada pagi 1 orang dan
tenaga harian. Lantai V dan IV shihft sore 1 orang.
jumlah pramusaji Lantai IV (Hasanah 1
5 orang. , Neonatus dan
Lantai III (Syifa Hasanah 2) shihft
dan Afiah) jumlah pagi 1 orang dan
pramusaji 4 orang. shihft sore 1 orang.
Pada lantai V dan
lantai IV ada 1 orang
tenaga yang
bertugas
menggantikan
apabila ada 1 orang
yang libur.
Lantai III (Syifa)
shihft pagi 1 orang
dan shihft sore 1
orang.
Lantai III (Afiah)
shihft pagi 1 orang
dan shihft sore 1
orang.
Pada Ruang Syifa
dan Ruang Afiah
apabila ada yang
libur maka 1 orang
bertugas di 2
ruangan.
Lantai II tidak ada
tenaga pramusaji.
Pramusaji 3 shihft Pagi : 5 orang Lantai V (Sakinah &
(12 orang) Midle : 1 orang Istiqomah) Shihft
Setelah ada Sore : 4 orang pagi 1 orang dan
tenaga harian. shihft sore 1 orang, 1
Ruang Sakinah, orang shihft midle
Istiqomah : 3 bertugas membantu
orang membagikan makan
Ruang Hasanah 1 siang & sore.
& hasanah 2 : 3 Lantai IV (Hasanah I
orang , Neonatus dan
Ruang Syifa dan Hasanah II) shihft
Afiah : 5 orang. pagi 1 orang dan
Lantai 2 : 1 orang shihft sore 1 orang.
Pada lantai V dan
lantai IV ada 1 orang
tenaga yang
bertugas
menggantikan
apabila ada yang
libur.
Lantai IV (Syifa)
shihft pagi 1 orang
dan shihft sore 1
orang.
Lantai III (Afiah)
shihft pagi 1 orang
dan shihft sore 1
orang.
Pada Ruang Syifa
dan Ruang Afiah
apabila ada yang
libur maka 1 orang
bertugas sebagai
pengganti apabila
ada yang libur.
Lantai II 1 orang
tenaga pramusaji
bertugas di ruang
amanah, muzdalifah,
VK, OK, ICU.
A. DENAH RUANG
Terlampir
B. STANDAR FASILITAS
DAFTAR INVENTARIS SARANA DAN PRASARANA
A. Penyusunan menu
1. Pengertian
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan menyusun menu yang
akan diolah untuk memenuhi kebutuhan diit pasien dan karyawan,
dengan mempertimbangkan prinsip gizi seimbang, biaya makan,
kombinasi menu, tenaga (jumlah + kualitas) yang tersedia, saran dan
prasarana yang ada serta waktu yang tersedia.
2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
a. Pedoman dalam kegiatan pengolahan
b. Mengatur variasi dan kombinasi hidangan
c. Menyesuaikan biaya yang tersedia
d. Menghemat penggunaan waktu dan tenaga
e. Menu yg terencana baik dpt sbg alat penyuluhan yg baik
f. Tersedianya siklus menu.
3. Kebijakan
Penyusunan menu pasien/ karyawan/ penunggu pasien dilakukan
oleh tim kerja.
4. Prosedur
a. Pelaksana : Koordinator Gizi/Ahli Gizi
b. Cara kerja :
1) Bentuk team kerja yang terdiri dari penata gizi, pemasak dan
pramusaji.
2) Kumpulkan hasil evaluasi terhadap daya terima makanan
pasien dan karyawan.
3) Kumpulkan dan analisa data-data macam dan jumlah pasien/
karyawan yang akan dilayani, jumlah dan kualitas tenaga
pemasak, jumlah dan macam peralatan masak yang dimiliki,
biaya makan pasien/ karyawan, waktu yang tersedia untuk
mengolah makanan, bahan-bahan makanan yang dapat
digunakan untuk pasien/ karyawan.
4) Tetapkan anggaran biaya makanan
5) Tentukan macam/pola menu (menu standar/pilihan)
6) Tentukan siklus/putaran menu
7) Tetapkan waktu penggunaan menu yang telah disusun
8) Tetapkan jenis dan frekuensi penggunaan bahan makanan,
sesuaikan dengan dasar/master menu
9) Buat mater menu sesuai dengan siklus yang ditetapkan
10) Teliti kembali kesesuaian menu dengan kecukupan gizi
(dengan melihat standar resep) dan biaya yang
ada/direncanakan
I. Konseling gizi
1. Pengertian
Konseling gizi : serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi
dua arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap,
dan perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizi.
2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk membuat
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku makan, serta pola
makan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien.
3. Kebijakan
a. Semua pasien rawat inap dengan kasus penyakit diabetes,
jantung, stroke,gangguan ginjal, pasien geriatri (usia 65 tahun
keatas) dan pasien lain yang membutuhkan edukasi gizi
diberikan edukasi dan konseling gizi oleh ahli gizi.
b. Pasien poli gizi diberikan konseling gizi menurut waktu dan
prosedur yang berlaku.
4. Prosedur
a. Pelaksana : Dietisien
b. Peralatan : Leaflet Diet
Alat ukur antropometri
Food model
c. Cara Kerja :
Konseling gizi rawat inap
1) Rencanakan jadwal konseling gizi untuk pasien beresiko
terhadap gangguan masalah gizi.
2) Lakukan pengkajian status gizi dengan cara pengukuran dan
analisa antropometri, pengamatan kondisi fisik, analisa hasil
laboratorium, dan diagnosa dokter.
3) Anamnesa riwayat gizi pasien secara kualitatif dan kuantitatif.
4) Tentukan kebutuhan gizi pasien.
5) Tentukan jenis diet dengan mempertimbangkan prinsip menu
seimbang.
6) Lakukan konseling gizi.
Q. LAPORAN
Laporan pelayanan gizi dilakukan per tiga bulan.
Jenis-jenis laporan meliputi :
1. Jumlah porsi makan
2. Jumlah porsi makan berdasarkan diet
3. Kunjungan pasien
4. Jumlah porsi makan pasien
5. Jumlah stok bahan makanan basah dan kering
6. Jumlah amprahan dan snack karyawan
R. LOGISTIK
Meliputi bahan makanan basah dan kering, gas elpiji, air.
S. KESELAMATAN PASIEN
1. Pengertian
Keselamatan pasien adalah segala upaya yang diterapkan untuk
menghindari kerugian terhadap pasien.
2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar :
a. Menghindari kesalahan pemberian diet pasien.
b. Mutu bahan makanan maupun makanan terjamin keamanannya.
3. Tatalaksana keselamatan pasien
a. Verifikasi terhadap kebenaran diet.
b. Pemeriksaan kualitas bahan makanan
c. Penyimpanan bahan makanan sesuai prosedur penyimpanan
d. Pengolahan bahan makanan yang tepat sesuai standar resep,
standar menu.
e. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara berkala.
f. Pencucian alat makan pasien dengan desinfektan
...
BAB V
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
B. Tujuan
Syarat-syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang
berbahaya, dengan tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadianlain yang berbahaya.
4. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
5. Memberi perlindungan pada pekerja.
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara, dan getaran.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
8. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
9. Memelihara, kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
10. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
11. Mencegah terkena aliran listrik.
C. Program
1. Letak, bentuk, dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan.
2. Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan
dapur dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi
syarat.
3. Ventilasi yang memenuhi syarat.
4. Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai.
5. Pekerjaan yang ditugaskan sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai.
6. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja
yang telah ditetapkan.
7. Perawatan alat dilskuksn secara kontinyu agar peralatan tetap dalam
kondisiyang layak pakai.
8. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.
9. Adanya fasilitas pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.
10. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
11. Pemakaian alat pelindung diri untuk tenaga pengolah dan penjamah
makanan.
12. Pelatihan pemadam kebakaran.
13. Mengupayakan lantai dalam kondisi bersih, kering, tidak licin.
14. Pemeriksaan dan pembersihan secara berkala terhadap kompor,
oven.
15. Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut
cara yang tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan
pada tempat kearah bagian alat yang tajam/berbahaya.
16. Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
17. Tidak diperkenankan merokok di dapur gizi.
18. Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.
19. Tidak mengangkat barang berat bila tidak sesuai dengan
kemampuan anda.
20. Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan orang dan kualitas barang.
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan
pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai arah yang
ditetapkan.
B. Tujuan
Semua kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasil guna
dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, rumusan kerja, pembagian
tugas, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
C. Program
1. Pencatatan dan pelaporan tentang pengadaan bahan makanan,
penyelenggaraan makanan, perlengkapan peralatan instalasi gizi,
anggaran belanja bahan makanan, pelayanan gizi di ruang rawat
inap, konseling gizi.
2. Pengawasan standar porsi.
3. Membuat standar kualitas, kuantitas, biaya, prosedur.
4. Melatih tenaga penyelenggaraan makanan untuk memahami dan
melaksanakan standar-standar yang telah ditetapkan.
5. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang
dilakukan kemudian membadingkan antara pelaksanaan kegiatan
dengan standar yang telah dibuat.
6. Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi
penyimpangan dengan melaksanakan cara-cara yang telah
disepakati.
7. Evaluasi daya terima makanan melalui sisa porsi makan dan survei
kepuasan makan pasien.
8. Evaluasi keamanan makanan dengan cara pemeriksaan sampel
makanan
9. Mempertaankan suhu penyimpanan sesuai standar penyimpanan
bahan makanan.
BAB IX
PENUTUP
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 03 SEPTEMBER 2012
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA