TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
TENTANG PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI RUMAH
SAKIT HAJI JAKARTA
KEDUA : Panduan Komunikasi Efektif Di Rumah Sakit Haji Jakarta
sebagaimana dimaksud pada Diktum kesatu terlampir dalam
keputusan ini.
KETIGA : Memberlakukan Penerapan Panduan Komunikasi Efektif di
Rumah Sakit Haji Jakarta sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini.
KEEMPAT : Hal-hal yang berkaitan dengan Penerapan Panduan Komunikasi
Efektif di Rumah Sakit Haji Jakarta secara rinci akan dibuat
dalam Panduan dan Standar Prosedur Operasional.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
KEENAM : Dengan diberlakukannya surat keputusan ini, maka surat
keputusan nomor 340/RSHJ/DIR/SK/XII/2011 dinyatakan tidak
berlaku lagi.
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 03 SEPTEMBER 2012
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
BAB I
DEFINISI
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan secara lisan, yang dapat
diiakukan secara langsung dengan tatap muka dan tidak langsung dengan
mengunakan media telepon.
Ruang lingkup panduan ini meliputi komunikasi lisan, komunikasi tulisan dan
komunikasi elektronik yang digunakan oleh seluruh karyawan RS Haji Jakarta.
Kegiatan komunikasi efektif bisa berlangsung antara kelompok profesional, antara
kelompok profesional kesehatan dengan manajemen, antara profesional dengan
pasien dan keluarga
Masalah komunikasi juga sering berdampak dan menjadi penyebab utama adalah
insiden keselamatan pasien. Masalah komunikasi terjadi baik komunikasi lisan
maupun tuiisan. Untuk hal tersebut RS Haji Jakarta menyusun sebuah panduan
komunikasi untuk para petugas kesehatan agar dipahami dan mengurangi kesalahan
dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien.
A. Perencanaan
Untuk menerapkan komunikasi yang efektif diperiukan persiapan-persiapan agar
pelaksanaannya sesuai yang diharapkan.
Penyusunan panduan, formulir, pengadaan stempel TBAK dan SBAR
merupakan langkah awal dalam menerapkan komunikasi yang efektif.
B. Pelaksanaan
1. Komunikasi lisan :
a. Ketika melaporkan keadaan pasien dalam kondisi kritis kepada
dokter/DPJP, menggunakan Teknik SBAR, sebagai berikut:
1) Menyiapkan rekam medis pasien dengan permasalahan kondisi kritis
pasien yang akan dilaporkan oleh petugas kesehatan yang
bertanggung jawab atas perawatan pasien. Pendokumentasian secara
narasi.
2) Petugas kesehatan menghubungi dokter/DPJP, dan melaporkan
dengan mengunakan teknik SBAR.
a) Melaporkan situasi/kondisi (Situation) pasien yang akan dilaporkan
b) Latar belakang klinis (background) informasi keadaan yang
melatarbelakangi permasalahan kondisi kritis pasien
c) Menilai situasi/keadaan pasien yang dapat diamati saat itu
(Assessment) terhadap situasi dan keaadan pasien yang dapat
diamati saat itu, termasuk tindakan yang telah dilakukan dalam
mengatasi permasalahan pasien tersebut berdasarkan penilaian
observasi saat itu.
d) Memberikan Rekomendasi (Recommendation) apa yang harus
dilakukan tindak lanjut terhadap kondisi kritis pasien
e) Mencatat pelaporan secara narasi pada formulir rencana perawatan
pasien terintegrasi dan memberikan stempel SBAR.
b. Ketika serah terima pasien dalam kondisi kritis antar shift baik dokter
maupun perawat jaga pada sihft berikutnya menggunakan teknik SBAR,
sebagai berikut :
1) Menyiapkan rekam medis pasien dengan permasalahan kondisi kritis
pasien yang akan dioperkan oleh petugas kesehatan yang bertanggung
jawab atas perawatan pasien. Pencatatan berbentuk SOAP (S :
Subyek; O : Obyek; A : Assesmen dan P : Planning).
2) Petugas kesehatan dokter atau perawat melaporkan :
a) Situasi/kondisi (Situation) pasien yang akan dilaporkan
b) Latar belakang klinis (Background) informasi keadaan yang
melatarbelakangi permasalahan kondisi kritis pasien.
c) Penilaian situasi/keadaan pasien yang dapat diamati saat itu
(Assessment) terhadap situasi dan keaadan pasien yang dapat
diamati saat itu, termasuk tindakan yang telah dilakukan dalam
mengatasi permasalahan pasien tersebut berdasarkan penilaian
observasi saat itu.
d) Memberikan Rekomendasi (Recommendation) apa yang harus
dilakukan tindak ianjut terhadap kondisi kritis pasien
e) Memberikan stempel SBAR pada catatan rekam medis.
2. Komunikasi tertulis :
Pada saat melakukan komunikasi secara tertulis, maka petugas kesehatan
harus memperhatikan beberapa aspek antara lain :
a. Menuliskan secara jelas dan lengkap informasi pasien dalam rekam medis
misalnya formulir pengkajian awal, discharge planning, catatan terintegrasi
resume medis, (sama dgn resume medis).
b. Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat terbaca dengan
jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi.
c. Harus menuliskan nama lengkap, tanda tangan penulis pesan serta
tanggal dan waktu penulisan pesan.
d. Menggunakan singkatan terstandar di RS Haji Jakarta dan menuliskan
kata dengan lengkap, bila tidak ada dalam daftar singkatan.
e. Pengunaan warna tinta menulis adalah warna "HITAM" untuk semua
profesi.
f. Tenaga perawat menulis menjorok ke dalam pada formulir rencana
perawatan terintegrasi, dan setiap selesai mencatat masing-masing
petugas member garis lurus pada akhir penulisan sebagai tanda batas.
g. Mengunakan teknik TBaK (Tulis Baca dan Konfirmasi kembali) saat
menerima informasi pertelepon tes kritis (critical tes) / pemeriksaan cito,
yaitu pemeriksaan yang hasilnya NORMAL/ ABNORMAL harus
dikomunikasikan SEGERA oleh petugas laboratorium/ radiologi/ cardiologi,
contoh : pemeriksaan diagnostik (x-ray, CT Scan, EKG).
h. Mengunakan teknik TBaK (Tulis Baca dan Konfirmasi kembali) saat
menerima informasi pertelepon tentang :
1) Nilai kritis /critical test result dari petugas laboratorium/ radiologi /
cardiologi.
2) Tes kritis /Pemeriksaan cito (critical test), yaitu hasil abnormal yang
harus dilaporkan segera langsung ke dokter peminta pemeriksaan
/perawat ruangan untuk dilaporkan segera < 1 jam melalui telepon.
i. Pelaporan hasil kritis disampaikan dari unit Laboratorium, Radiologi,
Kardiologi ke IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelapor harus menulis :
Tanggal menelepon, Jam menelepon, Siapa yang menerima (nama
lengkap), Siapa yang menelpon (nama lengkap) dalam buku nilai kritis
laboratorium/Radiologi.
j. Penerima Informasi pertelepon melakukan :
1) Penulisan: pesan yang disampaikan di formulir terintegrasi, meliputi :
Identitas pasien, Tgl dan jam pesan diterima, isi pesan.
2) Pembacaan isi pesan,
3) Konfirmasi kembali kebenaran pesan yang ditulis,
4) Membubuhkan stempel TBaK, dan menulis pada kolom penerima
informasi/pesan, tentang: tanggal, jam, nama, dan memberikan paraf,
serta menulis pada kolom pemberi informasi/pesan, tentang : Nama
pemberi pesan.
5) DPJP/ Konsulen jaga yang memberikan instruksi secara lisan / melaui
telepon maka keesokan harinya (hari kerja) harus melakukan verifikasi
terhadap instruski yang diberikan dengan menulis : Tanggal, Jam
verifikasi, dan memberi paraf pada kolom pemberi informasi/pesan
distempel TBaK. Untuk Hasil kritis/ Tes kritis penerima pesan
menuliskan pada stempel TBaK kolom pemberi informasi/pesan,
tentang : Tanggal, jam, Nama pemberi pesan dan member tulisan "a/n
"(atas nama) serta paraf.
3. Komunikasi elektronik
Memungkinkan untuk dilakukan konsul lewat SMS, Email dan Faxsimile.
Konsul menggunakan komunikasi elektronik ditindak lanjuti dengan
komunikasi tertulis.
C. Monitoring dan Evaiuasi
Pelaksanaan komunikasi efektif dilakukan monitoring terhadap konsistensi
pelaksanaan serta dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan pelayanan
kesehatan. Metode yang digunakan untuk evaluasi adalah dengan melakukan
supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung. Supervisi langsung
dapat dilakukan dengan cara mengamati petugas kesehatan saat melakukan
berbagai teknik komunikasi, sedangkan supervisi tidak langsung dilakukan
dengan melihat pendokumentasian rekam medik pasien pada catatan
terintegrasi. Alat yang digunakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi
adalah dengan menggunakan formulir daftar tilik kegiatan.
BAB IV
DOKUMENTASI
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 03 SEPTEMBER 2012
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
PELAKSANAAN
1 Serah terirna pasien mengunakan
teknik SBAR
2 Pelaporan kondisi pasien pada dokter
DPJP mengunakan teknik SBAR
3 Transfer pasien antar ruangan
menggunaKan Teknik SBAR
4 Konsul pertelepon antar dokter
tentang kondisi pasien menggunakan
Teknik SBAR
Ruang Rawat
5 Menerima instruksi dokter pertelepon
mengunakan teknik TBaK
4 Menerima tes kritis mengunakan
teknik TBak
5 Menerima nasi kritis dengan
mengunakan teknik TBaK
6 Menerima jawaban konsul pertelepon
antar dokter dengan mengunakan
teknik TBaK
Laboratorium / 7 Melaporkan nilai kritis
Radiologi 8 Meiaporkan tes kritis
Jakarta, ...............................2014
Observer
(................................................)
Lampiran 2
Instrumen evaluai pelaksanaan pelaporan kondisi pasien dengan teknik SBAR
INTRUMEN EVALUASI PELAKANAAN PELAPORAN KONDISI PASIEN DENGAN
TEKNIK SBAR
Ruangan/ Unit : ............................................................................
Observer : ............................................................................
Berilah tanda silang ( x ) bila dilakukan, tanda O ( O ) bila tidak dilakukan, dan tanda min (-) bila
tidak perlu dilakukan
No VARIABEL YANG DINILAI Tanggal KET
1 Persiapan pelaporan kondisi pasien dari seorang petugas kesehatan kepada
petugas kesehatan lainnya berkas Rekam Medis yang akan digunakan untuk
melihat :
Kronologis status/ kondisi permasalahan kesehatan pasien yang akan
dilaporkan.
Petugas kesehatan yg bertanggung jawab atas perawatan pasien.
2 Petugas kesehatan menghubungi DPJP/Dokter yang merawat utk melaporkan
situasi/kondisi (situation) terkait permasalahan kes. pasien/keadaan pasien yg
akan dilaporkan, dgn tahap sbb :
Penyebutan identitas petugas yang melaporkan, ruangan/unit, identitas pasien
dan nomor ruangan. Dilakukan dengan sikap komunikatif, ramah dan sopan.
Penyampaian situasi/kondisi terkait permasalahan kesehatan pasien. kapan
mulai terjadi dan seberapa berat tingkat permasalahan. Dilakukan dengan
teknik komunikasi efekttf dengan artikulasi bahasa jelas dan intonasi suara
yang sesuai
3 Penyampaian latar belakang klinis (Background) informasi keadaan yang
melatarbelakangi permasalahan, metiputi :
Kronologis kondisi kesehatan/ Rekam medis pasien.
Tanggal masuk RS dan Diagnosa awal masuk.
Daftar obat yang pernah diberikan, catatan alergi, cairan IV line, dan hasil
Pemeriksaan penunjang terakhir (Lab, Rontgen, CT Scan, dl)
Tanda vital kondisi terakhir.
Hasil-hasil pemeriksaan penunjang sebelumnya, berikut tanggal dan jam
masing-masing pemeriksaan dilakukan (sebagai pembanding).
Informasi klinis lainnya yang mungkin penting terkait kondisi
kesehatan pasien selama perawatan.
Tindakan yg telah dilakukan dlm mengatasi permasalahan pasien
4 Penyampaian Penilaian (Assessment) terhadap situasi dan keadaan pasien
yang dapat diamati saat itu, berdasarkan penilaian observasi saat itu.
5 Pemberian Rekomendasi (Recommendation) apa yang harus dilakukan tindak
lanjut terhadap kondisi / keadaan permasalahan kesehatan pasien saat itu.
6 Pencatatan pelaporan pada formulir rencana perawatan pasien
terintegrasi/konsul/transfer pasien antar ruangan dan memberikan stempel
SBAR
Jakarta, ...............................2014
Observer
(................................................)
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
Jalan Raya Pondok Gede Jakarta Timur
Telp. (021) 8000693 – 95, 8000701 – 702, Fax. (021) 8000702
Certificate
Certificate No
No :: JKT
JKT 0500123
0500123